Anda di halaman 1dari 150

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY.

A UMUR 19 TAHUN P1 A0 3 HARI


POST PARTUM DENGAN BENDUNGAN ASI DI BPS IRMAYANI AMD.KEB
BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015

KARYA TULIS ILMIAH

NAMA : HILDA PEBRINA RAMBE

NIM 201207023

AKADEMI KEBIDANAN ADILA

BANDAR LAMPUNG

TAHUN 2015
AKADEMI KEBIDANAN ADILA

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. A UMUR 19 TAHUN P1A0 3 HARI
POST PARTUM DENGAN BENDUNGAN ASI DI BPS IRMAYANI AMD.KEB
BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan

HILDA PEBRINA RAMBE


201207023

AKADEMI KEBIDANAN ADILA

BANDAR LAMPUNG

2015
LEMBAR PENGESAHAN

Diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan

Diploma III Kebidanan Adila Pada :

Hari : Kamis

Tanggal : 09 Juli 2015

Penguji I Penguji II

Silvia Anggraini S.ST.M.Kes. Margareta Rinjani S.ST


NIK. 2015021057

Direktur Akademi Kebidanan Adila

Bandar Lampung

Dr.Wazni Adila,MPH

NIK.2011041008
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny. A Umur 19 Tahun
P1A0 3 Hari Post Pastum Dengan Bendungan ASI
di BPS Irmayani Amd.Keb Bandar Lampung
Tahun 2015

Hilda Pebrina Rambe


Penguji 1 : Silvia Anggraini S.ST. M.Kes , Penguji 2 : Margareta Rinjani S.ST.

INTISARI

Cakupan bayi mendapatkan ASI Eksklusif di provinsi lampung tahun 2012 sebanyak 29,24%
dimana angka ini masih di bawah target yang di harapkan yaitu 60%. Pada permulaan nifas,
apabila bayi belum menyusu dengan baik,atau kemudian apabila kelenjar tidak dikosongkan
dengan sempurna terjadi bendungan asi. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu
yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup untuk menyusui, produksi meningkat, terlambat
menyusukan, adanya pembantasan waktu menyusu. Tujuan penelitian ini adalah penulis
dapat melakukan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas terhadap Ny.A umur 19 tahun P1A0 3 hari
post partum dengan bendungan ASI di BPS Irmayani Amd.Keb. Bandar Lampung tahun
2015.

Metodelogi penelitian dalam penyusunan studi kasus ini menggunakan metode penelitian
deskritif yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat
gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. Subjek penelitian terhadap ibu
nifas dengan bendungan ASI .Objek penelitian ini yaitu Ny. A umur 19 tahun,P1A0 3 hari
post partum, tempat di BPS Irmayani Amd.Keb.Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah
penulis telah melakukan asuhan sesuai 7 langkah varney, dan masalah yang di alami Ny. A
telah teratasi.

Kata Kunci : Bendungan ASI

Kepustakaan : 20 Referensi
MOTTO

UNTUK MENDAPATKAN SEBUAH KESUKSESAN

KEBERANIAN HARUS LEBIH BESAR DARIPADA

KETAKUTANMU......
PERSEMBAHAN

Bismilahirohmanirohim Allhamdulillahirabil‟allamin ku ucapkan


puji syukur kehadirat Tuhan YME yang merupakan kekuatan
tertinggi dalam hidup ku yang tidak pernah berhenti mencurahkan
Anugerah-Nya dalam setiap untaian langkah perjalanan hidup ku
sampai saat ini.
Untuk kedua orang tuaku, ayah Huzzah Rambe S.H. dan mama
Masjaleha Siregar S.Pd. adalah motivator utama dalam hidup ku,
setiap untaian deraian peluh keringat kalian adalah merupakan
gambaran usaha untuk mengahantarkan ku pada gerbang
kesuksesan, karya tulis ilmiah ini aku persembahkan untuk kalian
ayah dan mama ku tercinta
Untu adik-adik ku Abdul Malik Rambe dan Zahra Rosalina Rambe
yang selalu membuat hari-hari ku indah dan selalu menyemangati
ku ,terimakasih untuk doa dan dukungan kalian yang tiada pernah
habis untuk ku.
Untuk pembimbingku terimakasih atas kesediaannya untuk
meluangkan waktu membimbing dan berbagi ilmu serta berdiskusi,
banyak hal yang bisa saya ambil dari ini semua, terimakasih ibu
Untuk teman-teman yang tidak dapat ku sebutkan satu persatu
namanya disini khususnya angkatan ke tujuh terimakasih untuk
kebersamaan yang telah kita lewati selama tiga tahun yang akan
terukir indah menjadi sebuah kenangan dikemudian hari nanti,
semoga kita bisa selalu menjadi pribadi yang lebih baik untuk
kedepannya amin.
Untuk almamaterku tercinta Akademi Kebidanan Adila Bandar
lampung tempatku menuntut ilmu .
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat TuhanYang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-

nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul : Asuhan

Kebidanan Pada Ibu Nifas Terhadap Ny.A Umur 19 Tahun P 1A0 dengan Bendungan

Asi di BPS Irmayani Amd.Keb. Bandar Lampung Tahun 2015”

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr.Wasni Adila MPH, selaku direktur Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung

2. Ibu Silvia Anggraini S.ST. M.Kes dan ibu Margareta Rinjani S.ST selaku penguji karya

tulis ilmiah.

3. Ibu Irmayani Amd.Keb selaku tempat saya mengambil kasus di lahan praktek.

4. Serta staf dosen yang membantu saya dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna,

oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak. Akhirnya penulis

berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca.

Bandar Lampung, 2015

Penulis.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN................................................................ ii
INTISARI……………………………………………………………... iii
CURICULUM VITAE ....................................................................... iv
MOTTO.............................................................................................. v
PERSEMBAHAN…………………………………………………….. vi
KATA PENGANTAR ........................................................................ vii
DAFTAR ISI ...................................................................................... viii
DAFTAR TABEL………………………………………………… ..... ix
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………… . x
DAFTAR GAMBAR..................................................... ....................... xi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 2
1.3 Tujuan ...................................................................................... 3
1.4 Ruang Lingkup ......................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian.................................................................... 4
1.6 Metodelogi Dan Tehnik Memperoleh Data .............................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Tinjauan Teori Medis ............................................................... 8
2.2 Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan............................................ 47
2.3 Landasan Hukum Kewenangan Bidan........................................ 74
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian............................................................................ ....... 78
3.2 .Matrik.............................................................................. ............ 81

BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian................................................................................ 91
4.2 Interpretasi Data Dasar ............................................................. 98
4.3 Identifikasi Diagnosa/ Masalah Potensial.................................. 127
4.4 Tindakan Segera ....................................................................... 128
4.5 Perencanaan ............................................................................. 128
4.6 Pelaksanaan .............................................................................. 132
4.7 Evaluasi.................................................................................... 142
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .............................................................................. 147
5.2 Saran ....................................................................................... 148

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Program Masa Nifas .......................................................................10

Tabel 2.2 Tinggi Fundus Uteri Dan Berat Uterus ............................................ 13

Tabel 3.1 Matriks ............................................................................................. 91


DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Izin Penelitian


2. Lembar Konsul
3. Dokumentasi
4. SAP dan Leaflet
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Payudara ........................................................................ 36

Gambar 2.2 Bentuk-bentuk puting susu ......................................................... 39


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam

organik yang disekresi oleh kedua kelenjar payudara ibu dan merupakan makanan terbaik

untuk bayi (Bahiyatun, 2009; h. 29).

Kandungan gizi dari ASI sangat khusus dan sempurna (Dewi, 2011; h. 19) ASI eksklusif

adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun

makanan lain seperti susu formula, jeruk, airteh dan airputih, serta tanpa tambahan

makanan padat seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim. Setelah 6

bulan baru mulai diberikan makanan pendamping ASI (MPASI). ASI dapat diberikan

sampai anak berusia 2 tahun atau lebih (Ambarwati, 2010; h. 30).

Menurut Word Health Organization (WHO), secara gobal pada tahun 2012 hanya 38%

bayi di dunia yang mendapatkan ASI eksklusif hingga 6 bulan pertama seperti yang

dianjurkan (UNICEF, 2014).

Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, cakupan pemberian ASI di Indonesia hanya

30.2% Angka ini berada jauh dibawah target kementrian kesehatan yaitu cakupan ASI

eksklusif bagi bayi 0- 6 per 2014 sebesar 80%.

(asipasti.info, 2014).

1
Pemberian air susu pada bayi usia 0-1 tahun mempunyai arti sangat penting terutama

menyangkut pemenuhan zat gizi dan zat lain pembentuk kekebalan tubuh terhadap

penyakit.pemberian ASI Eksklusif di usia 0-6 bulan di pandang sangat strategis,karena

pada kondisi tersebut kondisi bayi masih sangat labil dan rentan terhadap berbagai

penyakit.Cakupan bayi mendapatkan ASI Eksklusif di provinsi lampung tahun 2012

sebanyak 29,24% dimana angka ini masih di bawah target yang di harapkan yaitu 60%.

(Profil Dinkes provinsi Lampung, 2012).

Pada tahun 2012 terjadi peningkatan pencapaian ASI eksklusif di kota Bandar lampung

yaitu sebesar yaitu 67,93% namun di tahun 2013 sampai bulan Agustus pencapaian

pemberian Asi eksklusif mengalami penurunan yaitu hanya 64,55% .Angka ini bila di

bandingkan dengan target Nasional masih di bawah target yang di inginkan (80%).(Dinas

kesehatan.Kota Bandar lampung, 2013)

Pada permulaan nifas, apabila bayi belum menyusu dengan baik,atau kemudian apabila

kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna terjadi bendungan asi (Sulistyawati, 2009;

h. 190). Bendungan Air Susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena

peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri

disertai kenaikan suhu badan (Rukiyah, 2010; h. 345). Bendungan air susu dapat terjadi

pada hari ke- 2 atau ke-3 ketika payudara telah memproduksi air susu. Bendungan

disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup untuk

menyusui, produksi meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi(bounding)

kurang baik, dan dapat pula karena adanya pembantasan waktu menyusu. Gejala

bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara bilateral dan secara

palpasi teraba keras, kadang terasa nyeri serta seringkali disertai peningkatan suhu badan

ibu, tetapi tidak ada tanda-tanda kemerahan dan demam.(Prawirohardjo, 2010; hal 652)
Faktor-faktor penyebab bendungan ASI adalah pengosongan mamae yang tidak

sempurna, faktor hisapan bayi yang tidak aktif, faktor menyusui bayi yang tidak benar,

puting susu terbenam, puting susu terlalu panjang (Rukiyah, 2010; h. 346).

Masalah Bendungan ASI jika tidak ditangani dapat berpotensi terjadinya mastitis

(Rukiyah, 2010; h. 349).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di BPS Irmayani, Amd.Keb. Bandar Lampung pada

tanggal 8 April 2015 didapatkan 1 ibu nifas yang mengalami bendungan ASI karena itu

penulis tertarik mengambil judul “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Ny. A umur 19 tahun

P1A0 3 Hari Post Partum dengan Bendungan ASI‟‟untuk meminimalkan Kurangnya

pemberian ASI eksklusif pada bayi yang diakibatkan oleh bendungan ASI.

1.2 Rumusan Masalah

“Bagaimanakah asuhan kebidanan pada ibu nifas pada Ny.A 19 tahun P 1A0 3 hari Post

Partum dengan Bendungan ASI di BPS Irmayani Amd.Keb. Bandar Lampung Tahun

2015”?

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Diperolehnya pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada

Ny.A 19 tahun P1A0 3 hari Post Partum dengan bendungan ASI di BPS. Irmayani

Amd.Keb. Bandar Lampung dengan menggunakan pendekatan manajemen

kebidanan.
1.3.2 Tujuan Khusus

a. Diharapkan penulis dapat melakukan pengkajian pada ibu nifas khususnya

pada Ny.A usia 19 tahun P1A0 3 hari Post Partum dengan bendungan ASI di

BPS. Irmayani Amd.Keb Bandar Lampung

b. Diharapkan penulis dapat menentukan interpretasi data pada ibu nifas

khususnya pada Ny.A 19 tahun P1A0 3 hari Post Partum dengan bendungan

ASI di BPS. Irmayani , Amd.Keb. Bandar Lampung.

c. Diharapkan penulis dapat menentukan diagnose potensial pada ibu nifas

khususnya pada Ny.A. 19 tahun P1A0 3 hari Post Partum dengan bendungan

ASI di BPS. Irmayani, Amd.Keb. Bandar Lampung

d. Diharapkan penulis dapat melakukan tindakan segera pada ibu nifas

khususnya pada Ny. A 19 tahun P1A0 3 hari Post Partum dengan bendungan

ASI di BPS. Irmayani , Amd.Keb. Bandar Lampung

e. Diharapkan penulis dapat menentukan rencana asuhan pada ibu nifas

khususnya pada Ny.A 19 tahunP1A0 3 hari Post Partum dengan bendungan

ASI di BPS. Irmayani, Amd.Keb. Bandar Lampung

f. Diharapkan penulis dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas

khususnya pada Ny.A usia 19 tahun P1A0 3 hari Post Partum dengan

bendungan ASI di BPS. Irmayani Amd.Keb. Bandar Lampung

g. Diharapkan penulis dapat melakukan evaluasi asuhan kebidanan pada ibu

nifas khususnya pada Ny.A usia 19 tahunP1A0 3 hari Post Partum dengan

bendungan ASI di BPS. Irmayani Amd.Keb. Bandar Lampung

1.4 Ruang lingkup

1. Sasaran

Subyek yang diambil dalam Karya Tulis Ilmiah ini ialah satu orang ibu
nifas yaitu Ny.A 19 tahun P1A0 3 hari Post Partum dengan bendungan ASI

di BPS.Irmayani Amd.Keb. Bandar Lampung

2. Tempat

Dalam Karya Tulis Ilmiah ini penulis mengambil kasus di BPS Irmayani, Amd.Keb.

Bandar Lampung

3. Waktu

Pelaksanaan asuhan kebidanan dalam Karya Tulis Ilmiah dilaksanakan pada tanggal 8

April 2015

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber bacaan bagi mahasiswi

Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung dalam menerapkan ilmu dan sebagai

acuan penelitian berikutnya.

2. Bagi lahan praktek

Sebagai bahan masukkan dan bahan informasi untuk meningkatkan upaya pencegahan

dan penanganan pada kasus Bendungan ASI pada ibu nifas di BPS Irmayani

Amd.Keb Bandar Lampung.

3. Bagi masyarakat

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang penatalaksanaan

pada ibu dengan bendungan ASI.

4. Bagi Penulis berikutnya

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang ibu nifas

dengan Bendungan ASI dan sebagai bahan perbandingan antara teori yang diperoleh

dibangku kuliah dengan dilahan praktek.


1.6 Metodologi dan Teknik Memperoleh Data

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, menggunakan metode penelitian deskriptif.

Metode penulisan deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan untuk

mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di dalam masyarakat.

Metode penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau memotret masalah

kesehatan serta yang terkait dengan kesehatan sekelompok penduduk atau orang yang tinggal

dalam komunitas tertentu (Notoatmodjo, 2012; h. 35-37).

1. Teknik memperoleh data

Untuk memperoleh data tehnik yang digunakan sebagai berikut:

a. Data primer

1) Wawancara

Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk menggumpulkan data,

dimana peneliti mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari

seseorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka

dengan muka dengan orang tersebut (face to face) (Notoatmodjo, 2012; h. 139).

2) Pengkajian Fisik

Data yang di peroleh dari pemeriksaan fisik berupa data objektif, data ini di

dapatkan melalui teknik inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi (Tambunan,

2011; h. 3)

b. Data Sekunder

Sumber informasi yang bukan dari tangan pertama, dan yang bukan mempunyai

wewenang dan tanggung jawab terhadap informasi atau data tersebut.

(Notoatmodjo, 2005; h. 63)


1. Studi pustaka

Bahan-bahan pustaka merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang

latar belakang teoritis dari suatu penelitian. Hasil penelitian yang baik perlu

di tunjang dengan bahan perpustakaan yang memadai dan yang baik. Bahan-

bahan perpustakaan yang dapat di gunakan untuk menunjang latar belakang

masalah, kerangka teoritis, dan hipotesi penelitian adalah buku yang di

terbitkan, berbagai jenis penerbitan berkala seperi majalah, jurnal, bulletin,

brosur, atau sebagainya, berbagai harian atau surat kabar, karangan atau

makalah ilmiah yang tidak di terbitkan seperti makalah, skripsi, tesis, dan di

sertai laporan-laporan penelitian dan instansi. (Notoatmodjo, 2005; h. 63-65)

2. Studi dokumentasi

Semua bentuk informasi yang berhubungan dengan dokumen, baik dokumen-

dokumen resmi maupun tidak resmi seperti laporan, atau catatan-catatan di

dalam kartu klinik (Notoatmodjo, 2005; h. 62-63)

.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 TINJAUAN TEORI MEDIS

2.2.1 NIFAS

2.2.1.1 Pengertian

Masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat

kandungan kembali seperti keadaan semula sebelum Masa nifas adalah

masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat alat

kandungan kembali seperti kehamil (Dewi, 2011; h.1).

adaan semula (sebelum hamil).Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6

minggu (Sulistyawati, 2009; h.1).

Masa nifas (puerpurium) adalah masa pulih kembali ,mulai persalinan

selesai hingga alat alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa

nifas ini, yaitu 6-8 minggu.

(Bahiyatun, 2009; h.2)

2.2.1.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas

Asuhan yang diberikan kepada ibu nifas bertujuan untuk:

a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu dan bayi..

b. Pencegahan, diagnose dini, dan pengobatan komplikasi pada ibu.

c. Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli jika perlu.

d. Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu serta memungkinkan ibu

untuk mampu melaksanakan perannya dalam situasi keluarga dan


9
budaya yang khusus.
e. Imunisasi ibu terhadap tetanus.

f. Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makan

anak, serta peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara ibu

dan anak.

(Sulistyawati, 2009; h. 2-3).

2.2.1.3 Tahapan Masa Nifas

Masa nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu puerperium dini, puerpurium

intermadial, danremote puerperium. Dengan penjelasan sebagai berikut:

a. Puerperium dini

Pueperium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini ibu

tetap diperbolehkan berdiri dan berjalan- jalan. Dalam agam islam,

dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

b. Puerperium intermedial

Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh alat-

alat genetalia, yang lamanya sekitar 6-8 minggu.

c. Remote puerperium

Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan

sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan

mempunyai komplikasi.Waktu untuk sehat sempurna dapat berlansung

selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun

(Sulistyawati, 2009; h. 5).


2.2.1.4 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Table 2.1 Program Masa Nifas

Kunjungan Waktu Tujuan

1 6-8 jam 1. Pencegah perdarahan masa nifas karena atonia


setelah uteri.
persalinan 2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain
prdarahan;rujuk jika perdarahan berlanjut.
3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu
anggota keluarga mengenai bagaimana cara
mencegah perdarahan masa nifas karena atonia
uteri.
4. Pemberian ASI awal
5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru
lahir.
6. Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara
mencegah hypotermi
7. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia
harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir
selama 2 jam pertama setelah klahiran atau
sampai ibu dan bayinya dalam keadaan stabil.
2 6 hari 1. Memastikan involusi uterus berjalan
setelah normal:uterus berkontraksi, funus dibawah
persalinan umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak
ada bau.
2. Menilai adanya tanda-tanda demam,infeks, atau
perdarahan abnormal.
3. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan,
cairan, dan istirahat.
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
mmperlihatkan tanda tanda penyulit.
5. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan
pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat,
dan merawat bayi sehari-hari.
3 2 minggu Sama seperti diatas
setelah
prsalinan
4 6 minggu 1. Menanyakan pada ibu tentang kesulitan-kesulitan
setelah yang ia atau bayinya alami.
persalinan 2. Memberikan konseling Kb secara dini
(Sulistyawati, 2009; h. 6-7)

2.2.1.5 Perubahan Fisiologis Masa Nifas

a. Perubahan sistem reproduksi

a) Uterus

1. Pengerutan rahim (involusi)


Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi

sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisan luar dari

desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi

neurotic(layu/ mati). Perubahan ini dapat diketahui dengan

melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba TFU-nya. Pada

saat bayi lahir, fundus uteri setinggi pusat dengan berat 1000

gram.

2. Pada akhir kala III, TFU teraba 2 jari dibawah pusat.

3. Pada 1 minggu post partum, TFU teraba pertengahan pusat

simpisis dengan berat 500 gram.

4. Pada 2 minggu post partum,TFU teraba di atas simpisis dengan

berat 350 gram.

5. Pada 6 minggu post partum, fundus uteri mengecil(tak teraba)

dengan berat 50 gram.

Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :

1. Autolysis

Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi

didalam otot uteri. Enzim proteolitik akan memendekkan

jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali

panjangnya dari semula dan lima kali lebar dari semula selama

kehamilan. Sitoplasma sel yang berlebihan akan tercerna

sendiri sehingga tertinggal jaringan fibro elastis dalam jumlah

renik sebagai bukti kehamilan.

2. Atrofi jaringan
Jaringan yang berpoliferasi dengan adanya estrogen dalam

jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi

terhadap penghentian produksi estrogen yang menyertai

pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot – otot

uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofi dan terlepas

dengan meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi

menjadi endometrium yang baru.

