Disusun oleh:
Resha Adi Wibowo
030.14.164
Pembimbing:
dr. Yosianna Liska, Sp.A
1
LEMBAR PENGESAHAN
“GLOMERULONEFRITIS AKUT”
030.14.164
Telah diterima dan disetujui oleh dr. Yosianna Liska, Sp.A selaku dokter pembimbing
Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSUD Karawang
KarawangJanuari 2019
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah laporan kasus dengan judul
“Glomerulonefritis Akut”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
dalam Kepaniteraan Klinik di Stase Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum
Daerah Karawang.
Dalam penyusunan tugas makalah presentasi kasus ini tidak terlepas dari
bantuan dan bimbingan serta dukungan dalam membantu penyusunan dan
penyelesaian makalah ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih terutama kepada dr. Yosianna Liska, Sp. A selaku
pembimbing atas pengarahannya selama penulis belajar dalam Kepaniteraan Klinik
Ilmu Kesehatan Anak. Dan kepada para dokter dan staff Ilmu Kesehatan Anak Rumah
Sakit Umum Daerah Karawang, serta rekan – rekan seperjuangan dalam Kepaniteraan
Klinik Ilmu Kesehatan Anak.
Penulis sangat terbuka dalam menerima kritik dan saran karena penyusunan
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi
setiap orang yang membacanya.
030.14.164
3
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 1
BAB IV ................................................................................................................26
4
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia pada tahun 1995, melaporkan adanya 170 pasien yang dirawat di
rumah sakit pendidikan dalam 12 bulan. Pasien terbanyak dirawat di Surabaya
(26,5%), kemudian disusul berturut-turut di Jakarta (24,7%), Bandung (17,6%), dan
Palembang (8,2%). Pasien laki-laki dan perempuan berbanding 2 : 1 dan terbanyak
pada anak usia antara 6-8 tahun (40,6%). 2
Glomerulonefritis dapat dibagi atas dua golongan besar, yaitu bentuk yang
merata dan bentuk yang fokal. Pada bentuk yang merata perubahan tampak pada
semua lobulus daripada semua glomerulus, sedangkan pada bentuk fokal hanya
sebagian glomerulus yang terkena, dari pada glomerulus yang terkena itu hanya
tampak kelainan setempat (hanya satu atau beberapa lobulus yang terkena).2
5
BAB II
STATUS PASIEN
2.1 ANAMNESIS
Dilakukan secara alloanamnesis dengan ibu kandung pasien:
Lokasi : Rawamerta, RSUD Karawang
Tanggal/Waktu : Kamis, 20 Desember 2018, 14.00 WIB
Tanggal masuk : Sabtu, 18 Desember 2018, 11.35 WIB
6
2.13 Keluhan utama
Buang air kecil berwarna kuning keruh sejak 3 hari SMRS
7
Nilai APGAR: orang tua pasien tidak tahu
Kelainan bawaan: (-)
Kesimpulan riwayat kehamilan dan kelahiran: Pasien lahir dan ditolong oleh
Bidan, lahir spontan pervaginam, cukup bulan, dengan berat badan lahir normal.
8
Jenis Makanan Frekuensi dan Jumlah
Nasi 3 kali sehari
Sayur 1 kali sehari
Daging 4 kali seminggu
Ikan 4 kali seminggu
Telur 5 kali seminggu
Tahu/Tempe 1 kali seminggu
Kesimpulan riwayat makanan: Kualitas dan kuantitas makanan baik.
Hepatitis B 1 2 3 4
Polio 0 1 2 3
BCG 1
DTP 1 2 3
Hib 1 2 3
PCV 1 2 3
Rotavirus 1 2 3
Campak 1
Kesimpulan riwayat imunisasi: Imunisasi dasar lengkap sesuai usia, booster tidak
diketahui
9
b. Riwayat Pernikahan
Ayah Ibu
Nama D E
Perkawinan ke- 1 1
Umur saat menikah 24 tahun 22 tahun
Pendidikan terakhir SLTP SD
Suku Sunda Sunda
Agama Islam Islam
Keadaan kesehatan Sehat Sehat
Kosanguinitas - -
10
2.1.12 Riwayat Lingkungan Perumahan
Pasien tinggal di rumah pribadi bersama bapak, ibu, dan 1 adiknya. Menurut
ibu pasien lingkungan rumah pasien bersih, padat penduduk, ventilasi udara baik,
pencahayaan baik, memiliki 2 kamar tidur. Sumber air mandi dan cuci dari air tanah.
