Anda di halaman 1dari 73

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Selama dalam proses tumbuh kembang, anak memerlukan asupan gizi

yang kuat, penilaian nilai agama dan budaya, pembiasaan disiplin yang konsisten

dan upaya pencegahan. Salah satu upaya pencegahan penyakit, yaitu pemberian

imunisasi. Pemahaman tentang imunisasi diperlukan sebagai dasar dalam

memberikan asuhan kebidanan terutama pada anak sehat dan implikasi konsep

imunisasi pada saat merawat anak sakit, khususnya pada kasus tuberculosis ,

difteri, pertussis, tetanus, polio, campak, dan hepatitis.

Tujuan jangka pendek dari pelayanan imunisasi adalah pencegahan

penyakit secara perorangan atau kelompok, sedangkan tujuan jangka panjang

adalah eradikasi atau eliminasi suatu penyakit. Dari penyakit menular yang telah

ditemukan, sampai saat ini di Indonesia baru tujuh macam yang diupayakan

pencegahannya melalui program imunisasi yang selanjutnya kita sebut “Penyakit

yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)”. Sejak dimulainya program

imunisasi di Indonesia pada tahun 1956, saat ini telah dikembangkan tujuh jenis

vaksinasi yaitu BCG, Campak, Polio, DPT, DT, TT, Hep.B.

1.2. Tujuan

Setelah menyelesaikan makalah dengan judul “imunisasi pada bayi”, maka tujuan

yang ingin dicapai adalah :

 Mampu mengetahui imunisasi, jenis imunisasi, cara pemberiannya dan

komplikasi dari pemberian imunisasi.


2

 Sebagai tambahan pengetahuan bagi calon Bidan professional sehingga

saat kita ada di lahan klinik kita dapat memberikan asuhan kebidanan

yang sesuai kode etik kebidanan.

1.3 Rumusan Masalah

Pembahasan imunisasi dapat disusun dengan format sebagai berikut :

A. Pengertian Imunisasi

B. Tujuan Imunisasi

C. Jenis-jenis Imunisasi

D. Penyakit yang dapat di vaksinasi

E. Pemberian Imunisasi Menurut WHO

1. Sifat fisik

2. Kontra indikasi

3. Dosis

4. Tempat pemberian

5. Komplikasi

1.4 Metode Penulisan

Dalam penyusunan makalah ini menggunakan metode kepustakaan

dimana dalam pengumpulan data yakni melalui penelitian dokumen, yang datanya

di peroleh dari berbagai informasi.


3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Imunisasi

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit

dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit

yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata

imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya

akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk

terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.

Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem

kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan

terhadap serangan penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan

satu kali, tetapi harus dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai

penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan hidup anak.

Pemberian imunisasi dimaksudkan untuk membentuk kekebalan tubuh. Kekebalan

tubuh dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya :

 Tingginya kadar anti body pada saat dilakukan imunisasi

 Potensi antigen yang disuntikkan

 Waktu antara pemberian imunisasi

Mengingat efektif dan tidaknya imunisasi tersebut akan bergantung dari factor

yang mempengaruhinya sehingga kekebalan tubuh dapat diharapkan pada diri

anak.
4

2.2. Tujuan Imunisasi

Tujuan dari pemberian imunisasi adalah :

1. Untuk mencegah terjadinya penyakit infeksi tertentu.

2. Untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membaha-

yakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan cacat atau kematian pada

penderitanya.

2.3 Jenis-Jenis Imunisasi

Imunisasi dapat di bagi atas dua yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.

A. Imunisasi Aktif

Merupakan pemberiaan zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu

proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik yang

akan menghasilkan respon seluler dan humoral serta dihasilkannya sel memori,

sehingga apabila benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat

merespons. Imunisasi aktif ada dua yaitu :

a) Imunisasi aktif alamiah adalah kekebalan tubuh yang secara otomatis di

peroleh sembuh dari suatu penyakit.

b) Imunisasi aktif buatan adalah kekebalan tubuh yang di dapat dari vaksinasi

yang di berikan untuk mendapatkan perlindungan dari suatu penyakit.

Dalam imunisasi aktif terdapat empat macam kandungan dalam setiap vaksinya

anyara lain:

1. Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau

mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan dapat berupa poli

sakarida, toksoid atau virus dilemahkan atau bakteri dimatikan.


5

2. Pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan.

3. Preservatif, stabilizer, dan antibiotika yang berguna untuk menghindari

tubuhnya mikroba dan sekaligus untuk srabilisasi antigen.

4. Adjuvan yang terdiri dari garam aluminium yang berfungsi untuk

meningkatkan imunogenitas antigen.

B. Imunisasi Pasif

Merupakan pemberian zat (immunoglobulin) yaitu suatu zat yang

dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia

atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk

dalam tubuh yang terinfeksi. Imunisasi pasif ada dua , yaitu :

a) Imunisasi pasif alamiah

Adalah antibodi yang di dapat seorang karena di turunkan oleh Ibu yang

merupakan orang tua kandung , langsung ketika berada dalam kanduI

b) munisasi pasif buatan

Adalah kekebalan tubuh yang di peroleh karena suntikan serum untuk

mencegah penyakit tertentu.

2.4 Macam-Macam Imunisasi

Dalam pemberian imunisasi pada bayi dan anak dapat dilakukan dengan

beberapa imunisasi yang dianjurkan :

A. Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin)

1). Indikasi

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit

TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan

dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG, pencegahan imunisasi


6

BCG untuk TBC yang berat seperti TBC yang selaput otak, TBC milier (pada

seluruh lapangan paru) atau TBC tulang. Imunisasi BCG ini merupakan vaksin

yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan. Frekuensi pemberiaan

imunisasi BCG adalah satu kali dan waktu pemberian imunisasi BCG pada umur

0-11 bulan, akan tetapi pada umumnya diberikan pada bayi umur 2 atau 3 bulan,

kemudiaan cara pemberiaan imunisasi BCG melalui intra derma. Efek samping

pada BCG dapat terjadi ulkus pada daerah suntikan dan dapat terjadi limfadenitis

regional, dan reaksi panas.

2). Kontra Indikasi

a. Adanya penyakit kulit yang berat atau menahun seperti eksim, furunkolis,

dan sebagainya.

b. Mereka yang sedang menderita TBC.

3). Efek Samping

Imunisasi BCG meninggalkan indurasi dan kemerahan di tempat suntikan

yang berubah menjadi pustule, kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu

pengobatan akan sembuh secara spontan dan akan meninggalkan tanda parut.

Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di ketiak dan atau di leher,

terasa padat tetapi tidak sakit, tidak perlu di obati akan sembuh dengan sendirinya

B. Imunisasi PPT (Diphteri, Pertusis, dan Tetanus)

1). Indikasi

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit

difteri. Imunisasi DPT ini merupakan vaksin yang mengandung racun kuman

difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya akan tetapi masih dapat merangsang

pembentukan zat anti (toksoid).


7

Frekuensi pemberiaan imunisasi DPT adalah tiga kali, dengan maksud

pemberiaan pertama zat anti terbentuk masih sangat sedikit (tahap pengenalan)

terhadap vaksin dan organ-organ tubuh membuat zat anti, kedua dan ketiga

terbentuk zay anti yang cukup. Waktu pemberian imunisasi DPT antar umur 2-11

bulan dengan interval empat minggu. Cara pemberiaan imunisasi DPT melalui

intra muscular.

2). Efek Samping

Efek samping pada DPT mempunyai efek ringan dan efek berat, efek

ringan seperti pembengkakkan dan nyeri pada tempat penyuntikan, demam

sedangkan efek berat dapat menangis hebat kesakitan kurang lebih empat jam,

kesadaran menurun, terjadi kejang, ensefalopati, dan shock.

3). Kontra Indikasi

Gejala-gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau gejala

serius keabnormalan pada saraf merupakan kontra indikasi pertusis. Anak yang

mengalami gejala-gejala parah pada dosis pertama, komponen pertusis harus

dihilangkan pada dosis kedua dan untuk meneruskan imunisasinya dapat

diberikan DT.

C. Imunisasi Polio

1). Indikasi

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit

poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan

vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberiaan imunisasi polio

adalah empat kali. Waktu pemberiaan imunisasi polio pada umur 0-11 bulan
8

dengan interval pemberiaan empat minggu. Cara pemberiaan imunisasi polio

melalui oral.

2). Efek Samping

Pada umumnya tidak terdapat efek samping . efek samping berupa

paralysis yang disebabkan oleh vaksin sangat jarang ( < 0,17 : 1.000.000; Bull

WHO 66 :1998)

3). Kontra Indikasi

Pada individu yang menderita “immune deficiency”. Tidak ada efek yang

berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit.

Namun jika ada keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulangan

dapat diberikan setelah sembuh.

D. Imunisasi Campak

1). Indikasi

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit

campak pada anak karena penyakit ini sangat menular. Kandungan vaksin ini

adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberiaan imunisasi campak adalah

satu kali. Waktu pemberiaan imunisasi campak pada umur 9-11 bulan. Cara

pemberiaan imunisasi campak melalui subkutan.

2). Efek Samping

Efek sampingnya adalah dapat terjadi ruam pada tempat suntikan dan

panas selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksin.

3). Kontra Indikasi

Individu yang menderita penyakit immune deficiency atau individu yang di duga

menderita gangguan respon imun seperti leukemia, lymphoma.


9

E. Imunisasi Hepatitis B

1). Indikasi

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit

hepatitis yang kandungannya adalah HbsAg dalam bentuk cair. Frekuensi

pemberian imunisasi hepatitis tiga kali. Waktu pemberiaan imunisasi hepatitis B

pada umur 0-11 bulan. Cara pemberiaanya adalah intramuscular.

2). Efek Samping

Reaksi local seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar

tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang

setelah dua hari.

3). Kontra Indikasi

Hipersensitif pada komponen vaksin. Seperti vaksin-vaksin yang lain,

vaksin ini tidak boleh diberikan pada penderita infeksi berat yang disertai kejang.

F. Imunisasi MMR (Measles, Mumps, dan Rubela)

1). Indikasi

Merupakan imunisasi yang digunakan dalam memberikan atau mencegah

terjadinya penyakit campak (measles), gondong , parotis epidemika (mumps) dan

rubela (campak jerman). Dalam imunisasi MMR ini antigen yang dipakai adalah

virus campak strainedmonson yang dilemahkan, virus rubella strain RA 27/3 dan

virus gondong. Vaksin ini tidak dianjurkan pada bayi usia dibawah 1 tahun karena

dikhawatirkan terjadi interferensi dengan antibodi maternal yang masih ada,

khusus pada daerah endemic sebaiknya diberikan imunisasi campak yang

monovalen dahulu pada usia 4-6 bulan atau 9-11 bulan dan boster dapat dilakukan

MMR pada usia 15-18 bulan.


10

2). Efek Samping

Efek samping vaksin porotitis biasanya berupa pembengkakan kelenjar

liur yang timbul 10-14 hari setelah vaksin. Sedangkan untuk vaksin rubella, efek

sampingnya terinfeksi rubella ringan seperti demam ringan, nyeri tenggorokan,

pusing ruam, dan pembengkakan kelenjar.

G. Imunisasi Tiphus Abdominalis

1). Indikasi

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya

penyakit tifus abdominalis, dalam persediaannya khususnya Indonesia terdapat

tiga jenis vaksin tifus abdominalis diantaranya kuman yang dimatikan, kuman

yang dilemahkan (vivotf, berna) dan antigen capsular Vi polysacchgaride (typhim

Vi, Pasteur meriux) pada vaksin kuman yang dimatikan dapat diberikan untuk

bayi 6-12 bulan adalah 0,1 ml, 1-2 tahun 0,2 ml, dan 2-12 tahun adalah 0,5 ml,

pada imunisasi awal dapat diberikan sebanyak dua kali dengan interval empat

minggu kemudian penguat setelah satu tahun kemudian.

Pada vaksin kuman yang dilemahkan dapat diberikan dalam bentuk capsul

ateric coated sebelum makan pada hari 1,2,5 pada anak diatas usia 6 tahun dan

pada antigen capsular diberikan pada usia diatas dua tahun dan dapat diulang tiap

tiga tahun.

H. Imunisasi Varicella

 Indikasi

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit

varicella (cacar air). Vaksin varicella merupakan virus hidup varicella zoozter

strain OKA yang dilemahkan pemberian vaksin varicella dapat diberikan


11

suntukan tunggal pada usia 12 tahun di daerah tropic dan bila diatas usia 13 tahun

dapat diberikan dua kali suntikan dengan interval 4-8 minggu.

I. Imunisasi Hepatitis A

 Indikasi

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit

hepatitis A. pemberiaan imunisasi ini dapat diberikan pada usia diatas dua tahun.

Untuk imunisasi awal dengan menggunakan vaksin havrix (isinya virus hepatitis

A strain HM175 yang inactivated) dengan 2 suntikan dengan interval 4 minggu

dan boster pada enam bulan kemudiaan dan apabila menggunakan vaksin MSD

dapat dilakukan tiga kali suntikan pada usia 0, 6 dan 12 bulan.

