Pembimbing:
Dr. Elly, Sp. KJ
Disusun oleh:
Ahmad Rudiansyah
030.10.014
030.10.212
Ramayani Batjun
030.10.231
030.10.218
030.10.281
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
GANGGUAN SPEKTRUM AUTISME
Disusun oleh:
Ahmad Rudiansyah
030.10.014
030.10.212
Ramayani Batjun
030.10.231
030.10.218
030.10.281
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, berkat rahmat dan karuniaNya lah penulis dapat menyelesaikan referat ini. Adapun tujuan penulisan referat
yang berjudul Gangguan Spektrum Autisme ini adalah rangka memenuhi tugas
kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Periode 14 September 2015 17 Oktober 2015.
Selama kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Jiwa berlangsung dan selama
proses penyusunan referat ini, penulis telah mendapatkan banyak ilmu dan
pelajaran berharga dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada dr. Elly, Sp. KJ selaku dokter pembimbing atas segala
bimbingan, arahan, dukungan, tenaga dan waktu yang telah diberikan selama ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah banyak
membantu dan mendukung penulis dalam proses penyusunan referat ini.
Sepenuhnya penulis menyadari bahwa referat ini sangat jauh dari
sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik
yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk memperbaiki referat ini dan
juga untuk pembuatan referat selanjutnya.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih atas kesediaannya untuk
membaca referat ini. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
HALAMAN
LEMBAR PENGESAHAN ..............................
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
Pendahuluan ............ 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan spektrum autism (Autism Spectrum Disorders/ASD) atau
gangguan autistik (autistic disorder) telah didefinisikan oleh American Psychiatric
Assotiation (APA) yaitu gangguan atau kecacatan perkembangan dengan
karakteristik kerusakan interaksi sosial, abnormalitas dalam komunikasi verbal
dan non verbal, dan perilaku berulang. Autistik adalah kondisi yang
menggambarkan individu yang seolah-olah mereka hidup dalam dunianya sendiri.
Di dalam Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III
(PPDGJ III) gangguan spektrum autisme disebut sebagai Autisme Masa Kanak.
Gejala-gejala gangguan autistik secara klinis dapat dilihat dalam 3 tahun pertama
kehidupan dan menetap sepanjang kehidupan.
Depkes RI, 1993; Selvi, Vineeta, & Paul, 2010; Guerra, 2011; Rai, 2011,
dan Dufault et al, 2012
Gangguan
autistik
terjadi
akibat
gangguan
neurobiologis
yang
Autism
Information
Page,
(2006).
National
diperkirakan
mencapai
0,1%,
dimana
telah
terjadi
peningkatan
fenomena yang dapat dilihat saat ini, diperkirakan anak yang mengalami
gangguan autistik di Indonesia juga sangat meningkat karena jumlah yang
ditangani oleh dokter dan psikolog semakin meningkat dan semakin banyak pusat
terapi yang menangani anak-anak gangguan autistik.
(Ginanjar, 2007 dan Hasdianah, 2013).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Istilah
Istilah autisme pertama kali diperkenalkan pada tahun 1943 oleh Leo
Kanner, seorang psikiater dari John Hopkins University yang menangani
sekelompok anak-anak yang mengalami kelainan sosial yang berat, hambatan
komunikasi dan masalah perilaku. Anakanak ini menunjukkan sifat menarik diri
(withdrawal), membisu, dengan aktivitas repetitif (berulang-ulang) dan stereotipik
(klise) serta senantiasa memalingkan pandangannya dari orang lain. Secara
harfiah autisme berasal dari kata autos=diri dan isme= paham/aliran.
Autisme berasal dari bahasa Yunani autos yang berarti sendiri anak
autisme seolah-olah hidup didunianya sendiri, mereka menghindari/tidak
merespon terhadap kontak sosial dan lebih senang menyendiri.
Secara etimologi (ilmu asal kata) : anak autis adalah anak yang memiliki
gangguan perkembangan dalam dunianya sendiri. Seperti kita ketahui banyak
istilah yang muncul mengenai gangguan perkembangan.
Autism = autisme yaitu nama gangguan perkembangan komunikasi, sosial,
perilaku pada anak (LeoKanner & Asperger, 1943).
Autist = autisme : Anak yangmengalami ganguan autisme.
Autistic child=anak autistik : Keadaan anak yang mengalami gangguan
autisme. Autistic disorder
gangguan perkembangan.
