Anda di halaman 1dari 49

IDIOPHATIC THROMBOCYTOPENIC

PURPURA
(ITP)
Disusun oleh:
Aditiya Setyorini

Pembimbing :
dr. Annisa, Sp. A

LAB/SMF ILMU KESEHATAN ANAK


PROGRAM PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
MULAWARMAN
RSUD A.W. SJAHRANIE
SAMARINDA 2017
Kasus
Identitas pasien :
Ruang perawatan : Melati
Nama : An. FHF
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 4 bulan
Alamat : Jln. Muso Salim Gg. 6 No.50
Anak ke : 2 dari 2 bersaudara
Identitas Orang Tua
Nama Ayah : Tn. F Nama Ibu : Ny. RA
Umur : 28 tahun Umur : 27 tahun
Pekerjaan : Honorer Pekerjaan : IRT
Pendidikan Terakhir : SLTA Pendidikan Terakhir : SLTA
Ayah perkawinan ke :1 Ibu perkawinan ke :1
Riwayat kesehatan ayah : sehat Riwayat kesehatan ibu : sehat
Anamnesis
Anamnesis didapatkan dari alloanamnesis pada ayah
dan ibu pasien tanggal 22 Mei 2016.
Keluhan Utama
Bintik – bintik merah ± 9 jam SMRS
Keluhan Tambahan
Lebam kebiruan 2 jam SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien masuk rumah sakit pada hari selasa 22 Mei 2016 melalui IGD.
Pasien datang dengan membawa hasil lab darah lengkap trombosit
24.000/ul. Sebelumnya pasien dibawa ke RS Islam pada jam 4 sore karena
bercak merah yang muncul tiba-tiba di ekstremitas superior dan inferior
pada pagi hari, setelah itu bekas lebam di bawah mata dan digiti V
ekstremitas inferior sinistra pada jam 3 sore. Saat di IGD diperiksa kembali
lab darah lengkap dan didapatkan trombosit 4.000/ul.
Riwayat terbentur (-). Keluhan pembengkakan di kedua leher
dan susah menelan tidak ada. Keluhan perdarahan susah
berhenti (-), muntah darah (-), demam (-), dan pilek (-).
Riwayat penyakit kuning sebelumnya disangkal orangtua, BAB
lancar , BAB hitam (-), tidak ada diare maupun konstipasi. BAK
lancar, BAK merah (-) warna kuning. Mimisan (-), kejang (-
).Intake makanan baik berupa ASI dan susu formula.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Tidak pernah menderita penyakit yang sama. Pada umumnya
sehat dan tidak pernah masuk rumah sakit
Tidak ada riwayat alergi dan riwayat operasi

Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa
Ayah :sehat, merokok (+), tidak pernah menderita
tuberkulosis paru, tekanan darah tinggi, kencing
manis, penyakit jantung, penyakit ginjal, dan
penyakit infeksi menular
Ibu :sehat, tidak pernah menderita tuberkulosis paru,
tekanan darah tinggi, kencing manis, penyakit
jantung, penyakit ginjal, penyakit infeksi menular
Riwayat Kehamilan
Pemeliharaan Prenatal
Periksa di : Bidan
Penyakit kehamilan : mual dan muntah
sampai bulan ke – 4 kehamilan, flek satu bulan sebelum
kelahiran.
Obat-obatan yang sering diminum : vitamin dan tablet Fe.

Riwayat Kelahiran :
Lahir di : Bidan
di tolong oleh : Bidan
Berapa bulan dalam kandungan : 8 bulan
Jenis partus : Spontan
Pemeliharaan postnatal
Periksa di : posyandu
Keadaan anak : baik
Keluarga berencana : suntik 3 bulan
Pertumbuhan dan perkembangan anak :
Berat badan lahir : 2500 gram
Panjang badan lahir : 47 cm
Senyum, tertawa : 3 bulan
Miring : 3 bulan

Riwayat Makan Minum anak :


ASI : 2 minggu pertama
kelahiran sampai sekarang
Susu sapi/buatan : sejak lahir sampai
sekarang
Jenis susu buatan : susu sapi SGM
Takaran : 4 sendok untuk 120 mL
Frekuensi : 120 mL / jam
Riwayat Imunisasi :

Usia Saat Imunisasi (bulan)