J. Imunisasi HIB (Haemophilus Influenza Tipe B)

1). Indikasi

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit

influenza tipe b. Vaksin ini adalah bentuk polisakarida murbi (PRP; purified

capsular polysacharide) kuman H. Influenzae tipe b , antigen dalam vaksin

tersebut dapat dikonjugasi dengan protein-protein lain seperti toksoid tetanus

(PRP- OMPC). Pada pemberiaan imunisasi awal dengan PRP-T dilakukan dengan

tiga suntikan dengan interval dua bulan kemudian vaksin PRP OMPC dilakukan

dengan suntikan dengan interval dua bulan kemudian bosternya dapat dilakukan

pada usia 18 bulan.

2). Efek Samping

Efektivitas vaksi HIB sekitar 95 % dan relative aman meskipun menimbulkan

reaksi local berupa rasa nyeri dan kemerahan pada sekitar 5-15 % bayi.
12

2.5. Penyakit-Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi

1). Tuberculosis

Penyakit ini disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Cara

penularannya melalui droplet atau percikan air ludah, sedangkan reservoar adalah

manusia, imunisasi yang dapat mencegah penyakit ini adalah BCG.

2). Difteri

Penyakit ini disebabkan oleh Corynebacterium dyptheriae tipe gravis,

milis, dan intermedium, yang menular melalui percikan ludah yang tercemar.

gejala ringan berupa membran pada rongga hidung dan gejala berat apabila terjadi

obstruksi jalan napas karena mengenai laring, saluran napas bagian atas, tonsil

dan kelenjar sekitar leher membengkak. Imunisasi yang diberikan untuk

mencegah penyakit ini adalah DPT.

3). Pertusis

Penyakit ini disebabkan oleh Bordetella. Penularan melalui droplet,

bahayanya dapat menyebabkan pneumonia yang dapat menimbulkan kematian.

Gejala berupa batuk pilek, untuk mencegah penyakit ini maka kita gunakan

imunisasi DPT.

4). Tetanus

Penyakit ini disebabkan oleh Mycobacterium tetani. Gejala awal

ditunjukkan dengan bayi tidak mau menyusu. Kekebalan pada penyakit ini hanya

diperoleh dengan imunisasi atau vaksinasi lengkap, imunisasi yang diberikan

tidak haya DPT pada anak, tetapi juga TT pada calon pengantin.
13

5). Poliomyelitis

Penyakit ini disebabkan oleh virus polio tipe 1, 2, 3, yang menyerang

myelin atau serabut otot. Gejala awal tidak jelas, dapat timbul gejala demam

ringan dan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), penularan penyakit ini melalui

droplet atau fekal, reservoarnya adalah manusia yang menderita polio.

Pencegahan dapat dilakukan dengan imunisasi dengan menggunakan vaksinasi

polio, bahkan dapat eradikasi dengan cakupan polio 100%.

6). Campak

Penyebab penyakit infeksi adalah virus morbili yang menular melalui

droplet, gejala awal ditunjukkan dengan adanya kemerahan yang mulai timbul

pada bagian belakang telinga, dahi, dan menjalar ke wajah dan anggota badan,

imunisasi yang diberikan pada usia 9 bulan dengan rasional kekebalan dari ibu

terhadap penyakit campak berangsur akan hilang sampai usia 9 bulan.

7). Hepatitis B

Penyakit infeksi ini disebabkan oleh virus hepatitis B yang menyerang

kelompok resiko secara vertical yaitu bayi dan ibu pengidap, sedangkan secara

horizontal tenaga medis dan paramedic, pecandu narkotika, pasien hemodialisis.

Gejala yang muncul tidak khas, seperti anoreksia, mual dan kadang-kadang

ikterik. Pencegahannya lakukan imunisasi hepatitis B diberikan pada bayi 0-

11bulan dengan maksud untuk memutus rantai penularan dari ibu ke bayi.
14

2.6. Pemberian Imunisasi Menurut WHO

1). Sifat Fisik

Vaksin adalah suatu produk biologis yang terbuat dari kuman, komponen

kuman atau racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan dan berguna

untuk merangsang kekebalan tubuh seseorang.

Vaksin dibagi menurut:

A. Sensitivitas terhadap suhu

1. Vaksin yang Sensitive terhadap beku (freeze sensitive = FS), yaitu : DPT,

DT, TT, Hepatitis B dan DPT-HB

2. Vaksin yang sensitive terhadap panas (heat sensitive = HS), yaitu : vaksin

campak, polio, dan BCG

B. Substrat pembuatannya

1. Vaksin kuman yang hidup dilemahkan seperti :

 Virus campak dalam vaksin campak

 Virus polio dalam sabin pada vaksin polio

 Kuman TBC dalam vaksin BCG

2. Vaksin dari kuman yang dimatikan seperti :

 Bakteri pertusis dalam DPT

 Virus polio jenis salk dalam vaksin polio

3. Vaksin dari racun/toksin kuman yang dilemahkan seperti :

 Racun kuman seperti toxoid (TT), diphtheria, toxoid dalam DPT

4. Vaksin yang terbuat dari protein khusus kuman seperti Hepatitis B


15

2). Kontra Indikasi

Kontraindikasi pemberiaan imunisasi. Ada beberapa kondisi yang menjadi

pertimbangan untuk tidak memberikan imunisasi pada anak:

 Flu berat atau panas tinggi dengan penyebab yang serius

 Perubahan pada system imun yang tidak dapat menerima vaksin virus

hidup

 Sedang dalam pemberian obat-obat yang menekan system imun, seperti

sitostatika, transfuse darah, dan immunoglobulin

 Riwayat alergi terhadap pemberian vaksin sebelumnya seperti pertu

3). Dosis

Jenis vaksin Dosis

 BCG 20/Ampul

 DPT 10/Vial

 Polio 10/Vial

 Campak 10/Vial

 Hepatitis B uniject 1/Kemasan

 DT 10/Vial

 TT 10/vial

 DPT-HB 5/Vial

4). Tempat Pemberian

Cara pemberian imunisasi dasar (Petunjuk Pelaksanaan Program Imunisasi

di Indonesia, DepKes 2000)


16

Vaksin Dosid Cara dan tempat pemberiaan

BCG 0,05 cc Intrakutan tepat di insersio muskulus deltoideus kanan

DPT 0,5 cc Intramuskular

Polio 2 tetes Diteteskan ke mulut

Campak 0,5 cc Subkutan, biasanya lengan kiri atas

Hepatitis B 0,5 cc Intramuscular pada paha bagian luar

TT 0,5 cc Intramuskular dalam biasa di muskulus deltoideus

5).Komplikasi

Adapun biasanya terjadi komplikasi pada penyakit campak seperti otitis

media, konjungtivitis berat, enterititis, dan pneumonia, terlebih pada anak dengan

status gizi buruk.


17

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Dari pembasan masalah di atas dapat di simpulkan bahwa pengertian dari

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan

memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang

sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang dan dari pembahasan di atas

adalah mampu mengetahui imunisasi, jenis-jenis imunisasi, penyakit yang dapat

di vaksinasi , cara pemberiannya dan komplikasi dari pemberian imunisasi.

Sebagai tambahan pengetahuan bagi calon Bidan professional sehingga saat kita

ada di lahan klinik kita dapat memberikan asuhan kebidanan yang sesuai kode etik

kebidanan.

3.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka di sarankan :

1. Perlu peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi tentang imunisasi di

kalangan paramedis sehingga pelayanan kesehatan khususnya imunisasi

dapat diberikan sesuai dengan standar asuhan pelayanan kesehatan.

2. Perlu pemberian pendidikan kesehatan kepada masyarakat yang

sebenarnya tentang pentingnya imunisasi dan hal-hal yang berkaitan

sehingga masyarakat tidak perlu takut membawa anaknya imunisasi.

3. Bagi setiap Ibu agar selalu memperhatikan kesehatan bayinya yaitu harus

selalu aktif ke posyandu atau tenaga kesehatan terdekat. Karena dengan di

beri Imunisasi dapat mencegah bayi dalam berbagai penyakit.


18

DAFTAR PUSTAKA

Agung, I Gusti Ngurah, 2001. Ststistika Analisis Hubungan Kausal


Berdasarkan Data Kategorik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa

Andri Sutiawan, 2008. Imunisi Pada Bayi. http://syehaceh.wordpress.com.


Dikutip tanggal 31 Desember 2013 pukul 18.00 WIB.

1. http://clubbing.kapanlagi.com/threads/111535-Efek-Samping-Imunisasi

2. A. Aziz Alimul Hidayat, Asuhan Neonatus Bayi dan Balita.Cetakan 1.

Jakarta :Buku Kedokteran EGC 2009. Hal 98-101

Diposkan oleh eka damayanti di 00.56

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook


19
20

ASKEP

Kamis, 22 November 2012

MAKALAH IMUNISASI

MAKALAH

IMUNISASI

Di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Kedokteran Klinik

Di susun oleh :

Kelompok 2

Andri Sutiawan

Desmyati Alfa

Gina Bayinah

Indrawan

Tita
21

STIKes Karsa Husada Garut

DIII Keperawatan

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan

karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah

ini.Tidak lupa saya ucapkan kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang

telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari sempurna dan

disana sini masih banyak kekurangan dan, oleh sebab itu saya sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Pada kesempatan ini juga kami tak lupa mengucapkan terima kasih.Dan semoga

dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-

teman.Amin.
22

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR

………………………………………………………………… i
23

DAFTAR ISI

………………………………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

……………………………………………………………… 1

B.Pembahasan Masalah

………………………………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAN

A.Pengertian Imunisasi

………………………………………………………. 3

B.Tujuan Pemberian Imunisasi

………………………………………………. 3

C.Jenis-Jenis Imunisasi

………………………………………………………. 3

D.Efek Imunisasi

…………………………………………………………….. 9

E.Penyakit – Penyakit Yang Ditimbulkan Pada Anak Yang Tidak Di

Imunisasi 14

F. Imuisasi MMR

…………………………………………………………….. 20

G.Penyakit Yang Kemungkinan Akan Ada Bila Tidak Mendapat Imunisasi

MMR 21

H. Jadwal Pemberian Imunisasi

………………………………………………. 28
24

BAB III PENUTUP

A.KESIMPULAN

…………………………………………………………….. 33

DAFTAR ISI

………………………………………………………………………….. 34

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Tuhan menciptakan setiap makhluk hidup dengan kemampuan untuk

mempertahankan diri terhadap ancaman dari luar dirinya.Salah satu ancaman


25

terhadap manusia adalah penyakit,terutama penyakit infeksi yang di bawa oleh

berbagai macam mikroba seperti virus,bakteri,parasit,jamur.Tubuh

mempunyaicara dan alat untuk mengatasi penyakit sampai batas tertentu.

Beberapa jenis penyakit seperti pilek, batuk, dan cacar air dapat sembuh sendiri

tanpa pengobatan. Dalam hal ini dikatakan bahwa sistem pertahanan tubuh

(sistem imun) orang tersebut cukup baik untuk mengatasi dan mengalahkan

kuman-kuman penyakit itu. Tetapi bila kuman p e n y a k i t i t u g a n a s , s i s t e m

p e r t a h a n a n t u b u h ( t e r u t a m a p a d a a n a k - a n a k a t a u p a d a orang

dewasa dengan daya tahan tubuh yang lemah) tidak mampu mencegah kuman itu

berkembangbiak sehingga dapat mengakibatkan penyakit berat yang membawa

kepada cacat atau kematian.

Apakah yang dimaksudkan dengan sistem imun? Kata imu n

berasal dari bahasa Latin ‘immunitas’ yang berarti

pembebasan (kekebalan)

yang diberikan kepada parasenator Romaw selama masa

jabatan mereka terhadapkewajiban sebagaiwarganegara

biasa dan terhadap dakwaan

D a l a m s e j a r a h i s t i l a h i n i kemudian berkembang sehingga

p e n g e r t i a n n y a b e r u b a h m e n j a d i p e r l i n d u n g a n terhadap penyakit,

dan lebih spesifik lagi, terhadap penyaki menular. Sistem imunadalah

suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel -sel serta produk zat-zat

yangdihasilkannya, yang bekerja sama secara kolek tif dan terkoordinir

untuk melawan benda asing seperti kuman-kuman penyakit atau

racunnya, yang masuk ke dalam tubuh.


26

Kuman disebut antigen. Pada saat pertama kali antigen masuk ke dalam

tubuh,maka sebagai reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang

disebut dengan antibodi.Pada umumnya, reaksi pertama tubuh untuk

membentuk antibodi tidak terlalu kuat,karena tubuh belum mempunyai

"pengalaman." Tetapi pada reaksi yang ke -2, ke-3dan seterusnya,

tubuh sudah mempunyai memori untuk mengenali antigen tersebut

sehin gga pembentukan antibodi terjadi dalam waktu yang

lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih ban yak.

Itulah sebabn ya pada beberapa jenis pen yakit yang

dianggap berbahaya dilakukan tindakan imunisasi

atau vaksinas.Hal i n i dimaksudkan sebagai tindakan

p e n c e g a h a n a g a r t u b u h t i d a k t e r j a n g k i t p e n y a k i t tersebut, atau

seandainya terkena pun, tidak akan menimbulkan akibat yang fatal.

Imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi

aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah

dilemahkan atau dimatikandengan tujuan untuk merangsang tubuh

memproduksi antibodi sendiri. Contohnyaadalah imunisasi polio atau

campak. Sedangkan imunisasi pasif adalah penyuntikan s e j u m l a h

antibodi, sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat.

