Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Disusun oleh:
Aditiya Setyorini
Pembimbing:
dr. Annisa, Sp. A
Menyetujui,
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat, hidayat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan yang berjudul “Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP) ”
Samarinda, 2017
Penulis
3
DAFTAR ISI
Halaman
4
BAB 1
PENDAHULUAN
5
BAB II
KASUS
Identitas pasien :
• Ruang perawatan : Melati
• Nama : An. FHF
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Umur : 4 bulan
• Alamat : Jln. Muso Salim Gg. 6 No.50
• Anak ke : 2 dari 2 bersaudara
Identitas Orang Tua
• Nama Ayah : Tn. F
• Umur : 28tahun
• Pekerjaan : Honorer
• Pendidikan Terakhir : SLTA
• Ayah perkawinan ke :1
• Riwayat kesehatan ayah : sehat
Anamnesis
Anamnesis didapatkan dari alloanamnesis pada ayah dan ibu pasien
tanggal 22 Mei 2016.
Keluhan Utama
Bintik – bintik merah ± 9 jam SMRS
Keluhan Tambahan
Lebam kebiruan 2 jam SMRS
6
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien masuk rumah sakit pada hari selasa 22 Mei 2016 melalui IGD
RSUD Abdul Wahab Sjahrani dengan keluhan bintik-bintik merah ± 9 jam SMRS
yang diikuti lebam kebiruan 2 jam SMRS.
Pasien datang dengan membawa hasil lab darah lengkap trombosit
24.000/ul. Sebelumnya pasien dibawa ke RS Islam pada jam 4 sore karena bercak
merah yang muncul tiba-tiba di ekstremitas superior dan inferior pada pagi hari,
setelah itu bekas lebam di bawah mata dan digiti V ekstremitas inferior sinistra
pada jam 3 sore. Saat di IGD diperiksa kembali lab darah lengkap dan didapatkan
trombosit 4.000/ul.
Riwayat terbentur (-). Keluhan pembengkakan di kedua leher dan susah
menelan tidak ada. Keluhan perdarahan susah berhenti (-), muntah darah (-),
demam (-), dan pilek (-). Riwayat penyakit kuning sebelumnya disangkal
orangtua, BAB lancar , BAB hitam (-), tidak ada diare maupun konstipasi. BAK
lancar, BAK merah (-) warna kuning. Mimisan (-), kejang (-).Intake makanan
baik berupa ASI dan susu formula.
Riwayat Penyakit Dahulu :
o Tidak pernah menderita penyakit yang sama.Pada umumnya sehat dan
tidak pernah masuk rumah sakit
o 2 minggu yang lalu pasien terkena batuk pilek
o Tidak ada riwayat alergi dan riwayat operasi
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa
Ayah : sehat, merokok (+), tidak pernah menderita tuberkulosis paru,
tekanan darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung, penyakit ginjal,
dan penyakit infeksi menular
Ibu : sehat, tidak pernah menderita tuberkulosis paru, tekanan darah
tinggi, kencing manis, penyakit jantung, penyakit ginjal, penyakit infeksi
menular
7
Ikhtisar keturunan
Ket : Laki-laki
Perempuan
Sakit
Riwayat Kehamilan
• Pemeliharaan Prenatal
• Periksa di : Bidan
• Penyakit kehamilan : mual dan muntah sampai bulan ke –
4 kehamilan, flek satu bulan sebelum kelahiran.
• Obat-obatan yang sering diminum : vitamin dan tablet Fe.
