TB - HIV
PEMBIMBING
dr. Sukaenah, Sp.P
DISUSUN OLEH
Oleh:
Ni Kadek Sri Rahayu Wijayanti
NIM : 03010204
Pembimbing
dr. Sukaenah, Sp.P
DAFTAR ISI
Halaman judul....................................................................................................
BAB I
Identitas..............................................................................................
II
Anamnesis..........................................................................................
III
IV
10
VI
Follow up...........................................................................................
13
VII
Ringkasan...........................................................................................
15
16
IX
Prognosis ...........................................................................................
17
BAB II
19
43
BAB I
STATUS PASIEN
I.
II.
IDENTITAS
- Nama
- Jenis kelamin
- Tanggal lahir
- Usia
- Alamat
- Pendidikan terakhir
- Pekerjaan
- Status perkawinan
- Agama
- Warga Negara
- Tanggal Masuk
- Jam masuk
- Masuk karena
: Ny. H
: Perempuan
: 16 Oktober 1993
: 21 tahun
: Jalan Talang, kel.Pondok BambuDuren Sawit
: SMA
: Pramuniaga
: Belum Kawin
: Islam
: Indonesia
: Sabtu, 10 Januari 2014
: 00.55 WIB
: Sesak Nafas sejak 1 minggu yang lalu
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dengan keluarga pasien pada
tanggal 14 Januari 2015 pukul 15.00 WIB di lantai 5 barat kamar 506 RSUD
Budhi Asih
KELUHAN UTAMA
Sesak nafas sejak 1 minggu yang lalu sebelum masuk rumah sakit, sesak
saat menarik nafas dan tidak diperberat dengan aktivitas.
a. KELUHAN TAMBAHAN
Batuk berdahak yang dirasakan sejak 3 bulan, penurunan berat badan
secara drastis, tidak dapat tidur, demam saat malam hari disertai keringat
dingin dan adanya keputihan 1 bulan sebelum masuk rumah sakit.
b. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
OS mengeluh sesak nafas sejak 1 minggu sebelum masuk rumah
sakit. Sesak nafas dirasakan saat menarik nafas dan tidak diperberat
dengan adanya aktivitas. Os mengeluh tidak dapat tidur saat malam hari
karena sesak menjadi semakin berat. OS juga mengeluhkan batuk yang
tidak berdahak sebelumnya namun lama-kelamaan batuk menjadi
berdahak selama 3 bulan terakhir. Batuk berdahak tidak dapat dikeluarkan
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
e. RIWAYAT KEBIASAAN
OS mengaku rajin mengkonsumsi buah dan sayur setiap hari, konsumsi
air putih 2liter per hari, namun OS jarang berolahraga.
Riwayat merokok
: (-)
Riwayat minum alkohol
: (-)
: (-)
: (-)
: (+)
f. RIWAYAT PENGOBATAN
OS mengaku tidak mengkonsumsi obat-obatan berkala maupun obat
yang harus diminum setiap hari.
g. RIWAYAT OBGYN
OS mengaku tidak pernah mengalami masalah obstetric maupun
ginekologi
h. RIWAYAT SOSIAL EKONOMI
OS bekerja sebagai pramuniaga disebuah restoran
i. RIWAYAT LINGKUNGAN
Tempat tinggal berada di sebuah gang, letak satu rumah dengan rumah
yang lain berdekatan. OS mengaku tetangga memelihara unggas
dimana kotoran unggasnya jatuh kerumah OS. Rumah dibersihkan
setiap hari dan memiliki ventilasi yang cukup.
Kepala
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Tenggorokan
: batuk berdahak
Leher
Dada (jantung/paru-paru)
Abdomen (lambung/usus)
Ekstremitas
Kesadaran
Compos mentis
Berat badan
46 kg
Tinggi badan
165 cm
BMI
16.8
Status gizi
Gizi kurang
Tanda vital
Status mental
Tingkah laku
: Normoaktif
Alam perasaan
: Normal
Proses pikir
: Realistis
STATUS GENERALIS
1. Kulit:
Warna
2.