3. Efek oksitosin (kontraksi)

Hormon oksitosin yang terlepas dari kelenjar hipofisis

memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi

pembuluh darah dan membantu proses hemostatis. Kontraksi

dan retraksi otot uterus akan mengurangi suplai darah ke uterus.

Proses ini akan membantu mengurangi suplai darah keuterus.

(Sulistyawati,2009;h.73-75)

Tabel 2.2 Involusi Uterus

Involusi Tinggi Fundus Berat Keadaan Serviks


Uteri Uterus (gr)
Bayi lahir Setinggi pusat 1000
Uri lahir 2 jari dibawah 750 Lembek
pusat
Satu minggu Pertengahan pusat 500 Beberapa hari setelah
dan simpisis postpartum dapat
Dua minggu Tak teraba diatas 350 dilalui 2 jari.
simpisis Akhir minggu pertama
Enam minggu Bertambah kecil 50-60 dapat dimasuki 1 jari.
Delapan Sebesar normal 30
minggu
(Dewi, 2011; h. 57)

Involusi uteri dari luar dapat diamati yaitu dengan memeriksa

fundus uteri dengan cara:


1) Segera setelah persalinan, tinggi fundus uteri 2 cm dibawah

pusat, 12 jam kemudian kembali 1 cm diatas pusat dan

menurun kira- kira 1 cm setiap hari.

2) Pada hari kedua setelah persalinan tinggi fundus uteri 1 cm

dibawah pusat. Pada hari ketiga sampai hari keempat tinggi

fundus uteri 2 cm dibawah pusat. Pada hari kelima sampai

hari ketujuh tinggi fundus uteri pertengahan antara pusat dan

simpisis. Pada hari kesepuluh tinggi fundus uteri tidak teraba

(Ambarwati, 2010; h.77)

4. Lokhea

Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas.Lokhea

mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari

dalam uterus.Lokhea mempunyai reaksi basa atau alkalis yang

dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada

kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokhea berbau

amis atau anyir dengan volume yang berbeda- beda pada setiap

wanita. Lokhea yang berbau dan tidak sedap menandakan

adanya infeksi. Lokhea mempunyai perubahan warna dan

volume karena adanya proses involusi (Sulistyawati, 2009; h.

76).

Lokhea dibedakan menjadi 6 jenis berdasarkan warna dan waktu

keluarnya :

1) Lokhea rubra / merah

Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa post

partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah


segar , jaringan sisa-sisa plasenta , dinding rahim , lemak bayi ,

lanugo (rambut bayi) , dan mekonium.

2) Lokhea sanguilenta

Lokhea ini berwarna merah kecokelatan dan berlendir, serta

berlangsung, dari hari keempat dan hari ketujuh post partum.

3) Lokhea serosa

Lokhea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung

serum , leukosit , dan robekan atau laserasi plasenta.Keluar

pada hari ke-7 sampai hari ke-14.

4) Lokhea alba

Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua,sel epitel selaput

landir servik, dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini

dapat berlangsung selama 2-6 minggu postpartum.

5) Lokhea Purulenta

Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk.

6) Lokheastatis

Pengeluaran lokhea yang tidak lancer.

(Sulistyawati, 2009; h. 76-77)

b. Perubahan di serviks dan Segmen Bawah Uterus

Setelah kelahiran, miometrium segmen bawah uterus yang sangat

menipis berkontraksi dan bertraksi tetapi tidak sekuat korpus

uteri.Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor,

terkulai dan berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri

berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga perbatasan

antara korpus dan serviks uteri berbentuk cincin


(Rukiyah, 201; h. 60-61).

c. Vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang

sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari

pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan

kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali keadaan tidak

hamil dan rugae dalam vagina.

d. Perenium

Segera setelah melahirkan, perenium menjadi kendur karena

sebelumnya terenggang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada

post natal hari kelima, perineum sudah mendapatkan kembali

sebagian tonus-nya, sekalipun tetap kendur daripada keadaan sebelum

hamil (Sulistyawati, 2009; h.77-78)

e. Perubahan Sistem Pencernaan

Biasanya, ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan hal ini

disebabkan karena pada waktu persalinan, alat pencernaan mengalami

tekanan yang menyebabkan kolon menjadikosong, pengeluaran cairan

berlebih pada waktu persalinan,kurangnya asupan cairan dan

makanan, serta kurangnya aktifitas tubuh.Supaya buang air besar

kembali normal, dapat diatasi diet tinggi serat, peningkatan asupan

cairan, dan ambulasi awal. Jika tidak berhasil, dalam 2-3 hari dapat

diberikan obat laksansia.Selain konstipasi, ibu juga mengalami

anoreksia akibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan


mempengaruhi perubahan sekresi, serta penurunan kebutuhan kalori

yang menyebabkan kurang nafsu makan.

f. Perubahan Sistem Perkemihan

Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit

untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab

dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema leher

kandung kemih sesudah bagian ini mengalami kompresi (tekanan)

antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan

berlansung.Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam 12-36

jam postpartum. Kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air

akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut disebut

“deuresis”. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam 6

minggu.

Dinding kandung kemih memperlihatkan odem dan

hyperemia,kadang-kadang odem trigonum yang menimbulkan

aloktasi dari uretra sehingga retensio urine.Kandung kemih dalam

masa nifas menjadi kurang sensitif dan kapasitas bertambah sehingga

setiap kali kencing masih tertinggal urine residual (normal kurang

lebih 15 cc). Dalam hal ini ,sisa urine dan trauma pada kandung

kemih sewaktu persalinan dapat menyebabkan infeksi. ( Sulistyawati,

2009; h. 78-79)

g. Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu

persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut


dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan

menjadi retrofleksi, karena ligamen rotundum menjadi kendor.

h. Perubahan Sistem Endokrin

Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada

sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam

proses tersebut.

a) Oksitosin

Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang.Selama

tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam

pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga

mencegah pendarahan.Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI

dan sekresi oksitosin.Hal tersebut membantu uterus kembali ke

bentuk normal.

b) Prolaktin

Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar

pituitary bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin, hormon

ini berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang

produksi susu.

c) Estrogen dan Progesteron

Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun

mekanismenya secara penuh belum dimengerti.Diperkirakan

bahwa tingkat estrogen yang tinggi memperbesar hormon

antidiuretik yang meningkatkan volume darah.Di samping itu,

progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi


perangsangan dan peningkatan pembuluh darah.Hal ini sangat

mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar

panggul, perineum dan vulva, serta vagina.(Saleha, 2009; h. 60).

i. Perubahan Tanda-Tanda Vital

1. Suhu

Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,20C. sesudah partus

dapat naik kurang dari 0,50C dari keadaan normal, namun tidak akan

melebihi 80C. Sesudah dua jam pertama melahirkan umumnya suhu

badan akan kembali normal. Bila suhu ibu lebih dari 380C, mungkin

terjadi infeksi pada klien.(Saleha, 2009: h.61)

Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam pertama pada masa

nifas pada umumnya di sebabkan oleh dehidrasi, yang disebabkan

oleh keluarnya cairan pada waktu melahirkan, selain itu bisa juga di

sebabkan karena istirahat dan tidur yang di perpanjang selama awal

persalinan.

(Ambarwati, 2010; h.138).

2. Nadi dan pernafasan

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 x/menit setelah

partus.Pada masa nifas umumnya denyut nadi labil dibandingkan

dengan suhu tubuh, sedangkan pernafasan akan sedikit meningkat

setelah partus kemudian kembali seperti keadaan semula.

(Saleha, 2009; h. 61)

Nadi Berkisar antara 60- 80x/menit denyut nadi di atas 100x/menit

pada masa nifas adalah mengindikasikan adanya suatu infeksi, hal


ini salah satunya bisa di akibatkan oleh proses persalinan sulit atau

karena kehilangan darah yang berlebih.

(Ambarwati, 2010; h.138)

Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80 kali

permenit.Setiap denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit

adalah abnormal dan hal ini menunjukkan adanya kemungkinan

infeksi. (Sulistyawati, 2009; h. 81)

Normal frekuensi pernapasan pada orang dewasa adalah 16 – 24 kali

permenit, pada ibu post partum umumnya pernapasan lambat atau

normal karna dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat.

Bila pernapasan pada masa post partum lebih cepat kemungkinan

adanya tanda – tanda syok. (Rukiyah, 2011; h. 69)

3. Tekanan darah

Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinana tekanan

darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada

perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat postpartum dapat

menandakan terjadinya pre-eklamsi postpartum.(Dewi dan Sunarsih,

2011; h.60)

Pada beberapa kasus di temukan keadaan hipertensi post partum,

tetapi keadaan ini akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak

ada penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam 2 bulan

pengobatan.

(Ambarwati, 2010; h. 139).

Tekanan darah normalnya adalah sistolik 90 – 120 dan diastolnya 60

– 80 mmHg. Tekanan darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan


dapat diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi

pada post partum merupakan tanda pre eklampsia post partum.

(Rukiyah, 2011; h. 69)

j. Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar

estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah

sel darah merah dan kadar hemoglobin kembali normal pada hari ke-

5.Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar

selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi daripada

normal. Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dengan

demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus dicegah

dengan penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini.

k. Perubahan Sistem Hematologi

Pada ibu masa nifas 72 jam pertama biasanya akan kehilangan volume

plasma daripada sel darah, penurunan plasma ditambah peningkatan sel

darah pada waktu kehamilan diasosikan denganpeningkatan hematoktir

dan haemoglobin pada hari ketiga sampai tujuh hari setelah persalinan.

(Rukiyah, 2011; h. 71)

l. Perubahan Payudara

Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara

alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologi, yaitu

produksi susu dan sekresi susu atau let down..Selama Sembilan bulan

kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan menyiapkan fungsinya untuk

menyediakan makanan bagi bayi baru lahir.Setelah melahirkan, ketika


hormon yang dihasilkan plasenta lalu mengeluarkan hormon

prolaktin.Sampai hari ketiga setelah melahirkan, efek prolaktin pada

payudara mulai bisa dirasakan.Pembuluh darah payudara menjadi

bengkak terisi darah, sehingga timbul rasa hangat, bengkak, dan sakit.

Sel-sel acini yang menghasilkan ASI juga mulai berfungsi. Ketika bayi

menghisap putting, refleks saraf merangsang lobus posterior pituitari

untuk mengsekresi hormon oksitosin. Oksitosin merangsang reflek let

down (mengalirkan), sehingga menyebabkan infeksi ASI melalui sinus

laktiferus payudara ke duktus yang terdapat pada putting. Ketika ASI

dialirkan karena isapan bayi atau dengan dipompa sel-sel acini

terangsang untuk menghasilkan ASI lebih banyak.Refleks ini dapat

berlanjut sampai waktu yang cukup lama. (Saleha, 2009; h. 58) .

2.2.1.6 Kebutuhan dasar ibu masa nifas

a. Nutrisi dan cairan.

Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu,

yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang janin.

1) Kebutuhan kalori selama menyusui proporsional dengan jumlah air

susu ibu yang dihasilkan dan lebih tinggi selama ibu menyusui

dibandingkan selama ibu hamil. Rata-rata kandungan kalori ASI

yang dihasilkan ibu dengan nutrisi baik adalah 70 kal/100 ml dan

kira-kira 85 kal diperlukan oleh ibu untuk tiap 100 ml yang

dihasilkan rata-rata ibu menggunakan kira-kira 640 kal/hari untuk

6 bulan pertama dan 510 kal/hari selama 6 bulan kedua untuk

menghasilkan jumlah susu normal. Rata-rata ibu harus

mengkonsumsi 2.300-2.700 kla ketika menyusui.


2) Ibu memerlukan tambahan 20 gr protein diatas kebutuhan normal

ketika menyusui jumlah ini hanya 16 % dari tambahan 500 kallori

yang dianjurkan pada ibu nifas. Protein diperlukan untuk

membawa oksigen didalam sel darah merah serta pertumbuhan dan

penggantian sel-sel yang rusak dan mati. Sumber protein diperoleh

dari protein hewani ndan nabati. Protein hewani antara lain :

seperti telur, daging, ikan, udang, kerang, susu dan keju.

Sementara itu protein nabati banyak terkandung dalam tahu,

tempe, kacang-kacangan.

3) Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi adalah asupan cairan.

Ibu menyusui dianjurkan minum 2-3 liter perhari dalam bentuk air

putih, susu, dan jus buah. Mineral, air, dan vitamin digunakan

untuk kelancaran metabolisme di dalam tubuh. Sumber zat

pengatur tersebut bisa diperoleh dari semua jenis sayur dan buah-

buahan segar.

4) Pil zat besi (FE) harus diminum 1x1 sehari, untuk menambah zat

besi selama 40 hari pascapersalinan.

5) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) sebanyak 2 kali yaitu pada

1 jam setelah melahirkan dan 24 jam setelahnya agar dapat

memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI ( Dewi dan

Sunarsih,2011;h.71 )

Mengkonsumsi vitamin A 200.000 IU.Pemberian vitamin A dalam

bentuk suplementasi dapat meningkatkan kualitas asi,

meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan kelangsungan


hidup anak. Pada bulan- bulan pertama kehidupan bayi bergantung

pada vitamin A yang terkandung dalam asi

( Suherni, 2009; h. 101 ).

b. Ambulasi

Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar secepat

mungkin bidan membimbing ibu postpartum bangun dari tempat

tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin untuk

berjalan.Sekarang tidak perlu lagi menahan ibu postpartum terlentang

ditempat tidurnya selama 7-14 hari setelah melahirkan.Ibu postpartum

sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidurnya dalam 24-48 jam

postpartum.

Keuntungan (early ambulation) adalah sebagai berikut:

a) Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation.

b) Faal usus dan kandung kemih lebih baik.

c) Early ambulation memungkinkan kita mengajarkan ibu cara

merawat anaknya selama ibu masih di rumah sakit. Misalnya

memandikan, mangganti pakaian dan memberi makan.

d) Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia ( sosial ekonomis).

Menurut penalitian-penelitian yang seksama, early ambulation

tidak mempunyai pengaruh yang buruk, tidak menyebabkan

perdarahan yang abnormal, tidak memengaruhi penyembuhan luka

episiotomi atau luka diperut, serta tidak memperbesar

kemungkinan prolapsus atau retrotexto uteri.


Early ambulation tentu tidak dibanarkan pada ibu postpartum

dengan penyulit, misalnya anemia, penyakit jantung, penyakit

paru-paru, demam dan sebagainya.Panambahan kegitan dengan

early ambulation harus berangsur-angsur, jadi bukan maksudnya

ibu segera setelah bangun dibanarkan mencuci, memasak dan

sebagainya.

(Saleha, 2009; h. 71-72)

c. Eliminasi

a) Buang air kecil

Eliminasi di anggap normal bila dapat BAK spontan tiap 3-4 jam

post partum. (Dewi, 2011; h. 73). Ibu diminta untuk buang air kecil

(miksi) 6 jam postpartum. Jika dalam 8 jam postpartum belum

berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100 cc, maka

dilakukan kateterisasi. Akan tetapi jika kandung kemih penuh,

tidak perlu menunggu 8 jam untuk berkemih.

Berikut ini sebab-sabab terjadinya kesulitan berkemih (Retensio

urine) pada ibu postpartum.

1. Berkurangnya tekanan intraabdominal

2. Otot-otot perut masih lemah

3. Edema dan uretra (Saleha, 2009; h. 72-73).

b) Buang air besar

Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal ini

disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan

mendapatkan tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong,

pengeluaran cairan berlebih pada waktu persalinan, kurangnya


asupan cairan dan makanan serta kurangnya aktifitas tubuh

(Sulistyawati, 2009; h. 78).

Ibu diharapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari post partum. Apabila

mengalami kesulitan BAB, lakukan diet teratur, cukup cairan,

konsumsi makanan berserat, olahraga, berikan obat rangsanagan

per oral atau per rectal atau klisma bilamana perlu (Yanti, 2011; h.

83).

Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan

diri ibu postpartum adalah sebagai berikut.

1. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum.

2. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin

dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk

membersihkan membersihkandaerah disekitar vulva terlebih

dahulu , dari depan ke belakang , kemudian membersihkan

daerah sekitar anus. Nasihati ibu untuk membersihkan vulva

setiap kali selesai buang air kecil atau besar.

3. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut

setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang setelah

dicuci dengan baik dan dikeringkan dibawah matahari dan

disetrika.

4. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air

sebelum dan sesudah membersihkan alat kelaminnya.

5. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan

kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah tersebut

(Saleha, 2009; h. 73-74).


d. Istirahat dan tidur

Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas untuk

memulihkan kembali keadaan fisiknya. Keluarga disarankan untuk

memberikan kesempatan kepada ibu untuk beristirahat yang cukup

sebagai persiapan untuk energi menyusui bayinya nanti.

Kurangnya istirahat pada ibu post partum akan mengakibatkan

beberapa kerugian, misalnya :

a) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi

b) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak

perdarahan.

c) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat

bayi dan dirinya sendiri.

Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup , istirahat tidur yang

dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada

siang hari.

Hal-hal yang dapat dilakukan ibu dalam memenuhi kebutuhan

istirahatnya antara lain:

1. Anjurkan ibu untuk cukup istirahat.

2. Sarankan ibu untuk melakukan kegiatan rumah tangga secara

perlahan.

3. Tidur siang atau istirahat saat bayi tidur.

(Yanti, 2011; h. 84).

Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien , berapa jam pasien

tidur , kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca , mendengarkan

music , kebiasaan mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang ,


penggunaan waktu luang. Istirahat sangat penting bagi ibu masa nifas

karena dengan istirahat cukup dapat mempercepat penyembuhan.

(Ambarwati, 2010; h. 136)

e. Aktivitas seksual

Aktifitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu nifas harus memenuhi

syarat sebagai berikut:

a) Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu

darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua

jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk

memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.

b) Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami

istri sampai masa waktu terrtentu, misalnya setelah 40 hari atau 6

minggu setelah persalinan. Keputusan ini bergantung pada

pasangan yang bersangkutan.

(Saleha, 2009; h. 75).


f. Latihan dan senam nifas

Senam nifasadalah senam yang dilakukan ibu-ibu setelah melahirkan

setelah keadaan tubuhnya pulih kembali.

senam nifas bertujuan untuk:

a) Mempercepat penyembuhan

b) Mencegah timbulnya komplikasi

c) Memulihkan dan menguatkan otot-otot punggung, otot dasar

panggul dan otot perut

Pada saat hamil, otot perut dan sekitar rahim, serta vagina telah

teregang dan melemah.Latihan senam nifas dilakukan untuk membantu

mengencangkan otot-otot tersebut.Hal ini untuk mencegah terjadinya


nyeri punggung dikemudian hari dan terjadinya kelemahan pada otot

panggul sehingga dapat mengakibatkan ibu tidak bisa menahan BAK.

Gerakan senam nifas ini dilakukan dari gerakan yang paling sederhana

hingga yang tersulit. Sebaiknya dilakukan secara bertahap dan terus

menerus (kontinu). Lakukan pengulangan setiap 5 gerakan dan

tingkatkan setiap hari sampai 10 kali (Dewi, 2011; h. 81).

g. Adaptasi Psikologis Pada Masa Nifas

Dorongan dan perhatian dari seluruh anggota keluarga lainnya

merupakan dukungan yang positif bagi ibu. Dalam menjalani adaptasi

setelah melahirkan ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut :

1. Fase taking in

Fase taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung

pada hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan, pada sat

itu fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman

ibu selama proses persalinan berulang kali diceritakannya. Hal ini

membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap lingkungan sekitar.

Kemampuan mendengarkan dan menyediakan waktu yang cukup

merupakan dukungan yang tidak ternilai bagi ibu. Kehadiran suami

dan keluarga sangat diperlukan pada fase ini.

2. Fase taking hold

Fase taking hold adalah priode yang berlangsung antara 3-10 hari

setelah melahirkan. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan

ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat

bayi. Ibu memiliki perasaan yang sangat sensitif sehingga mudah

tersinggung sehingga kita perlu berhati-hati dalam berkomunikasi


dengan ibu berhati-hati dalam tindakan. Pada fase ini ibu

memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan

yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat

diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri.

3. Fase letting go

Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan

peran barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan.

Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya.

Serta kepercayaan dirinya sudah meningkat. Pendidikan kesehatan

yang kita berikan pada fase sebelumnya akan sangat berguna bagi

ibu, ibu lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan

bayinya (Dewi, 2011; h. 65-66).

2.2.1.7 Tanda – tanda bahaya pada masa nifas

Diperkirakan bahwa 60 % kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah

persalinan. Ole karena itu, penting bagi bidan/perawat untuk memberikan

informasi dan bimbingan pada ibu untuk dapat mengenali tanda-tanda

bahaya pada masa nifas yang harus diperatikan.

Tanda-tanda bahaya yang perlu diperhatikan pada masa nifas ini adalah :

1. Demam tinggi hingga melebihi 380C

2. Perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak (

lebih dari perdarahan haid biasa atau bila memerlukan penggantian

pembalut 2 kali dalam setengah jam ), disertai gumpalan darah yang

besar-besar dan berbau busuk.