Definisi
World Health Organizations International
Classification of Diseases (ICD-10) mendefinisikan
autisme khususnya childhood autism sebagai adanya
keabnormalan dan atau gangguan perkembangan yang
muncul sebelum usia tiga tahun dengan tipe
karakteristik tidak normalnya tiga bidang yaitu
10
Disorders
and
Stroke
(NINDS).
Available:
National
Institute
of
Mental
Health
(NIMH).
Available:
11
12
Disorders
and
Stroke
(NINDS).
Available:
Disorders
and
Stroke
(NINDS).
Available:
13
Penelitian post-mortem menunjukkan adanya abnormalitas di daerahdaerah yang berbeda pada otak anak-anak dan orang dewasa penyandang autisme
yang berbeda-beda pula. Pada beberapa bagian dijumpai adanya abnormalitas
berupa substansia grisea yang walaupun volumenya sama seperti anak normal
tetapi mengandung lebih sedikit neuron.
Finding Adds Another Piece to Autism Puzzle. (2006). MedlinePlus.
Available:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/FindingAddsAnotherPiecetoAutismPuzzle.h
tm (Accesed: 2006, September 30)
Kimia otak yang paling jelas dijumpai abnormal kadarnya pada anak
dengan autis adalah serotonin 5-hydroxytryptamine (5-HT), yaitu sebagai
neurotransmiter yang bekerja sebagai pengantar sinyal di sel-sel saraf. Anak-anak
penyandang autism dijumpai 30-50% mempunyai kadar serotonin tinggi dalam
darah. Perkembangan norepinefrine (NE), dopamin (DA), dan 5-HT juga
mengalami gangguan.
NINDS Autism Information Page, (2006). National Institute of
Neurological
Disorders
and
Stroke
(NINDS).
Available:
14
50-70)
Prevalensi 20% dari anak autis
c. Autis yang tidak mengalami keterbelakangan
mental (Intelegensi diatas 70)
Prevalensi 20% dari anak autis
3. Klasifikasi berdasarkan interaksi sosial:
a. Kelompok yang menyendiri; banyak terlihat pada
anak yang menarik diri, acuh tak acuh dan
kesal bila diadakan pendekatan sosial serta
menunjukkan perilaku dan perhatian yang tidak
hangat
b. Kelompok yang pasif, dapat menerima pendekatan
sosial dan bermain dengan anak lain jika pola
permainannya disesuaikan dengan dirinya
c. Kelompok yang aktif tapi aneh : secara spontan
akan mendekati anak yang lain, namun interaksinya
tidak sesuai dan sering hanya sepihak.
4. Klasifikasi berdasarkan prediksi kemandirian:
a. Prognosis buruk, tidak dapat mandiri (2/3 dari
penyandang autis)
b. Prognosis sedang, terdapat kemajuan dibidang
sosial dan pendidikan walaupun problem perilaku
tetap ada (1/4 dari penyandang autis)
c. Prognosis baik; mempunyai kehidupan sosial
yang normal atau hampir normal dan berfungsi
dengan baik di sekolah ataupun ditempat kerja.
(1/10 dari penyandang autis)
D. JENIS GANGGUAN
Ada beberapa jenis gangguan perkembangan pervasif
sbb :
1. Gangguan autistik
Gejala ini sering diartikan orang saat mendengar kata
autis. Penyandangnya
memiliki masalah interaksi sosial, berkomunikasi, dan
permainan imaginasi
pada anak di bawah usia tiga tahun.
2. Sindrom Asperger
Anak yang menderita sindrom Asperger biasanya umur
lebih dari 3 th memiliki problem bahasa. Penderita
sindrom ini cenderung memiliki intelegensi rata-rata
atau lebih tinggi. Namun seperti halnya gangguan
autistik, mereka kesulitan berinteraksi dan
berkomunikasi.
3. Gangguan perkembangan menurun (PDD
15
16
17
rutinitas baru
d. Minatnya terbatas, sering aneh, dan diulang-ulang
e. Hiperaktif pada anak prasekolah atau sebaliknya
hipoaktif
f. Gangguan pemusatan perhatian, impulsifitas,
koordinasi motorik terganggu, kesulitan dalam
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
4. Karakteristik kognitif
a. Hampir 75-80% anak autis mengalami retardasi
mental dengan derajat rata-rata sedang.
b. Sebanyak 50% dari idiot savants (retardasi mental
yang menunjukan kemampuan luar biasa) adalah
seorang penyandang autisme.
