Anda di halaman 1dari 23

EKLAMPSIA

KELOMPOK 10:
DEFI D
QOTRUN NADA SW
RIZKA RAHMANDITA
SUMMITRI HARTANI
PENGERTIAN

 Eklampsia berasal dari bahasa Yuanani yaitu “Halilintar”. Kata


tersebut dipakai karena seolah-olah gejala-gejala eklampsia yang
timbul dengan tiba-tiba.

Eklampsia merupakan kasus akut pada penderita preeklampsia,


yang disertai dengan kejang menyeluruh dan koma. (sarwono,edisi
keempat, 2010:550)

 Eklampsia adalah kelainan pada masa kehamilan, dalam persalinan,


atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul
akibat kelainan syaraf ) atau koma dimana sebelumnya sudah
menunjukkan gejala- gejala preeklampsia. (Ong Tjandra & John)
GEJALA DAN TANDA
tanda-tanda klinis seperti:
 Hipertensi. Preeklamsia dapat terjadi akibat tekanan darah tinggi
yang dapat merusak pembuluh darah baik arteri, vena, dan kapiler.
Kerusakan pembuluh darah arteri akan menyebabkan aliran darah
terganggu sehingga mengganggu kinerja otak dan dapat
menghambat pertumbuhan bayi.

 Proteinuria. Proteinuria adalah keberadaan protein di dalam


urine yang diakibatkan oleh gangguan fungsi ginjal. Kondisi ini
dapat muncul jika glomerulus, bagian ginjal yang berfungsi
menyaring darah, mengalami kerusakan sehingga protein dapat
lolos dari penyaringan. Ditemukannya protein dalam urine
merupakan tanda klinis yang penting dalam mendiagnosis
preeklamsia pada ibu hamil, meskipun tidak menunjukkan gejala.
Gejala-gejala yang dapat muncul pada ibu hamil antara lain:
 Pusing.
 Sakit kepala.
 Mual.
 Muntah.
 Nyeri perut.
 Gangguan penglihatan.
 Perubahan refleks badan.
 Gangguan kondisi mental.
 Adanya cairan dalam paru-paru (pulmonari edema).
PENANGANAN UMUM
Segera rawat
Lakukan penilaian klinik terhadap keadaan
umum, sambil mencari riwayat penyakit
sekarang dan terdahulu dari pasien atau
keluarganya

Jika pasien tidak bernafas:


Bebaskan jalan nafas
Berikan O2 dengan sungkup
Lakukan intubasi jika
diperlukan
PENANGANAN UMUM2

Jika pasien kehilangan kesadaran / koma:


Bebaskan jalan nafas
Baringkan pada satu sisi
Ukur suhu
Periksa apakah ada kaku
kuduk
Jika pasien syok 
Lihat Penanganan
Syok
Jika terdapat perdarahan  Lihat
Penanganan Perdarahan
Jika pasien kejang (Eklampsia)

Baringkan pada satu sisi, tempat tidur arah


kepala ditinggikan sedikit untuk mengurangi
kemungkinan aspirasi sekret, muntahan atau
darah
Bebaskan jalan nafas
Pasang spatel lidah untuk menghindari
tergigitnya lidah
Fiksasi untuk menghindari pasien jatuh dari
tempat tidur
PREEKLAMPSIA BERAT DAN
EKLAMPSIA

Penanganan preeklampsia berat dan


eklampsia sama, kecuali bahwa
persalinan harus berlangsung dalam 6
jam setelah timbulnya kejang pada
eklampsia.
Penanganan kejang:
Beri obat anti kejang (anti konvulsan)
Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas,
penghisap lendir, masker oksigen, oksigen)
Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
Aspirasi mulut dan tenggorokan
Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi
Trendelenburg untuk mengurangi risiko aspirasi
Berikan O2 4-6 liter/menit
Penanganan umum1
Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi sampai
tekanan diastolik antara 90-100 mmHg
Pasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar no.16 atau lebih
Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload
Kateterisasi urin untuk pengukuran volume dan pemeriksaan
proteinuria
Infus cairan dipertahankan 1,5 - 2 liter/24 jam
Penanganan umum2
Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat
mengakibatkan kematian ibu dan janin
Observasi tanda vital, refleks dan denyut jantung janin setiap 1
jam
Auskultasi paru untuk mencari tanda edema paru. Adanya krepitasi
merupakan tanda adanya edema paru. Jika ada edema paru,
hentikan pemberian cairan dan berikan diuretik (mis. Furosemide
40 mg IV)
Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan. Jika pembekuan
tidak terjadi setelah 7 menit, kemungkinan terdapat
koagulopati
Anti konvulsan