3. Nyeri perut hebat/rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung,

serta nyeri ulu hati


4. Sakit kepala parah/terus menerus dan pandangan nanah/masalah

penglihatan

5. Pembengkakan pada wajah, jari-jari atau tangan

6. Rasa sakit, merah, atau bengkak dibagian betis atau kaki.

7. Payudara membengkak ,kemerahan,lunak disertai demam.

8. Putting payudara berdarah atau merekah, sehingga sulit untuk

menyusui

9. Tubuh lemas dan terasa seperti mau pingsan merasa sangat letih atau

nafas terengah-engah

10. Kehilangan nafsu makan dalam waktu lama

11. Tidak bisa buang air besar selam tiga hari atau rasa sakit waktu buang

air kecil

12. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh bayinya atau diri

sendiri (Anik Maryunani, 2009; h. 139-140 ).

2.2.2 Proses Laktasi Dan Menyusui

2.2.2.1 Anatomi Payudara

Payudara yang matang adalah salah satu tanda pertumbuhan sekunder dari

seorang perempuan dan salah satu organ yang indah dan menarik.Lebih

dari itu, untuk mempertahankan kelangsungan hidup keturunannya, maka

organ ini menjadi sumber utama kehidupan, karena Air Susu Ibu (ASI)

adalah makanan bayi yang paling penting.

Payudara adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit, diatas otot dada.

Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi.

Manusia yang mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya


kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram, dan saat menyusui 800

gram.

Gambar. 2.1 Anatomi payudara

a) Letak : Setiap payudara terletak pada sternum dan

meluas setinggi kosta kedua dan keenam. Payudara ini

terletak pada fascia superficialis dinding rongga dada

yang disangga oleh ligamentum sospensorium

b) Bentuk :Bentuk masing-masing payudara berbentuk

tonjolan setengah bola dan mempunyai ekor (cauda)

dari jaringan yang meluas keketiak atau aksila

c) Ukuran : Ukuran payudara berbeda pada setiap

individu, juga tergantung pada stadium perkembangan

dan umur. Tidak jarang salah satu payudara

ukurannya agak lebih besar daripada yang lain.

1. Struktur Makroskopis

Struktur makroskopis payudara adalah sebagai berikut

a. Cauda Aksilaris
Adalah jaringan payudara yang meluas ke arah aksila.

b. Areola

Adalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar

dan mengalami pigmentasi. Areola pada masing-masing

payudara memiliki garis tengah kira-kira 2.5 cm. Letaknya

mengelilingi puting susu dan berwarna kegelapan yang

disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada

kulitnya.

c. Papila Mamae

Terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya

variasi bentuk dan ukuran payudara, maka letaknya akan

bervariasi. Pada tempat ini terdapat lubang-lubang kecil

yang merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung

serat saraf, pembuluh darah, pembuluh getah bening, serat-

serat otot polos yang tersusun secara sirkuler sehingga bila

ada kontraksi duktus laktiferus akan memadat dan

menyebabkan puting susu ereksi , sedangkan otot-otot yang

Longitudinal akan menarik kembali puting susu tersebut.

Bentuk puting ada empat macam yaitu bentuk yang normal,

pendek atau datar, panjang dan terbenam.

(Dewi, 2011; h. 7-9)


Gambar. 2.2 Bentuk-bentuk puting susu

2. Struktur Mikroskopis

Payudara tersusun atas jaringan kelenjar , tetapi juga

mengandung sejumlah jaringan lemak dan ditutupi oleh kulit.

Jaringan kelenjar ini dibagi menjadi kira-kira 15-25 lobus yang

dipisahkan secara sempurna satu sama lain oleh lembaran-

lembaran jaringan fibrosa. Struktur dalamnya dikatakan

menyerupai segmen buah anggur atau jeruk yang dibelah.

Setiap lobus merupakan satu unit fungsional yang berisi dan

tersusun atas bangunan-bangunan sebagai berikut.

a. Alveoli :Alveolus merupakan unit terkecil yang

memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel Aciner ,

jaringan lemak , sel plasma , sel otot polos, dan pembluh

darah. Payudara terdiri atas 15-25 lobus. Masing-masing

lobus terdiri atas 20-40 lobulus. Selanjutnya masing-masing

lobules terdiri atas 10-100 alveoli.


b. Ductus lactiferus:saluran sentral yang merupakan muara

beberapa tubulus lactiferus.

c. Ampulla :bagian dari ductus lactifer yang melebar, yang

merupakan tempat menyimpan air susu. Letaknya di bawah

areola.

d. Lanjutan setiap duktus laktiferus :meluas dari ampula

sampai muara papilla mammae (Dewi, 2011; h. 9).

2.2.2.2 Fisiologi Laktasi

Proses ini timbul setelah plasenta lepas. Plasenta mengandung hormon

penghambat prolaktin (hormon plasenta) yang menghambat pembentukan

ASI setelah plasenta lepas, hormon plasenta tersebut tak ada lagi,

sehingga susu pun keluar.

Hormon hormon yang terlibat dalam pembentukan ASI adalah sebagai

berikut:

a. Progesterone

Mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli..Kadar progesterone

dan estrogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini menstimulus

produksi ASI secara besar-besaran

b. Estrogen Menstimulus system saluran ASI untuk membesar. Kadar

estrogen dalam tubuh menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk

beberapa bulan selama tetap menyusui

c. Prolaktin

Berperan dalam membesarnya alveoli pada masa kehamilan.

d. Oksitosin
Mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan

setelahnya,seperti halnya juga dalam organisme. Setelah melahirkan,

oksitosin juga mengencangkan otot halus disekitar alveoli untuk

memeras ASI menuju saluaran susu. Oksitosin berperan dalam proses

turunnya susu (let-down/milk ejection reflex).

e. Human Placental Lactogen (HPL)

Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta mengeluarkan banyak HPL

yang berperan dalam pertumbuhan payudara, putting dan areola

sebelum melahirkan.Pada bulan kelima dan keenam kehamilan,

payudara siap memproduksi ASI.Namun, ASI juga bisa diproduksi

tanpa kehamilan (induced lactation)(Saleha, 2009; h. 11-13).

2.2.2.3 Proses Produksi Air Susu

Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara

rangsangan mekanik , saraf dan bermacam-macam hormon. Pengaturan

hormon terhadap pengeluaran ASI dapat dibedakan menjadi 3 bagian ,

yaitu:

a. Produksi air susu ibu (prolaktin).

b. Pengeluaran air susu ibu (oksitosin).

c. Pemeliharaan air susu ibu.

Pada seorang ibu yang hamil dikenal dua refleks yang masing-masing

berperan dalam pembentukan dan pengeluaran air susu, yaitu: refleks

prolaktin dan refleks let down.

d. Refleks Prolaktin

Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan penting dalam

proses pembuatan kolostrum, namun jumlah kolostrumnya masih


terbatas , karena aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen

dan progesteron yang masih tinggi.Hormon ini merangsang sel-sel

alveoli yang fungsinya membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu

yang menyusui akan normal kembali tiga bulan setelah melahirkan

sampai penyapihan anak.

e. Refleks let down

Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh adenohipofisis,

rangsangan yang berasal dari hisapan bayi ada yang dilanjutkan

neurohipofisis yang kemudian dikeluarkan oksitosin.Oksitosin yang

sampai pada alveoli akan mempengaruhi sel mioepitelin. Kontraksi dari

sel akan memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan

masuk ke sistem duktus yang selanjutnya mengalir melalui duktus

laktiferus masuk kemulut bayi.

Faktor-faktor yang meningkatkan refleks let down adalah:

a) Melihat bayi

b) Mendengar suara bayi

c) Mencium bayi

d) Memikirkan untuk menyusui bayi.

Beberapa refleks yang memungkinkan bayi baru lahir untuk

memperoleh ASI:

a) Refleks rooting: refleks ini memungkinkan bayi baru lahir untuk

menemukan puting susu apabila ia diletakkan di payudara.

b) Refleks menghisap : yaitu saat bayi mengisi mulutnya dengan

puting susu sampai kelangit-langit dan punggung lidah. Refleks ini

melibatkan rahang, lidah dan pipi.


c) Refleks menelan : yaitu gerakan pipi dan gusi dalam menekan

aerola, sehingga refleks ini merangsang pembentukan rahang bayi. (

Saleha, 2009; h.15-17)

2.2.2.4 Pengeluaran ASI (Oksitosin)

Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan

menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitaria

posterior. Akibat langsung refleks ini ialah dikeluarkannya oksitosin dan

pituitaria posterior. Hal ini akan menyebabkan sel-sel miopitel (sel

‟keranjang‟ atau sel „laba-laba‟) di sekitar alveoli akan berkontraksi dan

mendorong ASI masuk dalam pembuluh ampula. Pengeluaran oksitosin

selain dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada

duktus.Bila duktus melebar atau menjadi lunak , maka secara reflektoris

oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis yang berperan untuk memeras keluar

air susu dari alveoli (Saleha, 2009; h. 17-18).

2.2.2.5 Manfaat pemberian ASI

a. Bagi bayi

1) Komposisi sesuai kebutuhan

2) Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia 6

bulan

3) ASI mengandung zat pelindung

4) Perkembangan psikomotorik lebih cepat

5) Menunjang perkembangan kognitif

6) Menunjang perkembangan penglihatan

7) Memperkuat ikatan batin ibu dan anak


8) Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat dasar untuk

perkembangan kepribadian dan percaya diri.

b. Bagi ibu

1) Mencegah perdarahan pascapersalinan dan mempercepat

kembalinya rahim kebentuk semula

2) Mencegah anemia defisiensi besi

3) Mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum hamil

4) Menunda kesuburan

5) Menimbulkan perasaan dibutuhkan

6) Mengurangi kemungkinan kanker payudara dan ovarium

c. Manfaat bagi keluarga

1) Mudah dalam proses pemberiannya

2) Mengurangi biaya rumah tangga

3) Bayi yang mendapat ASI jarang sakit, sehingga dapat menghemat

biaya untuk berobat

d. Manfaat bagi negara

1) Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaian obat obatan

2) Penghematan devisa dalam hal pembelian susu formula dan

perlengkapan menyusui

3) Mengurangi populasi

4) Mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas (Saleha, 2009;

h. 31-33).

2.2.2.6 Stadium ASI


ASI dibedakan dalam 3 stadium yaitu sebagai berikut :

a. Kolostrum

Cairan pertama yang diperoleh bayi pada ibunya adalah kolostrum

yang mengandung campuran kaya akan protein, mineral, antibodi

daripada ASI yang telah matang. ASI dimulai ada kira – kira pada hari

ke 3 atau hari ke 4. Kolostrum berubah menjadi ASI yang matang kira

– kira 15 hari sesudah bayi lahir.Kolostrum merupakan cairan dengan

viskosis kental, lengket, dan berwarna kekuningan.

b. ASI transisi

ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai ASI

matang, yaitu sejak hari ke 4 sampai hari ke 10. Selama 2 minggu,

volume air susu bertambah banyak dan berubah warna, serta

komposisinya. Kadar imunoglobulin dan protein menurun, sedangkan

lemak dan laktosa meningkat.

c. ASI matur

ASI matur disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya.ASI matur tanpa

warna putih. Kandungan ASI matur relatif konstan, tidak mengumpal

bila dipanaskan. Air susu yang mengalir pertama kali atau lima menit

pertama disebut foremilk. Foremilk lebih encer, serta mempunyai

kandungan lemak rendah, tinggi laktosa, gula, protein, mineral, dan air

(Dewi, 2011; h. 20-21).

2.2.2.7 Tanda Bayi Cukup ASI

Bayi usia 0-6 bulan , dapat dinilai mendapat kecukupan ASI bila

mencapai keadaan sebagai berikut.


a. Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal mendapatkan

ASI 8 kali pada 2-3 minggu pertama.

b. Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering dan warna menjadi

lebih muda pada hari kelima setelah lahir

c. Bayi akan buang air kecil (BAK) paling tidak 6-8 kali perhari

d. Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi menelan ASI.

e. Payudara terasa lebih lembek, yang menandakan ASI telah habis

f. Warna bayi merah (tidak kuning) dan kulit terasa kenyal.

g. Pertumbuhan berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) bayi sesuai

dengan grafik pertumbuhan

h. Perkembangan motorik baik (bayi aktif dan motorik sesuai dengan

rentang usianya)

i. Bayi kelihatan puas, sewaktu waktu saat lapar akan bangun dan tidur

dengan cukup

j. Bayi menyusu dengan kuat (rakus) kemudian melemah dan tertidur

puas (Dewi, 2011; h. 24).

2.2.2.8 Memerah dan menyimpan ASI

Cara memerah ASI adalah sebagai berikut :

a. Letakkan ibu jari dan dua jari lainnya sekitar 1-1,5 cm dari areola.

Usahakan untuk mengikuti aturan tersebut sebagai panduan, apalagi

ukuran dari areola tiap wanita sangat bervariasi. Tempatkan ibu jari di

atas areola pada posisi jam 12 dan jari lainnya pada posisi jam 6.

b. Dorong kearah dada, hindari meregangkan jari.Bagi ibu yang

payudaranya besar , angkat dan dorong kearah dada.

c. Gulung menggunakan ibu jari dan jari lainnya secara bersamaan


d. Gerakkan ibu jari dan jari lainnya hingga menekan gudang ASI hingga

kosong.Jika dilakukan dengan tepat maka ibu tidak akan kesakitan saat

memerah.

e. Putar ibu jari dan jari-jari lainnya ke titik gudang ASI lainnya.

Demikian juga saat memerah payudara lainnya , gunakan kedua tangan

(Sulistyawati, 2009; h. 39-41)

ASI yang dikeluarkan dapat disimpan untuk beberapa saat dengan syarat

sebagai berikut:

a. Di udara bebas / terbuka : 6-8 jam

b. Di lemari es ( 40C ) : 24 jam

c. Di lemari pendingin / beku ( -180C) : 6 bulan

(Saleha,2009;h.28)

Mencairkan ASI beku dapat dilakukan dengan cara sebagaiberikut:

a. Siapkan air hangat suam kuku di dalam rantang atau panci kecil

b. Taruhlah plastik berisi ASI beku dalam air hangat tersebut. ASI

akan mencair dalam waktu kurang dari 5 menit (Saleha, 2009; h. 27)

2.2.2.9 Masalah Dalam pemberian ASI

Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya

beberapa masalah, baik masalah pada ibu maupun pada bayi. Pada

sebagian ibu yang tidak paham masalah ini, kegagalan menyusui sering

diangap masalah pada anak saja. Dan hal ini akanmenjadi masalah

menyusui pada masa nifas dini yaitu sebagai berikut:

a. Puting Susu Lecet

Puting susu lecet dapat disebabkan oleh trauma saat menyusui.

Selain itu, dapat pula terjadi retak dan pembentukan celah-


celah.Retakan pada putting susu dapat sembuh sendiri dalam waktu

48 jam.

Beberapa penyebab puting susu lecet adalah :

a) Teknik menyusui yang tidak benar

b) Puting susu terpapar oleh sabun, krim, alkohol, ataupun zat iritan

lain saat ibu membersihkan puting susu

c) Moniliasis pada mulut bayi yang menular pada puting susu ibu

d) Bayi dengan tali lidah pendek (frenulum lingue)

e) Cara menghentikan menyusui yang kurang tepat

Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi puting susu lecet

adalah:

a) Cari penyebab puting lecet

b) Selama puting susu distirahatkan, sebaiknya ASI tetap

dikeluarkan dengan tangan,dan tidak di anjurkan menggunakan

pompa karena nyeri atau bayi disusukanlebih dulu pada putting

susu yang normal atau lecetnya sedikit.

c) Olesi puting dengan ASI akhir (hind milk), tidak menggunakan

sabun, krim, alkohol ataupun zat iritan lain saat membersihkan

payudara.

d) Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam)

e) Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara

waktu 1x24 jam, dan biasanya akan sembuh sendiri dalam

waaktu 2x24 jam.

f) Cuci payudara sekali sehari dan tidak dibenarkan untuk

mengunakan sabun.
g) Posisi menyusui harus benar, bayi menyusu sampai kalang

payudara dan susukan secara bergantian di antara kedua

payudara.

h) Keluarkan sedikit ASI dan oleskan ke puting yang lecet dan

biarkan kering

i) Pergunakan bra yang menyangga.

j) Bila terasa sangat sakit boleh minum obat pengurang rasa sakit

k) Jika penyebab monilia, diberi pengobatan dengan tablet Nystatin

(Dewi, 2011; h. 39-40).

b. Puting melesak (masuk ke dalam)

Jika puting susu melesak diketahui sejak hamil, hendaknya puting

susu ditari-tarik dengan menggunakan minyak kelapa setiap mandi

2-3 kali sehari. Jika puting susu melesak diketahui setelah

melahirkan, dapat dibantu dengan tudung puting (nipple hoot).

(Dewi, 2011; h. 40).

c. Payudara Bengkak

Pembengkakan (engorgement) payudara terjadi karena ASI tidak

dihisap oleh bayi secara adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada

sistem duktus yang mengakibatkan terjadinya

pembengkakan.Payudara bengkak ini sering terjadi pada hari ketiga

atau keempat sesudah ibu melahirkan. Statis pada pembuluh darah

dan limfe akan mengakibatkan meningkatnya tekanan intraduktal ,

yang memengaruhi berbagai segmen pada payudara, sehingga

tekanan seluruh payudara meningkat.Akibatnya, payudara sering

terasa penuh, tegang , dan nyeri. Selanjutnya, diikuti penurunan


produksi ASI dan penurunan refleks let down. Bra/ kutang yang

ketat juga dapat menyebabkan engorgement segmental , demikian

pula puting yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan pada

duktus.

Gejala :

a) Pembengkakan ini ditandai dengan bentuk aerola payudara lebih

menonjol dan puting yang lebih mendatar , sehingga membuat

payudara sukar diisap oleh bayi.

b) Kulit pada payudara tampak lebih mengilat.

c) Ibu mengalami demam.

d) Payudara terasa nyeri.

Penatalaksanaan :

a) Masase payudara dan ASI diperas dengan tangan sebelum

menyusui.

b) Kompres dingin untuk mengurangi statis pembuluh darah vena

dan rasa nyeri. Dapat dilakukan secara bergantian dengan

kompres panas untuk melancarkan aliran darah payudara.

c) Menyusui lebih sering dan lebih lama pada payudara yang

bengkak untuk melancarkan aliran ASI dan menurunkan

tegangan payudara.

Pencegahan.

1) Bila memungkinkan , susukan bayi segera setelah lahir.

2) Susukan bayi tanpa jadwal.

3) Keluarkan ASI secara manual atau dengan pompa , bila produksi

ASI melebihi kebutuhan bayi.


4)Lakukan perawatan payudara pascanatal secara teratur.

(Bahiyatun, 2009; h. 31-33).

d. Mastitis Atau Abses Payudara

Mastitis adalah peradangan pada payudara.Payudara menjadi merah,

bengkak kadang kala diikuti rasa nyeri dan panas, suhu tubuh

meningkat.Didalam terasa ada masa padat (lump), dan diluarnya

kulit menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3

minggu setelah persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran susu

yang berlanjut. Keadaan ini disebabkan kurangnya ASI dihisap /

dikeluakan atau penghisapan yang tak efektif. Dapat juga karena

kebiasaan menekan payudara dengan jari atau tekanan baju/BH.

Tindakan yang dapat dilakukan :

a) Kompres hangat/panas dan pemijatan.

b) Rangsangan oksitosin, dimulai pada payudara yang tidak sakit

yaitu stimulasi putting susu, pijat leher punggung, dll.

c) Pemberian antibiotik : Flucloxacilin atau erythromycin selama 7-

10 hari.

d) Bila perlu bisa diberikan istirahat total dan obat untuk penghilang

rasa nyeri.

e) Kalau terjadi abses sebaiknya tidak disusukan karena mungkin

perlu tindakan bedah.

(Ambarwati, 2010; h. 47-50)

2.2.2.10 Bendungan Asi

a. Pengertian
Bendungan Air Susu adalah terjadinya pembengkakan pada

payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga

menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu

badan. Bendungan ASI dapat terjadi karena adanya penyempitan

duktus laktiferus pada payudara ibu dan dapat terjadi pula bila ibu

memiliki kelainan puting susu( misalnya puting susu datar,

terbenam dan cekung).

Sesudah bayi dan plasenta lahir, kadar estrogen dan progestron turun

dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang

menghalangi keluarnya prolaktin waktu hamil, dan sangat

dipengaruhi oleh estrogen, tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi

prolaktin oleh hypopisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-

alveolus kelenjar mamma terisi dengan air susu, tetapi untuk

mangeluarkannya dibutuhkan reflex yang menyebabkan kontraksi

sel-sel mioepitelial yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil

kelenjar-kelenjar tersebut. Pada permulaan nifas apabila bayi belum

mampu menyusui dengan baik, atau kemudian apabila terjadi

kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna, terjadi

pembendungan air susu (Rukiyah, 2010; h. 345).

Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke-2 atau ke-3 ketika

payudara telah memproduksi airsusu. Bendungan disebabkan

oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup

sering menyusui, produksi meningkat, terlambat menyusukan,


hubungan dengan bayi yang kurang baik, dan dapat pula terjadi

akibat pembatasan waktu menyusui. (Prawirohardjo, 2010; h. 652)

2.2.2.11 Faktor-faktor penyebab Bendungan ASI

a. Pengosongan mamae yang tidak sempurna (dalam masa laktasi,

terjadi peningkatan produksi ASI pada ibu yang produksi ASI-nya

berlebihan, apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, dan

payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI didalam

payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat

mnimbulkan bendungan ASI).

b. Faktor hisap bayi yang tidak aktif (Pada masa laktasi, bila ibu tidak

menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif

menghisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI).

c. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar

(Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting

susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi

menyusu. Akibatnya ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi

bendungan ASI).

d. Puting susu terbenam ( Puting susu terbenam akan menyulitkan bayi

dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan

areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan

ASI).

e. Puting susu terlalu panjang (Puting susu yang panjang menimbulkan

kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap
areola dan merangsang sinus laktiferus untuk megeluarkan ASI.

Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI)

(Rukiyah, 2010; h. 346).

2.2.2.12 Tanda dan gejala bendungan ASI

Tanda dan gejala bendungan ASI antara lain dengan ditandainya

dengan: mamae panas serta keras pada perabaan dan nyeri, puting susu

bisa mendatar sehingga bayi sulit menyusui, pengeluaran susu kadang

terhalang oleh duktus laktiferi yang menyempit, payudara bengkak,

keras, panas, Nyeri bila ditekan, warnanya kemerahan,suhu tubuh

mencapai 380c (Rukiyah, 2010; h. 346).

Gejala bendungan ASI adalah terjadinya pembengkakan payudara

bilateral dan secara palpasi teraba keras, kadang terasa nyeri serta

seringkali disertai peningkatan suhu badan ibu, tetapi tidak terdapat

tanda kemerahan dan demam (Prawiroharjo, 2008; h .652)

2.2.2.13 Penanganan Bendungan ASI

Penanganan Bendungan asi :

a. Penanganan yang dilakukan yang paling penting adalah dengan

mencegah terjadinya payudara bengkak, susukan bayi segera setelah

lahir, susukan bayi tanpa jadwal, keluarkan sedikit ASI sebelum

menyusui agar payudara lebih lembek, keluarkan ASI dengan

tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan ASI.

b. Laksanakan perawatan payudara setelah mlahirkan, untuk

mengurangi rasa sakit pada payudara berikan kompres dingin dan

hangat dengan handuk secara bergantian kiri dan kanan, untuk


memudahkan bayi menghisap atau menangkap putting susu berikan

kompres sebelum menyusui, untuk mengurangi bendungan di vena

dan pembuluh getah bening dalam payudara lakukan pengerutan

yang dimulai dari putting kearah korpus mamae, ibu harus rileks,

pijat leher dan punggung belakang.

Perawatan payudara, payudara merupakan sumber yang akan

menjadi makanan utama bagi anak. Karena itu jauh sebelumnya

harus memakai BH yang sesuai dengan pembesaran payudara yang

sifatnya menyokong payudara dari bawah suspension bukan

menekan dari depan (Rukiyah, 2010; h. 347-348).

Kompres air hangat berguna untuk melancarkan aliran darah ke

payudara dan kompres air dingin agar kekejangan pembuluh darah

vena berkurang disamping untuk mengurangi rasa nyeri ( Suherni,

2008; h. 54).

Alat-alat yang diperlukan untuk perawatan payudara adalah baskom

berisi air hangat , wash lap , handuk , minuman hangat , sampiran

dan status pasien / kertas dan alat tulis.

Cara kerja dalam perawatan payudara adalah :

a. Mencuci tangan

b. Mempersilahkan untuk duduk dengan tenang, jika memungkinkan

dengan diikitu oleh suami yang memberikan dukungan.

c. Ibu dipersilahkan untuk menggendong bayinya agar terjadi kontak

kulit antara ibu dan bayinya. Ibu dapat menaruh bayi di

pangkuannya namun jika tidak memungkinkan ia cukup melihat dari

dekat.
d. Ibu dipersilahkan untuk minum air hangat.

e. Menghangatkan payudara ibu dengan menggunakan kompres

hangat, usapan air hangat , atau mandi dengan air hangat.

f. Memberikan rangsangan kepada payudara ibu dengan cara menarik

atau memutar-mutar puting susu dengan jari.

g. Pijat dan elus payudara ibu dengan perlahan.

h. Masase payudara dan ASI diperas dengan tangan sebelum

menyusui.

i. Kompres dengan air dingin untuk mengurangi statis pembuluh darah

vena dan mengurangi rasa nyeri. Dapat dilakukan selang seling

dengan air panas untuk melancarkan aliran darah pada payudara.

j. Menyusui lebih sering dan lebih lama pada payudara yang bengkak

untuk melancarkan ASI dan menurunkan tegangan pada payudara.

k. Pijat bagian punggung ibu untuk merangsang refleks oksitosin

dengan cara:

Ibu membungkuk ke depan, serta duduk dan bersandar pada meja

dengan lengan terlipat dan kepala diletakkan di atas tangannya.

Payudara dibiarkan mengantung dan terlepas dari kain penutupnya.

Usap bagian punggung ibu kemudian beri tekanan memutar dengan

ibu jari mengarah kebagian bawah sepanjang tulang belakang yang

dimulai dari leher dan punggung, kemudian kearah bawah selama 3

menit.

l. Pijat aerola mamae untuk mengetahui bagaimana pengeluaran ASI

m. Pakai BH yang menopang payudara

n. Cuci tangan (Sulistyawati, 2009; h. 224-226-228)


Teknik menyusui yang benar :

(a) Cuci tangan yang bersih dengan sabun,keluarkan sedikit asi dan

oleskan ke sekitar puting,dengan posisi duduk atau berbaring

santai

(b) Ibu harus mencari posisi yang nyaman, biasanya duduk tegak

di tempat tidur dan ibu harus merasa rileks dan santai

(c) Lengan ibu menopang kepala leher dan seluruh badan bayi

muka bayi menghadap ke payudara ibu hidung bayi di depan

puting susu ibu posisi bayi harus sedemikian rupa sehingga

perut bayi menghadap ke perut ibu bayi seharusnya berbaring

dengan seluruh tubuhnya menghadap ibu kepala harus sejajar

dengan perutnya.

(d) Mendekatkan bayi ke tubuhnya dan mengamati bayi yang siap

untuk menyusu: membuka mulut, bergerak mencari dan

menoleh bayi harus berada dekar dengan payudara ibu.

(e) Ibu menyentuh puting susunya ke bibir bayi, menunggu hingga

mulut bayi terbuka lebar kemudian mengarahkan puting susu

ibu hingga bibir bayi dapat menangkap puting susu ibu, ibu

memegang payudara dengan satu tangan dengan cara

meletakkan keempat jari di bawah payudara dan ibu jari di atas

payudara ibu jari dan telunjuk harus membentuk huruf “C” dan

ibu jari ibu tidak boleh terlalu dekat dengan aerola

(f) Pastikan bahwa sebagian besar aerola masuk ke dalam mulut

bayi semua, dagu rapat ke payudara dan hidungnya menyentuh


bagian atau payudara dan bibir bawah bayi melengkung kearah

luar

(g) Bayi diletakan menghadap ibu dengan posisi sanggah seluruh

tubuh bayi jangan hanya leher dah bahunya saja

(h) Jika bayi sudah selesai menyusu, ibu harus mengeluarkan

puting dari mulut bayi dengan cara memasukan jari kelingking

ibu di antara mulut dan payudara

(i) Menyendawakan bayi dengan menyandarkan bayi di pundak

atau menelungkupkan bayi melintang di pangkuan ibu

kemudian menepuk-nepuk punggung bayi. (Dewi, 2011; h. 30)

2.2 TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN

2.2.1 Pengertian

Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan

sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori

ilmiah, temuan, dan keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk

mengambil suatu keputusan yang berfokus pada klien (Jannah, 2011; h. 121 )

Pengkajian (Pengumpulan data dasar)

Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data yang

dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama

untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang

berkaitan dengan kondisi pasien

(Ambarwati, 2010; h. 131).

a. Data Subyektif

a) Nama
Nama jelas dan lengkap bila perlu nama panggilan sehari – hari agar tidak

keliru dalam memberikan penanganan.

b) Umur

Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20

tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap.

Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan

dalam masa nifas.

c) Agama

Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau

mengarahkan pasien dalam berdoa. .

d) Suku/bangsa

Pasien berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari.

e) Pendidikan

Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana

tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai

dengan pendidikannya. .

f) Pekerjaan

Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena

ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.

g) Alamat

Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan

(Ambarwati, 2010; h. 131-132).

h) Keluhan utama.
Ditanyakan unutk menegtahui alasan pasien datang ke fasilitas pelayanan

kesehatan (Sulistyawati , 2009; h. 111).

Tanda dan gejala bendungan ASI antara lain dengan ditandainya dengan

mamae panas serta keras pada perabaan dan nyeri,puting susu bisa mendatar

sehingga bayi sulit menyusui,pengeluaran susu terkadang terhalang oleh

duktus laktiferi yang menyempit ,payudara bengkak,keras ,panas, nyeri bila

ditekan ,warnanya kemerahan,suhu tubuh mencapai 380C (Rukiyah, 2010; h.

346).

1. Riwayat kesehatan

1) Yang Lalu

Data yang di perlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat

atau penyakit akut, kronis seperti: Jantung, DM, Hipertensi, Asma yang

dapat mempengaruhi pada masa nifas ini.

2) Sekarang

Data-data ini di perlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya

penyakit yang di derita pada saat ini yang ada hubungannya dengan

masa nifas dan bayinya.

3) Keluarga

Data ini di perlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh

penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya,

yaitu bila ada penyakit keluarga yang menyertainya (Ambarwati, 2010;

h. 133).

2. Riwayat obstetri

1) Riwayat menstruasi
Data ini memang tidak secara langsung berhubungan dengan masa

nifas, namun data yang bidan peroleh,bidan akan mempunyai

gambaran tentang keadaan dasar dari organ reproduksinya

(Sulistyawati, 2009; h. 112).

(1) Menarche

Usia pertama kali mengalami menstruasi. Untuk wanita Indonesia

pada usia sekitar 12- 16 tahun.

(2) Siklus

Jarak antara menstruasi yang di alami dengan menstruasi

berikutnya dalam hitungan hari, biasanya sekitar 23-32 hari.

(3) Volume

Data ini menjelaskan seberapa banyak darah menstrusi yang di

keluarkan.

(4) Keluhan

Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang di rasakan ketika

mengalami menstruasi misalnya sakit yang sangat, pening sampai

pingsan,atau jumlah darah yang banyak.Ada beberapa keluhan yang

disampaikan oleh pasien dapat menunjuk kepada diagnose tertentu

(Sulistyawati, 2009; h. 112-113).

2) Pola kebutuhan Sehari-hari

(1) Nutrisi

1) Kebutuhan kalori selama menyusui proporsional dengan jumlah

air susu ibu yang dihasilkan dan lebih tinggi selama ibu
menyusui dibandingkan selama ibu hamil. Rata-rata kandungan

kalori ASI yang dihasilkan ibu dengan nutrisi baik adalah 70

kal/100 ml dan kira-kira 85 kal diperlukan oleh ibu untuk tiap

100 ml yang dihasilkan rata-rata ibu menggunakan kira-kira 640

kal/hari untuk 6 bulan pertama dan 510 kal/hari selama 6 bulan

kedua untuk menghasilkan jumlah susu normal. Rata-rata ibu

harus mengkonsumsi 2.300-2.700 kla ketika menyusui.

2) Ibu memerlukan tambahan 20 gr protein diatas kebutuhan

normal ketika menyusui jumlah ini hanya 16 % dari tambahan

500 kallori yang dianjurkan pada ibu nifas. Protein diperlukan

untuk membawa oksigen didalam sel darah merah serta

pertumbuhan dan penggantian sel-sel yang rusak dan mati.

Sumber protein diperoleh dari protein hewani ndan nabati.

Protein hewani antara lain : seperti telur, daging, ikan, udang,

kerang, susu dan keju. Sementara itu protein nabati banyak

terkandung dalam tahu, tempe, kacang-kacangan.

3) Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi adalah asupan cairan.

Ibu menyusui dianjurkan minum 2-3 liter perhari dalam bentuk

air putih, susu, dan jus buah. Mineral, air, dan vitamin

digunakan untuk kelancaran metabolisme di dalam tubuh.

Sumber zat pengatur tersebut bisa diperoleh dari semua jenis

sayur dan buah-buahan segar.

4) Pil zat besi (FE) harus diminum 1x1 sehari, untuk menambah zat

besi selama 40 hari pascapersalinan.


5) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) sebanyak 2 kali yaitu

pada 1 jam setelah melahirkan dan 24 jam setelahnya agar dapat

memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI (Dewi,

2011; h. 71) .

(2) Eliminasi

Ibu di minta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam post partum. Jika

dalam 8 jam post partum belum dapat berkemih atau sekali

berkemih belum melebihi 100 cc, maka dilakukan keteterisasi.

Ibu post partum diharapkan dapat buang air besar (defekasi) setelah

hari kedua post partum

(Saleha, 2009; h.73).

(3) Istirahat

Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal,

diantaranya adalah sebagai berikut :

a) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi

b) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak

perdarahan

c) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat

bayi dan dirinya sendiri.

Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup , istirahat tidur yang

dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada

siang hari.
Hal-hal yang dapat dilakukan ibu dalam memenuhi kebutuhan

istirahatnya antara lain:

1. Anjurkan ibu untuk cukup istirahat.

2. Sarankan ibu untuk melakukan kegiatan rumah tangga secara

perlahan.

3. Tidur siang atau istirahat saat bayi tidur.

( Yanti, 2011; h. 84).

(4) Personal Hygine

Pada masa post partum, seprang ibu sangat rentan terhadap infeksi.

Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencenggah

terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan

lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga.

(Saleha, 2009; h. 73)

(5) Aktivitas

Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari- hari.Pada pola ini

perlu di kaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya. Mobilisasi

dini dapat mempercepat proses pengembalian alat- alat reproduksi.

Apalah ibu melakukan ambulasi, seberapa sering, apakah kesulitan,

dengan bantuan sendiri, apakah ibu pusing ketika melakukan

ambulasi (Ambarwati, 2010; h. 137).

b. Data Objektif

Data ini di kumpukan guna melengkapi data untuk menegakkan diagnosis.

Bidan harus melakukan pengkajian data objektif melalui pemeriksaan

inspeksi,palpasi,auskultasi,perkusidan pemeriksaan penunjang yang di lakukan

secara berurutan.
(Sulityawati, 2009; h. 121).

a) Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan yang dilakukan kepada pasien sebagai berikut:

1. Keadaan umum

Untuk mengetahui data ini, bidan perlu mengamati keadaan pasien secara

keseluruhan, hasil pengamatan yang di laporkan kriteria:

1) Baik

2) Lemah.

2. Kesadaran

Untuk mendapatkan gambaran tentang ke sadaran pasien,bidan dapat

melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien dari keadaan compos

mentis sampai dengan koma.

(Sulistyawati, 2009; h. 121-122).

3. Tanda-tanda vital

1) Tekanan darah

Pada beberapa kasus di temukan keadaan hipertensi post partum, tetapi

keadaan ini akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada

penyakit-penyakitlain yang menyertainya dalam 2 bulan pengobatan.

(Ambarwati, 2010; h. 139) .

4. Nadi

Berkisar antara 60- 80x/menit denyut nadi di atas 100x/menit pada masa

nifas adalah mengindikasikan adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya

bisa di akibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena kehilangan darah

yang berlebihan.
5. Suhu

Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam pertama masa nifas pada

umumnya disebabkan oleh dehidrasi , yang disebabkan oleh keluarnya

cairan pada waktu melahirkan , selain itu bisa juga disebabkan karena

istirahat dan tidur yang diperpanjang selama awal persalinan.Tetapi pada

umumnya setelah 12 jam post partum suhu tubuh kembali

normal.Kenaikan suhu yang mencapai >380C adalah mengarah ke tanda-

tanda infeksi.

6. Pernafasan

Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal,yaitu sekitar 20-30

x/menit (Ambarwati, 2010; h. 138-139).

b) Pemeriksaan fisik

1. Pemeriksaan fisik head to toe

Kepala : Organ tubuh yang perlu di kaji karena pada kepala terdapat

organ organ yang sangat penting pengkajian di awali

dengan inspeksi lalu palpasi .

Muka : pada daerah muka kesimetrisan muka,apakah kulitnya

normal, pucat ,sianosis atau ikterus. Bagian muka adalah

simetris kanan dan kiri.Ketidaksemitrisanmuka

menunjukan adanya gangguan pada saraf ke tujuh.

Mata : Untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata, teknik yang

digunakan inspeksi dan palpasi

(Tambunan, 2011; h. 66-67).

Telinga : Untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga,

gendang telinga/membrane timpani, dan pendengaran.


Teknik pengkajian yang digunakan adalah inspeksi dan

palapasi.

Hidung : Di kaji untuk mengetahui keadaan bentuk dan fungsi

hidung. Dimulai dari bagian dalam, lalu sinus-sinus.

Mulut : Untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut yang

dapat diketahui dengan palpasi (Tambunan, 2011; h. 73-

81).

Leher : Untuk mengetahui bentuk leher, serta organ-organ lain

yang berkaitan. Teknik yang digunakan adalah inspeksi dan

palpasi

Dada : Mengkaji kesehatan pernafasan

(Tambunan, 2011; h. 66-86).

Payudara : Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke-2 atau ke-3

ketika payudara telah memproduksi air susu. Bendungan

disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar,

karena bayi tidak cukup sering menyusui, produksi

meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi

yang kurang baik, dan dapat pula terjadi akibat pembatasan

waktu menyusui. (Prawirohardjo, 2010; h. 652).

Perut :

TFU :

Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Keadaan


Uterus (gr) Serviks
Bayi lahir Setinggi pusat 1000
Uri lahir 2 jari dibawah pusat 750 Lembek
Satu Pertengahan pusat 500 Beberapa hari
minggu dan simpisis setelah
Dua Tak teraba diatas 350 postpartum
minggu simpisis dapat dilalui 2
jari.
Enam Bertambah kecil 50-60
minggu Akhir minggu
Delapan Sebesar normal 30 pertama dapat
dimasuki 1
minggu jari.
(Dewi, 2011; h. 57)

Pada hari kedua setelah persalinan tinggi fundus uteri 1 cm dibawah

pusat.Pada hari ketiga sampai hari keempat tinggi fundus uteri 2 cm

dibawah pusat.Pada hari kelima sampai hari ketujuh tinggi fundus

uteri pertengahan antara pusat dan simpisis. Pada hari kesepuluh

tinggi fundus uteri tidak teraba (Ambarwati, 2010; h.77)

Punggung : Nyeri tekan, nyeri ketuk

Genetalia :Mengkaji kebersiham, pengeluaran, massa, bau.

Perenium :Segera setelah melahirkan, perenium menjadi kendur

karena sebelumnya terenggang oleh tekanan bayi yang

bergerak maju. Pada post natal hari kelima,

perineum sudah mendapatkan kembali sebagian tonus-

nya, sekalipun tetap kendur daripada keadaan sebelum

hamil (Sulistyawati, 2009; h. 78).

Pengeluaran Pervaginam

Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke 4

masa postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah

karena terisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta,

dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan

mekonium (Sulistyawati,2009;h.76).

2.2.2 Interpretasi data dasar

Mengidentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan intepretasi yang

benar atas data – data yang telah di kumpulkan. Dalam langkah ini data yang telah

dikumpulkan diinterpretasikan menjadi diagnosa kebidanan dan masalah.


Keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti

diagnosa tetap membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan

terhadap pasien, masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang

diidentifikasikan oleh bidan (Ambarwati,2010; h. 141).

a. Diagnosa Kebidanan

Diagnosis dapat di tegakkan berkaitan dengan para,abortus,anak hidup,umur

ibu,dan keadaan nifas.

1. Data subjektif

Pernyataan ibu tentang jumlah persalinan, apakah pernah abortus atau tidak,

keterangan ibu tentang umur, keterangan ibu tentang keluhannya.

2. Data objektif

Palpasi tentang tinggi fundus uteri dan kontraksi, hasil pemeriksaan tentang

pengeluaran pervaginam, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital (Ambarwati,

2010; h. 142).

b. Masalah

Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien. (Ambarwati, 2010;

h. 141)

a) Data Subjektif

Data yang didapat dari hasil anamnesa pasien

b) Data Objektif

Data yang didapat dari hasil pemeriksaan

c. Kebutuhan.

Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien berdasarkan keadaan dan

masalahnya (Sulistyawati, 2009; h. 180).

2.2.3 Identifikasi diagnose / masalah potensial


Mengidentifikasikan diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi.

Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial berdasarkan

rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila

memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benar-

benar terjadi. Melakukan asuhan yang aman penting sekali dalam hal ini

(Ambarwati, 2010; h. 142-143).

2.2.4 Tindakan segera

Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan. Identifikasi

dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk

dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai

dengan kondisi pasien (Ambarwati, 2010; h. 143).

Tindakan segara untuk bendungan ASI adalah perawatan payudara dilakukan

dengan tujuan untuk mengurangi rasa sakit pada payudara dengan berikan kompres

dingin dan hangat dengan handuk secara bergantian kiri dan kanan. Lalu berikan

kompres sebelum menyusui bayi agar memudahkan bayi dalam menghisap dan

menangkap putting susu. Untuk mengurangi bendungan di vena dan pembuluh

getah bening dalam payudara lakukan pengurutan yang dimulai dari puting kearah

kopus mamae.Ibu harus rileks, dan dipijat leher dan punggung belakang (Rukiyah,

2010; h. 347).