Imunisasi
0 I II III IV
Hepatitis B √
BCG √
Polio √ √
DPT √ √
Campak
Keadaan Sosial Ekonomi :
Pasien dirawat oleh kedua orang tua.
Kamar mandi dan toilet berada di dalam rumah. 1 rumah
terdiri dari 5 kepala keluarga. 1 kamar berisi 1 kepala
keluarga.
Sumber air: PDAM
Listrik: PLN

Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pada tanggal : 24 Mei 2016
Antropometri
Berat badan : 6.5 kg
Panjang Badan : 57.5 cm
Lingkar kepala : 39.5 cm
Status gizi : gizi baik
Tanda Vital
Nadi : 96 x/menit (reguler, isi cukup, kuat angkat)
Frekuensi napas : 36 x/menit
Suhu : 37,0 ⁰C
Keadaan Umum
Kesan sakit : tidak sakit
Kesadaran : compos mentis

Kepala
Rambut : Warna hitam, tipis, tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cowong
(-/-), kornea tampak suram (-/-), refleks cahaya (+/+),
pupil isokor (2mm/2mm)
Telinga : Sekret (-), darah (-)
Hidung : Sekret (-), pernafasan cuping hidung (-)
Mulut : Mukosa bibir normal, tidak kering, sianosis (-), lidah
bersih
Tonsil : tidak dapat dievaluasi
Faring : tidak dapat dievaluasi
Gigi : belum tumbuh
Leher
pembesaran kelenjar : (-)
kaku kuduk : (-)

Kulit
Tidak kering dengan turgor kulit baik, petekie (+) di kedua
ekstremitas superior dan inferior dan pipi kiri , lebam kebiruan
di infraorbita sinistra dan digiti V ekstremitas inferior sinistra.

Dada :
Pulmo
Inspeksi : bentuk simetris, gerak simetris, retraksi
sub diafragma (-), retraksi sub sternal (-)
Palpasi : krepitasi (-)
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara napas vesikuler, ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)
Dada :
Pulmo
Inspeksi : bentuk simetris, gerak simetris, retraksi sub
diafragma (-), retraksi sub sternal (-)
Palpasi : krepitasi (-)
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara napas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus Cordis teraba pada ICS IV MCL Sinistra
Perkusi : Batas Kiri = ICS IV MCL Sinistra
Batas Kanan = ICS IV PSL Dextra
Auskultasi : S1/S2 tunggal, reguler, suara tambahan (-)
Abdomen
Inspeksi : flat , simetris
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (-), asites (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal

Ekstremitas
Akral Hangat, sianosis (-), edema (- 4 ekstremitas), CRT <
2 detik
22/5/ 24/5/ 25/5
Hasil Rujukan Satuan
16 16 /16

HEMATOLOGI
Hemoglobin 11,7 12,7 11,0-14,0 g/dl
Leukosit 9,8 4,0-10,5
12,6 ribu/ul
rb
Eritrosit 3,86 4,5-6,00 Juta/ul
Hematokrit 33,4 35 35,0-47,0 Vol%
Trombosit 4 195 150-450 Ribu/ul
LED - 0-20 mm/jam
MCV,MCH,MCHC
MCV 86,5 80-97 Fl
MCH 30,3 27-32 Pg
MCHC 35,0 32-38 %
HEMOSTASIS
PT - 13,8 10-15 Detik
APTT - 31,8 28-34 Detik
GDS
Follow Up