Riwayat Kelahiran :
• Lahir di : Bidan
• di tolong oleh : Bidan
• Berapa bulan dalam kandungan : 8 bulan
• Jenis partus : Spontan
Pemeliharaan postnatal
• Periksa di : posyandu
• Keadaan anak : baik
8
• Keluarga berencana : suntik 3 bulan
Pertumbuhan dan perkembangan anak :
• Berat badan lahir : 2500 gram
• Panjang badan lahir :47 cm
• Senyum, tertawa : 3 bulan
• Miring : 3 bulan
Riwayat Makan Minum anak :
• ASI : 2 minggu pertama kelahiran sampai
sekarang
• Susu sapi/buatan : sejak lahir sampai sekarang
• Jenis susu buatan : susu sapi SGM
• Takaran : 4 sendok untuk 120 mL
• Frekuensi : 120 mL / jam
Riwayat Imunisasi :
Usia Saat Imunisasi (bulan)
Imunisasi
0 I II III IV
Hepatitis B √
BCG √
Polio √ √
DPT √ √
Campak
9
Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pada tanggal : 24 Mei 2016
Antropometri
Berat badan : 6.5 kg
• Panjang Badan : 57.5 cm
• Lingkar kepala : 39.5 cm
• Status gizi : gizi baik
Tanda Vital
• Nadi : 96x/menit (reguler, isi cukup, kuat angkat)
• Frekuensi napas : 36x/menit
• Suhu : 37,0 ⁰C
Keadaan Umum
• Kesan sakit : tidak sakit
• Kesadaran : compos mentis
Kepala
Rambut : Warna hitam, tipis, tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cowong (-/-),
kornea tampak suram (-/-), refleks cahaya (+/+), pupil isokor
(2mm/2mm)
Telinga : Sekret (-), darah (-)
Hidung : Sekret (-), pernafasan cuping hidung (-)
Mulut : Mukosa bibir normal, tidak kering, sianosis (-), lidah bersih
Tonsil : tidak dapat dievaluasi
Faring : tidak dapat dievaluasi
Gigi : belum tumbuh
Leher
• pembesaran kelenjar : (-)
• kaku kuduk : (-)
10
Kulit
Tidak kering dengan turgor kulit baik, petekie (+) di kedua ekstremitas superior
dan inferior dan pipi kiri , lebam kebiruan diinfraorbitasinistra dan digiti V
ekstremitas inferior sinistra.
Dada:
Pulmo
• Inspeksi :bentuk simetris, gerak simetris, retraksi sub
diafragma (-), retraksi sub sternal (-)
• Palpasi : krepitasi (-)
• Perkusi : sonor
• Auskultasi : suara napas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
• Inspeksi : Ictus Cordis tidak terlihat
• Palpasi : Ictus Cordis teraba pada ICS VI MCL Sinistra
• Perkusi : Batas Kiri = ICS VI MCL Sinistra
Batas Kanan = ICS IV PSL Dextra
• Auskultasi : S1/S2 tunggal, reguler, suara tambahan (-)
Abdomen
• Inspeksi : flat, simetris
• Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (-), asites (-)
• Perkusi : Timpani
• Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal
Ekstremitas
• Akral Hangat, sianosis (-), edema (- 4 ekstremitas), CRT < 2 detik
11
Pemeriksaan Penunjang
Hasil 22-5-2016 24/5/16 25/5/16 Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
MCV,MCH,MCHC
HEMOSTASIS
GDS
12
Follow Up
13
Tho: bentuk, gerak simetris (+/+) ves Metil prednisolon 4mg
(+/+) rho (-/-) whe (-/-) 2 ½ - 2 – 2 tab
Abd: flat, soefl, organomegali (-) asites Cek DL post transfusi,
(-) BU + bila TC ≥ 50.000 Aff
Ekst: sup & inf ptekie (+/+) berkurang infus
14
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Idiopathic Thrombocytopenic Purpura adalah suatu gangguan autoimun
yang ditandai dengan trombositopenia yang menetap (angka trombosit darah
perifer kurang dari 150.000/mL) akibat autoantibodi yang mengikat antigen
trombosit menyebabkan destruksi prematur trombosit dalam sistem
retikuloendotel terutama limpa.1
ITP juga dapat dibagi menjadi dua, yakni akut ITP dan kronik ITP.
Batasan yang dipakai adalah waktu jika dibawah 6 bulan disebut akut ITP dan
diatas 6 bulan disebut kronik ITP. Akut ITP sering terjadi pada anak-anak
sedangkan kronik ITP sering terjadi pada dewasa.