C o n t o h n y a adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang

yang mengalami lukakecelakaan. Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi

yang baru lahir dimana bayitersebut menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya

melalui darah placenta selamamasa kandungan, misalnya antibodi terhadap

campak.
27

B.Pembahasan Masalah :

1.Pengertian Imunisasi

2.Penyakit-penyakit yang di timbulkan pada anak yang tidak di imunisasi

3.Imunisasi Mmr

4.Penyakit-penyakit yang di timbulkan pada anak yang kemungkinan akan di

alami bila tidak mendapat Imunisasi Mmr

5.Jadwal pemberian imunisasi

BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Imunisasi

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit


28

denganmemasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit

yang sedangm e w a b a h a t a u b e r b a h a y a b a g i s e s e o r a n g . I m u n i s a s i

b e r a s a l d a r i k a t a i m u n y a n g berarti kebal atau resisten. Imunisasi

terhadap suatu penyakit hanya akan memberikank e k e b a l a n a t a u r e s i s t e n s i

p a d a p e n y a k i t i t u s a j a , s e h i n g g a u n t u k t e r h i n d a r d a r i penyakit

lain diperlukan imunisasi lainnya.Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan

kepada anak-anak karena sistemkekebalan tubuh mereka masih belum sebaik

orang dewasa, sehingga rentan terhadapserangan penyakit berbahaya. Imunisasi

tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapiharus dilakukan secara bertahap dan

lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangatmembahayakan kesehatan dan

hidup anak.

B.Tujuan Pemberian Imunisasi

Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari

imunisasi adalah u n t u k mengurangi angka penderita suatu

penyakit yang sangat membahayakan kesehatan b a h k a n bisa

men yebabkan kematian pada penderitan ya Beberapa pen yakit

y a n g dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B,

campak, polio, difteri,tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, tbc, dan lain

sebagainya.

C.Jenis-Jenis Imunisasi

1.BCG

2.Hepatitis B

3.Polio

4.DTP
29

5.Campak

1. Imunisasi BCG

Kepanjangan BCG ? Mungkin karena susah mengucapkannya makanya

jarangyang hafal kepanjangannya. Bacillus Calmette -Guerin. BCG

adalah vaksin untuk mencegah penyakit TBC, orang bilang flek paru.

Meskipun BCG merupakan vaksin y a n g p a l i n g b a n y a k d i g u n a k a n

d i d u n i a ( 8 5 % b a y i m e n e r i m a 1 d o s i s B C G p a d a tahun 1993),

tetapi perkiraan derajat proteksinya sangat bervariasi dan belum

ada penanda imunologis terhadap tuberculosis yang dapat dipercaya.

Royan said : maksudnya, kekebalan yang dihasilkan dari imunisasi

BCG ini bervariasi. Dan tidak ada pemerikasaan laboratorium yang

bisa menilai kekebalans e s e o r a n g p a d a p e n y a k i t T B C s e t e l a h

diimunisasi. Berbeda dengan i m u n i s a s i hepatitis B, kita bisa

memeriksa titer anti-HBsAg pada laboratotrium, bila hasilnya >10 μg dianggap

memiliki kekebalan yang cukup terhadap hepatitis B.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kemampuan

proteksi B C G berkurang jika telah ada sens itisasi dengan

mikobakteria lingkungan sebelumnya, tetapi data ini tidak konsisten.

Ro yan said : maksudn ya, kalau sih anak sudah kemasukkan

kuman TBCsebelum diimunisasi, proses pembentukan

a n t i b b o d i s e t e l a h d i i m u n i s a s i k u r a n g memuaskan.

Karena itu, BCG dianjurkan diberikan umur 2-3 bulan) atau dilakukan

ujituberkulin dulu (bila usia anak lebih dari 3 bulan.IDAI) untuk

mengetahui apakahanak telah terinfeksi TBC atau belum (lihat jadwal


30

imunisasi) Dan lagi, kekebalanuntuk penyakit TBC tidak diturunkan

dari ibu ke anak (imunitas seluler), karena ituanak baru lahir tidak

punya kekebalan terhadap TBC. Makanya ibu -ibu harus

segeramemberikan imunisasi BCG buat anaknya.

Perlu diketahui juga, derajat proteksi imunisasi BCG tidak ada

hubungannyadengan hasil tes tuberkulin sesudah imunisasi dan ukuran parut

(bekas luka suntikan)dilengan. Jadi tidak benar kalau parutnya kecil atau tidak

tampak maka imunisasinyadianggap gagal.

Imunsasi BCG diberikan dengan dosis 0,05 ml pada bayi kurang dari 1 tahun,dan

0,1 ml pada anak. Disuntikkan secara intrakutan.

Royan said : maksudnya disuntikkan ke dalam lapisan kulit (bukan di

otot).Bila penyuntikan benar, akan ditandai kulit yang menggelembung.BCG

ulang tidak dianjurkan karena manfaatnya diragukan.

BCG tidak dapatdiberikan pada penderita dengan gangguan kekebalan seperti

pada penderita lekemia(kanker darah), anak dengan pengobatan obat

steroid jangka panjang dan penderita infeksi HIV.

(Sumber : system imun,imunisasi,dan penyakit imun. Prof.Dr.dr. A.

Samik Wahab, Spa(K). Widya Medika)

2.Imunisasi Hepatitis B

Imunisasi hepatitis B ini juga merupakan imunisasi yang diwajibkan,

lebihd a r i 1 0 0 n e g a r a m e m a s u k k a n v a k s i n a s i i n i d a l a m

program nasionalnya. J i k a menyerang anak, penyakit yang

disebabkan virus ini sulit disembuhkan. Bila sejak lahir telah terinfeksi
31

virud hepatitis B (VHB) dapat menyebabkan kelainan-kelainanyang dibawanya

terus hingga dewasa. Sangat mungkin terjadi sirosis atau pengerutanhati.

Ban yak jalan masuk virus hepatitis B ke tubuh si kecil. Yang

p o t e m s i a l melalui jalan lahir. Cara lain melalui kontak dengan darah penderita,

semisal transfusidarah. Bisa juga melali alat -alat medis yang sebelumnya

telah terkontaminasi darahdari penderita hepatitis B, seperti jarum

suntik yang tidak steril atau peralatan yang ada di klinik gigi. Bahkan juga

bisa lewat sikat gigi atau sisir rambut yang digunakanantar anggota keluarga.

Malangnya, tak ada gejala khas yang tampak secara kasat mata.

Bahkan olehdokter sekalipun. Fungsi hati kadang tak terganggu meski

sudah mengalami sirosis.Anak juga terli hat sehat, nafsu makan baik,

berat badan juga normal. Penyakit baru diketahui setelah dilakukan

pemeriksaan darah

Upaya pencegahan adalah l a n g k a h t e r b a i k . J i k a a d a s a l a h s a t u

a n g g o t a keluarga dicurigai kena Virus Hepatitis B, biasanya dilakukan

screening terhadapa n a k - a n a k n y a untuk mengetahui apakah

m e m b a w a v i r u s a t a u t i d a k . S e l a i n i t u , imunisasi merupakan langkah

efektif untuk mencegah masuknya virus hepatitis B.

Jumlah Pemberian Sebanyak 3 kali, dengan interval 1 bulan antara

suntikan pertama dan kedua, kemudian 5 bulan antara suntikan kedua dan ketiga.

Usia Pemberian Sekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir. Dengan

syarat,kondisi bayi stabil, tak ada gangguan pada paru -paru dan

jantung. Dilanjutkan padausia 1 bulan, dan usia 3 -6 bulan. Khusus


32

bayi yang lahir dari ibu pengidap VHB,selain imunisasi tsb dilakukan

tambahan dengan imunoglobulin antihepatitis B dalamwaktu sebelum usia 24 jam

Lokasi Penyuntikan Pada anak di lengan dengan cara

i n t r a m u s k u l e r . Sedangkan pada bayi di paha lewat anterolateral

(antero= otot-otot bagian depan,l a t e r a l = otot bagian luar).

P e n y u n t i k a n d i b o k o n g t i d a k d i a n j u r k a n k a r e n a b i s a mengurangi

efektivitas vaksin.

Tanda Keberhasilan: T a k a d a t a n d a k l i n i s y a n g d a p a t d i j a d i k a n

p a t o k a n . Namun dapat dilakukan pengukuran keberhasilan melalui

pemeriksaan darah denganmengecek kadar hepatitis B-nya setelah anak

berusia setahun. Bila kadarnya di atas 1 0 0 0 , b e r a r t i d a y a t a h a n y a 8

t a h u n ; d i a t a s 5 0 0 , t a h a n 5 t a h u n ; d i a t a s 2 0 0 t a h a n 3 tahun. Tetapi

kalau angkanya cuma 100, maka dalam setahun akan hilang. Sementara bila

angkanya 0 berarti si bayi harus disuntik ulang 3 kali lagi.

Tingkat Kekebalan: Cukup tinggi, antara 94-96%. Umumnya setelah 3

kalisuntikan, lbih dari 95% bayi mengalami respons imun yang cukup.

Indikator Kontra: Tak dapat diberikan pada anak yang sakit berat

3.Polio

Imunisasi polio ada 2 macam, yang pertama oral polio vaccine

atau yang s e r i n g d i l i h a t d i m a n a m a n a y a i t u v a k s i n t e t e s

mulut.

Sedangkan yang k e d u a inactivated polio vaccine, ini yang

disuntikkan. Kalo yang tetes mudah diberikan,m urah dan mendekati

rute penyakit aslinya, sehingga banyak digunakan. Kalo yang injeksi


33

efek proteksi lebih baik tapi mahal dan tidak punya efek epidemiologis. Selain itu

saat ini MUI telah mengeluarkan fatwa agar pemakaian vaksin polio injeksi hanya

ditujukan pada penderita yang tidak boleh mendapat vaksin polio tetes

karena dayatahan tubuhnya lemah Polio atau lengkapnya

poliomelitis adalah suatu penyakit radang yang

menyerang saraf dan dapat menyebabkan lumpuh pada kedua kaki.

Walaupun dapat sembuh, penderita akan pincang seumur hidup karena

virus ini membuat otot-otot lumpuh dan tetap kecil.

Di wikipedia dijelaskan bahwa Polio sudah dikenal sejak zaman pra

sejarah. Lukisan dinding di kuil -kuil Mesir kuno menggambarkan

orang-orang sehat dengan kaki layu yan g berjalan dengan tongkat.

Kaisar Romawi Claudius terserang polio ketika masih kanak-kanak dan

menjadi pincang seumur hidupnya.

Virus polio menyerang tanpa peringatan merusak system saraf menimbulkan

kelumpuhan permanen,biasanya pada kaki.

Sejumlah besar penderita meninggal karena tidak dapat menggerakkan otot

pernapasan. Ketika polio menyerang Amerika selama dasawarsa seusai Perang

Dunia II, penyakit itu disebut ‘momok semua orangtua’, karena menjangkiti

anak-anak terutama yang berumur di bawah lima tahun. Disana para

orang tua tidak membiarkan anak mereka keluar rumah, gedung -

gedung bioskop dikunci, kolam renang, sekolah dan bahkan gereja tutup.

Virus polio menular secara langsung melalui percikan ludah penderita

ataumakanan dan minuan yang dicemari.


34

Pencegahannya dengan dilakukan menelan vaksin polio 2 (dua) tetes

setiapkali sesuai dengan jadwal imunisasi.

4.DTP

Deskripsi Vaksin Jerap DTP adalah vaksin yang terdiri dari toksoid difteri

dan t e t a n u s yang dimurnikan, serta bakteri pertusis

yang telah diinaktivasi y a n g teradsorbsi ke dalam 3 mg / ml

Aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakansebagai pengawet.

Potensi vaksin per dosis tunggal sedikitnya 4 IU pertussis, 30 IU difteri

dan 60 IU tetanus. Indikasi Untuk Imunisasi secara simult an terhadap

difteri, tetanus dan batuk rejan.

Komposisi Tiap ml mengandung Toksoid difteri yan g

dimurnikan 40 Lf T o k s o i d t e t a n u s y a n g d i m u r n i k a n 1 5 L f

B , p e r t u s s i s y a n g d i i n a k t i v a s i 2 4 O U Aluminium fosfat 3 mg

Thimerosal 0,1 mg. Dosis dan cara pemberiaan vaksin harus di kocok dulu untuk

menghomogenkan suspensi. Vaksin harus disuntikkan secara

intramuskuler atausecara subkutan yang dalam. Bagian anterolateral

paha atas merupakan bagian yangdirekomendasikan untuk tempat

penyuntikkan. (Penyuntikan di bagian pantat padaanak-anak tidak

direkomendasikan karena dapat mencederai syaraf pinggul).

Tidak b o l e h d i s u n t i k k a n p a d a k u l i t k a r e n a d a p a t m e n i m b u l k a n

r e a k s i l o k a l . S a t u d o s i s adalah 0,5 ml. Pada setiap penyuntikan

harus digunakan jarum suntik dan syringe yang steril.


35

Di negara-negara dimana pertussis merupakan ancaman bagi

b a y i m u d a , imunisasi DTP harus dimulai sesegera mungkin dengan dosis

pertama diberikan padausia 6 minggu dan 2 dosis berikutnya diberikan

dengan interval masing-masing 4m i n g g u . Vaksin DTP dapat

d i b e r i k a n s e c a r a a m a n d a n e f e k t i f p a d a w a k t u y a n g bersamaan

dengan vaksinasi BCG, Campak, Polio (OPV dan IPV), Hepatitis B, Hib.dan

vaksin Yellow Fever.