2.2.5 Perencanaan

Langkah-langkah ini ditentukan oleh sebelumnya yang merupakan lanjutan dari

masalah atau diagnosa yang telah di identifikasi atau antisipasi. Rencana asuhan

yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien

atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka

pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang terjadi berikutnya
(Ambarwati, 2010; h. 143).

2.2.6 Pelaksanaan

Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pada klien dan

keluarga.Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisiensi dan

aman (Ambarwati, 2010; h. 145).

2.2.7 Evaluasi

Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang telah

dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan, ulangi

kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah

dilaksanakan tapi belum efektif atau merencanakan kembali yang belum terlaksana

(Ambarwati, 2010; h.147).

2.3 Landasan Hukum Kewenangan Bidan

Berdasarkan Permenkes 572 tahun 1996 tentang Registrasi dan Praktik Bidan,

kompetensi yang ada didalam kurikulum DIII Kebidanan (1996), serta memperhatikan

draft ke VI kompetensi inti bidan yang disusun oleh ICM Februari 1999, maka

kompetensi inti bidan dapat diuraikan sebagai berikut :

Kompetensi 5 :

Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap

terhadap budaya setempat.

a. Pengetahuan Dasar.
1) Fisiologi nifas.

2) Proses involusi dan penyembuhan sesudah persalinan/abortus.

3) Proses laktasi/menyusui dan tehnik menyusui yang benar serta penyimpangan yang

lazim terjadi termasuk pembengkakan payudara, abses , mastitis ,puting susu lecet ,

puting susu masuk.

4) Nutrisi ibu nifas , kebutuhan istirahat,aktifitas dan kebutuhan fisiologis lainnya seperti

pengosongan kandung kemih.

5) Kebutuhan nutrisi bayi baru lahir.

6) Adaptasi psikologis ibu sesudah bersalin dan abortus.

7) Bonding & attachment orang tua dan bayi baru lahir untuk menciptakan hubungan

positif.

8) Indikator subinvolusi : misalnya perdarahan yang terus menerus , infeksi.

9) Indikator masalah-masalah laktasi.

10) Tanda gejala yang mengancam kehidupan misalnya perdarahan pervaginam menetap ,

sisa plasenta , renjatan(shock) dan pre eklampsia post partum.

11) Indikator pada komplikasi tertentu dalam periode post partum,seperti anemia kronis

,hematoma vulva , retensi urin dan incontinentia alvi.

12) Kebutuhan asuhan dan konseling selama dan sesudah abortus.

13) Tanda dan gejala komplikasi abortus (Estiwidani, 2008; h. 90-91).

b. Ketrampilan tambahan

Melakukan insisi pada hematoma vulva.


Contoh: Dalam masa kehamilan, bidan sudah memperkenalkan masalah menyusui pada

ibu. Hal tersebut akan sangat bermanfaat karena ibu dan keluarga memiliki banyak

waktu untuk memahani manfaat ASI eksklusif dari pada susu botol. Ibu juga memiliki

waktu untuk berkonsultadi dengan bidan mengenai berbagai masalah dalam menyusui

dan melakukan persipan untuk menyusui misalnya perawatan payudara. (Soepardan,

2008; h. 65-67)
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY.A USIA 19TAHUN P1A0


3 HARI POST PARTUM DENGAN BENDUNGAN ASI
DI BPS IRMAYANI Amd.Keb
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015

I. PENGKAJIAN

Tanggal : 8 April 2015

Jam : 12.00 WIB

Tempat : BPS Irmayani Amd. Keb

Nama Mahasiswa: Hilda Pebrina Rambe

NIM 201207023

A. Data subjektif

1. Identitas pasien

Istri Suami

Nama : Ny. A Nama : Tn. D

Umur : 19 tahun Umur : 19 Tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Sukubangsa : Jawa Sukubangsa : Jawa

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jln. Z.A Pagar Alam Gg. Cengkeh Kel. Gedung Meneng

82
2. AlasanDatang

Ibu P1A0 3 hari post partum datang ke BPS Irmayani Amd. Keb, dan Ibu

mengatakan ingin memeriksakan kesehatannya.

3. Keluhan utama

Ibu mengatakan payudaranya terasa penuh, panas, berat dan keras serta nyeri.

4. Riwayat Obstetri

a. Riwayathaid

Menarche : 12Tahun

Siklus : 28 Hari

Teratur/tidak : Teratur

Lama : 7hari

Volume : 3 kali/hari ganti pembalut

Warna : Merah segar

Dismenore : Ada

Bau : Khas

Flour albus : Ada sebelum menstruasi

b. Riwayat kehamilan sekarang

HPHT : 3 Juli 2014

TP : 10 April 2015

Tanggal bersalin : 5 April 2015

Frekuensi ANC : 11 kali kunjungan


5. Riwayat kesehatan

a. Sekarang

Ibu sedang tidak mengalami penyakit apapun selama masa nifasnya sampai

saat ini seperti (TBC, Hepatitis, PMS) penyakit menurun seperti (DM, Asma,

Hipertensi) penyakit berat seperti (Jantung, Ginjal, Paru-paru)

b. Yang lalu

Ibu tidak pernah menderita penyakit menular seperti (TBC, Hepatitis, PMS)

penyakit menurun seperti (DM, Asma, Hipertensi) penyakit berat seperti

(Jantung, Ginjal, Paru-paru) dan ibu tidak pernah dirawat dirumah sakit yang

berhubungan dengan penyakit organ reproduksi

c. Keluarga

Dalam keluarga tidak ada yang menderita menular seperti (TBC, Hepatitis,

PMS) penyakit menurun seperti (DM, Asma, Hipertensi) penyakit berat seperti

(Jantung, Ginjal, Paru-paru)

6. Riwayat KB

No Jenis Mulaimemakai Berhenti/ganticara


kontrasepsi Tanggal Oleh Tempat Kelu Tanggal Oleh Tempat Alasan
han
1 Belum
pernah

7. Pola kebutuhan sehari-hari

a. Nutrisi

Selama Hamil : Ibu makan 3x/hari, porsi, dengan menu nasi, lauk (ikan,

tahu, tempe, telur), sayur


(bayam, kangkung, daun singkong, dan minum air

putih ±8 gelas/hari ,buah (jeruk ,rambutan).

Selama Nifas : Ibu makan 3x/hari, porsi, dengan menu

nasi, lauk (tahu,telur,tempe), sayur (bayam,

kangkung,katuk), minum air putih ±8 gelas/hari,buah

(jeruk,apel).

b. Pola Eliminasi

Selama Hamil : BAB 1x/hari, BAK 6-7 x/hari, warna kuning jernih,bau

khas.

Selama Nifas : BAB :1x/hari , warna kuning dan lunak,bau khas.

BAK 4-5 x/hari, warna kuning jernih, bau khas.

c. Pola Istirahat

Selama Hamil : Ibu tidur siang ±1 jam/hari, tidur malam ±8 jam/hari,

nyenyak, tidak ada keluhan

Selama nifas : Tidur siang 1-2 jam dan tidur malam 5-6 jam.

d. Personal hygiene

Selama hamil : Ibu mandi 2x/hari, gosok gigi 2x/hari, keramas 1x/hari,

ganti baju 2x/hari, dan ganti celana

dalam ketika terasa lembab

Selama nifas : Ibu mandi 1x/hari, gosok gigi 2x/hari, keramas 2 hari

sekali, ganti baju 1x/hari, dan ganti pembalut 3-4 x/hari

e. Pola Seksual

Selama hamil : Ibu mengatakan melakukan hubungan suami istri

1x/minggu dengan hati-hati


Selama nifas : Ibu mengatakan belum melakukan hubungan suami istri

karena darah yang keluar masih banyak dan masa nifas

belum selesai

8. Riwayat Psikososial

a. Status perkawinan : Ibu menikah 1x usia ibu 18tahun, suami usia 18tahun,

lama menikah 1tahun dan status menikah syah

b. Status emosional : Ibu sangat bahagia dengan kelahiran bayinya ini

hubungan ibu dengan suami, keluarga, dan masyarakat

berjalan harmonis

9. Riwayat spiritual

a. Selama hamil : Ibu melaksanakan ibadah shalat 5 waktu di rumah dan

mengaji

b. Selama nifas : Ibu melaksanakan shalat 5 waktu di rumah.

B. Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Keadaan emosional : Stabil

TTV :

TD : 120/80 mmHg

Pernafasan : 22 kali/menit

Nadi : 80 kali/menit

Suhu : 36,80C

2. Pemeriksaanfisik

a. Kepala:
Warna rambut : Hitam

Ketombe : Tidak Ada

Benjolan : Tidak Ada

b. Wajah

Cloasma : Tidak Ada

Hiperpigmentasi : ada

Pucat : Tidakada

Edema : Tidak Ada

c. Mata

Simetris : Kanan dan kiri

Kelopak mata : Tidak oedema

Konjungtiva : Tidak pucat

Sklera : Putih

d. Hidung

Simetris : Kanan dan kiri

Polip : Tidak ada pembengkakan

Kebersihan : Bersih

e. Mulut

Warna bibir : Merah

Pecah- pecah : Tidak Ada

Sariawan : Tidak Ada

Gusi berdarah : Tidak Ada

Gigi : Tidak berlubang

f. Telinga
Simetris : Kanan dan kiri

Gangguan pendengaran : Tidak ada

g. Leher

Simetris : Kanan dan kiri

Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak Ada

Pembesaran vena juguralis : Tidak Ada

h. Ketiak

Pembesaran kelenjar limfe : Tidak Ada

i. Dada

Retraksi : Ada

Bunyi mengi dan ronchi : Tidak Ada

j. Payudara

Simetris : Ya ,simetris kanan kiri

Pembesaran : sebelah kanan dan kiri

mengalami pembengkakan.

Putting susu : Menonjol

Hiperpigmentasi, areola mamae : Ada pada areola

Benjolan : Tidak Ada

Konsisitensi : Keras dan teraba panas

Pengeluaran : Ada, colostrum.

k. Punggung dan pinggang

Simetris : Kanan dan kiri

Nyeri ketuk : Tidak Ada

l. Abdomen
Pembesaran : Tidak Ada

Konsistensi : Keras

Kandung kemih : Kosong

Uterus

TFU : 3 jaridibawahpusat

Kandung kemih : Kosong

Kontraksi : Baik

m. Anogenital

Vulva : Tidak Ada hematoma

Perineum : Tidak terdapat laserasi

Pengeluaran vaginam : Lochea rubra

Anus : Tidak Ada hemoroid

n. Ekstermitasbawah

Oedema : Tidak Ada

Kemerahan : Tidak Ada

Varices : Tidak Ada

Reflek patella : (+) Kanandankiri

3. PemeriksaanPenunjang

a. Pemeriksaan Laboraturium

Tidakdilakukan

4. Data Penunjang

a. Riwayat persalinan sekarang

1. IBU

Tempat melahirkan : BPS Irmayani Amd. Keb.

Penolong : Bidan
Jenis persalinan : Spontan

Lama persalinan : 12 jam

Catatan waktu

Kala I : 9 jam 15menit

Kala II : 0 jam 30 menit

Kala III : 0 jam 15 menit

Kala IV : 2 jam 0 menit

Lama : 12 jam 0 menit

Ketuban pecah : Spontan

Plasenta

Lahir secara : Normal

Diameter : 18 cm

Berat : 500 gram

Panjang tali pusat : 49 cm

Perineum : tidak Ada Laserasi

2. Bayi

Lahir tanggal/pukul : 05 April 2014/ 22.30 WIB

Berat badan : 3300 gram

Panjang badan : 50 cm

Nilai apgar : 8/9

Jenis kelamin : Perempuan

Cacat bawaan : Tidak Ada

Masa gestasi : 39 minggu 4 hari.


TABEL 3.1

MATRIKS

Tgl/ Pengkajian Interpretasi Data Dx potensial Antisipasi/ Intervensi Implementasi Evaluasi


Jam (diagnosa , masalah /Masalah Tindakan
dan kebutuhan) potensial segera
08-04- Ds : Dx : Payudara -Perawatan 1. Beritahu kondisi ibu 1. Memberitahu kondisi ibu 1. Ibu mengerti tentang
2015/ - Ibu mengatakan Ny. A 19 tahun bengkak. payudara saat ini saat ini berdasarkan hasil kondisinya saat ini.
12:00 payudaranya P1A0 3hari post pemeriksaan ibu
WIB terasa penuh , partum dengan -Pengelua mengalami bendungan
berat , panas bendungan asi. ran asi. asi.
dan keras.
Ds : -Tehnik
DO : 1. Ibu menyusui. 2. Beritahu ibu tentang 2. Memberitahu ibu tentang 2. Ibu mengerti tentang
Keadaan umum : mengatakan keluhan yang keluhan yang dirasakan keluhan yang
baik. baru pertama dirasakan ibu ibu yaitu payudara terasa dialami.
Kesadaran : kali nyeri , panas dan
composmentis. melahirkan dan bengkak karena ibu
TTV, tidak mengalami bendungan
TD : 120/80 keguguran . asi yang disebabkan
mmHg. 2..Ibu karena pengosongan
S: 36,8OC, mengatakan payudara yang tidak
N:80x/i, melahirkan sempurna , faktor hisapan
RR:22X/i, tanggal 05-04- bayi tidak aktif faktor
2015 pukul menyusui yang tidak
Payudara teraba 22:30 wib. benar.
keras , nyeri 3.. Ibu
tekan dan teraba mengatakan 3. Lakukan perawatan 3. Melakukan perawatan 3. Ibu telah melakukan
panas. payudaranya payudara. payudara yaitu: perawatan payudara
Pengeluaran terasa penuh , a. Mencuci tangan dan ibu mengerti cara
pervaginam berat , panas b. Mempersilahkan melakukan perawatan
lochea rubra. dan untuk duduk dengan payudara
keras. tenang,jika
TFU 3 Jari memungkinkan
dibawah pusat DO : dengan diikitu oleh
Payudara teraba suami yang
keras , nyeri memberikan
tekan , dan dukungan.

93
teraba panas. c. Ibu dipersilahkan
TTV, TD : untuk menggendong
120/80 mmHg. bayinya agar terjadi
S: 36,8OC, kontak kulit antara
N:80x/i, ibu dan bayinya. Ibu
RR:22X/i, dapat menaruh bayi di
pangkuannya namun
Masalah: Bendungan jikatidak
Asi. memungkinkan ia
cukup melihat dari
Kebutuhan : dekat.
Ajarkan untuk d. Masase payudara dan
perawatan payudara ASI diperas dengan
dan pengeluaran asi. tangan sebelum
menyusui
e. Kompres dengan air
dingin untuk
mengurangi statis
pembuluh darah vena
dan mengurangi rasa
nyeri. Dapat
dilakukan selang
seling dengan air
panas untuk
melancarkan aliran
darah pada payudara.
f. Menyusui lebih sering
dan lebih lama pada
payudara yang
bengkak untuk
melancarkan ASI dan
menurunkan tegangan
pada payudara.

4. Lakukan tehnik 4. Melakukan teknik 4. Ibu telah melakukan


pengeluaran asi pengeluaran ASI dengan tehnik pengeluaran
cara pengeluaran asi asi.
dengan reflex oksitosin
yaitu :
a. Ibu membungkuk ke
depan , serta duduk
pada meja dengan
tangan terlipat dan
kepala diletakkan
diatas tangannya
b. Payudara dibiarkan
menggantung dan
terlepas dari kain
penutupnya.
c. Usap bagian
punggung ibu
kemudian beri
tekanan memutar
dengan ibu jari
mengarah kebagian
bawah sepanjang
tulang belakang yang
dimulai dari leher dan
punggung , kemudian
kearah bawah selama
3 menit.
d. Pijat aerola mamae
untuk mengetahui
bagaimana
pengeluaran ASI.
e. Pakai BH yang
menopang payudara.
f. Cuci tangan.

5. Ajarkan pada ibu 5.Mengajarkan kepada 5. Ibu mengerti tentang


teknik menyusui ibu tehnik menyusui tehnik menyusui yang
yang benar yang benar yaitu benar dan bisa
dengan cara: mempraktekannya.
- Cuci tangan yang
bersih dengan
sabun,keluarkan
sedikit asi dan
oleskan kesekitar
puting,dengan posisi
duduk atau berbaring
santai
- Ibu harus mencari
posisi yang nyaman,
biasanya duduk tegak
di tempat tidur dan
ibu harus merasa
rileks dan santai
- Lengan ibu
menopang kepala
leher dan seluruh
badan bayi muka
bayi menghadap ke
payudara ibu hidung
bayi di depan puting
susu ibu posisi bayi
harus sedemikian
rupa sehingga perut
bayi menghadap ke
perut ibu bayi
seharusnya berbaring
dengan seluruh
tubuhnya menghadap
ibu kepala harus
sejajar dengan
perutnya.
Mendekatkan bayi ke
tubuhnya dan
mengamati bayi yang
siap untuk menyusu:
membuka mulut,
bergerak mencari dan
menoleh bayi harus
berada dekar dengan
payudara ibu.
- Ibu menyentuh puting
susunya ke bibir bayi,
menunggu hingga
mulut bayi terbuka
lebar kemudian
mengarahkan puting
susu ibu hingga bibir
bayi dapat
menangkap puting
susu ibu, ibu
memegang payudara
dengan satu tangan
dengan cara
meletakkan keempat
jari di bawah
payudara dan ibu jari
di atas payudara ibu
jari dan telunjuk harus
membentuk huruf “C”
dan ibu jari ibu tidak
boleh terlalu dekat
dengan areola
- Pastikan bahwa
sebagian besar aerola
masuk ke dalam
mulut bayi semua,
dagu rapat ke
payudara dan
hidungnya
menyentuh bagian
atau payudara dan
bibir bawah bayi
melengkung kearah
luar
- Bayi diletakan
menghadap ibu
dengan posisi
sanggah seluruh
tubuh bayi jangan
hanya leher dah
bahunya saja
- Jika bayi sudah selesai
menyusu, ibu harus
mengeluarkan puting
dari mulut bayi
dengan cara
memasukan jari
kelingking ibu di
antara mulut dan
payudara
- Menyendawakan bayi
dengan
menyandarkan bayi di
pundak atau
menelungkupkan bayi
melintang di
pangkuan ibu
kemudian menepuk-
nepuk punggung bayi

6. Anjurkan ibu untuk 6. Menganjurkan kepada 6. Ibu bersedia untuk


menyusui ibu untuk menyusui bayi menyusui bayinya
bayinyasesering segera setelah sesering mungkin
mungkin untuk lahir,susukan bayi tanpa
mencegah terjadinya jadwal,keluarkan sedikit
bendungan Asi. ASI sebelum menyusui
agar payudara lebih
lembek,keluarkan ASI
dengan tangan atau
pompa bila produksi
melebihi kebutuhan ASI.

7. Nilai dan beritahu 7. Menilai dan 7. Tidak ada tanda-


tanda bahaya masa memberitahu ibu tanda tanda infeksi masa
nifas. tanda bahaya masa nifas nifas dan ibu
seperti mengerti tentang
- demam tinggi hingga tanda-tanda bahaya
melebihi 38OC. masa nifas
- Perdarahan vagina yang
luar biasa atau tiba-tiba
bertambah lebih banyak
dari perdarahan haid
biasa atau bila
memerlukan
penggantian pembalut 2
kali dalam setengah
jam
- Nyeri perut hebat di
bagian abdomen .
- Sakit kepala dan
pandangan kabur.
- Rasa sakit , merah atau
bengkak dibagian betis
atau kaki.
- Puting payudara
berdarah

8. Beritahu ibu tentang 8. Memberitahu ibu 8. Ibu bersedia untuk


kebutuhan nutrisi. tentang kebutuhan memenuhi kebutuhan
nutrisi yaitu.yang nutrisinya.
mengandung
karbohidrat untuk
tenaga seperti yang
terdapat pada nasi ,
jagung, roti, dan
kentang, lalu protein
hewani dan nabati yang
terdapat dalam telur,
tahu, tempe, ikan,
sayuran hijau yang
banyak mengandung zat
besi seperti bayam daun
papaya, kangkung, lalu
buah yang banyak
mengandung vitamin
dan serat seperti jeruk,
papaya, mangga, serta
minum 8 gelas perhari
untuk memenuhi
kebutuhan ibu dan
proses menyusui

9. Beritahu ibu 9.Memberitahu ibu untuk 9. Ibu mengerti akan


kebutuhan istirahat cukup istirahat pada kebutuhan istirahat
yang cukup malam hari 8 jam/ hari yang cukup
dan 1jam pada siang
hari karena bila ibu
kurang istirahat akan
mempengaruhi ibu
dalam beberapa hal
antara lain mengurangi
jumlah asi yang
diproduksi dan
memperlambat proses
involusi uteri, dan
memperbanyak
perdarahan.