Berdasarkan onset penyakit ITP dibedakan tipe akut dan kronik
a. ITP akut
Kejadiaannya kurang atau sama dengan 6 bulan. ITP akut sering dijumpai
pada anak, jarang pada dewasa. Onset penyakit biasanya mendadak,
riwayat infeksi mengawali terjadinya perdarahan berulang, sering dijumpai
eksantem pada anak-anak (rubeola dan rubella) dan penyakit saluran napas
yang disebabkan oleh virus. Virus yang paling banyak diindetifikasi
adalah varicella zooster dan epstein barr. Manifestasi perdarahan ITP akut
pada anak biasanya ringan, perdarahn intrakranial terjadi kurang dari 1%
pasien. Pada ITP dewasa bentuk akut jarang terjadi, namun dapat
mengalami perdarahan dan perjalanan penyakit lebih fulminan. ITP akut
pada anak biasanya self limiting, remisi spontan terjadi pada 90%
penderita, 60% sembuh dalam 4-6 minggu dan lebih dari 90% sembuh
dalam 3-6 bulan.2
b. ITP kronik
Kejadiaannya lebih dari 6 bulan. Onset ITP kronik biasanya tidak
menentu, riwayat perdarahan sering ringan sampai sedang, infeksi dan
pembesaran lien jarang terjadi dan perjalanan klinis yang fluktuatif.
Episode perdarahan dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa
minggu, mungkin intermitten atau terus menerus. Manifestasi perdarahan
15
ITP berupa ekimosis, petekie, purpura. Pada umumnya berat dan frekuensi
perdarahan berkorelasi dengan jumlah trombosit. Secara umum bila pasien
dengan AT > 50.000/ml maka biasanya asimptomatik, AT 30.000-
50.000/ml terdapat luka memar/hematom, AT 10.000-30.000/ml terdapat
perdarahan spontan, menoragi dan perdarahan memanjang bila ada luka,
AT < 10.000/ml terjadi perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan
gastrointestinal dan genitourinaria) dan resiko perdarahan sistem saraf
pusat. 3
Tabel 2.1.Perbedaan ITP pada anak dan dewasa
Child-Onset Adult-Onset
2.2 Etiologi
Etiologi ITP belum diketahui secara pasti, tetapi ditemukan berbagai
kemungkinan di antaranya ialah hipersplenisme, infeksi virus (demam berdarah,
morbili, varisela, dan sebagainya), intoksikasi makanan atau obat (asetosal, PAS,
fenilbutazon, diamox, kina, sedormid) atau bahan kimia, pengaruh fisis (radiasi,
panas), kekurangan faktor pematangan (misalnya malnutrisi), DIC (misalnya pada
DSS, leukimia, ARDS pada bayi) 4.
Hal ini diketahui dengan ditemukannya zat anti terhadap trombosit dalam
darah penderita. Pada neonatus kadang-kadang ditemukan trombositopenia
neonatal yang disebabkan inkompatibilitas golongan darah trombosit antara ibu
dan bayi (isoimunisasi). Prinsip patogenesisnya sama dengan inkompatibilitas
rhesus atau ABO 5.
Jenis antibodi trombosit yang sering ditemukan pada kasus yang
mempunyai dasar imunologis ialah anti P1E1 dan anti P1E2. Mencari
16
kemungkinan penyebab ITP ini penting untuk menentukan pengobatan, penilaian
pengobatan dan prognosis 5.
Dalam kebanyakan kasus, penyebab ITP tidak diketahui. Seringkali pasien
yang sebelumnya terinfeksi oleh virus (rubella, rubeola, varisela) atau, sekitar tiga
minggu menjadi ITP. Hal ini diyakini bahwa tubuh, ketika membuat antibodi
terhadap virus, "sengaja" juga membuat antibodi yang dapat menempel pada sel-
sel platelet. Tubuh mengenali setiap sel dengan antibodi sebagai sel asing dan
menghancurkan mereka. Itulah sebabnya ITP juga disebut sebagai imuno
thrombocytopenic purpura.1
Sumsum tulang adalah jaringan lembut, kenyal yang berada di tengah
tulang panjang dan bertanggung jawab untuk membuat sel-sel darah, termasuk
trombosit. Sumsum tulang merespon rendahnya jumlah trombosit dan
menghasilkan lebih banyak untuk mengirim ke tubuh. Sel-sel di sumsum tulang
pada pasien dengan ITP, akan banyak trombosit muda yang telah dihasilkan.