F84.0 AUTISME MASA KANAN
Gangguan perkembangan pervasif yang ditandai oleh adanya abnormalitas
dan/atau hendaya perkembangan yang muncul sebelum usia 3 tahun, dan dengan
ciri fungsi yang abnormal dalam tiga bidang dari interaksi social, komunikasi, dan
perilaku yang terbatas dan berulang. Gangguan ini dijumpai 3 sampai 4 kali lebih
banyak pada anak laki-laki dibanding dengan anak perempuan.
Pedoman Diagnostik
Biasanya tidak ada riwayat perkembangan abnormal yang jelas, tetapi jika
dijumpai, abnormalitas tampak sebelum usia 3 tahun. Selalu dijumpai hendaya
kualitatif dalam interaksi sosialnya. Ini berbentuk tiadanya apresiasi adekuat
terhadap isyarat sosio-emosional, yang tampak sebagai kurangnya respons
terhadap emosi orang lain dan/atau kurangnya modulasi terhadap perilaku dalam
konteks social; buruk dalam menggunakan isyarat social dan lemah dalam
integrasi perilaku social, emosional, dan komunikatif; dan khususnya, kurangnya
respons timbal balik sosio-emosional. Demikian juga terdapat hendaya kualitatif
dalam komunikasi. Ini berbentuk kurangnya penggunaan social dari kemampuan
bahasa yang ada; hendaya dalam permainan imaginative dan imitasi social;
buruknya keserasian dan kurangnya interaksi timbal balik dalam percakapan;
buruknya fleksibilitas dalam bahasa ekspresif dan relatif kurang dalam kreatifitas
dan fantasi dalam proses piker; kurangnya respons emosional terhadap ungkapan
verbal dan nonverbal orang lain; hendaya dalam menggunakan variasi irama atau
18
: gangguan autistic
Autism infantile
19
Psikosis infanti
Sindrom kanner
Diagnosis Banding
Selain dari variasi gangguan perkembangan pervasive yang lain, penting
untuk diperhatikan: gangguan perkembangan khas berbahasa perseptif (F80.2)
dengan masalah sosio-emosional sekunderl gangguan kelekatan (attachment)
reaktif (F94.1) atau gangguan kelekatan yang tak terkendali (F94.2); retardasi
mental (F70-F79) dengan gangguan emosional/perilaku dengan gangguan
emosional/perilaku; skizofrenia (F20.-) dengan onset dini; dan sindrom Rett
(F84.2).
Tak termasuk: psikopati autistic (F84.2)
F84.1 AUTISME TAK KHAS
Gangguan perkembangan pervasive yag dibedakan dari autism dalam usia
awalnya atau dari tidak terpenuhinya ketiga kriteria diagnostic. Jadi abnormalitas
dan/atau hendaya perkambangan baru timbul untuk pertama kali setelah berusia di
atas 3 tahun; dan/atau tidak cukup ditunjukkan abnormalitas dalam satu atau dua
dari tiga bidang pskikopatologi yang dibutuhkan untuk diagnosis autism (interaksi
social timbal balik, komunikasi, dan perilaku terbatas, stereotipik, dan berulang)
meskipun terdapat abnormalitas yang khas dalam bidang lain. Autism tak khas
sering muncul pada individu dengan retardasi mental yang berat, yang sangat
rendah kemampuannya sehingga pasien tidak mampu menampakkan gejala yang
cukup untuk menegakkan diagnosis autism; ini juga tampak pada individu dengan
gangguan perkembangan yang khas dari bahasa reseptif yang berat. Jadi autism
tak khas secara bermaksud merupakan kondisi yang terpisah dari autism.
Termasuk:
DIAGNOSIS
Ada beberapa instrumen screening untuk autisme:
Living with Autism, (2005). Autism Society of America (ASA). Available:
20
http://www.autism-society.org/site/PageServer?pagename=allaboutautism
(Accesed: 2006, September 25).
1. CARS rating system (Childhood Autism Rating Scale), dikembangkan
oleh Eric Schopler pada awal 1970an, berdasarkan pengamatan terhadap
perilaku. Di dalamnya terdapat 15 nilai skala yang mengandung penilaian
terhadap hubungan anak dengan orang, penggunaan tubuh, adaptasi
terhadap perubahan, respon pendengaran, dan komunikasi verbal.
2. Checklist for Autism in Toddlers (CHAT) digunakan untuk screening
autisme pada usia 18 bulan. Dikembangkan oleh Simon Baron-Cohen pada
awal 1990an untuk melihat apakah autisme dapat terdeteksi pada anak
umur 18 bukan. alat screening ini menggunakan kuesioner yang terbagi 2
sesi, satu melalui penilaian orang tua, yang lain melalui penilaian dokter
yang menangani.