11-04- Ds: Dx: Payudara 1. Perawa 1. Beritahu tentang 1. Memberitahu kondisi ibu 1. Ibu mengerti tentang
2015/ -Ibu mengatakan Ny. A 19 tahun bengkak tan kondisi ibu saat saat ini dengan hasil kondisinya saat ini.
14:00 nyeri P1A0 6 hari post payudara. ini. pemeriksaan payudara
WIB payudaranya partum dengan masih mengalami
sudah berkurang bendungan asi. 2. Pengelua bendungan asi
dan Asi belum ran asi.
lancar. Ds: 2. Kaji ulang kembali 2. Mengkaji tentang 2. Ibu telah mengerti
1. Ibu mengatakan tentang perawatan perawatan payudara tentang perawatan
DO: baru pertama kali payudara. kepada ibu yaitu payudara dan telah
Keadaan melahirkan dan a.Mencuci tangan mempraktekannya
umum:Baik belum pernah b.Mempersilahkan dirumah.
Kesadaran: keguguran untuk duduk dengan
Composmentis 2.Ibu mengatkan tenang,jika
TTV: melahirkan memungkinkan
TD:120/70 tanggal 05-04- dengan diikitu oleh
mmhg, 2015 pukul 22.30 suami yang
T:36,6OC, WIB memberikan
N:80x/i, 3..Ibu mengatakan dukungan.
RR:22X/i, nyeri payudaranya c. Ibu dipersilahkan
sudah berkurang untuk menggendong
Payudara teraba dan asi belum bayinya agar terjadi
sedikit nyeri dan lancar . kontak kulit antara
keras ibu dan bayinya. Ibu
dapat menaruh bayi di
pangkuannya namun
Pengeluaran DO: jikatidak
pervaginam Payudara teraba memungkinkan ia
Lochea sedikit keras dan cukup melihat dari
sanguilenta nyeri dekat.
TTV: d. Masase payudara dan
TFU : TD:120/70 ASI diperas dengan
Pertengahan mmhg, T:36,6OC, tangan sebelum
pusat dan N:80x/i, menyusui
simpisis RR:22X/i, e.Kompres dengan air
dingin untuk
mengurangi statis
Masalah: pembuluh darah vena
Bendungan Asi. dan mengurangi rasa
nyeri. Dapat
dilakukan selang
Kebutuhan: seling dengan air
Perawatan payudara panas untuk
dan pengeluaran asi. melancarkan aliran
darah pada payudara.
f. Menyusui lebih
sering dan lebih lama
pada payudara yang
bengkak untuk
melancarkan ASI dan
menurunkan tegangan
pada payudara.

3. Kaji ulang kembali 3.Mengkaji tentang 3. Ibu telah mengerti


tentang pengeluaran asi yaitu: tentang tehnik
pengeluaran asi. a. Ibu membungkuk ke pengeluaran asi.
depan , serta duduk
pada meja dengan
tangan terlipat dan
kepala diletakkan
diatas tangannya
b.Payudara dibiarkan
menggantung dan
terlepas dari kain
penutupnya.
c. Usap bagian
punggung ibu
kemudian beri
tekanan memutar
dengan ibu jari
mengarah kebagian
bawah sepanjang
tulang belakang yang
dimulai dari leher dan
punggung , kemudian
kearah bawah selama
3 menit.
d.Pijat aerola mamae
untuk mengetahui
bagaimana
pengeluaran ASI.
e. Pakai BH yang
menopang payudara.
f. Cuci tangan.

4. Ajarkan kembali 4. Mengajarkan kepada ibu 4. Ibu mengerti tentang


pada ibu teknik tehnik menyusui yang tehnik menyusui yang
menyusui yang benar yaitu dengan cara: benar dan telah
benar - Cuci tangan yang bersih mempraktekannya
dengan sabun,keluarkan
sedikit asi dan oleskan
kesekitar puting,dengan
posisi duduk atau
berbaring santai.
- Ibu harus mencari posisi
yang nyaman, biasanya
duduk tegak di tempat
tidur dan ibu harus
merasa rileks dan santai
- Lengan ibu menopang
kepala leher dan
seluruh badan bayi
muka bayi menghadap
ke payudara ibu hidung
bayi di depan puting
susu ibu posisi bayi
harus sedemikian rupa
sehingga perut bayi
menghadap ke perut ibu
bayi seharusnya
berbaring dengan
seluruh tubuhnya
menghadap ibu kepala
harus sejajar dengan
perutnya.Mendekatkan
bayi ke tubuhnya dan
mengamati bayi yang
siap untuk menyusu:
membuka mulut,
bergerak mencari dan
menoleh bayi harus
berada dekar dengan
payudara ibu.
- Ibu menyentuh puting
susunya ke bibir bayi,
menunggu hingga
mulut bayi terbuka
lebar kemudian
mengarahkan puting
susu ibu hingga bibir
bayi dapat menangkap
puting susu ibu, ibu
memegang payudara
dengan satu tangan
dengan cara meletakkan
keempat jari di bawah
payudara dan ibu jari di
atas payudara ibu jari
dan telunjuk harus
membentuk huruf “C”
dan ibu jari ibu tidak
boleh terlalu dekat
dengan areola
- Pastikan bahwa
sebagian besar aerola
masuk ke dalam mulut
bayi semua, dagu rapat
ke payudara dan
hidungnya menyentuh
bagian atau payudara
dan bibir bawah bayi
melengkung kearah luar
- Bayi diletakan
menghadap ibu dengan
posisi sanggah seluruh
tubuh bayi jangan
hanya leher dah
bahunya saja
- Jika bayi sudah selesai
menyusu, ibu harus
mengeluarkan puting
dari mulut bayi dengan
cara memasukan jari
kelingking ibu di antara
mulut dan payudara
- Menyendawakan bayi
dengan menyandarkan
bayi di pundak atau
menelungkupkan bayi
melintang di pangkuan
ibu kemudian
menepuk-nepuk
punggung bayi

5. Anjurkan ibu 5. Menganjurkan ibu 5. Ibu mengatakan tetap


menyusui ASI tetap memberi ASI memberikan ASI
pada bayinya. pada bayinya sesering Pada bayinya
sesering mungkin mungkin dan tanpa sesering mungkin dan
dan tanpa jadwal. jadwal tanpa jadwal setiap 2
jam sekali

6. Kaji ulang kembali 6. Mengkaji kembali 6. Ibu sudah mengerti


pada ibu tentang pada ibu tentang tentang tanda-tanda
tanda bahaya masa tanda-tanda bahaya masa nifas.
nifas masa nifas seperti
- demam tinggi
hingga melebihi
38OC.
- Perdarahan vagina
yang luar biasa atau
tiba-tiba bertambah
lebih banyak dari
perdarahan haid
biasa atau bila
memerlukan
penggantian
pembalut 2 kali
dalam setengah jam
- Nyeri perut hebat di
bagian abdomen .
- Sakit kepala dan
pandangan kabur.
- Rasa sakit , merah
atau bengkak
dibagian betis atau
kaki.
- Puting payudara
berdarah

7. Tanyakan tentang 7. Menanyakan kepada 7. Ibu telah


kebutuhan nutrisi. ibu tentang kebutuhan mengkonsumsi
nutrisi makanan yang
mengandung mengandung nutrisi.
karbohidrat untuk
tenaga seperti yang
terdapat pada nasi ,
jagung, roti, dan
kentang, lalu protein
hewani dan nabati
yang terdapat dalam
telur, tahu, tempe,
ikan, sayuran hijau
yang banyak
mengandung zat besi
seperti bayam daun
papaya, kangkung,
lalu buah yang
banyak mengandung
vitamin dan serat
seperti jeruk, papaya,
mangga, serta minum
8 gelas perhari untuk
memenuhi kebutuhan
ibu dan proses
menyusui

8.Kaji ulang tentang 8. Mengkaji ulang ibu 8.Ibu mengatakan


kebutuhan istirahat apakah ibu sudah cukup selama dia mempunyai
yang cukup istirahatnya bayi ibu tidur jarang
yiatu hanya 6 jam pada
malam hari karna
terbangun jika bayi nya
ingin menyusui dan ibu
istirahat pada siang hari
1- 2 jam.
15-04- Ds: Dx: Tidak ada Tidak ada 1. Beritahu tentang 1. Memberitahu kondisi ibu 1. Ibu mengerti dengan
2015/ - Ibu mengatakan Ny. A 19 tahun kondisi ibu saat ini saat ini dengan hasil kondisinya
16:00wib nyeri P1A0 10 hari pemeriksaan Payudara
payudaranya post partum sudah tidak mengalami
sudah berkurang bendungan ASI
dan ASI sudah Ds:
lancar. Ibu mengatakan
baru pertamakali 2. Evaluasi kepada 2. Mengevaluasi tentang 2. Ibu telah melakukan
DO: melahirkan dan ibu tentang perawatan payudara. perawatan payudara
Keadaan belum pernah perawatan yang baik dan benar.
umum: Baik keguguran. payudara
Kesadaran:
Composmentis 3. Evaluasi tentang 3. Mengevaluasi tentang 3. Ibu mengatakan
TTV: Ibu mengatakan tehnik pengeluaran tehnik pengeluaran asi. mengatakan mengerti
TD:120/70 melahirkan asi. penjelasan yang telah
mmhg, tanggal di berikan dan
T:36,6OC, 05-04-2015 mampu
N:80x/i, pukul 22.30 WIB mempraktikanya
RR:22X/i, sesuai yang telah
Ibu mengatakan diajarkan
Payudara teraba nyeri
lembek payudaranya 4. Evaluasi tentang 4. Mengevaluasi tentang 4. Ibu telah melakukan
setelah ibu sudah berkurang tehnik menyusui tehnik menyusui yang teknik menyusui
menyusui dan ASI sudah yang benar benar. dengan benar sesuai
bayinya lancar. yang diajarkan.

Pengeluaran 5. Evaluasi ibu untuk 5. Mengevaluasi ibu untuk 5. Ibu mengerti akan
pervaginam DO: tetap tetap mengonsumsi mengkonsumsi
Lochea serosa Payudara teraba mengkonsumsi makanan yang bernutrisi makanan bernutrisi
lembek setelah makanan yang yang mengandung
TFU : Tidak ibu menyusui bernutrisi karbohidrat untuk
teraba diatas bayinya tenaga seperti yang
simpisis terdapat pada nasi ,
jagung, roti, dan
Masalah: kentang, lalu protein
Tidak ada hewani dan nabati
yang terdapat dalam
Kebutuhan: telur, tahu, tempe,
Evaluasi asuhan ikan, sayuran hijau
yang diberikan. yang banyak
mengandung zat besi
seperti bayam daun
papaya, kangkung,
lalu buah yang
banyak mengandung
vitamin dan serat
seperti jeruk, papaya,
mangga, serta minum
8 gelas perhari untuk
memenuhi kebutuhan
ibu dan proses
menyusui

6. Evaluasi tentang 6. Mengevaluasi tentang 6. Sudah dilakukan


tanda bahaya masa tandabahaya nifas evaluasi terhadap ibu
nifas dan hasilnya ibu tidak
ada tanda-tanda
infeksi masa nifas.

7. Evaluasi ibu 7. Mengevaluasi tentang 7. Ibu mengganti pola


tentang kebutuhan pola istirahat ibu. istirahat tidur malam
istirahat yang yang kurang dengan
cukup melakukan tidur
siang saat bayinya
tertidur.

8. Anjurkan ibu 8. Menganjurkan ibu untuk 8. Ibu mengerti dan


untuk kunjungan melakukan kunjungan akan melakukan
ulang ulang 2 minggu yang kunjungan ulang
akan datang, sesuai atau bila ada keluhan
jadwal yang telah
ditentukan atau terdapat
keluhan dan memastikan
involusi uterus berjalan
normal, menilai tanda –
tanda demam, infeksi
atau perdarahan
abnormal, memastikan
ibu mendapat cukup
makanan, cairan, dan
istirahat, memastikan ibu
menyusui dengan baik
dan memberikan
konseling mengenai
asuhan pada bayi.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Data Dasar

Pada pengkajian dilakukan untuk mengumpulkan data dasar tentang keadaan pasien.

Pada kasus ini penulis melakukan pengkajian pada ibu nifas pada Ny.A Umur 19 Tahun

P1A0 post partum hari ke 3 dengan bendungan ASI

4.1.1 Data Subjektif

1. Nama

a. Menurut Tinjauan Teori.

Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak

keliru dalam memberikan penanganan.

(Ambarwati, 2010; h. 131)

b. Tinjauan kasus

Dalam kasus ini nama ibu Ny.A

c. Pembahasan

Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus ini tidak terjadi kesenjangan

antara teori dan kasus karena Ny.A mempunyai nama jelas yang dapat
110
membedakan dengan klien yang lain sehingga terhindar dari kekeliruan

dalam memberikan penanganan.

2. Umur ibu

a. Menurut Tinjauan Teori

Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20

tahun, alat- alat reproduksi belum matang,mental psikisnya belum siap.


Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan

dalam masa nifas.

(Ambarwati, 2010; h. 131).

b. Menurut tinjauan kasus

Pada kasus ini Ny. A berumur 19 tahun

c. Pembahasan

Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus ini terjadi kesenjangan karena

pada kasus ini, Ny.A berumur 19 tahun.

3. Suku/bangsa.

a.Menurut tinjauan teori.

Pasien berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari

(Ambarwati, 2010; h. 132).

b. Tinjauan kasus

Ibu bersuku jawa.

c. Pembahasan

Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan

karena ibu tidak memiliki kebiasaan-kebiasaan adat yang berpengaruh

terhadap kehamilan,persalinan, dan nifas.

4. Pendidikan

a. Tinjauan Teori

Pengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana

tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai

dengan pendidikannya. (Ambarwati, 2010; h. 132).

b. Tinjauan Kasus

Pendidikan terakhir Ny. A adalah SMA


c. Pembahasan

Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan

antara teori dan kasus karena Ny.A berpendidikan terakhir SMA sehingga

pada saat penulis memberikan konseling kepada ibu, ibu dapat mudah

mengerti hal ini sejalan dengan teori, dimana pendidikan SMA termasuk

dalam kategori sedang sehingga dalam menerima informasi ibu lebih mudah

mengerti

5. Pekerjaan

a. Tinjauan Teori

Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya,

karena ini berpengaruh juga terhadap gizi pasien tersebut (Ambarwati,

2010; h. 132).

b. Tinjauan kasus

Pekerjaan Ny.A sebagai Ibu rumah tangga dan suami Ny.A bekerja sebagai

wiraswasta

c. Pembahasan

Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat

kesenjangan.Pengkajian pekerjaan dilakukan untuk mengetahui dan

mengukur tingkat sosial ekonominya, karena ini berpengaruh juga terhadap

gizi pasien tersebut. (Ambarwati, 2010; h. 132).

Meskipun Ny. A hanya bekerja sebagai IRT namun pemenuhan nutrisi dan

kebutuhan sehari-hari Ny. A terpenuhi di karenakan di dukungan oleh

penghasilan suami Ny.A


6. Keluhan Utama

a. Tinjauan Teori

Ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas pelayanan

kesehatan (Sulistyawati, 2009; h. 111).

Tanda dan gejala bendungan ASI antara lain dengan ditandainya dengan

mamae panas serta keras pada perabaan dan nyeri,puting susu bisa

mendatar sehingga bayi sulit menyusui,pengeluaran susu terkadang

terhalang oleh duktus laktiferi yang menyempit ,payudara bengkak,keras

,panas, nyeri bila ditekan ,warnanya kemerahan,suhu tubuh mencapau

380C (Rukiyah, 2010; h. 346).

b. Tinjauan Kasus

Pada kasus Ny.A mengatakan merasakan nyeri, panas, keras, teraba panas

dan bengkak di payudaranya

c. Pembahasan

Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan

karena sesuai dengan teori gejala dari bendungan ASI adalah payudara

bengkak, teraba keras, panas, berat dan nyeri saat di tekan.

7. Riwayat Kesehatan.

a. Menurut Tinjauan Teori

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh

penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya , yaitu

bila ada penyakit keluarga yang menyertainya (Ambarwati, 2010; h. 133).

b. Tinjauan kasus

Ibu mengatakan tidak mengalami penyakit apapun.


c. Pembahasan

Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan

antara teori dan kasus karena pada kasus Ny .A tidak ada riwayat penyakit

yang berasal dari diri sendiri ataupun dari keluarga.

8. Nutrisi

a. Tinjauan Teori

Nutrisi menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi ,

banyaknya , jenis makanan , makanan pantangan. (Ambarwati, 2010; h.

136).

1) Kebutuhan kalori selama menyusui proporsional dengan jumlah air susu

ibu yang dihasilkan dan lebih tinggi selama ibu menyusui dibandingkan

selama ibu hamil. Rata-rata kandungan kalori ASI yang dihasilkan ibu

dengan nutrisi baik adalah 70 kal/100 ml dan kira-kira 85 kal diperlukan

oleh ibu untuk tiap 100 ml yang dihasilkan rata-rata ibu menggunakan

kira-kira 640 kal/hari untuk 6 bulan pertama dan 510 kal/hari selama 6

bulan kedua untuk menghasilkan jumlah susu normal. Rata-rata ibu

harus mengkonsumsi 2.300-2.700 kla ketika menyusui.

2) Ibu memerlukan tambahan 20 gr protein diatas kebutuhan normal ketika

menyusui jumlah ini hanya 16 % dari tambahan 500 kallori yang

dianjurkan pada ibu nifas. Protein diperlukan untuk membawa oksigen

didalam sel darah merah serta pertumbuhan dan penggantian sel-sel yang

rusak dan mati. Sumber protein diperoleh dari protein hewani ndan

nabati. Protein hewani antara lain : seperti telur, daging, ikan, udang,

kerang, susu dan keju. Sementara itu protein nabati banyak terkandung

dalam tahu, tempe, kacang-kacangan.


3) Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi adalah asupan cairan. Ibu

menyusui dianjurkan minum 2-3 liter perhari dalam bentuk air putih,

susu, dan jus buah. Mineral, air, dan vitamin digunakan untuk kelancaran

metabolisme di dalam tubuh. Sumber zat pengatur tersebut bisa

diperoleh dari semua jenis sayur dan buah-buahan segar.

4) Pil zat besi (FE) harus diminum 1x1 sehari, untuk menambah zat besi

selama 40 hari pascapersalinan.

5) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) sebanyak 2 kali yaitu pada 1 jam

setelah melahirkan dan 24 jam setelahnya agar dapat memberikan

vitamin A kepada bayinya melalui ASI. (Dewi, 2011; h. 71).

b. Tinjauan Kasus

Ny.A makan 3 kali sehari dengan menu 1 porsi nasi, sayur (sayur bayam

dan katuk), lauk (tahu, telur , tempe), buah jeruk dan apel.

c. Pembahasan

Menurut tinjauan teori dan tinjauan kasus di atas tidak terdapat kesenjangan

karena Ny. A dapat memenuhi kebutuhan nutrisi

dengan baik dan ibu tidak mempunyai pantangan.

9. Eliminasi

a. Tinjauan Teori

Ibu di minta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam post partum. Jika dalam

8 jam post partum belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum

melebihi 100 cc, maka dilakukan keteterisasi.

Ibu post partum diharapkan dapat buang air besar (defekasi) setelah hari

kedua post partum (Saleha, 2009; h.73).


b. Tinjauan Kasus

Ibu mengatakan BAK 4-5 kali sehari, sejak 4 jam post partum dan Ibu

mengatakan BAB 1 kali sehari sejak hari ke 2 post partum.

c. Pembahasan

Dari pembahasan di atas tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus,

pada kasus ini Ny.A sudah BAB sejak 2 hari post partum dan sudah BAK

sejak 4 jam post partum

10. Istirahat

a. Tinjauan Teori

Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien

tidur.Istirahat sangat penting bagi ibu masa nifas karena dengan istirahat

yang cukup dapat mempercepat penyembuhan.

(Ambarwati, 2010; h. 136).

Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal, diantaranya

adalah sebagai berikut :

a) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi

b) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan

c) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan

dirinya sendiri.

Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup , istirahat tidur yang

dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada

siang hari.

Hal-hal yang dapat dilakukan ibu dalam memenuhi kebutuhan

istirahatnya antara lain:


1. Anjurkan ibu untuk cukup istirahat.

2. Sarankan ibu untuk melakukan kegiatan rumah tangga secara

perlahan.

3. Tidur siang atau istirahat saat bayi ( Yanti, 2011; h. 84).

b. Tinjauan kasus

Ny. A hanya tidur 5 sampai 6 jam pada malam hari dan 1-2 jam pada siang

hari

c. Pembahasan

Menurut tinjauan teori dan kasus terdapat kesenjangan karena Ny.A hanya

tidur malam selama 5 sampai 6 jam dikarenakan bayinya sering terbangun

diakibatkan bayinya lapar ingin menyusui sedangkan menurut teori istirahat

tidur yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam perhari jika ibu kurang

istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal antara lain

mengurangi jumlah asi yang diproduksi dan memperlambat proses involusi

uteri , dan memperbanyak perdarahan.

12. Personal Hygiene.

a. Menurut Tinjauan Teori.

Pada masa post partum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh

karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya

infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat

penting untuk tetap dijaga. (Saleha, 2009; h. 73).

b. Menurut Tinjauan Kasus.

Ny. A mandi 2x/hari , ganti pembalut 3-4x/hari atau tiap basah dan

lembab serta Ny. A . Tidak terdapat tanda-tanda infeksi pada ibu


c. Pembahasan.

Berdasarka tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan

karena tidak terdapat tanda-tanda infeksi pada ibu karena ibu telah

menjaga kebersihan dirinya. Dalam hal ini tidak ditemukan kesenjangan

antara teori dan kasus.

4.1.2 Data Objektif

1. Pemeriksaan umum

a. Tinjauan Teori

1. Keadaan Umum.

Untuk mengetahui data ini, bidan perlu mengamati keadaan pasien secara

keseluruhan, hasil pengamatan yang di laporkan kriteria:

3) Baik

2) Lemah.

2. Kesadaran.

Untuk mendapatkan gambaran tentang ke sadaran pasien,bidan dapat

melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien dari keadaan compos

mentis sampai dengan koma

(Sulistyawati, 2009; h. 121-122).

b. Tinjauan Kasus

Keadaan umum :baik

Keadaan emosional : stabil.