Namun, hasil tes darah dari sirkulasi darah akan menunjukkan jumlah trombosit
yang sangat rendah. Tubuh memproduksi sel-sel normal, tetapi tubuh juga
menghancurkan mereka. Dalam kebanyakan kasus, tes darah lainnya normal
kecuali untuk rendahnya jumlah trombosit. Pada pasien ITP, trombosit biasanya
bertahan hanya beberapa jam, dibandingkan dengan trombosit yang normal yang
memiliki umur 7 sampai 10 hari. Trombosit sangat penting untuk pembentukan
bekuan darah.1
Tabel 2.2. Obat – obatan yang berpengaruh pada ITP
Obat yang dapat menurunkan produksi trombosit
Obat – obat kemoterapi
Thiazide
Alkohol
Estrogen
Kloramfenikol
Radiasi
Obat yang dapat meningkatkan destruksi trombosit
Sulfonamide
Quinidine
17
Quinine
Carbamazepine
Asam valporat
Heparin
Digoksin
Obat yang berhubungan dengan perubahan fungsi trombosit
Aspirin
Dipiridamol
2.3 Patofisiologi
ITP disebabkan oleh autoantibodi trombosit spesifik yang berikatan
dengan trombosit autolog kemudian dengan cepat dibersihkan dari sirkulasi oleh
sistem fagosit mononuklear melalui reseptor Fc makrofag. Diperkirakan bahwa
ITP diperantai oleh suatu autoantibodi, mengingat kejadian transient
trombositopenia pada neonatus yang lahir dari ibu yang menderita ITP, dan
perkiraan ini didukung oleh kejadian transient trombositopenia pada orang sehat
yang menerima transfusi plasma kaya IgG, dari seorang penderita ITP. Trombosit
yang diselimuti oleh autoantibodi IgG akan mengalami percepatan pembersihan di
lien dan di hati setelah berikatan dengan reseptor Fc yang diekspresikan oleh
makrofag jaringan. Pada sebagian besar penderita akan terjadi mekanisme
kompensasi dengan peningkatan produksi trombosit. Sebagian kecil yang lain,
produksi trombosit tetap terganggu, sebagian akibat destruksi trombosit yang
diselimuti autoantibodi oleh makrofag didalam sumsum tulang (intramedullary),
atau karena hambatan pembentukan megakariosit, kadar trombopoetin tidak
meningkat, menunjukan adanya masa megakariosit normal. 5
Untuk sebagian kasus ITP yang ringan, hanya trombosit yang diserang,
dan megakariosit mampu untuk mengkompensasi parsial dengan meningkatkan
produksi trombosit. Penderita ITP dengan tipe ini dapat dikatakan menderita ITP
kronik tetapi stabil dengan jumlah trombosit yang rendah pada tingkat aman. Pada
kasus berat, auto antibodi dapat langsung meyerang antigen yang terdapat pada
trombosit dan juga megakariosit. Pada tipe ini produksi trombosit terhenti dan
18
penderita harus menjalani pengobatan untuk menghindari resiko perdarahan
internal atau organ dalam. 1
Antigen pertama yang berhasil diidentifikasi berasal dari kegagalan
antibodi ITP untuk berikatan dengan trombosit yang secara genetik kekurang
kompleks glikoprotein IIb/IIIa. Kemudian berhasil diidentifikasi antibodi yang
bereaksi dengan glikoprotein Ib/IX,Ia/IIa,IV dan V dan determinasi trombosit
yang lain. Juga dijumpai antibodi yang bereaksi terhadap berbagai antigen yang
berbeda. Destruksi trombosit dalam sel penyaji antigen yang diperkirakan dipicu
oleh antibodi, akan menimbulkan pacuan pembentukan neoantigen, yang
berakibat produksi antibodi yang cukup untuk menimbulkan trombositopenia.