Kesimpulan Lingkungan: Lingkungan tempat tinggal pasien baik.
Keadaan umum
Kesadaran : Compos Mentis
Kesan sakit : Tampak Sakit Sedang
Kesan gizi : Gizi baik
Keadaan lain : Anak tenang, pucat (-), ikterik (-), dyspnea (-), sianosis (-)
11
Data antropometri
Berat badan : 23kg
Panjang badan : 120 cm
Tanda vital
Nadi : 88 x/menit, kuat, regular, isi cukup,
Pernapasan : 26 x/min
Suhu : 37.8ºC
SpO2 : 98%
Status generalis
Kepala : Normosefali
Rambut : Rambut hitam, lurus, lebat, distribusi merata, dan tidak mudah
dicabut
Wajah : Wajah simetris, tidak ada luka, ataupun jaringan parut, tidak
tampak edema pada wajah
Mata : Konjuntiva tidak anemis, tidak tampak sklera ikterik
Telinga : Normotia, liang telinga lapang, tidak ada nyeri tekan
Hidung : Bentuk simetris, tidak ada nafas cuping hidung, tidak ada deviasi
septum
Bibir : Mukosa berwarna merah muda, tidak tampak sianosis dan pucat
Mulut : Tidak tampak trismus, oral hygiene baik, mukosa gigi berwarna
merah muda, mukosa pipi berwarna merah muda, arcus palatum
simetris dengan mukosa palatum berwarna merah muda
Lidah : Normoglosia, mukosa berwarna merah muda, tidak hiperemis
Tenggorokan : Tonsil T1 – T1, tidak hiperemis, arcus faring tidak hiperemis,
uvula terletak ditengah
12
Leher : Bentuk tidak tampak kelainan, dan massa, tidak teraba pembesaran
tiroid maupun kelenjar getah bening.
Thoraks :
Paru-paru
Inspeksi : Bentuk thoraks simetris, gerak dinding dada simetris kanan dan kiri,
tidak terlihat retraksi
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan benjolan, gerak napas simetris kanan dan
kiri
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Suara napas vesikuler dikedua lapang paru, tidak terdapat rhonki
dan wheezing
Jantung
Inspeksi : Gerak dinding dada tampak simetris
Palpasi : Pergerakan napas simetris kanan dan kiri
Auskultasi : BJ I & BJ II regular, tidak terdengar murmur dan gallop
Abdomen :
Inspeksi : Warna kulit kuning langsat, gerak dinding perut saat pernapasan
simetris,
Auskultasi : Bising usus 3x/menit
Perkusi : Timpani seluruh lapang perut
Palpasi : Supel, tidak didapatkan nyeri tekan, turgor kulit kembali cepat,
hepar dan lien tidak teraba membesar.
Genitalia : Jenis kelamin laki – laki,
Kelenjar getah bening : Tidak teraba pembesaran kelenjar
Ekstremitas atas dan bawah :
Look : Simetris, tidak terdapat kelainan pada bentuk tulang, posisi tangan
dan kaki, serta sikap badan, tidak sianosis,
Feel : Akral hangat pada keempat ekstremitas, capillary refill time < 2
detik
Move : ROM baik
Kulit : Warna kuning langsat, tidak ikterik, tidak sianosis
13
2.3 PEMERIKSAAN LABORATORIUM (03 NOVEMBER 2018)
Darah Rutin
No Parameter Hasil Satuan Nilai rujukan
1. Hemoglobin 10,3 g/dL 11.5 – 14.5
2. Eritrosit 3,88 x10^6/uL 3.7 – 5.7
3. Leukosit 11,21 x10^3/dL 4.0 – 12.0
4. Trombosit 314 x10^3/uL 150 – 400
5. Hematokrit 30,2 % 31 – 43
6. Basofil 0 % 0–1
7. Eosinofil 3 % 1.0 – 3.0
8. Neutrofil 56 % 54 – 62
9. Limposit 12 % 25 – 33
10. Monosit 6 % 3–7
11. MCV 78 fL 76 – 90
12. MCH 27 Pg 25 – 31
13. MCHC 34 g/dL 32 – 36
14. RDW – CV 14,7 % 12.2 – 15.3
Urinalisa
FISIK/ KIMIAWI
SEDIMEN
3. Ephitel +1 /1 pk
6. Kristal Negatif
7. Silinder + epitel
14
8. Bakteri Negatif
1.1 RESUME
Anak laki – laki berinisial AB, usia 8 tahun datang diantar orangtunya ke IGD
RSUD Karawang dengan keluhan BAK keruh sejak 3 hari sebelum masuk rumah
sakit. Keluhan BAK keruh disertai dengan demam yang sudah berjalan 4 hari.