Magnesium sulfat merupakan obat pilihan


untuk mencegah dan mengatasi kejang pada
preeklampsia dan eklampsia. Alternatif lain
adalah Diasepam, dengan risiko terjadinya
depresi neonatal.
MAGNESIUM SULFAT UNTUK PREEKLAMPSIA
DAN EKLAMPSIA

Dosis awal MgSO4 4 g IV sebagai larutan 40% selama 5 menit


Dosis pemeliharaan Diikuti dengan MgSO4 (40%) 5 g IM dengan 1 ml Lignokain
Sebelum pemberian MgSO4 (dalam semprit yang sama)
ulangan, lakukan pemeriksaan: Pasien akan merasa agak panas pada saat pemberian MgSO4
Cara pemberian MgSO4 IV/Drip Frekuensi pernafasan minimal 16 kali/menit
ialah: Refleks patella (+)
Hentikan pemberian MgSO4, jika: Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir
Siapkan antidotum Frekuensi pernafasan < 16 kali/menit
Setelah pemberian dosis awal, diberikan 12 gram dalam 500 ml
RL dengan tetesan 15/menit (2 gram/jam)
Refleks patella (-), bradipnea (<16 kali/menit)
Urin < 30 ml/jam pada hari ke 2
Jika terjadi henti nafas:
Bantu pernafasan dengan ventilator
Berikan Kalsium glukonas 2 g (20 ml dalam larutan 10%) IV
perlahan-lahan sampai pernafasan mulai lagi
DIASEPAM UNTUK PREEKLAMPSIA
DAN EKLAMPSIA

Dosis awal Diasepam 10 mg IV pelan-pelan selama 2 menit


Dosis pemeliharaan Jika kejang berulang, ulangi pemberian sesuai dosis awal
Diasepam 40 mg dalam 500 ml larutan Ringer laktat
melalui infus
Depresi pernafasan ibu baru mungkin akan terjadi bila
dosis > 30 mg/jam
Jangan berikan melebihi 100 mg/jam
Anti hipertensi

Obat pilihan adalah Nifedipin, yang diberikan 5-10 mg oral yang


dapat diulang sampai 8 kali/24 jam

Jika respons tidak membaik setelah 10 menit, berikan


tambahan 5 mg sublingual Nifedipin 10 mg sublingual.

Labetolol 10 mg oral. Jika respons tidak membaik setelah 10


menit, berikan lagi Labetolol 20 mg oral.
Persalinan
Pada preeklampsia berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam,
sedangkan pada eklampsia dalam 6 jam sejak gejala eklampsia timbul
Jika terjadi gawat janin atau persalinan tidak dapat terjadi dalam 12 jam
(pada eklampsia), lakukan bedah Caesar
Jika bedah Caesar akan dilakukan, perhatikan bahwa:
Tidak terdapat koagulopati. Koagulopati kontra indikasi anestesi spinal.
Anestesia yang aman/terpilih adalah anestesia umum untuk eklampsia dan
spinal untuk PEB. Dilakukan anestesia lokal, bila risiko anestesi terlalu tinggi.
Jika serviks telah mengalami pematangan, lakukan induksi dengan
Oksitosin 2-5 IU dalam 500 ml Dekstrose 10 tetes/menit atau dengan cara
pemberian prostaglandin/misoprostol
Perawatan post partum
Anti konvulsan diteruskan sampai 24 jam
postpartum atau kejang yang terakhir
Teruskan terapi hipertensi jika tekanan diastolik
masih > 90 mmHg
Lakukan pemantauan jumlah urin
Rujukan

Rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap, jika:


Terdapat oliguria (< 400 ml/24 jam)
Terdapat sindroma HELLP
Koma berlanjut lebih dari 24 jam
setelah kejang
RINGKASAN

Tekanan darah diastolik merupakan indikator dalam


penanganan hipertensi dalam kehamilan, oleh
karena tekanan diastolik mengukur tahanan perifer
dan tidak tergantung pada keadaan emosional
pasien.