19
1. Trombosit yang diselimuti autoantibodi akan berikatan dengan sel penyaji
antigen (makrofag atau sel dendritik) melalui reseptor Fcg kemudian
mengalami proses internalisasi dan degradasi.
2. Sel penyaji antigen tidak hanya merusak glikoprotein IIb/IIIa, tetapi juga
memproduksi epitop kriptik dari glikoprotein trombosit yang lain.
3. Sel penyaji antigen yang teraktifasi mengekspresikan peptida baru pada
permukaan sel dengan bantuan kostimulasi (yang ditunjukkan oleh
interaksi antara CD 154 dan CD 40) dan sitokin yang berfungsi
menfasilitasi proliferasi inisiasi CD4 positif Tcell clone (Tcell clone 1) dan
spesifitas tambahan (Tcell clone 2)
4. Reseptor sel imunoglobulin sel B yang mengenali antigen trombosit (Bcell
clone 2) dengan demikian akan menginduksi proliferasi dan sintesis
antiglikoprotein Ib/IX antibodi dan juga meningkatkan produksi
antiglikoprotein IIb/IIIa antibodi oleh B cell clone 1. 1,3,5
20
berat atau perdarahan traktus gastrointestinalis. Renjatan (shock) dapat terjadi bila
kehilangan darah banyak 5.
Pada ITP menahun, umumnya hanya ditemukan kebiruan atau perdarahan
abnormal lain dengan remisi spontan dan eksaserbasi. Remisi yang terjadi
umumnya tidaklah sempurna. Harus waspada terhadap kemungkinan ITP
menahun sebagai gejala stadium praleukemia 5.
Tanda dan gejala dari idipatik trombositosis purpura adalah meningkatnya
perdarahan akibat menurunnya jumlah platelet. Bentuk perdarahan dalam:
1. Purpura. Perdarahan yang terjadi pada kulit dan membran mukosa
(seperti di dalam mulut) yang berwarna keunguan. Lebam yang tidak
jelas penyebabnya.
2. Petekie. Bintik-bintik merah di kulit. Terkadang bintik merah saling
menyatu dan mungkin terlihat seperti ruam. Bintik merah merupakan
perdarahan di bawah kulit
3. Perdarahan yang sulit berhenti
4. Perdarahan dari gusi
5. Mimisan
6. Menstruasi yang berkepanjangan pada wanita
7. Hematuria
8. Perdarahan saluran cerna
Perdarahan intrakranial merupakan komplikasi yang paling serius pada
ITP. Hal ini mengenai hampir 1% penderita dengan trombositopenia berat.
Perdarahan biasanya di subarachnoid, sering multipel dan ukuran bervariasi dari
petekie sampai ekstravasasi darah yang luas.1
2.5 Diagnosis
Anamnesis yang lengkap termasuk risiko, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium, perlu dilakukan pada setiap pasien saat kunjungan pertama kali ke
saranakesehatan. Hal ini dimaksudkan untuk menegakkan diagnosis, diperolehnya
data dasar mengenai pemeriksaan fisik dan laboratorium, dan untuk menentukan
tata laksana selanjutnya.
Dari Anamnesis, perlu digali tanda-tanda perdarahan dan faktor resiko.
Tanda perdarahan seperti munculnya petekie, purpura, perdarahan yang sulit
21
berhenti, perdarahan pada gusi, mimisan spontan, perdarahan konjungtiva,
perdarahan saluran cerna seperti melena, hematuria, dan menstruasi yang
berkepanjangan pada wanita.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya purpura dan petekie, perdarahan
mukokutan, mungkin bisa ditemukan adanya splenomegali (10% pada anak) yang
jarang terjadi.
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium darah lengkap
dapat ditemukan adanya penurunan jumlah trombosit dengan leukosit dan eritrosit
dalam batas normal (tidak terjadi perdarahan masif), pemeriksaan darah tepi
ditemukan penurunan sel trombosit dengan atau tanpa megatrombosit,
pemeriksaan sumsum tulang didapatkan peningkatan megakariosit. Pada
pemeriksaan PT dan APTT dalam batas normal5.
Yang khas ialah trombositopenia. Jumlah trombosit dapat mencapai nol.
Anemia biasanya normositik dan sesuai dengan jumlah darah yang hilang. Bila
telah berlangsung lama maka dapat berjenis mikrositik hipokromik. Bila
sebelumnya terdapat perdarahan yang cukup hebat, dapat terjadi anemia
mikrositik. Leukosit biasanya normal, tetapi bila terdapat perdarahan hebat dapat
terjadi leukositosis ringan dengan pergeseran ke kiri. Pada keadaan yang lama
dapat ditemukan limfositosis relatifatau bahkan leucopenia ringan 5.
Sumsum tulang biasanya memberikan gambaran yang normal, tetapi
jumlah dapat pula bertambah, banyak dijumpai megakariosit muda berinti
metamegalialuariosit satu, sitoplasma lebar dan granulasi sedikit (megakariosit
yang mengandung trombosit) jarang ditemukan, sehingga terdapat maturation
arrest pada stadium megakariosit 5.
Sistem lain biasanya normal, kecuali bila terdapat perdarahan hebat maka
akan ditemukan hiperaktif sistem eritropoetik. Beberapa penyelidik beranggapan
bahwa ditemukannya eosinofil dalam jumlah banyak (lebih dari normal)
merupakan petunjuk bahwa prognosis penyakit baik5.
Selain kelainan hematologis di atas, mekanisme pembekuan memberikan
kelainan berupa masa perdarahan memanjang. Rumpel-Leede umumnya positif,
22
tetapi masa pembekuan normal, retraksi bekuan abnormal dan prothrombin
consumption time memendek. Pemeriksaan lainnya normal 5.
Untuk memastikan diagnosis Idiopathic Thrombocytopenic Purpura,
dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium yang tepat. Pemeriksaan dapat
dilakukan antara lain dengan pemeriksaan:
1. Pemeriksaan darah rutin, akan didapatkan nilai trombosit yang
rendah (< 150.000) dengan jumlah eritrosit (apabila tidak terjadi
perdarahan yang berat) dan leukosit dalam batas normal.
2. Pemeriksaan darah tepi, akan didapatkan trombositopenia dengan
eritrosit dan leukosit dengan morfologi normal. Dijumpai trombosit
muda dengan ukuran yang lebih besar (megatrombosit).
3. Pemeriksaan PT dan APTT dalam batas normal, fibrinogen normal.
4. Monoclonal antigen capture assay. Pengukuran trombosit
dihubungkan dengan antibodi, secara langsung untuk mengukur
trombosit yang berkaitan dengan antibodi.
5. Pemeriksaan sumsum tulang normal atau peningkatan jumlah
4,6
megakariosit dan agranuler, serta tidak mengandung trombosit.
Pedoman dari pediatric society of hematology menyatakan
pemeriksaan sumsum tulang tidak diperlukan pada usia > 40 tahun,
pasien dengan gambaran tidak khas ( gambaran sitopeni) atau pasien
yang tidak berespon baik dengan terapi. Meskipun tidak dianjurkan,
banyak ahli pediatric hematologi merekomendasikan dilakukan
pemeriksaan sumsum tulang sebelum memulai pemberian
kortikosteroid untuk menyingkirkan kasus leukemia akut. 1
23
Gambar 2.2pemeriksaan sumsum tulang ITP
2.7 Penatalaksanaan
Terapi ITP lebih ditujukan untuk menjaga jumlah trombosit dalam kisaran
aman sehinggamencegah terjadinya perdarahan mayor. Terapi umum meliputi
menghindari aktivitas fisik berlebihan untuk mencegah trauma terutama trauma
kepala, hindari pemakaian obat-obatan yangmempengaruhi fungsi trombosit.