Demam yang dikatakan hilang timbul, keluhan kejang saat demam disangkal oleh
orang tua pasien. Orang tua pasien juga mengatakan buang air kecil pasien menjadi
berwarna kuning keruh, dengan frekuensi sebanyak kurang lebih 6x dalam sehari.
Saat buang air kecil ,tidak ada keluhan rasa nyeri atau BAK keluar sedikit sedikit.
Beberapa minggu sebelumnya pasien pernah mengalami sakit tenggorokan disertai
batuk dan pilek namun saat ini pasien sudah tidak merasakan sakit tenggorokan.
Keluhan bengkak di daerah wajah, ekstremitas atau daerah lainnya juga disangkal
paisen Keluhan sesak, batuk, mual, muntah dan mudah lelah disangkal, tidak terdapat
riwayat alergi.
Pasien memiliki riwayat kehamilan dan kelahiran yang baik, tidak terdapat
keterlambatan dalam perkembangan, kualitas dan kuantitas makanan baik, imunisasi
lengkap sesuai usia ,namun pemberian booster tidak diketahui oleh orang tua. Pasien
pernah mengalami hal yang sama sekitar 3 minggu yang lalu dan di nyatakan
menderita Glomerulo nefritis akut dan sempat di rawat di rumah sakit saraswati Tidak
terdapat keluarga yang menderita sakit yang serupa. Pasien tinggal di lingkungan
15
tempat tinggal pasien cukup baik, namun ayah pasien merupakan perokok aktif.
Riwayat sosial ekonomi keluargacukup baik.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit sedang, compos
mentis, status gizi menurut kurva CDC BB/TB : 100% (gizi baik). Tanda vital
didapatkan tekanan darah 110/70 frekuensi nadi 112 x/menit, kuat, regular, frekuensi
pernapasan 26 x/min, suhu 37.8ºC, SpO2 98%. Pada pemeriksaan status generalis
didapatkan tidak ada edema pada wajah, , tidak ada nafas cuping hidung, tidak
tampak sianosis, gerak dinding dada simetris kanan dan kiri, tidak terlihat retraksi, BJ
I & BJ II regular, tidak terdengar murmur dan gallop. Abdomen teraba supel, tidak
didapatkan nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba membesar. Tidak terdapat
edema pada scrotum dan pada keempat ekstremitas, akral hangat pada keempat
ekstremitas, capillary refill time < 2 detik.
Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin didapatkan nilai hemoglobin 10,3
g/dl, sedangkan pada urinalisis fisik/kimiawi didapatkan hasil warna kuning dengan
kejernihan keruh, terdapat banyak eritrosit dan hemoglobin positif 3.
