Disusun Oleh:
Nursyahidah C0142020
Idris 80
Hasyemi C0142020
Rafsan Zani 81
Siti Noormadya Siradja C0142020
82
Residen Pembimbing :
Supervisor Pembimbing :
DEPARTEMEN ILMU
PATOLOGI KLINIK
FAKULTAS
KEDOKTERAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa :
Nursyahidah Idris C014202080
Hasyemi Rafsan Zani C014202081
Siti Noormadya Siradja C014202082
Mengetahui,
Supervisor Pembimbing,
Residen Pembimbing,
2
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan...............................................................................................2
Daftar Isi...................................................................................................................3
Bab I Pendahuluan...................................................................................................4
2.1 Definisi........................................................................................................6
2.2 Epidemiologi...............................................................................................6
2.3 Etiologi........................................................................................................7
2.5 Patogenesis................................................................................................10
2.9 Tatalaksana...............................................................................................25
2.10 Komplikasi..............................................................................................27
2.11 Prognosis.................................................................................................27
Daftar Pustaka........................................................................................................29
BAB I
PENDAHULUAN
2
sebagai sindrom Weil.
Menurut
International Leptospirosis Society (ILS), Indonesia
merupakan negara dengan insiden leptospirosis yang tinggi, serta
1
menempati peringkat ketiga di dunia untuk tingkat mortalitas. Penularan
leptospirosis disebabkan oleh bakteri Leptospira yang tersebar di seluruh
dunia dan ditransmisikan baik secara langsung ataupun tidak langsung dari
binatang ke manusia (zoonosis). Transmisi dari manusia ke manusia dapat
terjadi, namun sangat jarang. Transmisi leptospira ke manusia terjadi
karena kontak dengan urin, darah, atau organ dari binatang terinfeksi; serta
kontak dengan lingkungan (tanah, air) yang terkontaminasi leptospira.
Insiden leptospirosis di negara tropis saat musim hujan sebanyak 5-
20/100.000 penduduk per tahun. Selama wabah dan dalam kelompok
risiko tinggi paparan, insiden penyakit dapat mencapai lebih dari 100 per
100.000 penduduk.2
Di Indonesia, leptospirosis tersebar di Propinsi Jawa Barat, Jawa
Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Lampung, Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Riau, Bali, Nusa Tenggara Barat,
Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan
Barat. Jumlah pasien laki-laki dengan leptospirosis lebih tinggi
dibandingkan perempuan. Hal ini mungkin mencerminkan paparan dalam
kegiatan yang didominasi laki-laki. Angka kematian akibat leptospirosis di
Indonesia termasuk tinggi, mencapai 2,5%- 16,4% dan hal ini tergantung
sistem organ yang terinfeksi. Pada usia lebih dari 50 tahun kematian
mencapai 56%.2
Salah satu kendala dalam menangani leptospirosis berupa kesulitan
dalam melakukan diagnostik awal. Sementara dengan pemeriksaan
sederhana memakai mikroskop biasa dapat dideteksi adanya gerakan
leptospira dalam urine. Diagnostik pasti ditegakkan dengan ditemukannya
leptospira pada darah atau urine atau ditemukannya hasil serologi positif.
Diagnosis leptospirosis seringkali terlewatkan sebab gejala klinis penyakit
ini tidak spesifik dan sulit dilakukan konfirmasi diagnosis tanpa uji
laboratorium. Oleh karena itu, penting mengangkat Aspek Laboratorium
Leptospirosis pada referat ini agar dapat membantu dalam menegakkan
diagnosis pasti leptospirosis.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Leptospirosis adalah suatu penyakit infeksi akut pada manusia dan hewan
(zoonosis) yang disebabkan oleh mikroorganisme Leptospira sp yang terdiri dari
lebih 300 serovar. Pada manusia umumnya disebabkan oleh Leptospira
interogans (Gambar 1) yang ditemukan dalam air seni dan sel-sel hewan yang
terkena.3
Penyakit ini pertama sekali dikemukakan oleh Weil pada tahun 1886 yang
membedakan penyakit yang disertai dengan ikterus ini dengan penyakit lain yang
iuga menyebabkan ikterus. Leptospirosis berat disebut juga dengan Weil’s
disease. Nama lain leptospirosis adalah mud fever, slime fever, swamp fever,
autumnal fever, infectious jaundice, field fever, canicola fever dan lain-lain.1
Gambar
2. Spirochaeta.1
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Zein, U. Leptospirosis. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 6 Jilid 1. Jakarta :
Interna Publishing; 2017. p. 633-638.