Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS NORMAL

PADA NY. L P1A0 UMUR 18 TAHUN PADA 6 JAM POSTPARTUM

DI PUSKESMAS TANGEN, SRAGEN

Dosen Pembimbing :

Rosalinna, S.ST.,M.Keb.

Disusun Oleh :

Nama : Laila Adawiyyah Malika

NIM : P27224021080

Prodi : Sarjana Terapan Berlanjut Profesi Semester 3

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

JURUSAN KEBIDANAN

2022
LEMBAR PERSETUJUAN
ASUHAN KEBIDANAN NIFAS NORMAL
PADA NY. L P1A0 UMUR 18 TAHUN PADA 6 JAM POSTPARTUM
DI PUSKESMAS TANGEN, SRAGEN

Disusun Oleh :
Nama : Laila Adawiyyah Malika

NIM : P27224021080

Prodi : Sarjana Terapan Berlanjut Profesi Semester 3

Tanggal Pengkajian : 25 Oktober 2022

Pembimbing Lapangan
Tanggal :
Di : Puskesmas Tangen

Sri Lestari, S.Keb.Bdn


NIP.196903191989032003

Dosen Pembimbing
Tanggal :
Di : Poltekkes Surakarta

Rosalinna, S.ST.,M.Keb.
NIP. 197705152008122002

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun Laporan
Kasus “Asuhan Kebidanan Nifas Normal Pada Ny. L Umur 18 tahun P 1A0 Pada
6 jam Post Partum di Puskesmas Tangen”
Dalam penyusunan laporan ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada :
1. KH. Endah Widhi Astuti, M.Mid, selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Surakarta yang telah memberi dukungan dan
motivasinya guna terselesainya laporan kasus ini.
2. Dr Sri Wahyuni, M.Mid , selaku Ketua Prodi D-IV Kebidanan Politekhnik
Kesehatan Kemenkes Surakarta.
3. Rosalinna, S.ST.,M.Keb. selaku Dosen Pembimbing Institusi yang senantiasa
membimbing dan memberikan arahan dalam tersusunnya laporan kasus ini.
4. Sri Lestari S.Keb.Bdn selaku Pembimbing Lahan yang senantiasa
membimbing dan memberikan arahan saat pelaksaan praktek di lapangan.
5. Semua pihak yang telah membantu penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, semoga laporan ini dapat memberikan
manfaat baik bagi penulis secara pribadi maupun kepada para pembaca pada
umumnya.

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................................i

KATA PENGANTAR......................................................................................................................ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN1

A. Latar Belakang...........................................................................................................................1

B. Tujuan........................................................................................................................................3

C. Manfaat......................................................................................................................................3

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Nifas........................................................................................................................5

B. Perubahan Fisiologis Masa Nifas..............................................................................................6

C. Perubahan Psikologis Masa Nifas.............................................................................................7

D. Kebutuhan Dasar Pada Ibu Nifas..............................................................................................8

E. Kunjungan Ibu Nifas................................................................................................................10

F. Deteksi Dini Komplikasi Ibu Nifas..........................................................................................14

G. Pemeriksaan Fokus Pada Ibu Nifas.........................................................................................18

H. Penkes Untuk Ibu Nifas.......................................................................................................... 23

I. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.......................................................................5

BAB IIITINJAUAN KASUS

Laporan Kasus Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.................................................................24

BAB IV PEMBAHASAN

Pembahasan Kasus.........................................................................................................................32

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................................................................34

