LABIOPALATOSCHIZIS
Oleh:
Desy Ekamadayani Ahmad
(1610029017)
Pembimbing:
dr. Hendra, Sp. A
Identitas Pasien
• BBL : 2400 gr
• PB : 46 cm
• Umur kehamilan 42 minggu, tunggal
• Apgar Score : 6/9
• Suhu : 37,1 C
• Bentuk kepala bulat, turgor cukup, tonus cukup, dispneu (+),
sianosis (+), mulut labiopalatoschizis
• RR: 78 x/m
• HR: 141 x/m, bising jantung (+)
Pemeliharaan Prenatal
• Periksa di : Dokter
• Penyakit Kehamilan : ibu pasien mengatakan bahwa saat hamil ia
pernah mengalami demam naik turun sejak usia kehamilan 2 bulan
sampai 6 bulan, sudah berobat ke dokter tetapi dokter mengatakan
bahwa demam tersebut disebabkan karena perubahan hormon, sehingga
dokter hanya meresepkan Paracetamol dan vitamin tambah darah. Pada
3 kehamilan sebelumnya, ibu pasien tidak pernah mengalami demam
seperti ini.
Riwayat Kelahiran :
• Lahir di : Rumah Sakit
• Persalinan ditolong oleh : dokter
• Usia dalam kandungan : 9 bulan
• Jenis partus : spontan
Riwayat Saudara-saudaranya
• Anak 1 : laki-laki, BBL: 3600 gr, lahir th 1993, spontan
• Anak 2 : perempuan, BBL: 4000 gr, lahir th 1996, spontan
• Anak 3 : perempuan, BBL: 3200 gr, lahir th 2002, spontan
• Anak 4 (sekarang): laki-laki, BBL: 2700 gr, lahir th 2016, spontan
• Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 4 Desember 2016
Diagnosis prenatal
Fotoskopi, USG intrauterine, USG transabdominal
Diagnosis postnatal
Celah/cleft yang terlihat seperti sudut kecil pada bibir atau dapat
memanjang dari bibir hingga ke gusi atas dan palatum, namun tidak jarang
cleft hanya terdapat pada otot palatum mole yang terletak pada bagian
belakang mulut dan tertutupi oleh lapisan mulut karena letaknya yang
tersembunyi, tipe cleft ini tidak dapat didiagnosis hingga beberapa waktu.
Penatalaksanaan
• Tahap preoperasi:
- mempersiapkan ketahanan tubuh bayi menerima tindakan operasi
- edukasi kepada orang tua
- celah bibir direkatkan dengan menggunakan plester khusus non alergenik
Penatalaksanaan
• Tahap operasi:
- Tujuan pembedahan/operasi :
Menyatukan bagian-bagian celah.
Mewujudkan bicara yang bagus dan jelas.
Mengurangi regurgitasi hidung.
Menghindari cedera pada pertumbuhan maksila.
Penatalaksanaan
• Tahap operasi:
- Operasi untuk labioschizis: teknik labioplasty
- Operasi untuk palatoschizis: teknik von langenback palatoplasty, teknik
veau-wardill-kilnen pushback palatoplasty, teknik bardachtuno flap, teknik
furlow Z plasty
Penatalaksanaan
• Tahap pasca operasi:
rumatan kebersihan garis jahitan dan menghindari ketegangan pada
jahitan, karenanya bayi diberikan makan dengan pipet, Setelah operasi
labioplasti, pasien harus dievaluasi secara periodik terutama status
kebersihan mulut dan gigi, pendengaran dan kemampuan berbicara, dan
juga keadaan psikososial.
Komplikasi
Disentri amuba
• Masalah kosmetik serta susunan gigi yang tidak beraturan
• Mudah terinfeksi ISPA dan otitis media berulang
• Cacat bicara
• Komplikasi pasca operasi: wound infection, wound dehiscence,
malposisi premaksilar, abnormalitas atau asimetri tebal bibir
Prognosis
• Kelainan labioschisis merupakan kelainan bawaan yang dapat
dimodifikasi atau disembuhkan.
• Dengan adanya teknik pembedahan yang makin berkembang, 80%
anak dengan labioschisis yang telah ditatalaksana mempunyai
perkembangan kemampuan bicara yang baik.
Kesimpulan
• Pasien By. Ny. Maimunah/Tn. Arif Rivai, laki-laki, berusia 23 hari, datang dengan
keluhan utama sesak napas, riwayat penyakit sekarang terdapat celah pada bibir dan
langit-langit mulutnya. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang ditegakkan diagnosis pada pasien ini adalah Labiopalatoschizis.
• Tatalaksana yang diperoleh pasien ini adalah terapi suportif.
• Secara umum, penegakan diagnosis, sudah sesuai dengan literatur yang ada.
Prognosis pada pasien ini berdasarkan perjalanan penyakit dan penatalaksanaan
yang telah didapatkan adalah bonam.
TERIMA KASIH