1. ISK
2. Sindroma Nefrotik
1. Darah lengkap
2. ASTO
3. Komplemen C3
4. Urinalisa
16
5. Serum albmin
2.8 TATALAKSANA
Gizi
RDA : 23 x 80 = 1840
Edukasi
17
FOLLOW UP
18
- GNA - GNA - GNA
A - Gizi baik - Gizi baik - Gizi baik
- Imunisasi lengkap sesuai usia - Imunisasi lengkap sesuai usia - Imunisasi lengkap sesuai usia
IVFD KA-EN 3A (20 tetes makro) IVFD KA-EN 3A (20 tetes makro)
Ampicilin 3 x 600 mg Ampicilin 3 x 600 mg Boleh Pulang
P
Sanmol 3x250 mg Sanmol 3x250 mg
19
20
2.10 DIAGNOSA AKHIR
2.11 PROGNOSIS
21
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 DEFINISI
Glomerulonefritis akut (GNA) adalah suatu reaksi imunologis pada ginjal terhadap
bakteri atau virus tertentu.Yang sering terjadi ialah akibat infeksi kuman
streptococcus. Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang dipakai untuk
menjelaskan berbagai ragam penyakit ginjal yang mengalami proliferasi dan inflamasi
glomerulus yang disebabkan oleh suatu mekanisme imunologis. Sedangkan istilah
akut (glomerulonefritis akut) mencerminkan adanya korelasi klinik selain
menunjukkan adanya gambaran etiologi, patogenesis, perjalanan penyakit dan
prognosis1.
3.2 ETIOLOGI
3.3 EPIDEMIOLOGI
GNAPS dapat terjadi pada semua kelompok umur, namun tersering pada
golongan umur 5-15 tahun, dan jarang terjadi pada bayi. Referensi lain menyebutkan
paling sering ditemukan pada anak usia 6-10 tahun. Penyakit ini dapat terjadi pada
laki laki dan perempuan, namun laki laki dua kali lebih sering dari pada
perempuan.Perbandingan antara laki-laki dan perempuan adalah 2:1
22
3.4 PATOGENESIS
Mekanisme yang terjadi pada GNAPS adalah suatu proses kompleks imun dimana
antibodi dari tubuh akan bereaksi dengan antigen yang beredar dalam darah dan
komplemen untuk membentuk suatu kompleks imun.
Kompleks imun yang beredar dalam darah dalam jumlah yang banyak dan waktu
yang singkat melekat pada kapiler-kapiler glomerulus dan terjadi perusakan mekanis
melalui aktivasi sistem komplemen, reaksi peradangan dan mikrokoagulasi3,4
3.6 DIAGNOSIS
23
1. Anamnesis
1) Riwayat infeksi saluran pernapasan 1 – 2 minggu sebelumnya atau infeksi kulit
(pioderma) 3 – 6 minggu sebelumnya
2) Hematuria makroskopis atau sembab (edema) di kedua kelopak mata dan tungkai
3) Oliguria atau anuria
2. Pemeriksaan Fisik
1) Sering ditemukan edema di kedua kelopak mata dan tungkai dan hipertensi
2) Dapat ditemukan lesi bekas infeksi di kulit
3) Jika terjadi ensefalopati, pasien dapat mengalami penurunan kesadaran dan kejang
4) Pasien dapat mengalami gejala-gejala hipervolemia seperti gagal jantung dan
edema paru.
3. Pemeriksaan Penunjang
1) Urinalisis menunjukkan proteinuria, hematuria, dan adanya silinder eritrosit
2) Kreatinin dan ureum darah umumnya meningkat
3) Anti Streptolisin O (ASTO) positif pada 75% – 80% kasus
4) Komplemen C3 menurun pada hampir semua pasien pada minggu pertama
5) Jika terjadi komplikasi gagal ginjal akut, didapatkan hiperkalemia, asidosis
metabolik, hiperfosfatemia, dan hipokalsemia
3.7 TATALAKSANA 7
a) Medikamentosa
Antibiotik untuk eradikasi bakteri : amoxicillin 50 mg/kgBB/hari IV atau bila
kondisi sudah baik dapat diberikan oral dibagi dalam 3 dosis selama 10 hari.
Bila anak alergi dapat digunakan eritromisin 30 mg/kgBB/hari IV atau bila
kondisi sudah baik dapat diberikan oral dibagi dalam 3 dosis.
Diuretik apabila disertain retensi cairan dan hipertensi, obat yang digunakan
adalah Furosemid 1 mg/kgBB/kali IV.
b) Suportif
Tirah baring
Diet nefritik, yaitu diet rendah protein dan rendah garam apabila terjadi
penurunan fungsi ginjal dan retensi cairan. Tatalaksana suportif lainnya
disesuaikan dengan komplikasi yang ada (gagal ginjal, ensefalopati
hipertensif, gagal jantung, edema paru).