Kesadaran : composmentis.

c. Pembahasan.

Tidak ada kesenjangan antara tinjauan teori dan kasus karena keadaan dan

kesadaran ibu dalam keadaan baik.


2. Tanda-tanda vital.

1. Tekanan darah.

a. Tinjauan Teori.

Pada beberapa kasus di temukan keadaan hipertensi post partum, tetapi

keadaan ini akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada

penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam 2 bulan pengobatan.

(Ambarwati, 2010; h. 139).

b. Tinjauan Kasus

Pada kasus ini tekanan darah Ny. A normal yaitu 120/80 mmHg

c. Pembahasan

Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan

karena Tekanan darah Ny.A 120/80 mmHg. Dan menurut teori tekanan

darah normal manusia adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolik

60-80 mmHg.dan tekanan darah Ny. A dalam batas normal tidak

mengalami peningkatan.

2. Nadi

a. Tinjauan teori

Berkisar antara 60- 80x/menit denyut nadi di atas 100x/menit pada masa

nifas adalah mengindikasikan adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya

bisa di akibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena kehilangan

darah yang berlebih. (Ambarwati, 2010; h.138).

b. Tinjauan Kasus

Pada kasus ini nadi Ny. A yaitu 80 kali/ menit


c. Pembahasan

Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat

kesenjangan karena nadi ibu pada saat ini dalam batas normal yaitu 80

kali/menit dan berdasarkan teori nadi normal Berkisar antara 60-

80x/menit

(Ambarwati, 2008; h. 138).

3. Suhu

a. Tinjauan Teori

Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam pertama pada masa nifas

pada umumnya di sebabkan oleh dehidrasi,yang di sebabkan oleh

keluarnya cairan pada waktu melahirkan,selain itu bisa juga di sebabkan

karena istirahat dan tidur yang di perpanjang selama awal persalinan.

(Ambarwati, 2010; h. 138).

Tanda dan gejala bendungan ASI antara lain dengan ditandainya dengan:

mamae panas serta keras pada perabaan dan nyeri, putting susu bisa

mendatar sehingga bayi sulit menyusui, pengeluaran susu kadang

terhalang oleh duktus laktiferi yang menyempit, payudara bengkak,

keras, panas, nyeri bila ditekan, warnanya kemerahan,suhu tubuh

mencapai 380c (Rukiyah, 2010; h. 346).

b. Tinjauan Kasus

Pada kasus Ny. A suhu tubuh ibu yaitu 36,80c pada nifas hari

ke 3.
c. Pembahasan

Menurut tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan

karena suhu tubuh Ny.A yaitu 36,80c dan menurut teori pada ibu nifas

dengan bendungan ASI terkadang suhu tubuh ibu meningkat.

4. Pernafasan

a. Tinjauan Teori

Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal,yaitu sekitar 20-30

x/menit (Ambarwati, 2010; h. 138-139).

b. Tinjauan Kasus

Pada kasus Pernafasan Ny. A yaitu 22 kali/menit

c. Pembahasan

Menurut tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan

karena Pernafasan ibu dalam batas normal yaitu 20-30 kali/menit. Pada

ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau normal. Hal ini

dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat.

5. Payudara

a. Tinjauan teori

Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke- 2 atau ke-3 ketika payudara

telah memproduksi asi susu. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air

susu yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup untuk menyusui, produksi

meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi(bounding)

kurang baik, dan dapat pula karena adanya pembatasan waktu menyusu.

( Prawirohardjo, 2010; h. 652).


b. Tinjauan kasus

Bentuk payudara Ny.A simetris kanan dan kiri, pembesaran terdapat

pembengkakan dan mengkilat, puting susu menonjol, tidak ada benjolan dan

pengeluaran ada, sedikit asi.

c. Pembahasan

Berdasarkan tinjauan kasus dan tinjauan teori tidak terdapat kesenjangan

karena ibu mengalami bendungan ASI yang ditandai dengan pembengkakan

pada payudara, Pengeluaran ASI nya sedikit yang disebabkan karena adanya

pembatasan waktu dalam menyusui.

6. TFU :

a. Tinjauan teori

Proses involusi adalah proses kembalinya uterus ke dalam keadaan sebelum

hamil setelah melahirkan. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar

akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada hari kedua setelah persalinan

tinggi fundus uteri 1 cm dibawah pusat.Pada hari ketiga sampai hari

keempat tinggi fundus uteri 2 cm dibawah pusat.Pada hari kelima sampai

hari ketujuh tinggi fundus uteri pertengahan antara pusat dan simpisis. Pada

hari kesepuluh tinggi fundus uteri tidak teraba (Ambarwati, 2010; h. 77).

b. Tinjauan kasus

Tidak ada pembesaran, konsistensi Keras pada fundus lunak pada bagian

lain, kandung kemih Kosong, pada hari ke 3 TFU Ny.A 3 jari di bawah

pusat dan kontraksi baik, pada hari ke 6 TFU Ny.A pertengahan antara pusat

dan simpisis dan kontraksi baik dan pada hari ke-10 TFU Ny. A tidak teraba

diatas simpisis dan kontraksi baik.


c. Pembahasan

Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus terdapat kesenjangan kearah

yang lebih baik,karena pada hari ke 3 TFU Ny.A 3 jari dibawah pusat, dan

menurut teori TFU pada hari ketiga sampai keempat yaitu 2 cm dibawah

pusat.Dan pada hari ke 6 TFU Ny.A pertengahan antara pusat dan simpisis,

dan menurut teori TFU pada hari kelima sampai hari ketujuh tinggi fundus

uteri pertengahan antara pusat dan simpisis. Pada hari ke-10 TFU Ny. A

tidak teraba diatas simpisis , dan menurut teori TFU pada hari ke-10 yaitu

tidak teraba.Hal ini di sebabkan karena involusi uteri yang berjalan dengan

baik.

7. Lokhea

a. Tinjauan teori

Lokhea rubra ini muncul pada hari pertama sampai hari ke-4 post partum.

Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah, jaringan sisa-sisa

plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo(rambut bayi), dan

mekonium.Lokhea sanguilenta berwarna merah kecokelatan dan berlendir,

serta berlangsung, dari hari keempat dan hari ketujuh post partum.Lokhea

serosa berwarna kuning kecokletan karena mengandung serum, leukosit, dan

robekan atau laserasi plasenta.Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14

(Sulistyawati, 2009; h. 76).

b. Tinjauan kasus

Pada hari ke 3 Ny.A mengeluarkan cairan dari kemaluannya bewarna merah

segar yaitu lokhea rubra. Pada hari ke 6 Ny.A mengeluarkan cairan dari

kemaluannya bewarna merah kecokelatan yaitu lokhea sanguilenta.Dan


pada hari ke-10 Ny. A mengeluarkan cairan dari kemaluannya berwarna

kuning kecokletan yaitu lokhea serosa.

c. Pembahasan

Jadi pada kasus ini tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus karena

pengeluaran pervaginam pada Ny. A pada hari ke 3 yaitu Lokhea rubra ini

muncul pada hari pertama sampai hari ke-4 post partum. Cairan yang keluar

berwarna merah karena terisi darah, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding

rahim, lemak bayi, lanugo(rambut bayi), dan mekonium Dan pada hari ke 6

yaitu lokia sanguilenta.Lochea sanguilenta ini berwarna merah kecokelatan

dan berlendir, serta berlangsung, dari hari keempat dan hari ketujuh post

partum. Lokhea serosa berwarna kuning kecokletan karena mengandung

serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta.Keluar pada hari ke-7

sampai hari ke-14 (Sulistyawati, 2009; h. 76).

4.2 Interpretasi Data Dasar

a. Diagnosa Kebidanan

a) Tinjauan teori

Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan Abortus, anak hidup, umur ibu,

dan keadaan nifas.

3. Data subjektif

Pernyataan ibu tentang jumlah persalinan, apakah pernah abortus atau tidak,

keterangan ibu tentang umur, keterangan ibu tentang keluhannya.

4. Data objektif

Palpasi tentang tinggi fundus uteri dan kontraksi, hasil pemeriksaan tentang

pengeluaran pervaginam, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital (Ambarwati,

2010; h. 142).
b) Tinjauan kasus

Diagnosa kebidanan pada kasus ini adalah Ny A umur 19 tahun P1A0 3 hari post

partum post partum dengan bendungan asi. Data dasar dari diagnosa kebidanan

tersebut antara lain Ny. A umur 19 tahun, ibu melahirkan pada tanggal 05 april

2015, sudah pernah melahirkan satu kali dan belum pernah keguguran. Dan ibu

mengatakan nyeri pada payudaranya disertai teraba keras. Sedangkan data objektif

yang didapatkan dari Ny. A yaitu : Pada pemeriksaan payudara.

Simetris : Ya , simetris kanan kiri.

Pembesaran : Sebelah kanan dan kiri mengalami pembengkakan.

Puting susu : Menonjol.

Benjolan : Tidak ada

Pengeluaran : Ada, Asi colostrum

c) Pembahasan

Pada kasus ini, tidak ada kesenjangan antara kasus dan teori karena diagnosa yang

ditegakkan pada Ny. A dilakukan berdasarkan pengkajian dari data dasar berupa

data Subjektif dan Objektif.

b. Masalah

1) Tinjauan teori

Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien. (Ambarwati, 2010;

h.141).

c) Data Subjektif

Data yang didapat dari hasil anamnesa pasien

d) Data Objektif

Data yang didapat dari hasil pemeriksaan

2) Tinjauan kasus
Dalam kasus ini masalah yang ditemukan yaitu bendungan ASI

3) Pembahasan

Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan antara

tinjauan teori dan tinjauan kasus karena permasalahan yang muncul berdasarkan

pernyataan pasien, dimana data tersebut diperoleh dari data subjektif dan data

objektif

c. Kebutuhan

a) Tinjauan teori

Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien berdasarkan keadaan dan

masalahnya (Sulistyawati, 2009; h.180).

b) Tinjauan kasus

Ibu memiliki masalah bendungan asi pada payudaranya dan ibu kurang mengerti

cara mengatasi masalah pada payudaranya sehingga membutuhkan penjelasan

tentang kebutuhan perawatan payudara dan tehnik pengeluaran asi.

c) Pembahasan

Berdasarkan kasus diatas tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus karena

kebutuhan tersebut sesuai dengan data yang dikumpulkan dari data subjektif dan

objektif dan sesuai dengan masalah yang dihadapi ibu.

4.3 Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial dan Mengantisipasi

Penanganannya

a. Tinjauan teori

Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi. Pada

langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian

masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi, pencegahan. Bila

memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benar-


benar terjadi. Melakukan asuhan yang aman penting sekali dalam hal ini (Ambarwati,

2010; h. 142-143).

b. Tinjauan kasus

Dalam kasus ini masalah potensial yang mungkin terjadi pada Ny. A adalah payudara

bengkak

c. Pembahasan

Berdasarkan pembahasan di atas tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan

tinjauan kasus karena mengidentifikasikan diagnosa potensial berdasarkan rangkaian

masalah dan diagnosa. Masalah bendungan ASI yang tidak tertangani akan terjadi

payudara bengkak karena pada bendungan asi terjadi penyempitan pada duktus

laktifirus, jika tidak tertangani maka akan menyebabkan duktus laktifirus semakin

menyempit dan ASI tidak bisa keluar.

4.4 Tindakan Segera

a. Tinjauan teori

Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manejemen kebidanan. Identifikasi dan

menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk

dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai

dengan kondisi pasien.

(Ambarwati, 2010; h. 143).

b. Tinjauan kasus

Pada kasus Ny. A dilakukan tindakan segera dengan melakukan perawatan payudara ,

tehnik pengeluaran ASI dan tehnik menyusui.

c. Pembahasan

Berdasarkan tinjauan teori dan kasus tidak ada kesenjangan karena tidak ada antisipasi

masalah potensial yang harus segera ditangani , sesuai teori


identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk

dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai

dengan kondisi pasien.

(Ambarwati, 2010; h. 143).

4.5 Perencanaan

a. Tinjauan teori

Langkah-langkah ini ditentukan oleh sebelumnya yang merupakan lanjutan dari

masalah atau diagnosa yang telah di identifikasi atau antisipasi. Rencana asuhan yang

menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari

setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman

antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang terjadi berikutnya.

(Ambarwati, 2010; h. 143).

Cara menangani :

1. Penanganan yang dilakukan yang paling penting adalah dengan mencegah

terjadinya payudara bengkak, susukan bayi segera setelah lahir, susukan bayi tanpa

jadwal, keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek,

keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan ASI.

2. Laksanakan perawatan payudara setelah mlahirkan, untuk mengurangi rasa sakit

pada payudara berikan kompres dingin dan hangat dengan handuk secara

bergantian kiri dan kanan, untuk memudahkan bayi menghisap atau menangkap

putting susu berikan kompres sebelum menyusui, untuk mengurangi bendungan di

vena dan pembuluh getah bening dalam payudara lakukan pengerutan yang dimulai

dari putting kearah korpus mamae, ibu harus rileks, pijat leher dan punggung

belakang.
3. Perawatan payudara, payudara merupakan sumber yang akan menjadi makanan

utama bagi anak. Karena itu jauh sebelumnya harus memakai BH yang sesuai

dengan pembesaran payudara yang sifatnya menyokong payudara dari bawah

suspension bukan menekan dari depan.

b. Tinjauan kasus

Rencana asuhan yang diberikan terhadap Ny. A adalah

Pada tanggal 8 april 2015

1. Beritahu kondisi ibu saat ini.

2. Beritahu ibu tentang keluhan yang dirasakan ibu.

3. Lakukan perawatan payudara.

4. Lakukan tehnik pengeluaran asi.

5. Ajarkan pada ibu tehnik menyusui yang benar.

6. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin untuk mencegah

terjadinya bendungan asi.

7. Nilai dan beritahu tanda bahaya masa nifas.

8. Beritahu ibu tentang kebutuhan nutrisi.

9. Beritahu ibu kebutuhan istirahat yang cukup.

Pada tanggal 11 april 2015

1. Beritahu keadaan ibu saat ini.

2. Kaji ulang kembali tentang perawatan payudara.

3. Kaji ulang kembali tentang pengeluaran ASI.

4. Ajarkan kembali pada ibu tehnik menyusui yang benar.

5. Anjurkan ibu menyusui ASI pada bayinya sesering mungkin dan tanpa jadwal.

6. Kaji ulang kembali pada ibu tentang tanda bahaya masa nifas.

7. Tanyakan tentang kebutuhan nutrisi.


8. Kaji ulang tentang kebutuhan istirahat yang cukup.

Pada tanggal 15 April 2015

1. Beritahu tentang kondisi ibu saat ini.

2. Evaluasi kepada ibu tentang perawatan payudara.

3. Evaluasi tentang tehnik pengeluaran asi.

4. Evaluasi tentang tehnik menyusui yang benar.

5. Evaluasi ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan yang bernutrisi.

6. Evaluasi tentang tanda bahaya masa nifas.

7. Evaluasi ibu tentang kebutuhan istirahat yang cukup.

8. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang.

c. Pembahasan

Tidak ada kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus karena penulis telah

membuat asuhan sesuai dengan rencana asuhan menurut teori yang ada.

4.6 Pelaksanaan

a. Tinjauan teori

Langkah ini merupakan pelaksaan rencana asuhan menyeluruh pada klien dan

keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisiensi dan aman

(Ambarwati, 2010; h.145).

b. Tinjauan kasus

Pada tanggal 8 april 2015

1. Memberitahu kondisi ibu saat ini berdasarkan hasil pemeriksaan ibu mengalami

bendungan asi.

2. Memberitahu ibu tentang keluhan yang dirasakan ibu yaitu payudara terasa nyeri ,

panas dan bengkak karena ibu mengalami bendungan asi yang disebabkan karena
pengosongan payudara yang tidak sempurna , faktor hisapan bayi tidak aktif faktor

menyusui yang tidak benar.

3. Melakukan perawatan payudara yaitu:

d. Mencuci tangan

b. Mempersilahkan untuk duduk dengan tenang,jika memungkinkan dengan

diikitu oleh suami yang memberikan dukungan.

c. Ibu dipersilahkan untuk menggendong bayinya agar terjadi kontak kulit antara

ibu dan bayinya. Ibu dapat menaruh bayi di pangkuannya namun jikatidak

memungkinkan ia cukup melihat dari dekat.

d. Masase payudara dan ASI diperas dengan tangan sebelum menyusui

e. Kompres dengan air dingin untuk mengurangi statis pembuluh

darah vena dan mengurangi rasa nyeri. Dapat dilakukan selang seling dengan

air panas untuk melancarkan aliran darah pada payudara.

f. Menyusui lebih sering dan lebih lama pada payudara yang bengkak untuk

melancarkan ASI dan menurunkan tegangan pada payudara.

4. Melakukan teknik pengeluaran ASI dengan cara pengeluaran asi dengan reflex

oksitosin :

a. Ibu membungkuk ke depan, serta duduk pada meja dengan tangan terlipat dan

kepala diletakkan diatas tangannya.

b. Payudara dibiarkan menggantung dan terlepas dari kain penutupnya.

c. Usap bagian punggung ibu kemudian beri tekanan memutar dengan ibu jari

mengarah kebagian bawah sepanjang tulang belakang yang dimulai dari leher

dan punggung , kemudian kearah bawah selama 3 menit.

d. Pijat aerola mamae untuk mengetahui bagaimana pengeluaran ASI.

e. Pakai BH yang menopang payudara.


f. Cuci tangan.

5. Mengajarkan kepada ibu tehnik menyusui yang benar yaitu dengan cara:

- Cuci tangan yang bersih dengan sabun,keluarkan sedikit asi dan oleskan kesekitar

puting,dengan posisi duduk atau berbaring santai

- Ibu harus mencari posisi yang nyaman, biasanya duduk tegak di tempat tidur

dan ibu harus merasa rileks dan santai

- Lengan ibu menopang kepala leher dan seluruh badan bayi muka bayi menghadap

ke payudara ibu hidung bayi di depan puting susu ibu posisi bayi harus

sedemikian rupa sehingga perut bayi menghadap ke perut ibu bayi seharusnya

berbaring dengan seluruh tubuhnya menghadap ibu kepala harus sejajar dengan

perutnya.Mendekatkan bayi ke tubuhnya dan mengamati bayi yang siap untuk

menyusu: membuka mulut, bergerak mencari dan menoleh bayi harus berada

dekar dengan payudara ibu.

- Ibu menyentuh puting susunya ke bibir bayi, menunggu hingga mulut bayi

terbuka lebar kemudian mengarahkan puting susu ibu hingga bibir bayi dapat

menangkap puting susu ibu, ibu memegang payudara dengan satu tangan dengan

cara meletakkan keempat jari di bawah payudara dan ibu jari di atas payudara ibu

jari dan telunjuk harus membentuk huruf “C” dan ibu jari ibu tidak boleh terlalu

dekat dengan areola

- Pastikan bahwa sebagian besar aerola masuk ke dalam mulut bayi semua, dagu

rapat ke payudara dan hidungnya menyentuh bagian atau payudara dan bibir

bawah bayi melengkung kearah luar


- Bayi diletakan menghadap ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi jangan

hanya leher dah bahunya saja

- Jika bayi sudah selesai menyusu, ibu harus mengeluarkan puting dari mulut bayi

dengan cara memasukan jari kelingking ibu di antara mulut dan payudara

- Menyendawakan bayi dengan menyandarkan bayi di pundak atau menelungkupkan

bayi melintang di pangkuan ibu kemudian menepuk-nepuk punggung bayi

6. Menganjurkan kepada ibu untuk menyusui bayi segera setelah lahir,susukan bayi

tanpa jadwal,keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih

lembek,keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi

kebutuhan ASI

7. Menilai dan memberitahu ibu tanda-tanda bahaya masa nifas seperti

a. Demam tinggi hingga melebihi 38OC.

b. Perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah lebih banyak dari

perdarahan haid biasa atau bila memerlukan penggantian pembalut 2 kali dalam

setengah jam

c. Nyeri perut hebat di bagian abdomen .

d. Sakit kepala dan pandangan kabur.

e. Rasa sakit , merah atau bengkak dibagian betis atau kaki.

f. Puting payudara berdarah

8. Memberitahu ibu tentang kebutuhan nutrisi yaitu.yang mengandung karbohidrat

untuk tenaga seperti yang terdapat pada nasi , jagung, roti, dan kentang, lalu

protein hewani dan nabati yang terdapat dalam telur, tahu, tempe, ikan, sayuran

hijau yang banyak mengandung zat besi seperti bayam daun papaya, kangkung,

lalu buah yang banyak mengandung vitamin dan serat seperti jeruk, papaya,
mangga, serta minum 8 gelas perhari untuk memenuhi kebutuhan ibu dan proses

menyusui

9. Menganjurkan ibu untuk cukup istirahat pada malam hari 7-8 jam /hari dan 1-2 jam

pada siang hari karena bila ibu kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam

beberapa hal antara lain mengurangi jumlah asi yang diproduksi dan

memperlambat proses involusi uteri.

Pada tanggal 11 april 2015

a. Memberitahu kondisi ibu saat ini dengan hasil pemeriksaan payudara masih

mengalami bendungan asi

b. Mengkaji tentang perawatan payudara kepada ibu yaitu

- Mencuci tangan

- Mempersilahkan untuk duduk dengan tenang,jika memungkinkan dengan

diikitu oleh suami yang memberikan dukungan.