Kontraindikasi Terdapat beberapa kontraindikasi yang

b e r k a i t a n d e n g a n suntikan pertama DTP. Gejala-gejala keabnormalan otak

pada periode bayi baru lahir atau gejala-gejala serius keabnormalan pada

saraf merupakan kontraindikasi dari komponen pertussis. Imunisasi

DTP kedua tidak boleh diberikan kepada anak yangmengalami gejala -

gejala parah pada dosis pertama DTP.

Komponen pertussis harus dihindarkan, dan hanya dengan diberi DT

untuk meneruskan imunisasi ini. Untuk i n d i v i d u p e n d e r i t a v i r u s

human immunodefficiency (HIV) baik dengan gejalamaupun

tanpa gejala harus diberi imunisasi DTP sesuai dengan

s t a n d a r j a d u a l tertentu.

5.Campak

Imunisasi campak sebenarnya bayi sudah mendapatkan

kekebalan campak d a r i i b u n y a . N a m u n s e i r i n g b e r t a m b a h n y a

u s i a , a n t i b o d i d a r i i b u n y a s e m a k i n menurun sehingga butuh antibodi

tambahan lewat pemberian vaksin campak. Apalagi p e n y a k i t campak


36

mudah menular, dan mereka yang da ya tahan tubuhn ya

l e m a h gampang sekali terserang penyakit yang disebabkan virus

Morbili ini. Untungnya campak hanya diderita sekali seumur hidup.

Jadi, sekali terkena campak, setelah itu biasanya tak akan terkena lagi.

Penularan campak terjadi lewat udara atau butiran halus air ludah

(droplet) p e n d e r i t a yang terhirup melalui hidung atau

m u l u t . P a d a m a s a i n k u b a s i y a n g berlangsung sekitar 10-12 hari,

gejalanya sulit dideteksi. Setelah itu barulah munculgejala flu (batuk, pilek,

demam), mata kemerahabn dan berair, si kecil pun merasasilau saat

melihat cahaya. Kemudian, disebelah dalam mulut muncul bintik -

bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari. Beberapa anak juga

mengalami diare. satu-duahari kemudian timbul demam tinggi yang turun

naik, berkisar 38-40,5 derajat celcius.

Seiring dengan itu barulah muncul bercak-bercak merah yang merupakan

cirik h a s p e n y a k i t i n i . U k u r a n n y a t i d a k t e r l a l u b e s a r , t a p i j u g a

t i d a k t e r l a l u k e c i l . Awalnya haya muncul di beberapa bagian tubuh

saja seperti kuping, leher, dada,muka, tangan dan kaki. Dalam waktu 1

minggu, bercak-bercak merah ini hanya di beberapa bagian tibih saja dan

tidak banyak.

Jika bercak merah sudah keluar, umumnya demam akan

turun d e n g a n sendirinya. Bercak merah pun akan berubah menjadi

kehitaman dan bersisik, disebuthiperpigmentasi.

Pada akhirnya bercak akan mengelupas atau rontok atau

sembuhd e n g a n s e n d i r i n y a . U m u m n y a d i b u t u h k a n w a k t u h i n g g a
37

2 m i n g g u s a m p a i a n a k sembuh benar dari sisa-sisa campak. Dalam kondisi

ini tetaplah meminum obat yangsudah diberikan dokter. Jaga stamina dan

konsumsi makanan bergizi. Pengobatannya bersifat simptomatis, yaitu

mengobati berdasarkan gejala yang muncul. Hingga saat ini, belum

ditemukan obat yang efektif mengatasi virus campak.

Jika tak ditangani dengan baik campak bisa sangat berbahaya. Bisa

terjadik o m p l i k a s i , terutama pada campak yang berat.

C i r i - c i r i c a m p a k b e r a t , s e l a i n bercakn ya di sekujur tubuh,

gejalan ya tidak membaik setelah diobati 1 -2 hari. K o m p l i k a s i

yang terjadi biasanya berupa radang paru-paru dan

r a d a n g o t a k . Komplikasi ini yang umumnya paing sering menimbulkan

kematian pada anak.

Usia dan Jumlah Pemberian Sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9 bulan, 1

kali diu s i a 6 t a h u n . D i a n j u r k a n , p e m b e r i a n c a m p a k k e - 1 s e s u a i

jadwal. Selain karenaa n t i b o d i d a r i i b u s u d a h m e n u r u n d i

u s i a 9 b u l a n , p e n y a k i t c a m p a k u m u m n y a menyerang anak

usia balita. Jika sampai 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak,

maka pada usia 12 bulan harus diimunisasi MMR (Measles Mump Rubella).

D.Efek Imunisasi

1.Efek Imunisasi

Imunisasi memang penting untuk membangun pertahanan tubuh bayi.

Tetapi,orangtua masa kini seharusnya lebih kritis terhadap efek

samping imunisasi yangmungkin menimpa Si Kecil.


38

Pertahanan tubuh bayi dan balita belum sempurna. Itulah sebabnya pemberian

imunisasi, baik wajib maupun lanjutan, dianggap

penting bagi mereka u n t u k membangun pertahanan tubuh.

Dengan imunisasi, diharapkan anak terhindar dari berbagai penyakit yang

membahayakan jiwanya.

Di lain pihak, pemberian imunisasi kadang menimbukan efek

s a m p i n g . Demam tinggi pasca-imunisasi DPT, misalnya, kerap

membuat orangtua was-was.Padahal, efek samping ini sebenarnya

pertanda baik, karena membuktikan vaksin y a n g d i m a s u k k a n k e

dalam tubuh tengah bekerja. Namun, kita pun tidak

b o l e h menutup mata terhadap fakta adakalanya efek imunisasi ini bisa sangat

berat, bahkan berujung kematian. Realita ini, menurut Departemen Kesehatan RI

disebut "KejadianI k u t a n Pasca Imunisasi"(KIPI). Menurut

K o m i t e N a s i o n a l P e n g k a j i a n d a n Penanggulangan (KN PP) KIPI,

KIPI adalah semua kejadian sakit dan kematian yangterjadi dalam masa satu

bulan setelah imunisasi.

2.Tidak Ada yang Bebas Efek Samping

Menurut Komite KIPI, sebenarnya tidak ada satu pun jenis vaksin

imunisasiyang aman tanpa efek samping. Oleh karena itu, setelah seorang bayi

diimunisasi, iaharus diobservasi terlebih dahulu setidaknya 15 menit, sampai

dipastikan tidak terjadiadanya KIPI (reaksi cepat).S e l a i n i t u , m e n u r u t

Prof. DR. Dr. Sri Rejeki Hadinegoro SpA.(K),

u n t u k menghindari adanya kerancuan antara penyakit akibat imunisasi dengan


39

yang bukan,maka gejala klinis yang dianggap sebagai KIPI dibatasi dalam jangka

waktu tertentu.

"Gejala klinis KIPI dapat timbul secara cepat maupun lambat. Dilihat dari

gejalanya pun, dapat dibagi menjadi gejala lokal, sistemik, reaksi

susunan saraf pusat, sertareaksi lainnya," terang Ketua Satgas Imunisasi

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)ini.

Pada umumnya, semakin cepat KIPI terjadi, semakin cepat gejalanya.

Pada k e a d a a n t e r t e n t u l a m a p e n g a m a t a n K I P I d a p a t m e n c a p a i

m a s a 4 2 h a r i ( p a s c a - vaksinasi rubella), bahkan 42 hari (pasca -

vaksinasi campak dan polio). Reaksi juga bisa diakibatkan reaksi

simpang (adverse events) terhadap obat atau vaksin, atau kejadian lain

yang bukan akibat efek langsung vaksin, misalnya alergi. "Pengamatan juga

ditujukan untuk efek samping yang timbul akibat kesalahan teknik

pembuatan, p e n g a d a a n , d i s t r i b u s i s e r t a p e n y i m p a n a n v a k s i n .

K e s a l a h a n p r o s e d u r d a n t e k n i k pelaksanaan imunisasi, atau semata-

mata kejadian yang timbul kebetulan," demikian Sri.

Penelitian Vacci ne Safet y Committee, Institute of Medicine

( I O M ) , A S , melaporkan, sebagian besar KIPI terjadi karena faktor

kebetulan. "Kejadian yang m e m a n g a k i b a t i m u n i s a s i t e r s e r i n g

a d a l a h a k i b a t k e s a l a h a n p r o s e d u r d a n t e k n i k pelaksanaan atau

pragmatic errors)," tukas dokter yang berpraktek di RSUPN

CiptoMangunkusumo ini.

Stephanie Cave MD, ahli medis yang menulis "Yang Orangtua Harus

Tahu tentang Vaksinasi Pada Anak" menyebutkan, peluang terjadinya efek


40

samping vaksin pada bayi dan anak-anak adalah karena mereka dijadikan target

imunisasi massal oleh pemerintah, pabrik vaksin, maupun dokter. Padahal,

imunisasi massal yang memilikisikap "satu ukuran untuk semua orang" ini

sangat berbahaya. Karena, "Setiap anak a d a l a h p r i b a d i t e r s e n d i r i ,

d e n g a n b a n g u n g e n e t i k a , l i n g k u n g a n s o s i a l , r i w a y a t kesehatan,

keluarga dan pribadi yang unik, yang bisa berefek terhadap cara

mereka bereaksi terhadap suatu vaksin," demikian Cave.

3.Beberapa Kejadian Pasca-Imunisasi

Secara garis besar, tidak semua KIPI disebabkan oleh imunisasi.

Sebagian besar ternyata tidak ada hubungannya dengan imunisasi. Untuk lebih

jelasnya, berikutini beberapa faktor KIPI yang bisa terjadi pasca-imunisasi:

a.Reaksi Suntikan

Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusukan jarum suntik,

baik langsung maupun tidak langsung harus dicatat sebagai reaksi

KIPI. Reaksi suntikanl a n g s u n g misalnya rasa sakit,

b e n g k a k d a n k e m e r a h a n p a d a t e m p a t s u n t i k a n . Sedangkan

reaksi suntikan tidak langsung misalnya rasa takut, pusing, mual, sampaisinkope

atau pingsan.

b.Reaksi Suntikan

Gejala KIPI yang disebabkan masuknya vaksin ke dalam tubuh

umumnya sudah diprediksi terlebih dahulu karena umumnya "ringan".

Misal, demam pasca-imunisasi DPT yang dapat diantisipasi dengan obat

penurun panas.
41

Meski demikian, b i s a j u g a r e a k s i i n d u k s i v a k s i n b e r a k i b a t p a r a h

k a r e n a a d a n y a r e a k s i s i m p a n g d i dalam tubuh (misal, keracunan),

yang mungkin menyebabkan masalah persarafan,kesulitan memusatkan

perhatian, nasalah perilaku seperti autisme, hingga resiko kematian.

c.Faktor Kebetulan

Seperti disebut di atas, ada juga kejadian yang timbul secara kebetulan

setelah bayi diimunisasi. Petunjuk "faktor kebetulan" ditandai dengan

ditemukannya kejadiansama di saat bersamaan pada kelompok populasi

setempat, dengan karakterisitik serupa tetapi tidak mendapatkan imunisasi.

d. Penyebab tidak di ketahui

Bila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat

dikelompokkan ked a l a m s a l a h s a t u p e n y e b a b , m a k a u n t u k

sementara dimasukkan ke k e l o m p o k "pen yebab tidak

diketahui" sambil menunggu informasi lebih lanjut.

B i a s a n y a , dengan kelengkapan informasi akan dapat ditentukan kelompok

penyebab KIPI.

'Imunisasi itu Aman' Ilmu Pengetahuan atau Fiksi?

Keraguan tentang aman-tidaknya imunisasi bukan sesuatu yang mengada-ada.Saat

ini sudah ada puluhan ribu kejadian buruk akibat imunisasi yang dilaporkan,

dan p u l u h a n r i b u l a i n n y a y a n g t i d a k d i l a p o r k a n . P a d a

a n a k - a n a k , i m u n i s a s i ( d a n antibiotik) bertanggung jawab untuk

sebagian besar reaksi negatif dibanding obat -obat resep lainnya. Jadi

realitanya, tidak ada obat yang aman untuk setiap anak. Dan, beberapa obat lebih

berbahaya dari pada beberapa obat lainnya.


42

Keamanan imunisasi seharusnya berlandaskan pada ilmu pengetahuan

yang baik, bukan hipotesa, pendapat, keyakinan perorangan, atau

pengamatan. Namunfaktanya, hingga kini banyak yang tidak di ketahui

para ilmuwan tentang cara kerjaimunisasi di dalam tubuh pada tingkat

sel dan molekul. Tes yang memadai untuk imunisasi juga tidak ada.

Yang juga kurang, adalah pengertian tentang efek jangka panjang dari

imunisasi massal bagi bayi dan anak-anak.

Yang diketahui adalah, sejak akhir tahun 1950-an, ketika imunisasi massal

mulai diwajibkan di Amerika Serikat, t e l a h t e r j a d i p e n i n g k a t a n

kasus kelainan sistem imun dan persarafan,

termasuk kesulitan memusatkan perhatian, asma, autisme,

diabetes anak-anak, sindromakeletihan menahun, kesulitan

belajar, rematoid artritis, multipel sklerosis, d a n masalah

kesehatan yang menahun lainnya.