Rambut
Turgor
: sedikit menurun
Suhu raba
: hangat
Mata
Bentuk
Palpebra
Gerakan
Konjungtiva
: anemis +/+
Sklera
: tidak ikterik
Pupil
Eksoftalmus
: tidak ditemukan
Telinga
Inspeksi
Palpasi
4.
Hidung
Bagian luar
Septum
: di tengah, simetris
5.
Gigi-geligi
Tonsil
Faring
6.
Leher
Bendungan
: di tengah
8.
Leher
Aksila
Thorax
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspkesi
Palpasi
Perkusi
Batas jantung kanan
9.
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
10. Ekstremitas
9
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM
Hasil Lab tanggal 09 Januari 2015 saat pasien dirawat di IGD
JENIS PEMERIKSAAN
HEMATOLOGI
Leukosit
Eritrosit
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
RDW
GDS
HASIL
8.9
4.4
10.2*
32*
309
73.0
23.2
32.0
16.7
86
SATUAN
NILAI NORMAL
ribu/l
juta/l
g/dL
%
ribu/l
fL
Pg
g/dL
%
mg/dL
3.6 11
3.8 5.2
11.7 15.5
35 47
150 440
80 100
26 34
32 36
< 14
< 110
HASIL
SATUAN
NILAI NORMAL
2-4
4-6
Negatif
Negatif
Positif*
Negatif
Negatif
Positif*
Negatif
Negatif
0-30
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
2-4
4-6
Negatif
Negatif
Negatif
Positif*
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
10
Negatif
Positif*
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Positif*
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
GINJAL
Ureum
Kreatinin
11* mg/dL
0.53 mg/dL
13-43
<1.1
ELEKTROLIT
Natrium(Na)
Kalium(K)
Klorida(Cl)
131* mmol/L
3.9 mmol/L
92* mmol/L
135-155
3.6-5.5
98-109
HASIL
SATUAN
NILAI NORMAL
Kuning
Jernih
Negatif
Negatif
Negatif
7.0
1.020
Negatif
1.0 E.U./dL
Negatif
Negatif
Negatif
Kuning
Jernih
Negatif
Negatif
Negatif
4.6-8
1.005-1.030
Negatif
0.1-1
Negatif
Negatif
Negatif
0-1
0-1
Positif
Negatif
<5
<2
Positif
Negatif
11
Kristal
Bakteri
Jamur
B-HCG Urine Rapid
IMUNOSEROLOGI
Anti HIV
Screening/Rapid test
Negatif
Negatif
Negatif
Bahan
belum
Negatif
Negatif
Negatif
Reaktif
Non reaktif
NILAI NORMAL
7.35 - 7.45
35 - 45
80 - 100
21 28
23 27
95 100
-2.5 2.5
RONTGEN THORAX
Pada foto didapatkan hasil bercak kesuraman pada apeks kanan atas
dan apeks lobus media. Pada paru kanan didapatkan sudut costo frenicus yang
menumpul. Cor dalam batas normal.
VI.
FOLLOW UP
12
10/01/2015
S
: Sesak saat menarik nafas, batuk (+), lemas (+), demam malam hari
O
A
P
rh +/: TB paru
:-
12/01/2015
S
: sesak saat menarik nafas, BB turun, batuk berdahak, demam malam
O
A
P
13/01/2015
S
: batuk berdahak, susah tidur, demam (+)
O
: TD: 130/80 mmHg, Suhu: 36,7oc, RR: 20x/mnt, N: 84x/mnt
A
: TB paru, CAP, HIV
P
: - RD : NaCl (2:1) + lasal 2cc/ 8 jam
- Inj. Cefoperazone 2x1
- BK III 3x1
- Ambroxol syr 3x1
- Epysan syr 3x1
- INH 1 x 300
- Etambutol 2 x 500
- Alprazolam 1 x 0,25
- Rifampicin 1 x 300
14/01/2015
S
: batuk berdahak, sesak (+), demam perbaikan
O
: TD: 110/70 mmHg, Suhu: 36,4oc, RR: 32x/mnt, N: 124x/mnt
A
: TB paru, CAP, HIV
P
: - RD : NaCl (2:1) + lasal 2cc/ 8 jam
- Inj. Cefoperazone 2x1
- BK III 3x1
- Ambroxol syr 3x1
- Epysan syr x1
- INH 1 x 300
- Etambutol 2 x 500
- Rifampicin 1 x 300
VII. RINGKASAN
13
14
15
IX.
