Anda di halaman 1dari 37

REFERAT

OSTEOARTHRITIS

Pembimbing
dr. Muhammad Agus Toha, Sp.PD

Disusun Oleh :
Aldi Nurfahmi Awaludin
201620401011104

SMF ILMU PENYAKIT DALAM


RSU HAJI SURABAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2017
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Osteoarthritis merupakan gangguan pada satu sendi atau lebih, bersifat lokal,
progresif dan degeneratif yang ditandai dengan perubahan patologis pada
struktur sendi tersebut yaitu berupa degenerasi tulang rawan/ kartilago hialin

Prevalensi Osteoarthritis lutut radiologis di indonesia cukup tinggi, yaitu


mencapai 15.5% pada pria, dan 12.7% pada wanita yang berumur 40 – 60 tahun

Penelitian di Bandung pada pasien yang berobat ke klinik reumatologi RSHS


pada tahun 2007 dan 2010 : 74,48% dari keseluruhan kasus reumatik (2007),
69% diantaranya adalah wanita dan kebanyakan OA lutut (87%)

2
KAJIAN TEORI
Definisi Definisi Pneumonia
• Osteoarthritis (OA)  gangguan sendi kronik yang
Faktor Resiko disebabkan oleh ketidakseimbangan antara degradasi dan
sintesis rawan sendi serta matriks ekstraseluler, kondrosit
Patogenesis dan tulang subkondral pada usia tua

Klasifikasi
• Osteoartritis (OA) :
 Satu sendi/lebih
 Lokal
Manifestasi klinis
 Progresif
 Degeneratif
Diagnosis

Pmx Penunjang

3
Penatalaksanaan
KAJIAN TEORI
Definisi
 Umur
Faktor Resiko  Jenis kelamin
 Suku bangsa
Patogenesis
 Genetik
Klasifikasi  Kegemukan
 Penyakit metabolik
Manifestasi klinis
 Trauma