Tanggal Subjektif & Objektif Assesment & Planning


Hari ke- 1 S: - A: ITP
23-5-2016 BB 6.3 kg P:
Melati O: T: 36,8 0C Nadi 110x/i RR 44 x/i, Inf D5 1/4 NS 60 cc/ 24 jam
K/L: an (-/-) ikt (-/-) cowong (-/-) Inj. Ranitidin 2x6 mg/ iv
mimisan (-/-) perdarahan gusi (-/- Inj. Kalnex 3x10 mg/ kgbb
), lebam (+) infraorbita, KGB tidak (3x60mg)
membesar, petekie (+) pipi
Tho: bentuk, gerak simetris (+/+)
ves (+/+) rho (-/-) whe (-/-)
Abd: flat, soefl, organomegali (-)
asites (-) BU +
Ekst: sup & inf ptekie (+/+)
Hari ke-2 S: - A: ITP
24-5-2016 BB 6,5 kg P:
Melati O: T: 36,6 0C Nadi 95x/i RR: 40 x/i, Inf D5 1/4 NS 60 cc/ 24 jam
K/L: an (-/-) ikt (-/-) cowong (-/-) Inj. Ranitidin 2x6 mg/ iv
mimisan (-/-) perdarahan gusi (-/- Inj. Kalnex 3x10 mg/ kgbb
), lebam (+) infraorbita, KGB tidak (3x60mg)
membesar, petekie (+) pipi Transfusi TC 1 unit 2 kali
Tho: bentuk, gerak simetris (+/+) Metil prednisolon 4mg
ves (+/+) rho (-/-) whe (-/-) 2 ½ - 2 – 2 tab
Abd: flat, soefl, organomegali (-)
asites (-) BU +
Ekst: sup & inf ptekie (+/+)
Hari ke-3 S: - A: ITP
25-5-2016 BB 6,5 kg P:
Melati O: T: 370C Nadi 160x/i RR 40 x/i, Inf D5 1/4 NS 60 cc/ 24 jam
K/L: an (-/-) ikt (-/-) cowong (-/-) Inj. Ranitidin 2x6 mg/ iv
mimisan (-/-) perdarahan gusi (- Inj. Kalnex 3x10 mg/ kgbb
/-), lebam (+) infraorbita, KGB (3x60mg)
tidak membesar, petekie (+) pipi Metil prednisolon 4mg
berkurang 2 ½ - 2 – 2 tab
Tho: bentuk, gerak simetris Cek DL post transfusi, bila TC ≥
(+/+) ves (+/+) rho (-/-) whe (-/-) 50.000 aff infus
Abd: flat, soefl, organomegali (-)
asites (-) BU +
Ekst: sup & inf ptekie (+/+)
berkurang
Hari ke-4 S : - A: ITP
26-5- BB 6,5 kg P:
2016 O: T: 37,1 0C Nadi 140x/i RR 40 x/i, Aff infus
Melati K/L: an (-/-) ikt (-/-) cowong (-/-) Metil prednisolon 4mg
mimisan (-/-) perdarahan gusi (-/-), 2 ½ - 2 – 2 tab
lebam (+) infraorbita, KGB tidak
membesar, petekie (+) pipi berkurang
Tho: bentuk, gerak simetris (+/+) ves
(+/+) rho (-/-) whe (-/-)
Abd: flat, soefl, organomegali (-) asites
(-) BU +
Ekst: sup & inf ptekie (+/+) berkurang
PENGERTIAN
Idiopathic Thrombocytopenic Purpura adalah suatu
gangguan autoimun yang ditandai dengan trombositopenia
yang menetap (angka trombosit darah perifer kurang dari
150.000/mL) akibat autoantibodi yang mengikat antigen
trombosit menyebabkan destruksi prematur trombosit
dalam sistem retikuloendotel terutama limpa.1

KLASIFIKASI
Berdasarkan onset penyakit ITP dibedakan tipe akut
dan kronik
ETIOLOGI
• belum diketahui secara pasti
• hipersplenisme
• infeksi virus (demam berdarah, morbili,
varisela, dan sebagainya)
• intoksikasi makanan atau obat (asetosal, PAS,
fenilbutazon, diamox, kina, sedormid)
• bahan kimia
• pengaruh fisis (radiasi, panas)
• kekurangan faktor pematangan (misalnya
malnutrisi)
• DIC (misalnya pada DSS, leukimia, ARDS pada
bayi) 4.
Obat – obatan yang berpengaruh pada ITP

Obat yang dapat menurunkan produksi trombosit


 Obat – obat kemoterapi
 Thiazide
 Alkohol
 Estrogen
 Kloramfenikol
 Radiasi
Obat yang dapat meningkatkan destruksi trombosit
 Sulfonamide
 Quinidine
 Quinine
 Carbamazepine
 Asam valporat
 Heparin
 Digoksin
Obat yang berhubungan dengan perubahan fungsi trombosit
 Aspirin
 Dipiridamol
PATOFISIOLOGI
• Trombosit yang diselimuti autoantibodi akan berikatan
dengan sel penyaji antigen (makrofag atau sel dendritik)
melalui reseptor Fcg kemudian mengalami proses
internalisasi dan degradasi.