B. Saran…………………………………………………………………………..34
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................35

BAB I

i
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas merupakan masa setelah persalinan yaitu terhitung dari setelah
plasenta keluar, masa nifas disebut juga masa pemulihan, dimana alat-alat kandungan
akan kembali pulih seperti semula. Masa nifas merupakan masa ibu untuk
memulihkan kesehatan ibu yang umumnya memerlukan waktu 6-12 minggu
(Nugroho, Nurrezki, Desi, & Wilis, 2014). Nifas adalah periode mulai dari 6 jam
sampai dengan 42 hari pasca persalinan (Kementrian Kesehatan, 2014). Ketika masa
nifas terjadi perubahan-perubahan penting, salah satunya yaitu timbulnya laktasi.
Laktasi adalah pembentukan dan pengeluaran air susu ibu. Laktasi terjadi oleh karena
pengaruh hormon estrogen dan progesterone yang merangsang kelenjar-kelenjar
payudara ibu.
Air Susu Ibu (ASI) eksklusif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun
2012 ini sangat penting diberikan kepada bayi sejak bayi dilahirkan hingga selama
enam bulan, tanpa menambahkan atau mengganti dengan makanan atau minuman.
Pemberian ASI eksklusif bertujuan untuk memenuhi asupan ASI pada bayi sejak
dilahirkan sampai dengan berusia enam bulan karena ASI mengandung kolostrum
yang kaya akan antibodi dan mengandung zat-zat penting seperti protein untuk daya
tahan tubuh dan pembunuh kuman dalam jumlah tinggi sehingga pemberian ASI
eksklusif dapat mengurangi risiko kematian pada bayi.
Namun pada kenyataannya, ibu yang memiliki bayi baru lahir tidak semua
menyusui bayinya dengan baik disebabkan oleh karena faktor internal dan eksternal.
Faktor internal meliputi rendahnya pengetahuan dan sikap ibu, sedangkan faktor
eksternal meliputi kurangnya dukungan keluarga, masyarakat, petugas kesehatan
maupun pemerintah, gencarnya promosi susu formula (Hanifah, Astuti, & Susanti,
2017). Kurangnya pengetahuan ibu mengenai cara perawatan payudara pada pasca
persalinan dan Teknik menyusui bayi yang tidak benar dapat mengakibatkan ibu
mengalami bendungan ASI. (Roesli, 2005; hal 9-24).

i
Bendungan ASI adalah dimana keadaan payudara terasa lebih penuh/tegang dan
nyeri sekitar hari ketiga atau keempat sesudah melahirkan akibat stasi divena dan
pembuluh limfe,tanda bahwa ASI mulai banyak disekresi. Sering terjadi pada
payudara yang elastisitasnya kurang. Bila tidak dikeluarkan,ASI menumpuk dalam
payudara sehingga areola menjadi lebih menonjol,putting lebih datar dan sukar
diisap bayi. Kulit payudara nampak lebih merah mengkilat,ibu demam, dan
payudara terasa nyeri sekali (Prawirohardjo, 2005; hal 652).
Menurut penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI pada
tahun 2018 kejadian bendungan ASi di Indonesia terbanyak terjadi pada ibu-ibu
bekerja sebanyak 16% dari ibu menyusui (Kemenkes, 2019). Sementara hasil
Survey Sosial Ekonomi Daerah (Suseda) Propinsi Jawa Barat tahun 2018 kejadian
bendungan ASI pada ibu menyusui di Jawa Tengah yaitu 13% (1-3 kejadian dari
100 ibu menyusui) terjadi di perkotaan dan 2-13% (2-13 kejadian dari 100 ibu
menyusui) terjadi di pedesaan (Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Tengah, 2014).
Pemerintah telah membuat kebijakan pada masa nifas. Padakebijakan program
nasional masa nifas paling sedikit empat kali kunjungan yang dilakukan. Dalam
Kepmenkes RI. No. 369/ MENKES/SK/III/2007, petugas kesehatan memberikan
asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi pada proses laktasi atau
menyusui dan teknik menyusui yang benar serta penyimpangan yang lazim terjadi
termasuk pembekakan payudara, mastitis, abses, puting lecet, puting masuk.
Mengingat pentingnya pemberian ASI, maka perlu adanya perhatian dalam proses
laktasi agar terlaksana dengan benar. Sehubungan dengan hal tersebut telah
ditetapkan dengan Kepmenkes RI. No. 450/MENKES/IV/2004 tentang pemberian
Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi Indonesia.
Menurut hasil studi pendahuluan pada bulan Februari 2021 dalam pemberian
asuhan ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Majegan ditemukan bahwa ibu nifas
sudah diberikan asuhan sesuai dengan standar asuhan nifas mulai dari kunjungan
pertama (6 jam setelah persalinan) sampai pada kunjungan keempat yaitu 6 minggu
setelah ibu melahirkan.

i
Asuhan kebidanan pada ibu bersalin merupakan salah satu kompetensi utama
bidan. Oleh karena itu bidan diharapkan dapat melaksanakan tugasnya secara
profesional dan berkualitas dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan,
tanggap terhadap masalah, mampu memenuhi kebutuhan ibu dan bayi. Sehingga,
berdasarkan penjabaran di atas, penulis ingin melakukan “Asuhan Kebidanan Nifas
dan Menyusui pada Ny. L Usia 18 Tahun P1 A0 nifas 6 jam – 3 hari hari fisiologis
di Wilayah Kerja Puskesmas Tangen, Kabupaten Sragen”.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dan menyusui dengan
menggunakan pendekatan manajemen kebidanan 7 langkah Varney.
2. Tujuan Khusus
 Melaksanaan pengkajian pada ibu nifas dan menyusui.
 Menginterprestasikan data serta merumuskan diagnosa kebidanan, masalah
dan kebutuhan ibu nifas dan menyusui.
 Merumuskan diagnosa potensial ibu nifas dan menyusui.
 Melakukan intervensi tindakan segera pada nifas dan menyusui.
 Merencanakan tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan pengkajian pada
ibu nifas dan menyusui.
 Mengidentifikasi kesenjangan antara teori dan asuhan yang diberikan pada ibu
nifas dan menyusui.
 Menganalisis jurnal yang sesuai dengan asuhan yang diberikan pada ibu nifas
dan menyusui.