PROGNOSIS
Ad vitam
: dubia ad malam
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.
TUBERKULOSIS
A. Definisi
Tuberkulosis
adalah
penyakit
yang
disebabkan
oleh
infeksi
17
C. Patogenesis
1. Tuberkulosis Primer
Kuman TB yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di
jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni, yang
disebut sarang primer atau afek primer disebit sebagai fokus Ghon.
Sarang primer ini mungkin timbul di bagian di mana saja dalam paru,
berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan terlihat
peradangan pembuluh limfe menuju hilus (limfangitis lokal).
Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran limfonodi di hilus
(limfadenitis regional). Afek primer bersama-sama dengan limfangitis
regional dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini akan
mengalami salah satu nasib sebagai berikut:
a. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali,
b. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain
c.
atelektasis
tersebut,
yang
dikenal
sebagai
epitutuberkulosis
2) Penyebaran secara bronkogen
Penyebaran secara bronkogen berlangsung baik di paru
bersangkutan maupun ke paru sebelahnya atau tertelan.
3) Penyebaran secara hematogen dan limfogen
Penyebaran ini berkaitan dengan daya tahan tubuh, jumlah
dan virulensi kuman. Ada beberapa kuman yang menetap
sebagai persisten atau dormant, sehingga daya tahan
tubuh tidak
18
oleh
makrofag
alveolar
dan
umumnya
dapat
antigen.
Pada
tahap
delayed
type
of
19
perluasan
caseous
necrosis
tapi
tidak
dapat
22
E. Penatalaksanaan
Pengobatan TB Paru diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan.
Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi
langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT terutama
rifampisin. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat
biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu
sebagian besar penderita TBC BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) pada
akhir pengobatan intensif .
Sedangkan kategori penggunaan OAT di Indonesia, adalah
sebagai berikut.
1. Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3), diberikan untuk pasien dengan
kriteria:
a. Pasien baru TB paru BTA positif.
b. Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
23
c.
HIV/ AIDS
A. Definisi
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah suatu retrovirus dengan
materi
genetik
asam
ribonukleat
(RNA).
Retrovirus
mempunyai
penularan hanyalah darah dan sperma. Hingga saat ini juga tidak terdapat
bukti bahwa AIDS dapat ditularkan melalui udara, minuman, makanan,
kolam renang atau kontak biasa (casual) dalam keluarga, sekolah atau
tempat kerja. Juga peranan serangga dalam penularan AIDS tidak dapat
dibuktikan.
D. Diagnosis
Terdapat dua uji yang khas digunakan untuk mendeteksi antibodi terhadap
HIV. Pertama, tes ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay) yang
bereaksi terhadap antibodi dalam serum. Apabila hasil ELISA positif,
dikonfirmasi dengan tes kedua yang lebih spesifik, yaitu Western blot. Bila
hasilnya juga positif, dilakukan tes ulang karena uji ini dapat memberikan
hasil positif-palsu atau negatif-palsu. Bila hasilnya tetap positif, pasien
dikatakan seropositif HIV. Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan klinis dan
imunologik lain untuk mengevaluasi derajat penyakit dan dimulai usaha
untuk mengendalikan infeksi.