• Sel penyaji antigen tidak hanya merusak glikoprotein IIb/IIIa,


tetapi juga memproduksi epitop kriptik dari glikoprotein
trombosit yang lain.
• Sel penyaji antigen yang teraktifasi mengekspresikan peptida
baru pada permukaan sel dengan bantuan kostimulasi (yang
ditunjukkan oleh interaksi antara CD 154 dan CD 40) dan
sitokin yang berfungsi menfasilitasi proliferasi inisiasi CD4
positif Tcell clone (Tcell clone 1) dan spesifitas tambahan (Tcell
clone 2)

• Reseptor sel imunoglobulin sel B yang mengenali antigen


trombosit (Bcell clone 2) dengan demikian akan menginduksi
proliferasi dan sintesis antiglikoprotein Ib/IX antibodi dan juga
meningkatkan produksi antiglikoprotein IIb/IIIa antibodi oleh
B cell clone 1
MANIFESTASI KLINIS

Dapat timbul mendadak, terutama pada anak, tetapi dapat pula hanya berupa
kebiruan atau epistaksis selama jangka waktu yang berbeda-beda. Tidak
jarang terjadi gejala timbul setelah suatu peradangan atau infeksi saluran
nafas bagian atas akut 5.

Pada ITP akut dan berat dapat timbul perdarahan traktus genitourinaria, traktus
digestivus, pada mata (konjungtiva, retina), dan perdarahan SSP (jarang terjadi)

Pada ITP menahun, umumnya hanya ditemukan kebiruan atau perdarahan


abnormal lain dengan remisi spontan dan eksaserbasi
Bentuk perdarahan dalam:
• Purpura. Perdarahan yang terjadi pada kulit dan membran
mukosa (seperti di dalam mulut) yang berwarna keunguan.
Lebam yang tidak jelas penyebabnya.
• Petekie. Bintik-bintik merah di kulit. Terkadang bintik merah
saling menyatu dan mungkin terlihat seperti ruam. Bintik
merah merupakan perdarahan di bawah kulit
• Perdarahan yang sulit berhenti
• Perdarahan dari gusi
• Mimisan
• Menstruasi yang berkepanjangan pada wanita
• Hematuria
• Perdarahan saluran cerna
DIAGNOSIS

Anamnesis : gali tanda-tanda perdarahan dan faktor risiko,


riwayat perdarahan susah berhenti, mimisan,
perdarahan gusi, perdarahan saluran cerna, dan
menstruasi berkepanjangan pada wanita

Pemeriksaan fisiik : didapatkan adanya purpura dan


petekie, perdarahan mukokutan, mungkin
bisa ditemukan adanya splenomegali
(10% pada anak) yang jarang terjadi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG :

• Pemeriksaan darah rutin, akan didapatkan nilai trombosit yang rendah


(< 150.000) dengan jumlah eritrosit (apabila tidak terjadi perdarahan
yang berat) dan leukosit dalam batas normal.
• Pemeriksaan darah tepi, akan didapatkan trombositopenia dengan
eritrosit dan leukosit dengan morfologi normal. Dijumpai trombosit
muda dengan ukuran yang lebih besar (megatrombosit).
• Pemeriksaan PT dan APTT dalam batas normal, fibrinogen normal.
• Monoclonal antigen capture assay. Pengukuran trombosit dihubungkan
dengan antibodi, secara langsung untuk mengukur trombosit yang
berkaitan dengan antibodi.
• Pemeriksaan sumsum tulang normal atau peningkatan jumlah
megakariosit dan agranuler, serta tidak mengandung trombosit. 4,6
Pedoman dari pediatric society of hematology menyatakan Meskipun
tidak dianjurkan, banyak ahli pediatric hematologi merekomendasikan
dilakukan pemeriksaan sumsum tulang sebelum memulai pemberian
kortikosteroid untuk menyingkirkan kasus leukemia akut.
DIAGNOSA BANDING
• Paparan dari obat-obatan
• Anemia Aplastik
• Leukemia limfositik akut
• Trombotik trombositopenia purpura
• Non imun : sindroma hemolitik-uremik, koagulasi
intravaskular diseminata
• Splenomegali penyakit hati atau trombosis vena
porta
• Manifestasi awal infeksi SLE, HIV, limfoma
(jarang)
• Sindrom Wiskott Aldrich6
PENATALAKSANAAN :
Indikasi rawat inap pada pasien ITP :
• bila jumlah hitung teombosit <20.000/µl
• perdarahan berat
• kecurigaan/pasti perdarahan intracranial
• dan umur < 3 tahun.