Di Amerika Serikat dan tempat -tempat lain di dunia, adanya

p e n i n g k a t a n besar jumlah masalah medis yang terkait dengan imunisasi yang

dilaporkan orangtuad a n profesional kedokteran, telah

mencetuskan suatu gerakan yang m e n u n t u t dilakukannya

lebih banyak kajian yang lebih baik tentang potensi efek buruk

jangka panjang atau menahun dari imunisasi.Imunisasi kadang dapat

mengakibatkan efek samping. Ini adalah tanda baik yang membuktikan

bahwa vaksin betuk-betul bekerja secara tepat.

Efek samping yang biasa terjadi adalah sebaagai berikut:

1.BCG
43

Setelah 2 minggu akan terjadi pembengkakan kecil dan merah

ditempatsuntikan. Setelah 2–3 minggu kemudian pembengkakan

menjadi abses kecildan kemudian menjadi luka dengan garis tengah ±10 mm.

Luka akan sembuhsendiri dengan meninggalkan luka parut yang kecil.

2.DPT

Kebanyakan bayimenderita panaspada

w a k t u s o r e h a r i s e t e l a h mendapatkan imunisasi DPT, tetapi panas

akan turun dan hilang dalam waktu2 hari. Sebagian besar merasa nyeri sakit,

kemerahan atau bengkak di tempats u n t i k a n . K e a d a a n ini tidak

b e r b a h a y a d a n t i d a k p e r l u m e n d a p a t k a n pengobatan khusus,

akan sembuh sendiri.Bila gejala diatas tidak timbul tidak perlu diragukan bahwa

imunisasi tersebut tidak memberikan perlindungan danImunisasi tidak perlu

diulang.

3.POLIO :

Jarang timbuk efek samping.

4.CAMPAK :

Anak mungkin panas, kadang disertai dengan kemerahan 4 –

1 0 hari sesudah penyuntikan.

5.HEPATITIS :

Belum pernah dilaporkan adanya efek samping. Perlu diingat efek samping

imunisasi jauh lebih ringan daripada efek penyakit bila bayi tidak diimunisasi.

E.Penyakit – Penyakit Yang Ditimbulkan Pada Anak Yang Tidak Di Imunisasi

Imunisasi, tak hanya menjaga agar anak tetap sehat, tapi juga ampuh

untuk mencegah dan menangkal timbulnya penyakit serta kematian


44

pada anak-anak. Lalu mengapa kadangkala orangtua kerap

mengabaikan tindakan penting t e r s e b u t ? Bukankah lebih baik

mencegah daripada mengobati?S e s u a i d e n g a n ya ng diprogramkan

o l e h o r g a n i s a s i k e s e h a t a n d u n i a W H O (Badan Kesehatan Dunia),

Pemerintah Indonesia menetapkan ada 12 imunisasi yangharus diberikan

kepada anak-anak. 5 Diantaranya merupakan imunisasi yang wajib

diberikan sebab fungsinya adalah untuk mencegah anak dari serangan

penyakit – penyakit seperti:

1.Tuberkulosis (TBC)

Tuberkulosis, terutama TB paru, merupakan masalah yang timbul tidak hanyadi

negara berkembang tetapi juga di negara maju. Tuberkulosis tetap merupakan

salahsatu penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian, baik di

negara berkembangmaupun di negara maju f a k t o r r e s i k o i n f e k s i d a n

f a k t o r r e s i k o p r o g r e s i i n f e k s i m e n j a d i p e n y a k i t ( resiko penyakit

).Resiko Infeksi TB Faktor resiko terjadinya infeksi TB antara lain

adalah :anak yang memiliki kontak dengan orang dewasa dengan TB

aktif, daerah endemis, penggunaan obat-obat intravena, kemiskinan, serta

lingkungan yang tidak sehat.

2.Hepatitis B

yang disebabkan virus hepatitis B yang berakibat pada hati Penyakit

hepatitis B pada bayi menjadi kronik jauh lebih besar (lebih dari 90 persen)

dibandingkan kemungkinan pada orang dewasa. "Oleh karena itu, bagi

bayivaksin hepatitis B mutlak perlu.


45

Ciri-ciri penderita hepatitis B umumnya tak diketahui secara jelas

karena penderita seperti orang sehat. Akibatnya ia tak segera menyadari dirinya

telah tertular v i r u s h e p a t i t i s B , b a h k a n s u d a h m e n u l a r k a n n y a

k e p a d a o r a n g l a i n . " S e b a i k n y a , mereka yang memiliki gejala kuning

pada mata, kulit, lesu, tak memiliki nafsu makanserta sakit lambung-seperti

maag yang tak sembuh dalam tempo enam bulan -segera periksa ke

dokter.

Virus hepatitis B diketahui sebaga i salah satu virus yang

p a l i n g m u d a h menular. Bahkan, penularan virus ini 100 kali lebih

menular daripada HIV (virus penyebab AIDS), dan diperkirakan

menginfeksi 10 kali lebih banyak daripada HIV. V i r u s itu

men yerang hati dan merusak organ tubuh secara tak langsung

m e l a l u i gangguan sistem kekebalan. Pada serangan tahap awal masih

bisa disembuhkan jikasegera diobati. Namun, jika penyakit berkembang lebih

berat maka ia akan mencapait a h a p h e p a t i t i s a k u t , s i r o s i s ( p e n g e r a s a n

h a t i ) , s a m p a i k e m u d i a n m e n g a k i b a t k a n munculnya kanker hati.

3.Penyakit polio.

Penyakit ini disebabkan virus, menyebar melalui tinja/kotoran orang

yang terinfeksi. Anak yang terkena polio dapat menjadi lumpuh

layuh.P o l i o m y e l i t i s a t a u P o l i o , a d a l a h p e n y a k i t p a r a l i s i s

a t a u l u m p u h y a n g disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit

ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ke tubuh

melalui mulut, mengifeksi saluran usus. Virus ini d a p a t m e m a s u k i

aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat


46

m e n y e b a b k a n melemahnya otot dan kadang kelumpuhan. Kata Polio sendiri

berasal dari bahasaY u n a n i yaitu πολιομυελίτις, atau

bentuknya yang lebih mutakhir πολιομυελίτιδα, dari

πολιός "abu-abu" dan μυελός "bercak". Vi rus Polio termasuk genus

enteroviorus, famili Picornavirus. Bentuknya adalah ikosahedral tanpa

sampuld e n g a n genome RNA single stranded messenger

molecule. Single RNA i n i membentuk hampir 30 persen

dari virion dan sisan ya terdiri dari 4 protein besar ( V P 1 - 4 )

dan satu protein kecil (Vpg).

Polio adalah penyakit menular yang dikategorikan

sebagai penyakit peradaban. Polio menular

m e l a l u i k o n t a k antar manusia. Virus masuk ke dalam tubuh melalui

mulut ketika seseorang memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi

feses.

Poliovirus adalah virus RNA kecil yang terdiri atas tiga strain berbeda

dana m a t m e n u l a r . V i r u s a k a n m e n y e r a n g s i s t e m s a r a f d a n

k e l u m p u h a n d a p a t t e r j a d i dalam hitungan jam. Polio menyerang tanpa

mengenal usia, lima puluh persen kasus terjadi pada anak berusia antara 3

hingga 5 tahun. Penyebab penyakit polio terdiri atas tiga strain yaitu strain

1 (brunhilde) strain 2 (lanzig), dan strain 3 (Leon). Strain 1adalah yang paling

paralitogenik atau yang paling ganas dan sering kali menyebabkan kejadian luar

biasa atau wabah. Strain ini sering ditemukan di Sukabumi.Sedangkan Strain 2

adalah yang paling jinak. Penyakit Polio terbagi atas tiga jenis yaitu Polio
47

non-paralisis, Polio paralisis spinal, dan Polio bulbar. -Polio non-

paralisis menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu, dan sensitif.

Terjadi kram o t o t p a d a l e h e r d a n p u n g g u n g , o t o t t e r a s a l e m b e k

j i k a d i s e n t u h . - P o l i o P a r a l i s i s Spinal Jenis Strain poliovirus ini

menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk anterior

yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai.Meskipun

strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu

penderita dari 200 penderita akan mengalami kelumpuhan.

Kelumpuhan palingsering ditemukan terjadi pada kaki. Setelah poliovirus

menyerang usus, virus ini akandiserap oleh kapiler darah pada dinding usus dan

diangkut seluruh tubuh.P o l i o v i r u s menyerang saraf tulang

b e l a k a n g d a n n e u r o n m o t o r - - y a n g mengontrol gerak fisik.

Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun, pada penderita

yang tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini

biasanyaakan menyerang seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan batang

otak. Infeksi ini akan mempengaruhi sistem saraf pusat menyebar sepanjang

serabut saraf. Seiringd e n g a n berkembang biaknya virus

dalam sistem saraf pusat, virus a k a n menghancurkan

neuron motor.

Neuron motor tidak memiliki kemampuan

regenerasi dan otot y a n g berhubungan dengannya tidak akan

bereaksi terhadap perintah dari sistem saraf pusat.Kelumpuhan pada kaki

menyebabkan tungkai menjadi lemas -- kondisi ini disebutacute

flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada sistem saraf pusat dapat
48

menye- babkan kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada toraks

(dada) dan abdomen(perut), disebut quadriplegia. -Polio Bulbar Polio

jenis ini disebabkan oleh tidak a d a n y a kekebalan alami

sehingga batang otak ikut terserang. Batang

o t a k mengandung neuron motor ya ng mengatur pernapasan

dan saraf kranial, yangmengirim sin yal ke berbagai otot yang

m e n g o n t r o l p e r g e r a k a n b o l a m a t a ; s a r a f trigeminal dan saraf muka

yang berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, danotot muka; saraf

auditori yang mengatur pendengaran; saraf glossofaringeal

yangmembantu proses menelan dan berbgai fungsi di kerongkongan; pergerakan

lidah danrasa; dan saraf yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan

saraf tambahanyang mengatur pergerakan leher. Tanpa alat bantu

pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian. Lima hingga sepuluh

persen penderta yang menderita polio bulbar akan meninggal ketika otot

pernapasan mereka tidak dapat bekerja. Kematian biasanya terjadi setelah terjadi

kerusakan pada saraf kranial yang bertugas mengirim''perintah bernapas'' ke paru-

paru.

Penderita juga dapat meninggal karena kerusakan pada fungsi

p e n e l a n a n ; korban dapat ''tenggelam'' dalam sekresinya sendiri

kecuali dilakukan penyedotanatau diberi perlakuan trakeostomi untuk

menyedot cairan yang disekresikan sebelummasuk ke dalam paru-paru. Namun

trakesotomi juga sulit dilakukan apabila penderitatelah menggunakan ''paru-

paru besi'' (iron lung). Alat ini membantu paru -paru yanglemah dengan

cara menambah dan mengurangi tekanan udara di dalam tabung. Kalautekanan


49

udara ditambah, paru-paru akan mengempis, kalau tekanan udara

dikurangi, paru-paru akan mengembang. Dengan demikian uda ra

terpompa keluar masuk paru-p a r u . I n f e k s i yang jauh lebih

p a r a h p a d a o t a k d a p a t m e n y e b a b k a n k o m a d a n kematian.

Penyakit Polio dapat ditularkan oleh infeksi droplet dari oro-faring (mulut

dant e n g g o r o k a n ) a t a u d a r i t i n j a p e n d e r i t a y a n g t e l a h t e r i n f e k s i

s e l a i n i t u j u g a d a p a t menular melalui oro-fecal (makanan dan minuman)

dan melalui percikan ludah yangk e m u d i a n virus ini akan

b e r k e m b a n g b i a k d i t e n g o r o k a n d a n u s u s l a l u k e m u d i a n menyebar

ke kelenjar getah bening, masuk ke dalam darah serta menyebar ke seluruh tubuh.

Penularan terutama sering terjadi langsung dari manusia ke

manusia melaluifekal-oral (dari tinja ke mulut) atau yang agak jarang terjadi

melalui oral-oral (mulutk e m u l u t ) . V i r u s P o l i o d a p a t b e r t a h a n l a m a

p a d a a i r l i m b a h d a n a i r p e r m u k a a n , bahkan dapat sampai berkilo-

kilometer dari sumber penularannya.Penularan terutama terjadi akibat

tercemarnya lingkungan leh virus polio dari penderita yang telah terinfeksi,

namun virus ini hidup di lingkungan terbatas. Virus Polio sangat tahan

terhadap alkohol dan lisol, namun peka terhadap formaldehide danlarutan klor.

Suhu yang tinggi dapat cepat mematikan virus tetapi pada keadaan bekudapat

bertahun-tahun masa hidupnya.

4.Penyakit campak (tampek)

Penyakit Campak (Rubeola, Campak 9 hari, measles) adalah suatu

infeksiv i r u s yang sangat menular, yang ditandai dengan

demam, batuk, k o n j u n g t i v i t i s (peradangan selaput ikat


50

mata/konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit ini disebabkan karena infeksi

virus campak golongan Paramyxovirus Penularan infeksi terjadi karena

menghirup percikan ludah penderita campak.Penderita bisa menularkan infeksi ini

dalam waktu 2-4 hari sebelum rimbulnya ruamkulit dan 4 hari setelah ruam kulit

ada.