24
3.8 KOMPLIKASI
Ensefalopati hipertensi yang merupakan gejala serebrum karena hipertensi.
Terdapat gejala berupa gangguan penglihatan, pusing, muntah dan kejang-
kejang. Ini disebabkan spasme pembuluh darah lokal dengan anoksia dan
edema otak
Gangguan akibat hipervolemia seperti gagal jantung, edema paru
3.9 PROGNOSIS7
Perbaikan klinis yang sempurna dan urin yang normal menunjukkan prognosis yang
baik. Insiden gangguan fungsi ginjal berkisar 1-30%. Kemungkinan GNAPS menjadi
kronik 5-10 %; sekitar 0,5-2% kasus
menunjukkan penurunan fungsi ginjal cepat dan progresif dan dalam beberapa
minggu atau bulan jatuh ke fase gagal ginjal terminal. Angka kematian pada GNAPS
bervariasi antara 0-7 %.
25
BAB IV
ANALISA KASUS
Pada pasien ini diketahui bahwa anak datang dengan keluhan demam sejak 4
hari sebelum masuk rumah sakit. Demam yang dikatakan hilang timbul, keluhan
kejang saat demam disangkal oleh orang tua pasien. Orang tua pasien juga
mengatakan buang air kecil pasien menjadi berwarna kuning keruh, dengan frekuensi
sebanyak kurang lebih 6x dalam sehari. Saat ini tidak terdapat keluhan nyeri
tenggorokan maupun infeksi pada kulit. Sebelum dirawat di RSUD karawang, pasien
juga pernah dirawat di RS Saraswati dengan keluhan yang sama yang juga disertai
dengan sakit tenggorokan.
Selain keluhan demam dan warna BAK yang keruh, tidak ada keluhan seperti
bengkak pada daerah wajah ataupun eksremitas. Frekuensi buang air kecil pun
dikatakan masih sering dengan jumlah yang banyak.Rasa nyeri saat berkemih pun
disangkal. Keluhan sesak, batuk dan mudah lelah disangkal, tidak terdapat riwayat
alergi. Berdasarkan gejala yang ada, dapat dilihat bahwa gejala tersebut menyerupai
pada anak dengan glomerulonefritis.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit sedang, compos
mentis, status gizi menurut kurva CDC BB/TB : 100,0 (gizi baik). Tanda vital
didapatkan frekuensi nadi 88 x/menit, kuat, regular, frekuensi pernapasan 26 x/min,
suhu 37.8ºC, SpO2 98%. Pada pemeriksaan status generalis didapatkan adanya edema
pada periorbita, tidak ada nafas cuping hidung, tidak tampak sianosis, gerak dinding
dada simetris kanan dan kiri, tidak terlihat retraksi, BJ I & BJ II regular, tidak
terdengar murmur dan gallop. Abdomen teraba supel, tidak didapatkan nyeri tekan,
hepar dan lien tidak teraba membesar. Tidak ada edema pada keempat ekstremitas,
akral hangat pada keempat ekstremitas, capillary refill time < 2 detik.
26
Pada pemeriksaan laboratorium (urinalisis fisik/kimiawi) didapatkan hasil
warna kuning dengan kejernihan keruh, terdapat banyak eritrosit dan hemoglobin
positif 3. Didaptkan juga hasil pada darah rutin hemoglobin dengan nilai 10,3 yang
mungin didapat karena adanya darah yang keluar dari urin Begitu juga dengan hasil
pemeriksaan ASTO yang reaktif mendukung diangnosis GNAPS
Penatalaksanaan GNAPS dilakukan dengan cara medikamentosa dan suportif.
Antibiotik diberikan untuk eradikasi bakteri. Antibiotik yang digunakan adalah
amoxicillin 50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama 10 hari. Bila anak alergi
dapat digunakan eritromisin 30 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis. Dierikan diuretik
apabila disertain retensi cairan dan hipertensi. Obat hipertensi dapat dipertimbangkan
bila disertai hipertensi. Untuk terapi suportif dilakukan tirah baring dan diet nefritik,
yaitu diet rendah protein dan rendah garam apabila terjadi penurunan fungsi ginjal dan
retensi cairan.
27
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
28