WHO mengembangkan sebuah sistem staging (untuk menentukan
prognosis), berdasarkan dari kriteria klinis, sebagai berikut
Tabel 1. WHO clinical staging system for HIV infection and
related disease in adult (15 years or older)
Tahap 1 :
- Asimptomatik
- Limfadenopati menyeluruh
Performance scale 1 : asimtomatik, aktifitas normal
Tahap 2:
-Penurunan berat badan < 10% berat badan sebelumnya
- Manifestasi mukokutaneus minor (misal: ulserasi oral, infeksi jamur di kuku)
- Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir
- Angular cheilitis
- seboroik dermatitis
- Infeksi saluran napas atas rekuren (misal: sinusitis bakterial)
Dan/ atau Performance scale 2: simptomatik, aktivitas normal
Tahap 3:
- HIV wasting syndrome (penurunan bb > 10%, diare>1n bl atau lemah lesu dan
demam > 1 bln)
27
Dosis
Abakavir (ABC)
Didanosin (ddI)
Lamivudine (3TC)
Stavudin (d4T)
Zidovudin (ZDV)
300mg 2x/hari
TDF
300mg 1x/hari
Non-NukleosideReverse
Transcriptase Inhibitor (NNRTI)
Efavirenz (EFV)
600mg 1x/hari
Nevirapine (NVP)
Indinavir/ritonavir
(IDV/r)
800mg/100mg 2x/hari
Lopinavir/ritonavir
(LPV/r)
400mg/100mg 2x/hari
Nelfinavir (NFV)
1250mg 2x/hari
Saquinavir/ritonavir
(SQV/r)
Ritonavir (RTV/r)
28
Yakni suatu kombinasi obat yang digunakan pasien yang belum pernah
mendapatkan ARV sebelumnya, umumnya lini pertama yang diberikan
terdiri dari 2 NRTI dan 1 NNRTI. Ada 4 paduan Utama untuk lini pertama :
AZT-3TC-NVP
AZT-3TC-EFV
D4T-3TC-NVP
D4T-3TC-EFV
3TC selalu digunakan dan dimasukkan ke dalam 4 regimen (selalu
dicantumkan di tengah). Obat yang pertama adalah AZT atau D4T (tidak
boleh diberikan bersamaan). Obat yang terakhir NPV atau EFV (tidak boleh
diberikan bersamaan).
III. TUBERKULOSIS HIV (TB-HIV)
A. Hubungan TB dan HIV
Ketika infeksi HIV berlanjut dan imunitas menurun, pasien menjadi rentan
terhadap berbagai infeksi. Beberapa di antaranya adalah TB, pneumonia,
infeksi jamur di kulit dan orofaring, serta herpes zoster. Infeksi tersebut
dapat terjadi pada berbagai tahap infeksi HIV dan imunosupresi. Faktor
yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB adalah
daya tahan tubuh yang rendah, di antaranya infeksi HIV/ AIDS dan
malnutrisi (gizi buruk). HIV merupakan faktor risiko paling kuat bagi yang
terinfeksi TB menjadi sakit TB. Menurut WHO, infeksi HIV terbukti
merupakan faktor yang memudahkan terjadinya proses pada orang yang
transmisi
telah terinfeksi TB, meningkatkan risiko TB laten menjadi
TB aktif
dan
Diagnosis
tepat
dan cepat
kekambuhan, menyulitkan diagnosis, dan memperburuk stigma.
TB juga
Pengobatan tepat
Jumlah kasus TB BTA +
dan HIV.
lengkap
Risiko
TB bila
meningkatkan morbiditas
danmenjadi
mortalitas
pada pasien pengidap
Faktor lingkungan:
Ventilasi
Kepadatan
Dalam ruangan
Faktor perilaku
Kondisi
kesehatan
mendukung
dengan HIV:
5-10% setiap
tahun
> 30% lifetime
HIV (+)
TERPAJAN
Konsentrasi Kuman
Lama Kontak
INFEKS
transmisi
I
SEMBUH
TB
MATI
10%
Malnutrisi
Penyakit DM,
imunosupresan
Keterlambatan diagnosis
dan pengobatan
29
Tatalaksana tak memadai
Kondisi kesehatan
meningkatkan risiko
reaktivasi laten TB dan juga risiko penyakit progresif dari infeksi baru.
C. Diagnosis
Tuberkulosis pada pasien dengan HIV mempunyai gejala dan gambaran
klinis yang berbeda dengan orang tanpa terinfeksi HIV. Hal ini disebabkan
karena rendahnya reaksi imunologik penderita AIDS. Seperti diketahui
30
31
iv.