• Bila tidak dirawat inap pasien diwajibkan


untuk tidak/menghindari obat anti agregasi
platelet (seperti salisilat) dan olahraga yang
traumatis (kepala)
• Suspensi Trombosit
Pemberian suspense dilakukan bila :
– Jumlah trombosit <20.000/µL dengan perdarahan
mukosa berulang (epistaksis)
• Perdarahan retina
– Perdarahan berat (epistaksis yang memerlukan
tampon, hematuria, perdarahan organ dalam)
– Jumlah trombost <50.000/µL
• Kecurigaan/pasti perdarahan intracranial
– Menjalani operasi, dengan jumlah trombosit <150.000
Terapi Awal ITP (Standar)
• Prednison
– Pengobatan kortikosteroid dapat diberikan bila perdarahan
mukosa dengan jumlah trombosit <20.000/µL atau
perdarahan ringan dengn jumlah trombosit <10.000/µL.
– Prednison, terapi awal ITP dengan prednisolon atau
prednison dosis 1-2 mg/kgBB/hari selama 2 minggu.
– Respons terapi prednison terjadi dalam 2 minggu dan
pada umumnya terjadi dalam minggu pertama, bila
respon baik kortikosteroid diturunkan perlahan sampai
kadar trombosit stabil atau dipertahankan sampai kadar
trombosit 30.000-50.000/µL.
– Prednisone dapat pula diberikan dalam dosis tinggi 4
mg/KgBB/hari selama 4 hari.
• Respon Terapi
– Respon awal adalah peningkatan AT > 30.000/µL,
AT>50.000/µL setelah 10 hari terapi awal,
terhentinya perdarahan.
– Tidak berespons bila peningkatan AT <30.000µL/
AT ≤50.000/µ L terapi 10 hari.
– Respon menetap bila AT menetap>50.000/mL
setelah 6 bulan follow up.
• Imunoglobulin Intravena
– Imunoglobulin intravena (IglV) single dose dosis 0,8
g/kg/ hari digunakan bila terjadi perdarahan internal,
saat AT <5000/mL meskipun telah mendapat terapi
kortikosteroid dalam beberapa hari atau adanya
purpura yang progresif.
– Pemberian dapat diulang dengan dosis yang sama jika
jumlah trombosit <30.000/µL pada 72 jam setelah
transfuse pertama.
– Pada kasus perdarahan emergensi diberikan 0,8
gr/KgBB, 1-2 kali pemberian bersama – sama dengan
kortikosteroid dan transfuse trombosit.
• Anti-D Intravena
– Anti-D intravena dapat diberikan pada pasien
dengan Rh positif sebagai infus jangka pendek dan
dinilai efektif pada anak-anak.
– Dosis yang diberikan yaitu 10-25 mg/KgBB/hari
selama 2 – 5 hari, intravena dalam 50 mL NaCl
0,9% dan habis dalam 30 menit.
Alternatif Lain