Terapi khusus yakni terapi farmakologis. Indikasi rawat inap pada pasien ITP bila
jumlah hitung teombosit <20.000/µL, perdarahan berat, kecurigaan/pasti
perdarahan intracranial, dan umur < 3 tahun. Bila tidak dirawat inap pasien
diwajibkan untuk tidak/menghindari obat anti agregasi platelet (seperti salisilat)
dan olahraga yang traumatis (kepala).7,8
24
Suspensi Trombosit
Pemberian suspense dilakukan bila :
Jumlah trombosit <20.000/µL dengan perdarahan mukosa berulang
(epistaksis)
Perdarahan retina
Perdarahan berat (epistaksis yang memerlukan tampon, hematuria,
perdarahan organ dalam)
Jumlah trombost <50.000/µL
Kecurigaan/pasti perdarahan intracranial
Menjalani operasi, dengan jumlah trombosit <150.000 8
25
mendapat terapi kortikosteroid dalam beberapa hari atau adanya purpura yang
progresif. Pemberian dapat diulang dengan dosis yang sama jika jumlah trombosit
<30.000/µLpada 72 jam setlah transfuse pertama. Pada kasus perdarahan
emergensi diberikan 0,8 gr/KgBB, 1-2 kali pemberian bersama – sama dengan
kortikosteroid dan transfuse trombosit. Hampir 80% pasien berespon baik dengan
cepat meningkatkan AT namun perlu pertimbangan biaya. Gagal ginjal dan
insufisiensi paru dapat terjadi serta syok anafilaktik pada pasien yang mempunyai
defisiensi IgA Kongenital. Mekanisme kerja IVIG pada ITP masih belum banyak
diketahui namun meliputi blockade Fc reseptor, anti-idiotype antibodies pada
IVIG yang menghambat ikatan autoantibodi dengan trombosit yang bersirkulasi
dan imunosupresi8,3,4.
Anti-D Intravena
Anti-D intravena dapat diberikan pada pasien dengan Rh positif sebagai
infus jangka pendek dan dinilai efektif pada anak-anak. Dosis yang diberikan
yaitu 10-25 mg/KgBB/hari selama 2 – 5 hari, intravena dalam 50 mL NaCl 0,9%
dan habis dalam 30 menit. Mekanisme kerja anti-D yakni destruksi sel darah
merah rhesusD-positif yang secara khusus dibersihkan oleh RES terutama di lien,
jadi bersaing denganautoantibodi yang menyelimuti trombosit melalui Fc reseptor
blockade8,3,4.
Alternatif Lain8
Jenis Obat Dosis
α-interferon 3x106 U subkutan, 3 kali per minggu
selama 4 minggu
Siklosporin 3-8 mg/KgBB/hari dibagi dalam 2-3
dosis
Azatioprin 50-300 mg/m2 per OS per hari selama
≥4 bulan
26
Pendekatan Terapi Konvensional Lini Kedua
Untuk pasien yang dengan terapi standar kortikosterpid tidak membaik,
ada beberapa pilihan terapi lain. Luasnya variasi terapi untuk terapi lini kedua
menggambarkan relatif kurangnya efikasi dan terapi bersifat individual.
Steroid Dosis Tinggi
Terapi pasien ITP refrakter selain prednisolon dapat digunakan
deksametason oral dosis tinggi. Deksametason 0,6 mg/KgBB/hari selama 4 hari,
diulang setiap 28 hari untuk 6 siklus. Remisi komplit atau parsial terjadi pada 25%
pasien dari paseim dengan terapi inisial dengan kortikosteroid atau pasien yang
gagal dengan terapi IVIG yang tidak berespon9,3,4.
Rituximab
Rituximab telah dievaluasi pada 25 pasien dengan ITP resisten dengan
dosis 375mg/m2 per minggu selama 4 minggu. Pada 5 pasien menunjukkan
respon parsial, dan 7 pasien dapat bertahan selama 6 bulan. Rituximab memiliki
respon lebih baik pada pasien yang lebih muda. Rituximab dipertimbangkan pada
anak dan dewasa dengan ITP yang memiliki perdarahan signifikan dan tidak
berespon dengan terapi IVIg, anti-D dan dosis konvensional kortikosteroid.3,4
27
Gambar 2.3 definisi respons terapi ITP
2.8 Komplikasi
1. Reaksi tranfusi
2. Relaps
3. Perdarahan susunan saraf pusat (kurang dari 1% kasus yang terkena)
4. Efek samping dari kortikosteroid
5. Perdarahan saluran cerna
6. Perdarahan saluran kemih8
2.9 Prognosis
Pada ITP akut bergantung kepada penyakit primernya. Bila penyakit
primernya ringan, 90% akan sembuh secara spontan. Prognosis ITP menahun
kurang baik, terutama bila merupakan stadium praleukemia karena akan berakibat
fatal. Pada ITP menahun yang bukan merupakan stadium praleukemia, bila
dilakukan splenektomi pada waktunya akan didapatkan angka remisi sekitar 90%
11
.