Diagnosis hipertensi dibuat jika tekanan darah


diastolik  90 mmHg pada 2 pengukuran berjarak 1
jam atau lebih
Community's perceptions of preeclampsia and eclampsia in
Sindh Pakistan: a qualitative study.

Abstrak: Background: Maternal mortality is of global public health concern and >99 % of
maternal deaths occur in less developed countries. The common causes of direct
maternal death are hemorrhage, sepsis and pre-eclampsia/ eclampsia. In Pakistan, pre-
eclampsia/eclampsia deaths represents one-third of maternal deaths reported at the
tertiary care hospital settings. This study explored community perceptions, and
traditional management practices about pre-eclampsia/eclampsia. Methods: A qualitative
study was conducted in Sindh Province of Pakistan from February to July 2012. Twenty-
six focus groups were conducted, 19 with women of reproductive age/mothers-in-law (N=
173); and 7 with husbands/ fathers-in-law (N= 65). The data were transcribed verbatim in
Sindhi and Urdu, then analyzed for emerging themes and sub-themes using NVivo
version 10 software. Results: Pre-eclampsia in pregnancy was not recognized as a
disease and there was no name in the local languages to describe this. Women however,
knew about high blood pressure and were aware they can develop it during pregnancy. It
was widely believed that stress and weakness caused high blood pressure
in pregnancy and it caused symptoms of headache. The perception of high blood
pressure was not based on measurement but on symptoms. Self-medication was often
used for headaches associated with high blood pressure. They were also awareness that
severely high blood pressure could result in death. Conclusions: Community-based
participatory health education strategies are recommended to dispel myths and
misperceptions regarding pre-eclampsia and eclampsia. The educational initiatives
should include information on the presentation, progression of illness, danger signs
associated with pregnancy, and appropriate treatment.
Persepsi masyarakat tentang pre-eklampsia dan
eklampsia di Sindh Pakistan: sebuah studi kualitatif.

Latar belakang: Kematian ibu merupakan masalah kesehatan publik global dan> 99% kematian ibu
terjadi di negara-negara kurang berkembang. Penyebab umum kematian ibu langsung adalah
perdarahan, sepsis, dan pre-eklampsia / eklampsia. Di Pakistan, kematian pre-eklampsia / eklampsia
mewakili sepertiga dari kematian ibu yang dilaporkan di pengaturan rumah sakit perawatan tersier.
Studi ini mengeksplorasi persepsi masyarakat, dan praktik manajemen tradisional tentang pre-
eklampsia / eklampsia. Metode: Penelitian kualitatif dilakukan di Provinsi Sindh Pakistan dari Februari
hingga Juli 2012. Dua puluh enam kelompok fokus dilakukan, 19 dengan wanita usia reproduksi / ibu
mertua (N = 173); dan 7 dengan suami / ayah mertua (N = 65). Data ditranskrip secara verbatim dalam
Sindhi dan Urdu, kemudian dianalisis untuk tema dan sub-tema yang muncul menggunakan perangkat
lunak NVivo versi 10. Hasil: Pre-eklampsia pada kehamilan tidak dikenali sebagai penyakit dan tidak ada
nama dalam bahasa lokal untuk menggambarkan hal ini. Namun wanita tahu tentang tekanan darah
tinggi dan sadar bahwa mereka dapat mengembangkannya selama kehamilan. Dipercaya secara luas
bahwa stres dan kelemahan menyebabkan tekanan darah tinggi pada kehamilan dan itu menyebabkan
gejala sakit kepala. Persepsi tekanan darah tinggi tidak didasarkan pada pengukuran tetapi pada gejala.
Pengobatan sendiri sering digunakan untuk sakit kepala yang berhubungan dengan tekanan darah
tinggi. Mereka juga sadar bahwa tekanan darah tinggi bisa mengakibatkan kematian. Kesimpulan:
Strategi pendidikan kesehatan partisipatif berbasis masyarakat direkomendasikan untuk
menghilangkan mitos dan kesalahan persepsi tentang pre-eklampsia dan eklampsia. Inisiatif pendidikan
harus mencakup informasi tentang presentasi, perkembangan penyakit, tanda bahaya yang terkait
dengan kehamilan, dan perawatan yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
 Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K), Dept. Obstetri dan ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas IndonesiA, RS. Dr. Cipto
Mangunkusumo Jakarta

 Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina


Pustaka sarwono Prawihardjo.

Anda mungkin juga menyukai