Diagnosis  Pekerjaan
 Kelainan Pertumbuhan
Pmx Penunjang

4
Penatalaksanaan
5
KAJIAN TEORI
Definisi

Faktor Resiko Primer Idiopatik

Patogenesis
Trauma
Klasifikasi Klasifikasi
Genetik

Manifestasi klinis
Penyakit metabolik

Diagnosis Sekunder Kelainan


anatomi

Pmx Penunjang Inflamasi

6
Penatalaksanaan
7
8
KAJIAN TEORI
Definisi Manifestasi Klinis
 Nyeri Sendi
Faktor Resiko - Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang
dengan istirahat
- Gerakan tertentu kadang kadang menimbulkan rasa nyeri yang
Patogenesis lebih dibandingkan dengan gerakan yang lain
- Penjalaran atau akibat radikulopati (OA servikal dan OA lumbal)
Klasifikasi  Hambatan gerak sendi
- Semakin bertambah berat dengan pelan pelan sejalan dengan
bertambahnya nyeri
Manifestasi klinis  Kaku pagi
- Nyeri dan kaku setelah imobilitas (<30 menit)  bangun tidur
Diagnosis  Krepitasi (gemeretak pd sendi yg sakit)
 Deformitas
- Pasien menunjukan salah satu sendinya secara pelan pelan
Pmx Penunjang membesar
 Perubahan gaya berjalan
9
Penatalaksanaan
KAJIAN TEORI
Definisi Pemeriksaan Fisik
 Hambatan gerak
Faktor Resiko - Hambatan gerak dapat konsentris (seluruh arah gerakan) maupun
eksentris (salah satu arah gerakan saja).
 Krepitasi
Patogenesis - Berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh
pasien atau dokter yang memeriksa  gesekan kedua permukaan
Klasifikasi sendi
 Pembengkakan sendi
- Efusi pada sendi
Manifestasi klinis - Osteofit  mengubah permukaan sendi
 Tanda tanda peradangan
Diagnosis - Nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna
kemerahan
 Deformitas
Pmx Penunjang - Kontraktur sendi yang lama, perubahan permukaan sendi
 Perubahan gaya berjalan
Penatalaksanaan - Berhubungan dengan nyeri karena tumpuan badan 10
KAJIAN TEORI
Definisi Kriteria Diagnosis OA Lutut :
1. Klinis
Faktor Resiko Nyeri sendi lutut dan paling sedikit 3 dari 6 kriteria di bawah ini:
 umur > 50 tahun
 kaku sendi < 30 menit
Patogenesis  krepitasi saat gerakan aktif
 nyeri tekan tepi tulang
Klasifikasi  pembesaran tulang sendi lutut
 tidak teraba hangat pada sendi
Catatan: Sensitivitas 95% dan spesifisitas 69%.
Manifestasi klinis
2. Klinis dan Radiologis
Diagnosis Nyeri sendi lutut dan adanya osteofit dan paling sedikit 1 dari 3
kriteria dibawah ini :
 umur > 50 tahun
Pmx Penunjang  kaku sendi <30 menit
 krepitasi pada gerakan sendi aktif
Penatalaksanaan Catatan: Sensitivitas 91% dan spesifisitas 86%. 11
KAJIAN TEORI
Definisi Kriteria Diagnosis OA Lutut :
3. Klinis dan Laboratorium
Faktor Resiko Nyeri sendi lutut dan paling sedikit adanya 5 dari 9 kriteria di bawah
ini:
 usia >50 tahun
Patogenesis  kaku sendi <30 menit
 Krepitasi pada gerakan aktif
Klasifikasi  nyeri tekan tepi tulang
 Pembesaran tulang
 Tidak teraba hangat pada sendi terkena
Manifestasi klinis  LED<40 mm/jam
 RF <1:40
Diagnosis  Analisis cairan sinovium sesuai osteoarthritis
Catatan: Sensitivitas 92% dan spesifisitas 35%.

Pmx Penunjang

12
Penatalaksanaan
KAJIAN TEORI
Definisi Kriteria Diagnosis OA Tangan :
1. Klinis
Faktor Resiko Nyeri, ngilu atau kaku pada tangan dan paling sedikit 3 dari 4 kriteria
dibawah ini :
 Pembengkakan jaringan keras dari 2 atau lebih sendi sendi tangan
Patogenesis dibawah ini :
- Sendi distal interfalang ke-2 dan ke-3
Klasifikasi - Sendi proksimal interfalang ke-2 dan ke-3
- Dan sendi pertama carpometacarpofalang kedua tangan
 Pembengkakan jaringan keras dari 2 atau lebih sendi distal
Manifestasi klinis interfalang
 Kurang dari 3 pembengkakan sendi metacarpofalang
Diagnosis  Deformitas sedikitnya pada 1 dari 10 sendi sendi tangan pada
kriteria 2 diatas
Sensitivitas 92% dan spesifitas 98%
Pmx Penunjang

13
Penatalaksanaan
KAJIAN TEORI
Definisi Kriteria Diagnosis OA Panggul :
1. Klinis dan Laboratorium
Nyeri pada sendi panggul dan paling sedikit salah 1 dari 2 kelompok
Faktor Resiko kriteria dibawah ini :
 Rotasi internal sendi panggul <15 derjat disertai LED <45 mm/jam
Patogenesis atau fleksi sendi panggul <115 derajat (jika LED sulit dilakukan)
 Rotasi Internal sendi panggul >15 derajat disertai nyeri yang
terkait pergerakan rotasi internal sendi panggul, kekakuan sendi
Klasifikasi panggul pagi hari <60 menit, dan usia 50 tahun
Sensitivitas 89% dan spesifitas 91%
Manifestasi klinis 2. Klinis, Laboratorium dan Radiologis
Nyeri pada sendi panggul dan paling sedikit 2 dari kriteria 3 dibawah
ini :
Diagnosis  LED <20 mm pada jam pertama
 Osteofit pada femoral dan atau asetabular pada gambaran
radiologis
Pmx Penunjang
 Penyempitan celah sendi secara radiologis (superior, axial dan atau
medial)
14
Penatalaksanaan Sensitivitas 89% dan spesifitas 91%
KAJIAN TEORI
Definisi Pemeriksaan Radiologi
 Menyempitnya celah antar sendi, terbentuknya osteofit,
terbentuknya kista, dan sklerosis subchondral (IRA, 2014)
Faktor Resiko  Menentukan Grading dari OA Genu :
 Ada atau tidaknya osteofit
Patogenesis  Synovial space
 Bone sclerotic