TB milier.
Pemeriksaan Tes Mantoux. Pemeriksaan tes mantoux dapat
membantu pada suspek TB dengan BTA negatif dan foto
thoraks yang tidak khas dan gambaran klinis yang kurang
menunjang. Pada pasien suspek TB pada umumnya, tes
mantoux dinyatakan positif apabila diameter >= 10mm, namun
pada pasien dengan HIV positif diameter > 5 mm sudah dapat
v.
dinyatakan positif.
Gambaran klinis
TB
ekstraparu.
TB
ekstraparu
perlu
32
33
Standar 15
Semua.pasien dengan TB dan infeksi HIV seharusnya
dievaluasi untuk menentukan perlu/ tidaknya pengobatan ARV
diberikan selama pengobatan TB. Perencanaan yang tepat untuk
mengakses obat antiretroviral seharusnya dibuat untuk pasien yang
memenuhi indikasi. Bagaimanapun juga pelaksanaan pengobatan TB
tidak boleh ditunda. Pasien TB dan infeksi HIV juga seharusnya diberi
kotrimoksazol sebagai pencegahan infeksi lainnya.
Standar 16
Pasien dengan infeksi HIV yang, setelah dievaluasi dengan
seksama, tidak menderita TB aktif seharusnya diobati sebagai infeksi
35
2.
3.
Efavirenz
(EFV)
merupakan
golongan
NNRTI
yang
terapi
OAT. Efavirenz
direkomendasikan
karena
Secara Umum
-
II.
TB pada Otak
36
Penanganan
Telan obat setelah makan. Jika paduan obat ART
perut
Nyeri sendi
Rasa kesemutan
sebelum tidur.
Beri analgetik, misalnya aspirin atau parasetamol.
Efek ini oleh karena INH diberi bersama ddI atau
D4T. Berikan tambahan vitamin B6 (piridoksin)
100mg/hari.
Jika
tidak
berhasil,
gunakan
Sakit kepala
berbahaya.
Beri analgetik, periksa tanda meningitis. Bila
obat
dan
tidak
Kelelahan
minggu.
Pikirkan anemia, terutama oleh karena ZDV.
Periksa HB, kelelahan biasa terjadi 4-6 minggu
setelah penggunaan ZDV, jika > 4-6 minggu
dirujuk.
Mungkin
disebabkan
oleh
EFV,
lakukan
37
lemak
Gatal atau kemerahan pada
D4T.
Jika menyeluruh atau mengelupas, stop obat TB
kulit
Gangguan
pendengaran
atau keseimbangan
Ikterus
Muntah berulang
Pucat,anemia
Batuk
atau
bernafas
Limfadenopati
kesulitan
III. KESIMPULAN
Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting
di dunia, maupun di Indonesia. Munculnya pandemi HIV/ AIDS menambah
permasalahan TB.
HIV merupakan faktor risiko paling kuat bagi yang terinfeksi TB menjadi
sakit TB. Sedangkan TB juga meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada pasien
pengidap HIV. Kombinasi TB dengan HIV/AIDS merupakan kombinasi yang
38
mematikan. TB pada pasien dengan HIV mempunyai gejala dan gambaran klinis
yang berbeda dengan orang tanpa terinfeksi HIV. Maka diagnosis yang tepat sangat
diperlukan.
Penatalaksanaan pasien TB dengan HIV/AIDS pada dasarnya sama dengan
pasien TB tanpa HIV/ AIDS, namun harus memperhatikan beberapa faktor, di
antaranya reaksi obat (alergi, efek samping dan interaksi) OAT maupun ARV.
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization. Global Tuberculosis control 2012: epidemiology, strategy,
financing. WHO/HTM/TB/2012.6. Geneva, Switzerland: WHO; 2012.
4. Djoerban, Z. Samsuridjal, D. HIV/ AIDS di Indonesia, dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta: FKUI; 2009.
39
5. Bhatia, R.S.. HIV and Tuberculosis: The Ominous Connection. IJCP. 2001; 2 (4): 2569.
40