3. Autism Screening Questionnaire adalah 40 poin skala skreening yang telah
digunakan untuk anak usia 4 tahun ke atas untuk mengevaluasi
kemampuan berkomunikasi dan fungsi sosialnya. Adapun untuk
menegakkan diagnosis autisme dapat digunakan kriteria diagnostic
menurut DSM IV, seperti yang tertera dibawah ini.
A. Harus ada 6 gejala atau lebih dari 1, 2 dan 3 di bawah ini:
a) Gangguan kualitatif dari interaksi sosial (minimal 2 gejala)
Gangguan pada beberapa kebiasaan nonverbal seperti kontak mata,
ekspresi wajah, postur tubuh, sikap tubuh dan pengaturan interaksi social
Kegagalan membina hubungan yang sesuai dengan tingkat
perkembangannya
Tidak ada usaha spontan membagi kesenangan, ketertarikan, ataupun
keberhasilan dengan orang lain (tidak ada usaha menunjukkan, membawa,
atau menunjukkan barang yang ia tertarik)
Tidak ada timbal balik sosial maupun emosional
b) Gangguan kualitatif dari komunikasi (minimal 1 gejala)
Keterlambatan atau tidak adanya perkembangan bahasa yang diucapkan
(tidak disertai dengan mimik ataupun sikap tubuh yang merupakan usaha
alternatif untuk kompensasi)
Pada individu dengan kemampuan bicara yang cukup. Terdapat kegagalan
dalam kemampuan berinisiatif maupun mempertahankan percakapan
dengan orang lain.
21
National
Institute
of
Mental
Health
(NIMH).
Available:
22
1. Non medikamentosa
a. Terapi edukasi
Intervensi dalam bentuk pelatihan keterampilan sosial, keterampilan
sehari-hari agar anak menjadi mandiri. Tedapat berbagai metode
penganjaran antara lain metode TEACHC (Treatment and Education of
Autistic and related Communication Handicapped Children) metode
ini merupakan suatu program yang sangat terstruktur yang
mengintegrasikan metode klasikal yang individual, metode pengajaran
yang sistematik terjadwal dan dalam ruang kelas yang ditata khusus.
b. Terapi perilaku
Intervensi terapi perilaku sangat diperlukan pada autisme. Apapun
metodenya sebaiknya harus sesegera mungkin dan seintensif mungkin
yang dilakukan terpadu dengan terapi-terapi lain. Metode yang banyak
dipakai
adalah
ABA
(Applied
Behaviour
Analisis)
dimana
23
alternatif.
Neuroleptik
Neuroleptik tipikal potensi rendah-Thioridazin-dapat menurunkan
agresifitas dan agitasi.
Neuroleptik tipikal potensi tinggi-Haloperidol-dapat menurunkan
agresifitas, hiperaktifitas, iritabilitas dan stereotipik.
Neuroleptik atipikal-Risperidon-akan tampak perbaikan
dalam
hiperaktifitas.
Beta adrenergik blocker
Propanolol dipakai dalam mengatasi agresifitas terutama yang disertai
dengan agitasi dan anxietas.
24
Autism
Information
Page,
(2006).
National
25
BAB III
PENUTUP
World Health Organizations International Classification of Diseases
(ICD-10) mendefinisikan autism khususnya childhood autisme sebagai adanya
keabnormalan dan atau gangguan perkembangan yang muncul sebelum usia tiga
tahun dengan tipe karakteristik tidak normalnya tiga bidang yaitu interaksi sosial,
komunikasi, dan perilaku yang diulang-ulang (World Health Organozation, h. 253,
1992). Dalam dekade terakhir, jumlah anak yang mengalami Autism Spectrum
Disorder (ASD) semakin meningkat pesat. Dengan semakin berkembangnya
metode diagnosis, semakin banyak ditemukan anak penyandang ASD.
Anak Autis adalah di Indonesia adalah bagian integral dari anak Indonesia
secara khusus, bangsa Indonesia secara umum yang berhak mengenyam
pendidikan sesuai dengan Undang-Undang Dasar 45 pasal 31 yang menekankan
bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan tanpa terkecuali.
Pendidikan dan terapi yang tepat bagi anak autis akan mendorong anak autis
mampu tumbuh dan belajar sesuai dengan kemampuan dan keadaan mereka.
Selain itu suksesnya penanganan pendidikan anak autis sangat tergantung dari tiga
pilar utama yaitu diagnosa akurat, pendidikan tepat dan dukungan yang kuat.
DAFTAR PUSTAKA
26