Klasifikasi

Manifestasi klinis

Diagnosis

Pmx Penunjang
Kellgen-lawrence grading scale
15
Penatalaksanaan
16
Keterangan :
• Atas kiri : pandangan anteroposterior menunjukkan menyempitnya celah sendi (tanda panah).
• Bawah kiri : pandangan lateral menunjukkan sklerosis yang ditandai terbentuknya osteofit
(tanda panah)
• Atas kanan : menyempitnya celah sendi (tanda panah putih) menyebabkan destruksi padapada
kartilago dan sunchondral (tanda panah terbuka)
• Bawah kanan : ditemukan kista subchondral (tanda panah).
17
KAJIAN TEORI
Definisi Pemeriksaan Laboratorium dan MRI

 Pemeriksaan darah tepi masih dalam batas – batas normal


Faktor Resiko
 Pemeriksaan tambahan lain yang dapat dilakukan adalah MRI
Patogenesis yaitu untuk mengetahui derajat patologisnya, jarang dilakukan
dikarenakan pada foto x-ray sudah bisa didiagnosis

Klasifikasi

Manifestasi klinis

Diagnosis

Pmx Penunjang

18
Penatalaksanaan
KAJIAN TEORI
Definisi Tujuan penatalaksanaan Osteoarthritis :

 Mengurangi/mengendalikan nyeri
Faktor Resiko
 Mengoptimalkan fungsi gerak sendi
Patogenesis  Mengurangi keterbatasan aktivitas fisik sehari hari

Klasifikasi (ketergantungan kepada orang lain) dan meningkatkan kualitas

hidup Menghambat progresivitas penyakit.


Manifestasi klinis
 Mencegah terjadinya komplikasi
Diagnosis

Pmx Penunjang

19
Penatalaksanaan
Keluhan nyeri atau ketidaknyamanan (pain or discomfort)

20
Jarak tempuh maksimal dalam berjalan (maximum distence walked)

21
Kemampuan beraktifitas fisik sehari – hari (activies of daily living)

22
Interpretasi Hasil Indeks Laquesne

23
KAJIAN TEORI
Penatalaksaan Osteoarthtris dimodifikasi berdasarkan guideline
Definisi ACR :

Tahap Pertama
Faktor Resiko Terapi Non farmakologi
 Edukasi pasien
Patogenesis  Program penatalaksanaan mandiri (self-management programs):
modifikasi gaya hidup.
 Bila berat badan berlebih (BMI > 25), program penurunan berat
Klasifikasi badan, minimal penurunan 5% dari berat badan, dengan target
BMI 18,5-25.
Manifestasi klinis  Program latihan aerobik (low impact aerobic fitness exercises).
 Terapi fisik meliputi latihan perbaikan lingkup gerak sendi,
penguatan otot- otot (quadrisep/pangkal paha) dan alat bantu gerak
Diagnosis sendi (assistive devices for ambulation): pakai tongkat pada sisi
yang sehat.
Pmx Penunjang  Terapi okupasi meliputi proteksi sendi dan konservasi energi,
menggunakan splint dan alat bantu gerak sendi untuk aktivitas
fisik sehari-hari. 24
Penatalaksanaan
KAJIAN TEORI
Definisi Tahap kedua
Terapi Farmakologi: (lebih efektif bila dikombinasi dengan
Faktor Resiko terapi nonfarmakologi diatas) :