- Ibu dipersilahkan untuk menggendong bayinya agar terjadi kontak kulit

antara ibu dan bayinya. Ibu dapat menaruh bayi di pangkuannya namun

jikatidak memungkinkan ia cukup melihat dari dekat.

- Masase payudara dan ASI diperas dengan tangan sebelum menyusui

- Kompres dengan air dingin untuk mengurangi statis pembuluh

darah vena dan mengurangi rasa nyeri. Dapat dilakukan selang seling dengan

air panas untuk melancarkan aliran darah pada payudara.

- Menyusui lebih sering dan lebih lama pada payudara yang bengkak untuk

melancarkan ASI dan menurunkan tegangan pada payudara

c. Kaji ulang kembali tentang pengeluaran ASI.

- Ibu membungkuk ke depan, serta duduk pada meja dengan tangan terlipat

dan kepala diletakkan diatas tangannya.


- Payudara dibiarkan menggantung dan terlepas dari kain penutupnya.

- Usap bagian punggung ibu kemudian beri tekanan memutar dengan ibu jari

mengarah kebagian bawah sepanjang tulang belakang yang dimulai dari

leher dan punggung , kemudian kearah bawah selama 3 menit.

- Pijat aerola mamae untuk mengetahui bagaimana pengeluaran ASI.

- Pakai BH yang menopang payudara.

- Cuci tangan.

d. Mengajarkan kembali pada ibu tehnik menyusui yang benar.

- Cuci tangan yang bersih dengan sabun,keluarkan sedikit asi dan oleskan

kesekitar puting,dengan posisi duduk atau berbaring santai

- Ibu harus mencari posisi yang nyaman, biasanya duduk tegak di tempat

tidur dan ibu harus merasa rileks dan santai

- Lengan ibu menopang kepala leher dan seluruh badan bayi muka bayi

menghadap ke payudara ibu hidung bayi di depan puting susu ibu posisi bayi

harus sedemikian rupa sehingga perut bayi menghadap ke perut ibu bayi

seharusnya berbaring dengan seluruh tubuhnya menghadap ibu kepala harus

sejajar dengan perutnya.Mendekatkan bayi ke tubuhnya dan mengamati bayi

yang siap untuk menyusu: membuka mulut, bergerak mencari dan menoleh

bayi harus berada dekar dengan payudara ibu.

- Ibu menyentuh puting susunya ke bibir bayi, menunggu hingga mulut bayi

terbuka lebar kemudian mengarahkan puting susu ibu hingga bibir bayi dapat

menangkap puting susu ibu, ibu memegang payudara dengan satu tangan

dengan cara meletakkan keempat jari di bawah payudara dan ibu jari di atas
payudara ibu jari dan telunjuk harus membentuk huruf “C” dan ibu jari ibu

tidak boleh terlalu dekat dengan areola

- Pastikan bahwa sebagian besar aerola masuk ke dalam mulut bayi semua, dagu

rapat ke payudara dan hidungnya menyentuh bagian atau payudara dan bibir

bawah bayi melengkung kearah luar

- Bayi diletakan menghadap ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi

jangan hanya leher dah bahunya saja

- Jika bayi sudah selesai menyusu, ibu harus mengeluarkan puting dari mulut

bayi dengan cara memasukan jari kelingking ibu di antara mulut dan payudara

- Menyendawakan bayi dengan menyandarkan bayi di pundak atau

menelungkupkan bayi melintang di pangkuan ibu kemudian menepuk-nepuk

punggung bayi.

e. Menganjurkan ibu tetap memberi ASI pada bayinya sesering mungkin dan tanpa

jadwal.

f. Mengkaji kembali pada ibu tentang tanda-tanda bahaya masa nifas

g. Menanyakan kepada ibu tentang kebutuhan nutrisi

h. Mengkaji ulang ibu apakah ibu sudah cukup istirahatnya.

Pada tanggal 13 April 2015

a. Memberitahu kondisi ibu saat ini dengan hasil pemeriksaan payudara sudah

tidak mengalami bendungan Asi.

b. Mengevaluasi tentang perawatan payudara.

c. Mengevaluasi tentang tehnik pengeluaran asi.

d. Mengevaluasi tentang tehnik menyusui yang benar.

e. Menanyakankembali pada ibu tentang tanda-tanda bahaya pada masa nifas


f. Mengevaluasi ibu untuk tetap mengonsumsi makanan yang bernutrisi

g. Mengevaluasi ibu untuk cukup istirahat

h. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 2 minggu yang akan

datang, sesuai jadwal yang telah ditentukan atau terdapat keluhan dan

memastikan involusi uterus berjalan normal, menilai tanda – tanda demam,

infeksi atau perdarahan abnormal, memastikan ibu mendapat cukup makanan,

cairan, dan istirahat, memastikan ibu menyusui dengan baik dan memberikan

konseling mengenai asuhan pada bayi.

c. Pembahasan

Tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus , penulis melakukan

tindakan sesuai dengan rencana asuhan yang telah diberikan terhadap Ny. A.

4.7 Evaluasi

1. Tinjauan teori

Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang dilakukan bidan.

Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan, ulangi kembali proses

manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sedah dilaksanakan tapi

belum efektif atau merencanakan kembali yang belum terlaksana (Ambarwati, 2010;

h. 147).

2. Tinjauan kasus

Pada tanggal 8 april 2015

a. Ibu mengerti tentang kondisinya saat ini.

b. Ibu mengerti tentang keluhan yang dialami.

c. Ibu telah dilakukan perawatan payudara dan ibu mengerti cara melakukan

perawatan payudara.

d. Ibu telah melakukan tehnik pengeluaran asi.


e. Ibu mengerti tentang tehnik menyusui yang benar dan bisa mempraktekannya.

f. Ibu bersedia untuk menyusui bayinya sesering mungkin.

g. Tidak ada tanda-tanda infeksi masa nifas dan ibu mengerti tentang tanda-tanda

bahaya masa nifas

h. Ibu bersedia untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.

i. Ibu mengerti akan kebutuhan istirahat yang cukup

Pada tanggal 11 april 2015

a. Ibu mengerti tentang kondisinya saat ini.

b. Ibu telah mengerti tentang perawatan payudara dan telah mempraktekannya

dirinya.

c. Ibu mengatakan tetap memberikan ASI Pada bayinya sesering mungkin dan tanpa

jadwal setiap 2 jam sekali

d. Ibu mengerti tentang tehnik menyusui yang benar dan telah mempraktekannya.

e. Ibu sudah mengerti tentang tanda-tanda masa nifas

f. Ibu telah mengkonsumsi makanan yang mengandung nutrisi.

g. Ibu mengatakan selama dia mempunyai bayi ibu tidur jarang yaitu 6 jam pada

malam hari karna terbangun jika bayi nya ingin menyusui dan ibu istirahat pada

siang hari 1-2 jam..

Pada tanggl 13 April 2015

a. Ibu mengerti dengan kondisinya.

b. Ibu telah melakukan perawatan payudara yang baik dan benar.

c. Ibu mengatakan mengatakan mengerti penjelasan yang telah di berikan dan

mampu mempraktikanya sesuai yang telah diajarkan

d. Ibu telah melakukan teknik menyusui dengan benar.


e. Ibu mengerti akan mengkonsumsi makanan bernutrisi yang mengandung

karbohidrat untuk tenaga seperti yang terdapat pada nasi , jagung, roti, dan

kentang, lalu protein hewani dan nabati yang terdapat dalam telur, tahu, tempe,

ikan, sayuran hijau yang banyak mengandung zat besi seperti bayam daun papaya,

kangkung, lalu buah yang banyak mengandung vitamin dan serat seperti jeruk,

papaya, mangga, serta minum 8 gelas perhari untuk memenuhi kebutuhan ibu dan

proses menyusui

f. Sudah dilakukan evaluasi terhadap ibu dan hasilnya ibu tidak ada tanda-tanda

infeksi masa nifas.

g. Ibu mengganti pola istirahat tidur malam yang kurang dengan melakukan tidur

siang saat bayinya tertidur.

h. Ibu mengerti dan akan melakukan kunjungan ulang atau bila ada keluhan

3. Pembahasan

Dari pembahasan diatas, tidak ada kesenjangan antara teori dan tinjauan kasus, karena

seluruh evaluasi telah dilakukan dengan hasil ibu sudah dapat melakukan semua

tindakan yang telah diajarkan dengan baik dan benar.


BAB V

PENUTUP

Dari hasil study kasus yang penulis uraikan dalam laporan study kasus kebidanan dengan

judul Asuhan Kebidanan terhadap Ny. A P1A0 post partum hari ke 3 dengan bendungan ASI,

maka penulis menentukan kesimpulan dan saran yang dapat bermanfaat.

5.1 Kesimpulan

Penulis mampu melakukan Asuhan Kebidanan Ibu Nifas terhadap Ny. A P1A0 3 hari

post partum dengan bendungan ASI menggunakan metode langkah varney diantaranya :

1. Penulis telah mampu melakukan pengkajian data pada Asuhan Kebidanan pada Ny

A P1AO post partum hari ke 3 dengan bendungan ASI di BPS Irmayani Amd.Keb

Bandar Lampung menggunakan tekhnik asuhan kebidanan manajemen langkah

varney

2. Penulis telah mampu menentukan interpretasi data ibu nifas berdasarkan hasil

pengumpulan data terhadap Ny. A Diagnosa Ny. A umur 19 tahun P1A0 post partum

hari ke 3 dengan bendungan ASI di BPS Irmayani , Amd.Keb Bandar Lampung

Tahun 2015 tidak ada masalah potensial

3. Penulis telah mampu menentukan diagnosa/masalah potensial terhadap Ny. A umur

19 tahun P1A0 3 hari post partum dengan bendungan ASI di BPS Irmayani Amd.Keb

Bandar Lampung Tahun 2015 tidak ada masalah potensial

4. Penulis telah mampu tindakan antisipasi pada ibu dengan penatalaksanaan bendungan

ASI terhadap Ny. A umur 146


19 tah un P1A0 3 hari post partum dengan bendungan ASI

di BPS Irmayani Amd.Keb Bandar Lampung Tahun 2015

5. Penulis telah mampu merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada ibu nifas

dengan bendungan ASI terhadap Ny.A umur 19 tahun P1A0 3 hari post partum dengan

bendungan ASI di BPS Irmayani Amd.Keb Bandar Lampung Tahun 2015


6. Penulis telah mampu melaksanakan asuhan kebidanan yang telah direncanakan pada

ibu nifas dengan penatalaksanaan bendungan ASI terhadap Ny. A umur 19 tahun P1A0

3 hari post partum dengan bendungan ASI di BPS Irmayani Amd. Keb Bandar

Lampung Tahun 2015

7. Penulis telah mampu melakukan evaluasi terhadap asuhan yang telah diberikan pada

ibu nifas dengan penatalaksanaan bendungan ASI terhadap Ny. A umur 19 tahun P1A0

3 hari post partum dengan bendungan ASI di BPS Irmayani Amd.Keb Bandar

Lampung Tahun 2015.

5.2 Saran

Saran yang penulis berikan ditujukkan untuk tenaga kesehatan khususnya bidan serta

untuk ibu yang berada dalam nifas normal.

1. Bagi Institusi Pendidikan

Dengan telah disusunnya Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat meningkatkan

keefektifan dalam belajar, pengetahuan, kemampuan dan keterampilan mahasiswa

dalam mengaplikasikan study yang telah didapatkan, serta untuk melengkapi sumber-

sumber buku kepustakaan sebagai bahan informasi dan refrensi yang penting dalam

mendukung pembuatan Karya Tulis Ilmiah.

2. Bagi Lahan Praktek

Diharapkan pihak lahan praktek bisa lebih meningkatkan mutu pelayanan secara

komprehensif berdasarkan kewenangan bidan dalam memberikan pelayanan asuhan

kepada ibu nifas dan mengajarkan cara perawatan payudara dan pengeluaran asi agar

tidak terjadi bendungan ASI.


3. Bagi Masyarakat khususnya ibu nifas

Diharapkan untuk lebih mengerti lagi dalam perawatan masa nifas, meningkatkan

frekuensi kunjungan masa nifas untuk mendeteksi dini adanya tanda bahaya atau

penyulit pada masa nifas, sehingga bila ada komplikasi dapat diatasi dengan segera.

4. Bagi Penulis

Sebaiknya setiap mahasiswa (penulis) dapat terus menerapkan manajemen dan asuhan

kebidanan yang telah dimiliki serta terus mengikuti kemajuan dan perkembangan

dalam dunia kesehatan khususnya dalam dunia kebidanan.


DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Retna Eny & Wulandari Diah. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta :
Nuha Medika

Bahiyatun. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta : EGC

Estiwidani, et all. 2008. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya

Jannah,Nurul. 2011. Konsep Kebidanan. Bandar Lampung: AR-RUZZ MEDIA


Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas ( Puerpurium ). Jakarta : CV.
Trans Info Media
Dewi, Vivian Nanny Lia & Tri Sunarsih. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta :
Salemba Medika
Notoatmodjo, Soekijo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :Rineka Cipta

Notoadmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta


Rukiyah, Aiyeyeh, et all. 2010.Asuhan Kebidanan Patologi. Jakarta :Transinfo
Rukiyah, Aiyeyeh, et all. 2011. Asuhan Kebidanan III Nifas. Jakarta : Trans Info Media
Saleha, Sitti. 2009. Asuhan kebidanan pada masa nifas. Jakarta :Salemba Medika
Soepardan, Suryani. 2005. Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC

Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta : Fitramaya
Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Yogyakarta:Salemba
Medika
Suherni, et all. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya
Prawirohardjo, Sarwono.2008. Ilmu Kebidanan. 2008. Jakarta: PT.Bina Pustaka
Prawirohardjo, Sarwono.2010. Ilmu Kebidana. 2010. Jakarta: PT.Bina Pustaka
Yanti, Damai & Dian Sundawati, 2011. Asuhan kebidanan Masa Nifas. Bandung: Refika
Aditama
Tambunan, S. Eviana & Kasim Derwani. 2011. Panduan Pemeriksaan Fisik Bagi Mahasiswa
Keperawatan . Jakarta : Salemba Medika
Sumber Lain:
http://www.who.int/nutrition, Diunduh tanggal 28 April 2015 Jam 14:00 wib
http://www.asipasti.info/2014/02/cakupan-asi-eksklusif-tahun-2013-hanya.html,2014,
Diunduh tanggal 28 April 2015 jam 15:00 wib
http://www.depkes.go.id/...PROVINSI.../08_Profil_Kes_Prov.Lampung_2012,
Diunduh tanggal 17 September 2015 jam 20:00 wib

http://diskes.bandarlampungkota.go.id, Diunduh tanggal 17 September 2015 jam 20:00 wib


DOKUMENTASI
Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

Tentang Perawatan Payudara dan Tehnik Pengeluaran Asi

Disusun Oleh :

HILDA PEBRINA RAMBE

NIM 201207023

AKADEMI KEBIDANAN ADILA

BANDAR LAMPUNG

TAHUN 2014/2015
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Asuhan Kebidanan Tentang Perawatan Payudara dan Teknik


Pengeluaran ASI

Sub Topik : Perawatan Payudara dan Teknik pengeluaran asi

Hari / Tanggal : Sabtu , 11 April 2015

Waktu : 16.00 wib – 16.30 wib

Tempat : Rumah Ny. A dan Tn. D

Penyuluhan / Pembicara : Hilda Pebrina Rambe.

Peserta / Sasaran : Ibu Nifas

Karakteristik : Ibu Nifas

Jumlah : 1 Orang

A. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan ini , diharapkan ibu nifas dapat mengetahui teknik
pengeluaran asi dan perawatan payudara yang baik dan benar
B. Tujuan Khusus
1. Diharapkan ibu nifas dapat mengetahui pengertian tentang masa nifas
2. Diharapkan ibu nifas dapat mengetahui perawatan payudara
3. Diharapkan ibu hamil dapat mengetahui tehnik pengeluaran asi

Materi: Terlampir
1. Pengertian tentang masa nifas
2. Perawatan payudara
3. Tehnik pengeluaran asi
C. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab

D. Media
1. Leaflet

POKOK KEGIATAN

NO MATERI KEGIATAN PENYULUHAN


1. Pembukaan 1. Mengucapkan salam
(5 menit) 2. Menyampaikan tujuan umum dan tujuan khusus
3. Menyampaikan waktu atau kontrak waktu yang
akan digunakan dan mendiskusikannya dengan
peserta
4. Memberikan sedikit gambaran mengenai
informasi yang akan disampaikan
2. Proses 1. Menjelaskan tentang pengertian masa nifas
(15 menit) 2. Menjelaskan tentang perawatan payudara
3. Menjelaskan tentang tehnik pengeluaran asi
3. Evaluasi 1. Menanyakan kepada peserta apakaah peserta
(5 menit) mengerti tentang penjelasan tersebut
2. Memberikan soal secara lisan kepada peserta
4. Penutup 1. Penyuluh mengucapkan terima kasih atas segala
(5 menit) perhatian peserta
2. Mengucapkan salam penutup
LAMPIRAN MATERI

PENDAHULUAN

Masa nifas merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan untuk selalu
melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal dapat menyebabkan
ibu mengalami berbagai masalah.

Dimana masa nifas (puerpurium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau
puerpurium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42
Hari) setelah itu

Pada permulaan nifas,apabila bayi belum menyusu dengan baik atau kemudian apabila
kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna ,terjadi bendungan asi.Payudara
panas , keras dan nyeri pada perabaan serta suhu badan tidak naik.

MATERI PENYULUHAN

-Masa nifas (puerpurium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerpurium dimulai
sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 Hari) setelah itu .

Masa nifas (puerpurium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-
kira 6 minggu .

A. Perawatan payudara adalah suatu cara yang dilakukan untuk merawat payudara agar
air susu keluar dengan lancar. Perawatan payudara untuk ibu menyusui merupakan
salah satu upaya dukungan terhadap pemberian ASI.
B. Manfaat Perawatan Payudara
Menjaga kebersihan payudara, terutama kebesihan putting susu agar terhindar dari
infeksi. Melunakkan serta memperbaiki bentuk putting susu sehingga bayi dapat
menyusu dgn baik. Merangsang kelenjar-kelenjar air susu sehingga produksi asi
lancar. Mengetahui secara dini kelainan putting susu & melakukan usaha-usaha untuk
mengatasinya.

C. Tujuan
Tujuannya adalah memperlancar pengeluaran ASI saat masa menyusui. Untuk pasca
persalinan, lakukan sedini mungkin, yaitu 1 sampai 2 hari dan dilakukan 2 kali sehari.

D. Peralatan untuk perawatan payudara


- Kursi dan meja
- Handuk 2 buah
- Penjepit handuk
- Washlap 2 buah
- 2 Baskom (masing-masing berisi air hangat & dingin)
- Cangkir 1 buah

E. Cara melakukan perawatan payudara ibu menyusui dengan benar


Prosedur pelaksanaan :
- Memposisikan ibu duduk dengan posisi yang nyaman
- Buka pakaian bagian atas ibu
- Letakkan handuk diatas pangkuan ibu & tutuplah payudara dgn handuk
kemudian jepit.
- Kompres dengan air hangat selama 2-5 menit, kemudian ganti dengan
air dingin (lakukan pengompresan pada payudara secara bergantian
dengan payudara sebelah kanan dan kiri)
- Kemudian angkat washlap sambil menekan bagian areola sampai ke
puting
- Geser handuk ke arah belakang
- Lakukan pijit oksitosin (love) dibagian punggung bagian belakang,
dilakukan selama 5-10 menit sampai ASI keluar. Cara melakukan pijat
oksitosin :
a. Ibu duduk rileks bersandar ke depan, tangan dilipat diatas meja
dengan kepala diletakkan diatasnya
b. Penolong memijat di sepanjang sisi tulang belakang
c. Menggunakan dua kepalan tangan dengan ibu jari menujuk ke
depan
d. Tekan membentuk gerakan seperti bentuk hati (love)
- Lakukan proses pengeluaran ASI, dengan cara :
a. Letakkan cangkir dibawah payudara, posisi bidan berada
dibelakang pasien
b. Jika puting susu tenggelam, lakukan peregangan di bagian areola
kemudian tarik bagian puting susu
- Bantu ibu mengenakan pakaian dan bereskan alat
- Kemudian cuci tangan

Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan
Perawatan payudara perlu dilakukan bagi ibu yang menyusui. Perawatan payudara
yang tidak tepat, bisa menimbulkan berbagai masalah dalam menyusui.

B. Saran
Diharapkan ibu mengerti bagaimana cara melakukan perawatan payudara yang benar
dan dapat mempraktikkan sendiri secara mandiri. Diharapkan pula para ibu dapat
melakukan perawatan payudara secara rutin.

Evaluasi

Jenis : Tanya jawab

Bentuk : Secara lisan

Jumlah : 4 soal

Pertanyaan :

1. Apa pengertian perawatan payudara?


2. Sebutkan tujuan perawatan payudara?
3. Berapa kali sehari perawatan payudara di lakukan?
4. Alat apa saja yang digunakan dalam perawatan payudara?
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Vivian Nanny Lia., & Sunarsih, Tri.2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.
Jakarta : Salemba Medika

Sulistyawati, Ari. 2009. Buku AjarAsuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta : CV.
Andi Offset

Anda mungkin juga menyukai