Penyebab Campak, rubeola, atau measles Adalah penyakit infeksi yang

sangatmudah menular atau infeksius seja k awal masa prodromal, yaitu

kurang lebih 4hari pertama sejak munculnya ruam. Campak

disebabkan oleh paramiksovirus ( virus c a m p a k ) . P e n u l a r a n

terjadi melalui percikan ludah dari hidung, mulut

m a u p u n . Difteri disebabkan oleh kuman Corynebacterium dip htheriae,

suatu bakterigram positif yang berbentuk polimorf, tidak bergerak dan

tidak membentuk spora.

Gejala utama dari pen yakit difteri yaitu adan ya bentukan

pseudomembran y a n g merupakan hasil kerja dari kuman ini.

Pseudomembran sendiri merupakan lapisant ipis berwarna putih keabu

abuan yang timbul terutama di daerah mukosa hidung,mulut sampai

tenggorokan. Disamping menghasilkan pseudomembran, kuman

ini j u g a m e n g h a s i l k a n s e b u a h r a c u n y a n g d i s e b u t e k s o t o x i n

y a n g s a n g a t b e r b a h a y a karena menyerang otot jantung, ginjal dan jaringan

syaraf (www.blogdokter.net).

Difteri dapat menyerang seluruh lapisan usia tapi paling sering

menyeranganak-anak yang belum diimunisasi. Pada tahun 2000, di

seluruh dunia dilaporkan30.000 kasus dan 3.000 orang diantaranya meninggal


51

karena penyakit iniKata tetanus diambil dari bahasa Yunani yaitu tetanos dari

teinein yang berartim e n e g a n g . P e n y a k i t i n i a d a l a h p e n y a k i t i n f e k s i

d i m a n a s p a s m e o t o t t o n i k d a n hiperrefleksia menyebabkan trismus

(lockjaw), spasme otot umum, melengkungnya punggung (opistotonus),

spasme glotal, kejang dan spasme dan paralisis pernapasan(wikipedia.org).

Penyakit tetanus disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani yang

terdapat dit a n a h , k o t o r a n h e w a n , d e b u , d a n s e b a g a i n y a . B a k t e r i

ini masuk ke dalam tubuhm a n u s i a melalui luka yang

tercemar kotoran. Di dalam luka bakteri ini

a k a n berkembang biak dan membentuk toksin (racun) yang menyerang

saraf.U N I C E F (United Nations Children’s Fund/Dana PBB

untuk A n a k - A n a k ) menyebutkan dalam situsnya bahwa tetanus

sangat berisiko terkena pada bayi -bayiyang dilahirkan dengan bantuan

dukun bayi di rumah dengan peralatan yang tidak s t e r i l ; m e r e k a

juga beresiko ketika alat -alat yang tidak bersih digunakan

u n t u k memotong tali pusar dan olesan-olesan tradisional atau abu digunakan

untuk menutupl u k a b e k a s p o t o n g a n ( w w w . u n i c e f . o r g ) .

A n g k a k e m a t i a n y a n g d i a k i b a t k a n o l e h tetanus berkisar antara 15-

25%. Pertusis atau batuk rejan adalah penyakit infeksi bakterial yang

menyerang sistem pernapasan yang melibatkan pita suara (larinks),

trakea dan bronkial.

Infeksi ini menimbulkan iritasi pada saluran pernapasan sehingga

menyebabkan serangan batuk yang parah. Penyakit ini disebabkan oleh


52

bakteri Bordetella pertussis yang bersarang di saluran pernapasan dan sangat

mudah tertular (www.warmasif.co.id).

Pertusis dapat menyerang segala umur, 60 % men yerang anak -

a n a k y a n g berumur kurang dari 5 tahun. Penyakit ini akan menjadi

serius jika menyerang bayi berumur kurang dari 1 tahun. Biasanya

pada bayi yang baru lahir dan keadaannya menjadi lebih parah. Pada tahun

2000 diperkirakan 39 juta kasus terjadi dan 297.000kematian terjadi didunia yang

diakibatkan oleh pertusis.

5. Imunisasi MMR

1.Defenisi

Imunisasi MMR adalah imunisasi kombinasi untuk mencegah

p e n y a k i t Campak, Campak Jerman dan Penyakit Gondong. Pemberian vaksin

MMR biasanya diberikan pada usia anak 16 bulan. Vaksin ini adalah

gabungan vaksin hidup yang dilemahkan. Semula vaksin ini ditemukan

secara terpisah, tetapi dalam beberapa tahun kemudian digabung menjadi

vaksin kombinasi. Kombinasi tersebut terdiri dariv i r u s h i d u p C a m p a k

galur Edmonton atau Schwarz yang telah

d i l e m a h k a n , Componen Antigen Rubella dari virus hidup Wistar RA

27/3 yang dilemahkan danAntigen gondongen dari virus hidup galur Jerry

Lynn atau Urabe AM-9.

2.Tujuan

Tujuan diberikannya imunisasi MMR ini adalah untuk

m e n c e g a h a t a u mengurangi terjadin ya infeksi pada anak yang

d i s e b a b k a n p e n y a k i t - p e n y a k i t , gondongan dan rubela.


53

3.Efek Samping

Beberapa ahli memang ada yang mengkhawatirkan dengan pemberian

MMR i n i , d a p a t m e m b e r i k a n a u t i s m e yang disebabkan

p e l a r u t M M R m e n g a n d u n g Tiomersal, tetapi dugaan tersebut tidak

terbukti. Seperti yang dikemukakan AndrewWakefield tahun 1998, MMR

tidak terbukti menyebabkan autisme karena sampelyang diteliti hanya

pada 12 pasien. “Itulah sebabnya hingga sekarang, MMR tetap a m a n

untuk diberikan pada anak mengingat pentingnya imunisasi

i n i t e r h a d a p perlindungan anak,” ungkapnya.Pencegahan sindrom rubela

congenital merupakan tujuan pemberian imunisasir u b e l a .

Rubela adalah penyakit yang cukup berbahaya apabila

t e r j a d i d i a w a l kehamilan, karena dapat menimbulkan kelainan jiwa,

kelahiran prematur, dan cacat bawaan.A p a b i l a c a c a t d a r i l a h i r , b a y i

dapat mengalami cacat dalam bentuk, t u l i , kelainan mata,

kalainan jantung, kelainan saraf, mikrosefali, dan retardasi

mental.“Untuk menghindar penyakit ini, ibu-ibu harus memiliki kekebalan

rubela sejak kecil,s e h i n g g a d i h a r a p k a n p e n y a k i t t e r s e b u t t i d a k

a k a n t e r j a d i p a d a b a y i y a n g a k a n dilahirkan.

G.Penyakit Yang Kemungkinan Akan Ada Bila Tidak Mendapat ImunisasiMMR

Vaksin MMR merupakan vaksin yang diberikan kepada anak untuk

mencegah penyakit campak, gondongan, dan campak Jerman.

1. Bedanya campak biasa dan campak jerman itu apa?

Campak biasa, berbeda dari campak Jerman atau rubela.

C a m p a k J e r m a n umumnya memiliki dampak lebih ringan dan tidak fatal.


54

Umumnya pun terjadi padaanak usia 5 sampai 14 tahun.M e m a n g g e j a l a n y a

h a m p i r s a m a d e n g a n c a m p a k b i a s a , s e p e r t i f l u , b a t u k , pilek dan

demam tinggi. Yang membedakan, bercak merah pada rubela tidak

timbulterlalu banyak dan tidak separah campak biasa, juga cepat menghilang

dalam waktu 3h a r i . G e j a l a l a i n , u m u m n y a n a f s u m a k a n a n a k

a k a n m e n u r u n k a r e n a t e r j a d i pembengkakan pada limpa.Justru kita

harus lebih khawatir bila rubela menyerang wanita hamil

karenavirusnya bisa menular pada janin melalui plasenta.

Bila janin tertular maka anak yangdilahirkan akan mengalami sindrom

rubela kongenital dengan kelainan -kelainan,misalnya mata bayi mengalami

katarak, tidak bisa mendengar, terjadi pengapuran diotak, juga banyak terjadi

anak-anak tumbuh dengan keterbelakangan perkembangan.S e t i a p anak

perempuan harus mendapat vaksinasi rubela. Hal ini

u n t u k mengantisipasi terjadinya rubela serta melindungi janin yang

dikandungnya kelak.Tak hanya pada perempuan, vaksinasi rubela pun

penting bagi kaum pria. Gunanyamencegah agar tidak terserang rubela

dan menulari sang istri yang mungkin tengah hamil nanti.

2.Tidak Adanya Hubungan Antara Terjadinya Autisme Dengan Imunisasi Mmr

a).Akhir-akhir ini pada sebagian masyarakat tersebar informasi

tentang dugaan adanya hubungan antara autisme dengan

imunisasiMMR (Measles, Mumps, Rubella).

b).Imunisasi adalah pemberian vaksin pada tubuh seseorang dengan

tujuan untuk meningkatkan kekebalan terhadap penyakit infeksi tertentu.

Pemerintah telah melaksanakan Program Imunisasi sejak lebih dari 30 tahun yang
55

lalu dan telah b e r h a s i l m e n u r u n k a n a n g k a k e s a k i t a n d a n a n g k a

kematian dari berbagai pen yakit menular.

Program Imunisasi di Indonesi a mencakup antara

lain pemberian vaksin untuk meningkatkan kekebalan ba yi

t e r h a d a p p e n y a k i t tuberkolosa (vaksin BCG), difteria , batuk rejan,

dan tetanus (vaksin DPT), p o l i o m y e l i t i s ( v a k s i n P o l i o ) , c a m p a k

( v a k s i n C a m p a k ) , d a n h e p a t i t i s B (vaksin Hepatitis B). Program

Imunisasi juga mencakup pemberian vaksin untuk meningkatkan kekebalan

ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus (vaksinTT) dan peningkatan

kekebalan anak sekolah dasar terhadap penyakit difteri dan tetanus

(vaksin DT).

c).Autisme adalah gangguan petumbuhan anak yang kronik dengan

gejala utamag a n g g u a n interaksi sosial, komunikasi, serta

k e t e r b a t a s a n p e r h a t i a n d a n aktifitas, biasanya terjadi pada usia di bawah 3

tahun.

d).Vaksin MMR merupakan vaksin yang diberikan kepada

a n a k d e n g a n m a k s u d untuk mencegah penyakit campak, gondongan

dan campak Jerman (German measles). Di Indonesia, vaksin MMR telah

digunakan untuk imunisasi anak di berbagai rumah sakit dan klinik, walaupun
56

belum termasuk dalam jenis vaksin y a n g d i g u n a k a n d a l a m P r o g r a m

Imunisasi Nasional .

V a k s i n M M R y a n g dipasarkan di Indonesia telah mendapat izin edar

setelah dilakukan evaluasiterhadap efektifitas, keamanan, dan mutu vaksin

oleh Komite Nasional PenilaiObat Jadi (KOMNAS POJ). Di negara-negara maju,

vaksin MMR digunakansecara luas untuk imunisasi anak.

e).Keamanan vaksin MMR telah dibuktikan dengan berbagai

p e n e l i t i a n d i l u a r negeri. Penelitian yang dilakukan mencakup

pengamatan pasca pemasaran(post marketing surveillance) selama 30 tahun

terhadap 250 juta dosis vaksinMMR di lebih dari 40 negara di Eropa,

Amerika Utara, Australia, dan Asia. Laporan terakhir mengenai keamanan

vaksin telah pula dilakukan di Finlandiasejak tahun 1982 selama 14 tahun. Studi

tersebut dilakukan pada 1,8 juta anak yang menggunakan 3 juta dosis vaksin

MMR. Pemantauan dilakukan terhadapsemua kejadian serius setelah imunisasi

dan hasilnya menunjukkan tidak adalaporan kasus autisme yang

berhubungan dengan penggunaan vaksin MMR.Hasil tersebut sesuai

dengan Specific hypothesis driven studies yang pernah d i l a k u k a n

sebelumn ya . Berdasarkan kajian tersebut diatas,

D e p a r t e m e n Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial, Badan Pengawas

Obat dan Makanan,dan Ikatan Dokter Anak Indonesia mengambil

kesimpulan bahwa tidak adak a i t a n antara kejadian

autisme pada anak dengan imunisasi MMR.

Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial, Badan Pengawas Obat

Dan M a k a n a n , d a n I k a t a n D o k t e r A n a k I n d o n e s i a a k a n t e r u s
57

memantau danm e n g k a j i e f e k t i f i t a s s e r t a k e a m a n a n s e m u a

v a k s i n y a n g d i g u n a k a n d i Indonesia, termasuk vaksin MMR.

23

Masyarakat dan segenap tenaga kesehatand i I n d o n e s i a d i h a r a p k a n t i d a k

p e r l u k h a w a t i r m e n g e n a i k e a m a n a n v a k s i n MMR.

3. Imunisasi Penyebab Autis ?

Kekawatiran Terhadap Thimerosal Dan Autis Dr Widodo Judarwanto SpADari

waktu ke waktu jumlah penyandang spektrum Autis tampaknya semakin

meningkat pesat. Autis seolah-olah mewabah ke berbagai belahan dunia. Di

beberapa negara terdapat kenaikan angka kejadian penderita Autisme yang cukup

tajam. Autis adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang

ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif,

bahasa, perilaku, komunikasi danin teraksi sosial. Di Amerika Serikat

disebutkan Autis terjadi pada 60.000 – 15.000anak dibawah 15 tahun.