1. Pendekatan terapi awal


Patogenesis Untuk OA gejala ringan hingga sedang, berikan salah satu obat
berikut ini :
Klasifikasi  Acetaminophen (kurang dari 4 gram per hari).
 Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS).
Manifestasi klinis Untuk OA gejala ringan hingga sedang yg memiliki risiko sistem
pencernaan, berikan salah satu obat berikut ini :
Diagnosis  Acetaminophen ( kurang dari 4 gram per hari).
 Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS) topikal
 Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS) non selektif, dengan
Pmx Penunjang pemberian obat pelindung gaster (gastro- protective agent).
 Cyclooxygenase-2 inhibitor
25
Penatalaksanaan
KAJIAN TEORI
Definisi
Untuk OA gejala sedang hingga berat dan disertai
Faktor Resiko pembengkakan sendi, maka dapat diberikan :
 Aspirasi dan tindakan injeksi glukokortikoid intraartikular
Patogenesis
(misalnya triamsinolone hexatonide 40 mg)  penanganan nyeri

Klasifikasi jangka pendek (satu sampai tiga minggu)


 Pemberian obat anti-inflamasi nonsteroid per oral (OAINS).
Manifestasi klinis

Diagnosis .

Pmx Penunjang

26
Penatalaksanaan
KAJIAN TEORI
Definisi
2. Pendekatan alternatif

Faktor Resiko Bila dengan terapi awal tidak memberikan respon yang adekuat:
Untuk gejala OA sedang hingga berat :
Patogenesis  Tramadol (200-300 mg dalam dosis terbagi).
- ES yang harus diwaspadai : Mual (30%), konstipasi (23%),
Klasifikasi
pusing/dizziness (20%), somnolen (18%), dan muntah (13%).

Manifestasi klinis  Terapi intraartikular seperti pemberian hyaluronan atau


kortikosteroid jangka pendek (satu hingga tiga minggu) pada OA
Diagnosis lutut.
 Kombinasi :
Pmx Penunjang - Studi metaanalisis : Paracetamol-kodein meningkatkan efektifitas

Penatalaksanaan analgesik hingga 5% dibandingkan paracetamol saja 27


KAJIAN TEORI
Injeksi intraartikular/intra lesi (ahli reumatologi, penyakit
Definisi dalam)
- Penangan simptomatik  steroid
Faktor Resiko - Memodifikasi penyakit  viskosuplementasi dgn hyaluronat

1. Kortikosteroid
Patogenesis (triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone)
- Mengurangi keluhan nyeri dan kaku dan memperbaiki fungsi sendi
Klasifikasi OA
- Diberikan pada OA lutut (satu sendi/dua sendi)
- Keluhan nyeri sedang hingga berat yg tdk responsif terhadap
Manifestasi klinis pengobatan OAINS dan penyakit komorbid yg kontraindikasi
pemberian OAINS
Diagnosis - OA lutut dgn efusi sendi/pemeriksaan fisik terdapat tanda tanda
inflamasi lainnya
- Kontraindikasi ada infeksi sendi
Pmx Penunjang - Maksimal 3 tahun sekali, tidak lebih dari 6 kali seumur hidup
- Dosis 40-50 mg/injeksi
28
Penatalaksanaan
KAJIAN TEORI
Definisi
2. Viskosuplemen: Hyaluronat

Faktor Resiko - Jenis di indonesia : high molecular weight, low molecular weight
dan tipe campuran
Patogenesis - Onsetnya lambat dan efeknya jangka panjang
- Mengendalikan gejala klinis lebih lama dibandingkan dengan
Klasifikasi
pemberian injeksi artikular steroid

Manifestasi klinis - Diberikan berturut-turut 5 - 6 kali dengan interval satu minggu


dengan dosis 2 - 2,5 ml (Low molecular weight), 1 kali untuk jenis
Diagnosis (High molecular weight), dan 2 kali pemberian dengan interval 1
minggu (Campuran).
Pmx Penunjang - Kontraindikasi penderita dengan riwayat alergi telur
29
Penatalaksanaan
KAJIAN TEORI
Definisi Tahap Ketiga
Indikasi untuk tindakan lebih lanjut:
Faktor Resiko  Adanya kecurigaan/terdapat bukti adanya artritis inflamasi:
bursitis, efusi sendi  memerlukan pungsi atau aspirasi
Patogenesis
diagnostik dan terapeutik (rujuk ke dokter ahli reumatologi/bedah

Klasifikasi ortopedi).
 Adanya kecurigaan atau terdapat bukti artritis infeksi (merupakan
Manifestasi klinis kasus gawat darurat, resiko sepsis tinggi: pasien harus dirawat di
Rumah Sakit)
Diagnosis

Pmx Penunjang

30
Penatalaksanaan
KAJIAN TEORI
Definisi Segera rujuk ke dokter bedah ortopedi pada:
 Gejala klinis OA yang berat, gejala nyeri menetap atau bertambah
Faktor Resiko berat setelah mendapat pengobatan baik secara non-farmakologik
dan farmakologik (gagal terapi konvensional).
 Keluhan progresif dan mengganggu aktivitas fisik sehari-hari
Patogenesis  Mengganggu kualitas hidup pasien: menyebabkan gangguan tidur
(sleeplessness), kehilangan kemampuan hidup mandiri, timbul
Klasifikasi gejala/gangguan psikiatri karena penyakit yang dideritanya
 Deformitas varus atau valgus (>15 hingga 20 derajat) pada OA
lutut
Manifestasi klinis  Subluksasi lateral ligament atau dislokasi: rekonstruksi retinakular
medial, distal patella realignment, lateral release
Diagnosis  Gejala mekanik yang berat (gangguan berjalan/giving way, lutut
terkunci/locking, tidak dapat jongkok/inability to squat
 Operasi penggantian sendi lutut (knee replacement: full, medial
Pmx Penunjang unicompartmental, patellofemoral and rarely lateral
unicompartmental).
31
Penatalaksanaan
32
KAJIAN TEORI
KOMPLIKASI
 Herniasi kapsular
 Rotator cuff dysfunction
 Spinal stenosis
 Spondilolistesis

33
KAJIAN TEORI
PROGNOSIS
 Prognosis osteoartritis pada umumnya baik sebagian besar nyeri dapat diatasi
dengan obat-obat konservatif
 Jika terjadi pada ekstremitas bawah seperti lutut prognosis relatif buruk dalam
periode sekitar sepuluh tahun karena sendi ini sering digunakan untik berjalan
sedangkan yang
 Paling baik prognosis nya adalah OA tangan

34
DAFTAR PUSTAKA
Felson, D.T., 2006. Osteoarthritis of the knee. Massachusetts Medical
Society. Didapat dari : http://content.nejm.org/cgi/content/short/354/8/841.
Diakses pada tanggal 15 November 2017

Felson, D.T., 2008. Osteoarthritis. Dalam : Fauci, A., Hauser, L.S., Jameson,
J.L., Ed. HARRISON's Principles of Internal Medicine Seventeenth Edition.
New York, United States of America. McGraw-Hill Companies Inc. : 2158-
2165.

IRA (Indonesian Rheumatism Association). Diagnosis dan Penatalaksanaan


Osteoartritis. 2014. Diunduh dari
http://reumatologi.or.id/var/rekomendasi/Rekomendasi_IRA_Osteoarthritis_
2014.pdf. Diakses tanggal 15 november 2017.

Klippel John H., Dieppe Paul A., Brooks Peter, et al. Osteoarthritis. In :
Rheumatology. United Kingdom : Mosby – Year Book Europe Limited,
1994 : 2.1 – 10.6.

35
Rasjad Chairuddin, Reksoprodjo Soelarto, et al. Sistem Muskuloskeletal.
Dalam : Sjamsuhidajat R., de Jong Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2010.p. 1006-1008.

Rasjad Chairuddin. Kelainan Degeneratif Tulang dan Sendi. Dalam :


Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta : Yarsif Watampone, 2007 : 196-204.

Price, Sylvia A., Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis


Proses-Proses Penyakit (Pathophysiology. Clinical Concecpt of Disease
Processes). EGC, Jakarta.

Solomon L. Osteoarthritis. Dalam : Solomon L, Warwick D, Nayagam S.


Apley’s System of Orthopaedics and Fractures. Hodder Arnold, an Hachette
UK Company ; 2010. Chap. 5. p. 85-96.

36
TERIMA KASIH
atas perhatiannya..

37

Anda mungkin juga menyukai