28
BAB 4
PEMBAHASAN
TEORI KASUS
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
adanya purpura dan petekie, Kesadaran : CM
perdarahan mukokutan, mungkin TTV: T: 37,00C Nadi:96x/i RR 36
bisa ditemukan adanya x/i,
splenomegali (10% pada anak)
yang jarang terjadi. Ane (-/-), ikt (-/-), cowong(-/-)
29
perdarahan gusi (-), mimisan (-),
nyeri telan (-),vesikuler (+) Rh (-/-),
Wh (-/-), abd soefl BU(+)N, NT(-),
organomegali (-) ascites (-),Edema
ekstrimitas (-)
Kulit :
petekie (+) pada ekstremitas superior
dan inferior, lebam di bawah mata
dan digiti V ekstremitas inferior
sinistra
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah rutin, akan
didapatkan nilai trombosit yang HEMATOLOGI
rendah (< 150.000) dengan jumlah Hemoglobin 11,7
eritrosit (apabila tidak terjadi
Leukosit 12,6
perdarahan yang berat) dan leukosit
dalam batas normal. Eritrosit 3,86
30
Jumlah trombosit <20.000/µL Inj. Kalnex 3x100 mg/ kgbb
dengan perdarahan mukosa (3x60mg)
berulang (epistaksis) Transfusi TC 1 unit 2 kali
Perdarahan retina Metil prednisolon 4mg
Perdarahan berat (epistaksis 2 ½ - 2 – 2 tab
yang memerlukan tampon,
hematuria, perdarahan organ
dalam)
Jumlah trombost <50.000/µL
Kecurigaan/pasti perdarahan
intracranial
Menjalani operasi, dengan
jumlah trombosit <150.000
Terapi awal
31
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Idiopathic Thrombocytopenic Purpura adalah suatu gangguan autoimun yang
ditandai dengan trombositopenia yang menetap (angka trombosit darah
perifer kurang dari 150.000/mL) akibat autoantibodi yang mengikat antigen
trombosit menyebabkan destruksi prematur trombosit dalam sistem
retikuloendotel terutama limpa.
2. Penyebab ITP yang pasti sampai saat ini masih belum diketahui pasti namun
penyebab ITP dikaitkan dengan infeksi rubela, rubeola,varisella pada pasien
ITP yang sebelumnya terinfeksi.
3. ITP disebabkan oleh autoantibodi trombosit spesifik yang berikatan dengan
trombosit autolog kemudian dengan cepat dibersihkan dari sirkulasi oleh
sistem fagosit mononuklear melalui reseptor Fc makrofag
4. Pada pemeriksaan darah lengkap di dapatkannya penurunan jumlah trombosit
dengan adanya tanda perdarahan berupa petekie, purpura, epistaksis,
subkonjungtiva bleeding, melena, hematuria.
5. Standar penatalaksanaan pasien ITP dengan pemberian kortikosteroid.
5.2 Saran
Mengingat masih banyaknya kekurangan dari makalah tutorial ini, baik
dari segi diskusi, penulisan dan sebagainya, untuk itu kami mengharapkan kritik
dan saran dari dosen-dosen yang mengajar, dari rekan-rekan sesama dokter muda
dan dari berbagai pihak demi kesempurnaan referat ini.
32
DAFTAR PUSTAKA
2. Tepie MAF, Roux GL, Beach KJ, Bennett D, Robinson NJ. Comorbidities
of Idiopathic Thrombocytopenic Purpura: A Population-Based Study
2008;2009:1-12.
8. IDAI. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia Edisi II.
Jakarta : IDAI, 2011
33