Kepustakaan lain menyebutkan angka kejadian autis 10 -20kasus dalam

10.000 orang.Kontroversi yang terjadi akhir-akhir ini berkisar pada kemungkinan

hubungan A u t i s d e n g a n i m u n i s a s i a n a k . B a n y a k o r a n g t u a

m e n o l a k i m u n i s a s i k a r e n a mendapatkan informasi bahwa

beberapa jenis imunisasi khususn ya kandungan T h i m e r o s a l

dapat mengakibatkan Autis. Akibatnya, anak tidak

m e n d a p a t k a n perlindungan imunisasi untuk menghindari

p e n y a k i t - p e n y a k i t j u s t r u y a n g l e b i h berbahaya. Penyakit tersebut

adalah hepatitis B, Difteri, Tetanus, pertusis, TBC dansebagainya. Banyak


58

penelitian yang dilakukan secara luas ter nyata membuktikan b a h w a

Autis tidak berkaitan denganthimerosal.

M e m a n g t e r d a p a t t e o r i a t a u kesaksian yang menunjukkan bahwa

Autis dan berhubungan dengan thimerosal.Thimerosal atau Thiomersal

adalah senyawa merkuri organik atau dikenal sebagai sodium etilmerkuri

thiosalisilat, yang mengandung 49,6% merkuri. Bahan inidigunakan sejak

tahun 1930, sebagai bahan pengawet dan stabilizer dalam

vaksin, produk biologis atau produk farmasi lainnya.

Thimerosal yang merupakan derivatdari etilmerkuri, sangat

efektif dalam membunuh bakteri dan jamur dan mencegahkontaminasi

bakteri terutama pada kemasan vaksin multidosis yang telah terbuka.

Selain sebagai bahan pengawet, thimerosal juga digunakan sebagai

agen inaktivasi pada pembuatan beberapa vaksin, seperti pertusis aseluler atau

pertusis ”whole-cell”.Food and Drug Administration (FDA) menetapkan

peraturan penggunaan thimerosalsebagai bahan pengawet vaksin yang

multidosis untuk mencegah bakteri dan jamur.Vaksin tunggal tidak

memerlukan bahan pengawet. Pada dosis tinggi, me rkuri dan

metabolitnya seperti etilmerkuri dan metilmerkuri

b e r s i f a t n e f r o t o k s i s d a n neurutoksis.

Senyawa merkuri ini mudah sekali menembus sawar darah otak,

dandapat merusak otak.WHO (Worls Health Organization), FDA (Food

and Drug Administration),EPA (US Enviromental Protection Agency),

dan ATSDR Amerika Serikat (Agencyf o r T o x i s S u b s t a n c e s a n d

D i s e a s e R e g i s t r y ) m e n g e l u a r k a n r e k o m e n d a s i t e n t a n g batasan
59

paparan etilmerkuri yang masih bisa ditoleransi antara 0,1 – 0,47 ug/kg

berat b a d a n / h a r i . K a n d u n g a n y a n g a d a d i d a l a m v a k s i n

adalah etilmerkuri b u k a n metilmerkuri. Etilmerkuri hanya

mempunyai paruh waktu singkat di dalam tubuh, s e k i t a r 1 , 5 j a m ,

selanjutnya akan dibuang melalui saluran cerna.

S e d a n g k a n metilmerkuri lebih lama berada di dalam tubuh.Pendapat yang

mendukung Autis berkaitan dengan Thimerosal : Terdapat beberapa

teori, penelitian dan kesaksian yang mengungkapkan Autisme

mungkin berhubungan dengan imunisasi yang mengandung

Thimerosal. Toksisitas merkuri pertama kali dilaporkan tahun 1960 di

Minamata Jepang. Konsumsi ikan laut yangtercemari limbah industri,

sehingga kadar merkuri yang dikandung ikan laut tersebutmencapai 11 mcg/kg

dan kerang 36 mcg/kg (batas toleransi kontaminasi sekitar 1 mcg/kg).

Penelitian pada binatang ditemukan efek neurotoksik etilmerkuri dan

metilmerkuri. Ditemukan kadarnya di dalam otak cukup tinggi pada metil

merkuri.

Hal inimenunjukkan bahwa merkuri dapat menembus sawar darah

otak.S a l i n e B e r n a r d a d a l a h p e r a w a t d a n j u g a o r a n g t u a d a r i

s e o r a n g p e n d e r i t a Autisme bersama beberapa orang tua penderita Autis

lainnya melakukan pengamatanterhadap imunisasi merkuri.

Mereka bersaksi di depan US House of Representatif (MPR

Amerika) bahwa gejala yang diperlihatkan anak Autis hampir sama

dengan g e j a l a k e r a c u n a n m e r k u r i B e b e r a p a o r a n g t u a p e n d e r i t a

A u t i s d i I n d o n e s i a p u n , berkesaksian bahwa anaknya terkena autis setelah


60

diberi imunisasiPenelitian dan rekomendasi yang menentang Thimerosal

menyebabkan AutisSedangkan penelitian yang mengungkapkan bahwa

Thimerosal tidak mengakibatkanA u t i s juga lebih b an yak lagi.

K r e e s t e n M . M a d s e n d k k d a r i b e r b a g a i i n t i t u s i d i denmark seperti

Danish Epidemiology Science Centre, Department of Epidemiology and Social

Medicine, University of Aarhus, Denmark Institute for Basic

PsychiatricResearch, Department of Psychiatric Demography,

Psychiatric Hospital in Aarhus, R i s s k o v , National Centre for

Register-Based Research, University of

Aarhus,Aarhus,Denmark, State Serum Institute, Department of

M e d i c i n e , C o p e n h a g e n , Denmark mengadakan penelitian bersama terhadap

anak usia 2 hingga 10 tahun sejak tahun 1970 hingga tahun 2000.Mengamati

956 anak sejak tahun 1971 hingga 2000 anak dengan autis.

Sejak thimerosal digunakan hingga tahun 1990 tidak didapatkan kenaikkan

penderita auitissecara bermakna.

Kemudian sejak tahun 1991 hingga tahun 2000 bersamaan dengantidak

digunakannya thimerosal pada vaksin ternyata jumlah penderita Autis

malahmeningkat drastis. Kesimpulan penelitian tersebut adalah tidak ada

hubungan antara pemberian Thimerazol dengan Autis.Stehr-Green P dkk,

Department of Epidemiology, School of Public Health andCommunity Medicine,

University of Washington, Seattle, WA, bulan Agustus 2003melaporkan antara

tahun 1980 hingga 1990 membandingkan prevalensi dan

insiden penderita autisme di California, Swedia, dan Denmark yang

mendapatkan ekposur d e n g a n i m u n i s a s i T h i m e r o s a l . P e n e l i t i a n
61

tersebut men yimpulkan bahwa i n s i d e n pemberian Thimerosal

pada Autisme tidak menunjukkan hubungan yang bermakna.Geier DA

dalam Jurnal

Americans Physicians Surgery tahun 2003menungkapkan b a h w a

Thimerosal tidak terbukti mengakibatkan gangguan

n e u r o d e v e l o p m e n t (gangguan perkembangan karena persarafan) dan

penyakit jantung.

Melalui forum National Academic Press tahun 2001, Stratton K dkk

melaporkan tentang keamanant h i m e r o s a l p a d a v a k s i n d a n t i d a k

b e r p e n g a r u h t e r h a d a p g a n g g u a n g a n g g u a n neurodevelopment

(gangguan perkembangan karena persarafan).H v i i d A dkk dalam

laporan di majalah JAMA 2004

m e n g u n g k a p k a n penelitian terhadap 2 986 654 anak pertahun

didapatkan 440 kasus autis. Dilakukan pengamatan pada kelompok

anak yang menerima thimerosal dan tidak menerimathimerosal.

Ternyata tidak didapatkan perbedaan bermakna. Disimpulkan

bahwa pemberian thimerosal tidak berhubungan dengan terjadinya autis.

Menurut penelitian Eto, menunjukkan manifestasi klinis autis sangat

berbedadengan keracunan merkuri. Sedangkan Aschner, dalam penelitiannya

menyimpulkantidak terdapat peningkatan kadar merkuri dalam rambut,

urin dan darah anak Autis.Pichichero melakukan penelitian terhadap

40 bayi usia 2-6 bulan yang diberi vaksinyang m engandung thimerosal

dan dibandingkan pada kelompok kontrol tanpa diberithimerosal.

Setelah itu dilakukan evaluasi kadar thimerosal dalam tinja dan


62

darah bayi tersebut. Ternyata thimerosal tidak meningkatkan kadar

merkuri dalam darah,karena etilmerkuri aka n cepat dieliminasi dari

darah melalui tinja. Selain itu masih b a n y a k lagi peneliti

melaporkan hasil yang sama, yaitu thimerosal

t i d a k mengakibatkan Autis.

Bagaimana sikap kita sebaiknya ? Bila menyimak dan mengetahu

kontroversitersebut tanpa memahami den gan jelas, maka masyarakat

awam bahkan beberapaklinisipun jadi bingung. Bila terpengaruh oleh pendapat

yang mendukung keterkaitanAutis dan imunisasi tanpa melihat fakta

penelitian lainnya yang lebih jelas. Maka,akan mengabaikan imunisasi

dengan segala akibatnya yang jauh lebih berbahaya p a d a a n a k .

Penelitian dalam jumlah besar dan luas tentang

T h i m e r o s a l t i d a k mengakibatkan Autis secara epidemiologis lebih bisa

dipercaya untuk menunjukan s e b a b akibat. Laporan beberapa

penelitian dan kasus jumlahnya relatif tidak bermakna

dan dalam populasi yang kecil.

Hanya menunjukan k e m u n g k i n a n hubungan tidak

menunjukkan sebab akibat. Beberapa institusi atau badan kesehatan

dunia yang bergengsi pun telah mengeluarkan rekomendasi untuk tetap

meneruskan p e m b e r i a n i m u n i s a s i M M R . H a l i n i j u g a m e n a m b a h

ke yakinan bahwa m e m a n g Thimerosal dalam vaksin memang benar

aman.Walaupun paparan merkuri terjadi pada setiap anak, namun hanya

sebagian kecil saja yang mengalami gejala Autis. Peristiwa tersebut mungkin

berkaitan dengan teori genetik, salah satunya berkaitan dengan teori


63

Metalotionin.Metalothionein merupakan suatu rantai polipeptida

liner tediri dari 61-68 asam amino, kaya sistein dan memiliki

kemampuan untuk mengikat logam. Pada penderita Autis tampaknya

didapatkan adanya gangguan metabolisme metalotionin. Gangguan

metabolismetersebut dapat mengakibatkan gangguan ekskresi (pengeluaran)

logam berat (merkuri). Menurut penelitian Eto, menunjukkan manifestasi klinis

autis sangat berbeda dengan keracunan merkuri. Sedangkan Aschner, dalam

penelitiannya menyimpulkantidak terdapat peningkatan kadar merkuri

dalam rambut, urin dan darah anak Autis.Pichichero melakukan

penelitian terhadap 40 bayi usia 2 -6 bulan yang diberi vaksinyang

mengandung thimerosal dan dibandingkan pada kelompok kontr ol

tanpa diberithimerosal. Setelah itu dilakukan evaluasi kadar

thimerosal dalam tinja dan darah bayi tersebut. Ternyata thimerosal

tidak meningkatkan kadar merkuri dalam darah,karena etilmerkuri

akan cepat dieliminasi dari darah melalui tinja. Selain itu

masih b a n y a k lagi peneliti melaporkan hasil yang

s a m a , y a i t u t h i m e r o s a l t i d a k mengakibatkan Autis.

Bagaimana sikap kita sebaiknya ? Bila menyimak dan mengetahu

kontroversi tersebut tanpa memahami dengan jelas, maka masyarakat

awam bahkan beberapa klinisi pun jadi bingung. Bila terpengaruh oleh

pendapat yang mendukung keterkaitanAutis dan imunisasi tanpa melihat

fakta penelitian lainnya yang lebih jelas. Maka,akan mengabaikan

imunisasi dengan segala akibatnya yang jauh lebih berbahaya p a d a

anak.
64

Penelitian dalam jumlah besar dan luas tentang

T h i m e r o s a l t i d a k mengakibatkan Autis secara epidemiologis lebih bisa

dipercaya untuk menunjukan s e b a b akibat. Laporan beberapa

penelitian dan kasus jumlahnya relatif tidak bermakna

dan dalam populasi yang kecil. Hanya menunjukan

k e m u n g k i n a n hubungan tidak menunjukkan sebab akibat.

Beberapa institusi atau badan kesehatandunia yang bergengsi pun telah

mengeluarkan rekomendasi untuk tetap meneruskan p e m b e r i a n

imunisasi MMR . Hal ini juga menambah ke yakinan bahwa

m e m a n g Thimerosal dalam vaksin memang benar aman.Walaupun paparan

merkuri terjadi pada setiap anak, namun hanya sebagian kecil saja yang

mengalami gejala Autis. Peristiwa tersebut mungkin berkaitan denganteori

genetik, salah satunya berkaitan dengan teori Metal otionin.