Jenis Obat Dosis


α-interferon 3x106 U subkutan, 3 kali
per minggu selama 4
minggu
SIklosporin 3-8 mg/KgBB/hari dibagi
dalam 2-3 dosis
Azatioprin 50-300 mg/m2 per OS per
hari selama ≥4 bulan
Pendekatan Terapi Lini Kedua
• Steroid Dosis Tinggi
– Terapi pasien ITP refrakter selain prednisolon dapat
digunakan deksametason oral dosis tinggi.
– Deksametason 0,6 mg/KgBB/hari selama 4 hari,
diulang setiap 28 hari untuk 6 siklus
• Rituximab
– Rituximab telah dievaluasi pada 25 pasien dengan ITP
resisten dengan dosis 375mg/m2 per minggu selama 4
minggu.
– Pada 5 pasien menunjukkan respon parsial, dan 7
pasien dapat bertahan selama 6 bulan.
Kegagalan Terapi Lini Pertama dan
Kedua
• Splenektomi perlu pada umumnya pada kasus yang
relaps atau yang tidak berespons dengan kortikostroid,
imunoglobulin iv dan Imunoglobulin anti-
D.Penggunaan imunoglobulin anti-D sebagai terapi
awal masih dalam penelitian dan hanya cocok untuk
pasien Rh-positif.
• Pada AT >50.000/µL perlu diberi IglV sebelum
pembedahan atau setelah trauma pada beberapa
pasien.
• Pada pasien ITP kronik dan AT <30.000/µl IglV atau
metil prednisolon dapat membantu meningkatkan AT
dengan segera sebelum splenektomi
Respon Terapi
Komplikasi
• Reaksi tranfusi
• Relaps
• Perdarahan susunan saraf pusat (kurang dari
1% kasus yang terkena)
• Efek samping dari kortikosteroid
• Perdarahan saluran cerna
• Perdarahan saluran kemih8
Prognosis
• Pada ITP akut bergantung kepada penyakit
primernya. Bila penyakit primernya ringan, 90%
akan sembuh secara spontan.
• Prognosis ITP menahun kurang baik, terutama
bila merupakan stadium praleukemia karena akan
berakibat fatal.
• Pada ITP menahun yang bukan merupakan
stadium praleukemia, bila dilakukan splenektomi
pada waktunya akan didapatkan angka remisi
sekitar 90%
PEMBAHASAN
TEORI KASUS
ANAMNESIS
 Onsetnya akut. Pasien datang dengan keluhan muncul bintik – bintik
 Purpura. Perdarahan yang terjadi pada kulit dan merah pada kedua ekstremitas inferior secara tiba –
membran mukosa (seperti di dalam mulut) yang tiba serta lebam, dan membawa hasil laboratorium
berwarna keunguan. Lebam yang tidak jelas darah dan di rujuk untuk opname karena trombosit
penyebabnya. mencapai 24.000/ mm3 .
 Petekie. Bintik-bintik merah di kulit. Terkadang 2 minggu yang lalu pasien terkena batuk pilek
bintik merah saling menyatu dan mungkin terlihat
seperti ruam. Bintik merah merupakan
perdarahan di bawah kulit
 Perdarahan yang sulit berhenti
 Perdarahan dari gusi
 Mimisan
 Menstruasi yang berkepanjangan pada wanita
 Hematuria
 Perdarahan saluran cerna
 riwayat infeksi mengawali terjadinya
PEMERIKSAAN FISIK
 adanya purpura dan petekie, CM
perdarahan mukokutan, mungkin TTV: T: 37,0 0C Nadi 96x/i RR 36 x/i,
bisa ditemukan adanya splenomegali
(10% pada anak) yang jarang terjadi. Ane (-/-), ikt (-/-), cowong(-/-)
perdarahan gusi (-), mimisan (-), nyeri
telan (-),vesikuler (+) Rh (-/-), Wh (-/-),
abd soefl BU(+)N, NT(-), organomegali
(-) ascites (-),Edema ekstrimitas (-)
Kulit :
petekie (+) pada ekstremitas superior
dan inferior, lebam di bawah mata dan
digiti V ekstremitas inferior sinistra
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan darah rutin, akan
didapatkan nilai trombosit yang rendah
(< 150.000) dengan jumlah eritrosit HEMATOLOGI
(apabila tidak terjadi perdarahan yang
berat) dan leukosit dalam batas normal. Hemoglobin 11,7
 Sumsum tulang: jumlah megakariosit Leukosit 12,6
meningkat disertai inti banyak Eritrosit 3,86
(multinuclearity) disertai lobulasi (1)
Hematokrit 33,4
 Imunologi: adanya antiplatelet Ig G pada Trombosit 4.0000
permukaan trombosit atau dalam serum.
Yang lebih spesifik adalah antibodi
terhadap gpHb/IIIa atau gpIb

 anemia normositik, bila lama dapat


berjenis mikrositik hipokromik
PENATALAKSANAAN
Pemberian suspense trombosit dilakukan bila : Inf D5 1/4 NS 60 cc/ 24 jam
 Jumlah trombosit <20.000/µL dengan perdarahan
Inj. Ranitidin 2x6 mg/ iv
mukosa berulang (epistaksis)
 Perdarahan retina
Inj. Kalnex 3x100 mg/ kgbb (3x60mg)
 Perdarahan berat (epistaksis yang memerlukan Transfusi TC 1 unit 2 kali
tampon, hematuria, perdarahan organ dalam) Metil prednisolon 4mg
 Jumlah trombost <50.000/µL
2 ½ - 2 – 2 tab
 Kecurigaan/pasti perdarahan intracranial
 Menjalani operasi, dengan jumlah trombosit
<150.000
Terapi awal

terapi awal ITP dengan prednisolon atau prednison


dosis 1,0-1,5mg/kgBB/hari selama 2 minggu. Respons
terapi prednison terjadi dalam 2 minggu dan pada
umumnya terjadi dalam minggu pertama, bila respon
baik kortikosteroid dilanjutkan sampai 1 bulan ,
kemudian tapering.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai