Anda di halaman 1dari 28

Seminar 3 MO Repro

Kelompok 5
Natalia Wijaya 03013138
I Wayan Mudita 03013230
Helen Gou 03014084
Ina Uli Tondi 03014094
Johanes Pandomuan 03014104
Lutfhia Mahyarizqy 03014114
Nadia Nur Shadrina 03014134
Novella Putri Whanda 03014144
Resha Adi Wibowo 03014164
Shella Kartika Ardeanny 03014174
Kasus
Judul : Bau Busuk dari Kemaluanku
Sesudah Melahirkan.
Ny. T, 20 tahun, P1A0, datang dengan
keluhan demam disertai keluar cairan busuk dari
kemaluannya. Diketahui pasien tersebut baru
melahirkan seorang bayi perempuan 2 minggu
yang lalu. Persalinan di rumah ditolong oleh
dukun bersalin.
Klarifikasi Istilah
1. Demam/ Fever:
peningkatan temperatur tubuh di atas normal
(370C).
2. Lokia:
sekret vagina yang keluar selama minggu pertama
atau kedua setelah persalinan.
3. Masa Nifas/ Puerperium:
masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta,
serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali
organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu
kurang lebih 6 minggu.
Penetapan Masalah
Ny. T, 20 tahun, mengeluh demam disertai
keluar cairan busuk dari kemaluannya.
Pasien melahirkan seorang bayi perempuan 2
minggu yang lalu di rumah dan ditolong oleh
dukun bersalin.
Learning Objectives
1. Menjelaskan organ reproduksi aspek anatomis, fisiologis dan makna
klinis pada masa nifas.
2. Menjelaskan anatomi payudara, fisiologi dan endokrinologi laktasi.
3. Menjelaskan kontrasepsi yang dapat digunakan pada ibu menyusui.
4. Menjelaskan faktor faktor yang merupakan kontraindikasi untuk
menyusui.
5. Menjelaskan permasalahan kelainan nifas.
6. Menjelaskan definisi infeksi puerpuralis.
7. Menjelaskan infeksi uterus metritis: faktor predisposisi, faktor risiko,
bakteriologi, patogenesis, diagnosis, penatalaksanaan dan komplikasi.
8. Menjelaskan pencegahan infeksi pasca salin.
9. Menjelaskan infeksi perineum, vagina, dan serviks: patogenesis dan
perjalanan klinis.
Mind Map Definisi

Faktor
Ny. T, 20
Masa Nifas Predisposisi
thn

Faktor Risiko
Melahirkan di
Anatomi dan Dukun Bersalin
Bakteriologi
Fisiologi
organ
reproduksi. Patogenesis
Setelah 2 Minggu
Anatomi
payudara,
Fisiologi dan Penatalaksanaan
Endrokrinolo KU: Demam,
gi laktasi. Cairan Bau Busuk
Kontrasepsi. Pencegahan
Kontraindikas
i untuk
Infeksi Nifas Komplikasi
menyusui.
Fisiologis Organ Reproduksi pada
Masa Nifas
Selama proses kehamilan dan persalinan
terdapat perubahan pada sistem endokrin.
Hormon plasenta.
Hormon pituitary.
Hipotalamik pituitary ovarium.
Hormon oksitosin.
Hormon estrogen dan progesteron.
Fisiologi Laktasi
Perubahan yang terjadi saat hamil dan menyusui
payudara menjadi lebih besar ukurannya karena
epitel duktus lobul dan duktus alveolus
berproliferasi dan tumbuh duktus baru.
Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior
memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel
alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan
melalui duktus ke puting susu.
Endokrinologi
Laktasi
Prolaktin : berperan dalam
membesarnya alveoli dalam
kehamilan, sehingga prokusi ASI
meningkat.
Oksitosin : mengencangkan otot
halus di sekitar alveoli untuk
memeras ASI menuju saluran susu.
Oksitosin berperan merangsang sel
mioepitel di payudara sehingga
terjadi milk ejection reflex.
Kontrasepsi untuk Ibu
Menyusui
1. Kontrasepsi Pil Progestin (Minipil)
Metode kontrasepsi dengan melepaskan hormon progestin dalam dosis rendah. Efeknya rendah
terhadap produksi ASI serta pertumbuhan dan perkembangan neonatus.
2. Kontrasepsi Suntikan Progestin
Pengaruh progestin injeksi terhadap laktasi telah diteliti efektif untuk mengontrol kesuburan pascapersalinan.
Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depo Provera) 150 mg/ 3 bulan IM (di daerah bokong).
Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat) 200 mg/ 2 bulan IM.
3. Kontrasepsi Implan
Implan termasuk salah satu alat kontrasepsi yang aman dipakai pada masa laktasi.
Norplant, lama kerja 5 tahun, 36 mg levonorgestrel.
Implanon, lama kerja 3 tahun, 68 mg 3-keto-desogestrel.
Jadena dan Indoplant, lama kerja 3 tahun, 75 mg levonorgestrel.
4. Alat kontrasepsi dalam rahim
Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) sering direkomendasikan kepada wanita menyusui sebagai
metode kontrasepsi karena lebih efektif dibandingkan metode lain dalam hal pengaruh terhadap
laktasi atau efektivitas dalam mencegah kehamilan.
Terdapat 2 jenis AKDR yang beredar di Indonesia, yaitu AKDR CuT-380A dan NOVA T.
Kontraindikasi untuk Menyusui
Kondisi Bayi
1. Galaktosemi klasik (def. Galactose 1-phospate
uridyltransferase).
2. Penyakit Maple Syrup Urine.
3. Phenylketonuria (menyusui sebagian / partial breast
feeding dimungkinkan dengan pengawasan).
Kondisi Maternal
1. Infeksi HIV.
2. Human T-lymphotropic.
3. TBC (yang sedang aktif & belum dirawat).
4. Virus Herpes Simplex pada payudara.
Permasalahan Kelainan Nifas
Infeksi Puerpuralis
Definisi
Infeksi Puerpuralis
infeksi bakteri yang berasal dari
saluran reproduksi selama persalinan
atau puerperium.
Faktor Predisposisi
Rute persalinan (sectio caesarea lebih tinggi pada
kasus infeksi rahim),
Persalinan tidak higienis,
Persalinan lama,
Persalinan pervaginam traumatik ; dengan alat
seperti forsep,
Ketuban pecah dini,
Vaginal toucher berulang tanpa indikasi jelas.
Faktor Risiko
Pendidikan
Sosioekonomi
Nutrisi
Daya tahan tubuh
Bakteriologi
1. Streptococcus haemoliticus anaerobic:
Masuknya secara eksogen (ditularkan dari penderita lain, alat alat tidak
steril, tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain) infeksi berat.
2. Staphylococcus aureus:
Masuknya secara eksogen, banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi di
rumah sakit dan dalam tenggorokan orang orang yang nampaknya sehat.
3. Escherichia coli:
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum infeksi terbatas
pada perineum, vulva dan endometrium.
4. Clostridium Welchii:
Bersifat anaerob, jarang ditemukan tetapi sangat berbahaya. Infeksi
sering pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong oleh
dukun dari luar rumah sakit.
Patogenesis
Sebelum ketuban pecah , dinding rahim dan amnion
dalam keadaan steril. Namun serviks , vagina dan
sekitarnya memiliki flora normal.