Metalothionein merupakan suatu rantai polipeptida liner tediri dari 61 -

68 asam amino, kaya sisteindan memiliki kemampuan untuk mengikat

logam. Pada penderita Autis tampaknyadidapatkan adanya gangguan

metabolisme metalotionin. Gangguan metabolisme tersebut dapat

mengakibatkan gangguan ekskresi (pengeluaran) logam berat (merkuri,dll) dari

tubuh anak autis.

Gangguan itu mengakibatkan peningkatan logam berat d a l a m

tubuh yang dapat mengganggu otak, meskipun anak tersebut

m e n e r i m a merkuri dalam batas yang masih ditoleransi.P a d a a n a k s e h a t

bila menerima merkuri dalam batas toleransi,

t i d a k mengakibatkan gangguan. Melalui metabolisme metalotionin pada tubuh


65

anak, logam berat tersebut dapat dikeluarkan oleh tubuh. Tetapi pada anak Autis

terjadi gangguan metabolisme metalotionin.Kejadian itulah yang menunjukkan

bahwa imunisasi yangmengandung thimerosal harus diwaspadai pada anak yang

beresiko Autis, tetapi tidak perlu dikawatirkan pada anak normal

lainnya.P e n e l i t i a n atau pendapat beberapa kasus yang

m e n d u k u n g k e t e r k a i t a n Autisme dengan imunisasi, tidak boleh

diabaikan bergitu saja. Sangatlah bijaksana u n t u k l e b i h w a s p a d a ,

bila anak sudah mulai tampak ditemukan

p e n y i m p a n g a n perkembangan atau perilaku sejak dini.

Dalam kasus tersebut untuk mendapatkanimunisasi yang

mengandung Thimerosal harus berkonsutlasi dahulu dengan

dokter a n a k . M u n g k i n h a r u s m e n u n d a d a h u l u i m u n i s a s i y a n g

m e n g a n d u n g t h i m e r o s a l sebelum dipastikan diagnosis Autis dapat

disingkirkan. Dalam hal seperti ini, harus dipahami dengan baik resiko,

tanda dan gejala autis sejak dini.Bila anak tidak beresiko atau tidak

menunjukkan tanda tanda dini terjadinyaAutis maka tidak perlu

kawatir untuk mendapatkan imunisasi tersebut.

Kekawatirant e r h a d a p i m u n i s a s i t a n p a d i d a s a r i p e m a h a m a n

y a n g b a i k , a k a n m e n i m b u l k a n permasalahan kesehatan yang

baru pada anak kita. Dengan menghindari imunisasi, b e r e s i k o

terjadi akibat berbaha ya dan dapat mengancam jiwa. Bila

a n a k t e r k e n a infeksi yang seharusnya dapat dicegah dengan imunisasi.

H. Jadwal Pemberian Imunisasi


66

1.Jadwal pemberian Vaksin Hepatitis B diberikan dalam satu

s e r i y a n g t e r d i r i dari 3 kali suntik.

•P e r t a m a : B i l a i b u a d a l a h p e m b a w a v i r u s d a l a m d a r a h n y a ,

m a k a vaksin harus diberikan paling lama 12 jam setelah lahir. Tetapi bila ibu

bukan pembawa virus, bisa diberikan pada kontrol di bulan

pertamaatau kedua.

•Kedua : Kalau yang pertama diberikan segera setelah lahir, yang

keduad i b e r i k a n antara bulan pertama dan kedua. Bila

y a n g p e r t a m a diberikan setelah sebulan, maka yang kedua diberikan

antara bulanketiga dan keempat.

•Ketiga : Diberikan pada usia 6 bulan untuk yang mendapatkan

vaksin p e r t a m a sebelum usia 1 bulan. Untuk yang

m e n d a p a t k a n v a k s i n pertama setelah usia 1 bulan, diberikan pada usia

antara 6 s/d 18 bulan.

•Resiko yang mungkin timbul Resiko serius yang berkaita n

dengan pemberian vaksin HBV sangat jarang terjadi. Biasanya efek

sampinghanya bagian bekas suntik menjadi kemerah-merahan.

•Menunda pemberian Bila anak sakit lebih dari sekedar panas

badanringan. Bila ada reaksi alergi serius terhadap suntikan vaksin.

•Setelah pemberian Setelah vaksinasi panas badan anak mungkin naik,dan juga

daerah sekitar bekas suntikan menjadi merah. Untuk itu anda bisa memakai obat

penurun panas (Tempra, Sanmol, dll), dan kompresdengan air hangat bagian

bekas suntikan.

2.Jadwal pemberian
67

Diberikan sebagai satu seri yang terdiri dari 5 kali

s u n t i k . Yaitu pada usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 15 s/d 18 bulan dan

terakhir saats e b e l u m m a s u k s e k o l a h ( 4 s / d 6 t a h u n ) . D i a n j u r k a n

u n t u k m e n d a p a t k a n vaksin Td (penguat terhadap difteri dan tetanus )

pada usia 11 s/d 12 tahuna t a u p a l i n g l a m b a t 5 t a h u n s e t e l a h

imunisasi DTP terakhir. Setelah i t u direkomendasikan untuk

mendapatkan Td setiap 10 tahun.

•R e s i k o yang mungkin timbul Seringkali pemberian

v a k s i n i n i menimbulkan panas badan ringan atau panas di sekitar bekas

suntikanyang diakibatkan oleh komponen pertussis dalam vaksin.

•Menunda pemberian : Bila anak sakit lebih dari sekedar panas

badanringan. Bila anak memiliki kelainan syaraf atau tidak tidak

tumbuh secara normal, komponen pertussis dari vaksin dianjurkan untuk

tidak d i b e r i k a n danhanya DT (difteri & tetanus)

s a j a . B i l a s e t e l a h mendapatkan vaksin DTP (DTaP) timbul

gejala seperti dibawah k o n s u l t a s i k a n d e n g a n d o k t e r a n a k

s e b e l u m m e n d a p a t k a n v a k s i n lainnya : kejang-kejang dalam 3

s/d 7 hari setelah imunisasi kejang-kejang yang makin memburuk

dibanding sebelumnya apabila pernah m e n g a l a m i n y a r e a k s i a l e r g i

kesulitan makan atau gangguan padamulut, tenggorokan atau

muka panas badan lebih dari 40 d e r a j a t Celcius (105 derajat

Fahrenheit) pingsan dalam 2 hari pertama setelahimunisasi terus menangis

lebih dari 3 jam di 2 hari pertama setelah imunisasi


68

•Setelah pemberian : Anak mungkin mengalami panas badan ringan dan

atau kemerah-merahan di sekitar bekas suntikan. Untuk mencegah panas badan

kadangkala dokter anak memberikan resep obat sebelumimunisasi.

Segera hubungi dokter anak anda apabila timbul gejala -gejala seperti

diatas.3.HIB (Haemophilus Influenza Tipe B) Jadwal pemberian

Diberikan pada usia2 bulan, 4 bulan dan sekitar 6 bulan. Setelah itu

diberikan sebagai penguat pada usia 12 s/d 15 bulan.

•Resiko yang mungkin timbul Sangat sedikit sekali efek

sampingany a n g p e r n a h d i t e m u k a n , k e c u a l i k e m e r a h - m e r a h a n

d a n n y e r i p a d a bagian bekas suntikan atau panas badan ringan.

•Menunda pemberian Bila anak sakit lebih dari se kedar panas

badanr i n g a n . B i l a a d a r e a k s i a l e r g i s e t e l a h i m u n i s a s i , m a k a

p e m b e r i a n vaksin Hib berikutnya harus dihentikan.

•Setelah pemberian Persiapkan obat-obatan untuk penurun panas badanringan.

4.POLIO

Jadwal pemberian Diberikan pada usia 3 bulan, 4 bula n, 5

bulan, 12s/d 18 bulan dan saat sebelum masuk sekolah (4 s/d

6 tahun). Imunisasi pertama dan kedua adalah IPV sedang dua

terakhir dengan OPV. N a m u n apabila tidak ada gangguan

dianjurkan untuk mendapatkan vaksin semuanya s e c a r a I P V .

Untuk itu konsultasikan dengan dokter anak anda mana

y a n g terbaik untuk kasus anak anda.


69

•R e s i k o yang mungkin timbul Bagi anda yang

b e l u m p e r n a h mendapatkan imunisasi polio pada saat

b a l i t a d i a n j u r k a n u n t u k imunisasi dengan IPV sebelum anak

anda mendapatkan vaksin poliosecara OPV . Ini untuk mencegah

penularan virus polio hidup yangterkandung dalam vaksin OPV ke anda.

•M e n u n d a pemberian Apabila anak memiliki gangguan

k e k e b a l a n tubuh, vaksin IPV lebih baik daripada OPV. Sebagai

catatan, untuk anak-anak tipe ini harus dihindari kontak dengan anak

lain yang barusaja menerima vaksin OPV sampai sekitar 2 minggu setelah

vaksinasi.

Vaksin IPV tidak boleh diberikan kepada anak yang memiliki

alergiserius terhadap antibiotika neomycin atau streptomycin. Untuk

itusebaiknya diberikan vaksin tipe OPV.

•S e t e l a h p e m b e r i a n U n t u k I P V , s e r i n g m e n i m b u l k a n p a n a s

badanringan dan nyeri atau kemerah -merahan di sekitar bekas

s u n t i k a n . Untuk OPV tidak ada gejala pasca imunisasi apapun.5.BCG Jadwal

pemberian Diberikan satu kali pada usia 2 bulan.

•Resiko yang mungkin timbul Jarang ditemui adanya reaksi berlebihanterhadap

vaksin ini.

•Menunda pemberian Bila anak sakit lebih dari sekedar panas

badanringan.

•Setelah pemberian Seperti vaksin lainnya cukup siapkan obat penurun panas,

apabila tidak ada gejala lain yang serius.6.MMR / CAMPAK Jadwal


70

pemberian Diberikan sebagai satu seri yang terdiridari dua kali

pemberian. Yaitu pada usia 12 s/d 15 bulan dan saat sebelum masuk

sekolah (4 s/d 6 tahun) atau pada usia 11 s/d 12 tahun.

•R e s i k o y a n g m u n g k i n t i m b u l J a r a n g s e k a l i t i m b u l m a s a l a h

s e r i u s akibat vaksin ini.

•Menunda pemberian Bila anak sakit lebih dari sekedar panas

badanringan. Bila memiliki alergi terhadap telur atau antibiotika neomycin.Bila

menerima gamma globulin dalam selang waktu 3 bulan

sebelumimunisasi. Bila memiliki gangguan kekebalan tubuh akibat kanker

atausedang menjalani terapi kemo atau radiasi.

•Setelah pemberian Seperti vaksin lainnya cukup siapkan obat penurun panas,

apabila tidak ada gejala lain yang serius.

Tabel jadwal imunisasi umum :

JADWAL JENIS VAKSIN

PEMBERIAN

Waktu Lahir BCG,Hepatitis B (dosis I)

Umur 1Bulan Hepatitis B (dosis II)

Umur 2 Bulan DPT dan Polio (dosis I)

Umur 3 Bulan DPT dan Polio(dosis II)

Umur 4 Bulan DPT dan Polio(dosis III)

Umur 5 Bulan Polio (dosis IV)

Umur 6 Bulan Hepatitis (dosis III)

Umur 9 bulan Campak


71

Umur 15 Bulan MMR

Umur 18 Bulan DPT(dosis IV),Polio (dosis V)

Kls 1 SD DT(dosis I dan II)

BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Imunisasi merupakan hal yang terpenting dalam usaha melindungi kesehatananak

anda. Imunisasi bekerja dengan cara merangsang timbulmya kekebalan

tubuhy a n g a k a n m e l i n d u n g i a n a k a n d a d a r i p e n y a k i t - p e n y a k i t

sebagai berikut: p o l i o , campak, gondongan, campak Jerman,

influenza, tetanus, difteri dan pertusis (batuk rejan).Tanpa pemberian

vaksin, jumlah kematian anak-anak yang ditimbulkan oleh penyakit

tersebut meningkat dan banyak orang yang mengalami komplikasi

kronik setelah menderita penyakit tersebut.


72

DAFTAR PUSTAKA

1.Agung, I Gusti Ngurah, 2001. Statistika

Analisis Hubungan K a u s a l Berdasarkan Data Kategorik.

Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa.

2.http://eprints.ums.ac.id/888/1/2008v1n102.pdf 3.http://www.infeksi.com/article

s.php?lng=in&pg=15&id=4

4.http://syehaceh.wordpress.com/2008/05/12/imunisasi-dan-faktor-yang-

mempengaruhinya/ 5.http://www.ictjogja.net/kesehatan/C5_1.htm

6.http://vinadanvani.wordpress.com/2008/02/20/jenis-imunisasi-yang-

diawajibkan-dan-dianjurkan/

7.http://m.infeksi.com/articles.php?lng=en&pg=15&id=13

8.http://www.litbang.depkes.go.id/~djunaedi/documentation/vol.32_No.2/imunisa

si.pdf 9.www.google.com

Diposkan oleh andri sutiawan di 21.40 (2)

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

blognya eka dama yanti (1)

Selasa, 15 Januari 2013

MAKALAH IMUNISASI PADA BAYI


73

OLEH :

NI WAYAN EKA DAMA YANTI

Anda mungkin juga menyukai