Bakteri masuk kedalam rahim dari vagina dan


sekitarnya dipicu oleh tindakan seperti vaginal toucher
berulang , persalinan tidak higienis.

Pada persalinan per vaginam bakteri yang masuk


akan menginfeksi desidua dan tempat implantasi lalu
menyebar ke miometrium terdekat. Infeksi biasanya
disebabkan oleh kombinasi bakteri aerob dan anaerob.
Diagnosis
Anamnesis: demam tinggi diatas 38,3C, nyeri
abdomen, lokia berbau busuk dan dapat disertai
perdarahan pasca persalinan.

Pemeriksaan Fisik: palpasi abdomen dan


pemeriksaan bimanual nyeri tekan abdomen dan
parametrium (+), tegang serta uterus subinvolusi.

Pemeriksaan Penunjang: pemeriksaan darah tepi


ditemukan leukositosis.
Penatalaksanaan
Rehidrasi oral atau IV cegah syok.
Berikan O2.
Tranfusi PRC apabila anemia berat.
Kuretase sisa plasenta.
Antibiotik golongan Sefalosporin generasi II
dan III + Metronidazole 500mg/ IV/ 8 jam.
Terapi diberikan hingga 24 jam bebas demam,
dan pasien boleh pulang.
Komplikasi
Infertilitas
Sepsis
Syok
Kematian
Pencegahan Infeksi Paska Salin
1. Penyuluhan:
Kontrol/ kunjungan masa nifas setidaknya 4 kali:
6 8 jam setelah persalinan/sebelum pulang,
6 hari setelah persalinan,
2 minggu setelah persalinan,
6 minggu setelah persalinan.
Edukasi kepada ibu tentang perlunya kebersihan diri,
mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum/sesudah
membersihkan kelamin, menghindari menyentuh
laserasi/daerah luka, Istirahat yang cukup, mengkonsumsi
tambahan 500kkal/hari, minum minimal 3 liter/hari,
mengkonsumsi suplemen besi dan vitamin A pasca
persalinan.
Pencegahan Infeksi Paska Salin
2. Pemeriksaan:
Periksa keadaan umum, tanda vital,
perdarahan pervaginam, kondisi perineum, tanda
tanda infeksi, kontraksi uterus, tinggi fundus
uteri dan temperatur badan ibu secara rutin, nilai
fungsi berkemih dan luka pada alat kelamin.
Infeksi Perineum, Serviks dan Vagina
1. Infeksi perineum : adanya robekan pada jalan lahir maupun karena episotomi
pada saat melahirkan janin.
Gejala: rasa panas dan perih pada tempat yang terinfeksi, perih saat berkemih,
demam, keluar cairan seperti keputihan dan berbau.

2. Servisitis : peradangan dari selaput lendir dari kanalis servikalis. Dipermudahkan


dengan adanya robekan serviks.
Gejala: serviks kelihatan normal, keluar sekret agak putih kekuningan, portio
uteri tampak kemerahan dan sekretnya mukus bercampur nanah pemeriksaan
mikroskopik ditemukan infiltrasi endokopik dalam stroma endocerviks.

3. Vaginitis: penyebabnya adalah pertumbuhan bakteri normal yang berlebihan pada


vagina.
Gejala: cairan vagina encer, berwana kuning kehijauan, berbusa dan bebau
busuk, vulva agak bengkak dan kemerahan, gatal terasa tidak nyaman serta nyeri
saat berhubungan seksual dan saat kencing.
Referensi
1. Cunningham FG. Obstetri Williams. Edisi ke
23. 2013.
2. Affandi B, Albar E. Kontrasepsi. Dalam: Ilmu
Kandungan. Edisi ke 3. Jakarta: P.T. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2011;436
60.
3. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Edisi ke
4. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2016.

Anda mungkin juga menyukai