C. Manfaat
 Bagi Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis dalam memberikan
asuhan pada ibu nifas dan menyusui.

i
 Bagi Institusi
Hasil laporan pengelolaan kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber
referensi khususnya tentang asuhan kebidanan pada ibu nifas dan menyusui
dengan telaah jurnal yang sesuai asuhan yang diberikan.
 Bagi Pelayanan Kesehatan
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan studi banding dalam
melaksanakan pelayanan khususnya pada ibu nifas dan menyusui.
 Bagi Profesi Bidan
Sebagai sumbangan teoritis maupun aplikasi bagi profesi bidan dalam asuhan
pada ibu nifas dan menyusui.

i
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Nifas
Masa nifas atau post partum disebut juga puerpurium yang berasal dari
bahasa latin yaitu dari kata “Puer” yang artinya bayi dan “Parous” berarti
melahirkan. Nifas yaitu darah yang keluar dari rahim karena sebab melahirkan
atau setelah melahirkan (Anggraeni, 2010).
Masa nifas (puerpurium) dimulai sejak plasenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung kira-kira 6 minggu. Puerperium (nifas) berlangsung selama 6
minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat
kandungan pada keadaan yang normal (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Jadi masa nifas adalah masa yang dimulai dari plasenta lahir sampai
alatalat kandungan kembali seperti sebelum hamil, dan memerlukan waktu kira-
kira 6 minggu.

B. Perubahan Fisiologi Masa Nifas


Menurut Dewi dan Tri (2011) Ada beberapa perubahan fisiologis pada ibu masa
nifas, yaitu:
1. Sistem Reproduksi
A) Uterus
Secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali
seperti sebelum hamil.
Tabel 2.2. Involusi Uterus
Involusi TFU Berat uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 g
Uri lahir Dua jari bawah pusat 750 g

i
Satu minggu Pertengahan pusat simfis 500 g

Dua minggu Tak teraba diatas simfisis 350 g

Enam minggu Normal 50 g


Delapan minggu Sebesar normal 30g

Sumber: (Dewi dan Tri, 2011)


 Lokia
Lokia adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina bagian
dalam masa nifas. Lokia terdiri atas:
 Lokia Rubra/merah (kruenta)
Berwarna merah kehitaman, berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban,–
sel desidua, verniks caseosa, lanugo dan mekonium. Berlangsung 1–3 hari.
 Lokia Sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari 3-5 post partum
 Lokia Serosa
Berwarna kekuningan atau kecoklatan. Lebih sedikit darah dan lebih banyak
serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta. Pada hari 5–9
post partum.
 Lokia Alba
Cairan putih, mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut
jaringan yang mati, muncul lebih dari hari ke- 10 postpartum.
 Lokia Purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
 Lokiostasis
Lokia tidak lancer keluarnya.

i
B.Serviks
Setelah persalinan, serviks menjadi lunak, kendur dan terkulai Serviks
tersebut bisa melepuh dan lecet, terutama di bagian anterior. Serviks akan
terlihat padat yang mencerminkan vaskularitasnya yang tinggi, lubang serviks
lambat laun mengecil, beberapa hari setelah persalinan dari retak karena
robekan dalam persalinan. Rongga leher serviks bagian luar akan membentik
seperti keadaan sebelum hamil pada saat empat minggu postpartum.
C.Vagina
Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerpurium merupakan
suatu saluran yang luas berdinding tipis. Secara berangsur- angsur luasnya
berkurang., tetapi jarang sekali kembali seperti ukuran seorang nulipara. Rugae
timbul kembali pada minggu ketiga. Himen tampak sebagai tonjolan jaringan
yang kecil, yang dalam proses pembentukan berubah menjadi karunkulae
mitiformis yang khas bagi wanita multipara.
D.Sistem Perkemihan
Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36
jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen
yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan
ini menyebabkan dieresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam
tempo 6 minggu.
E.Sistem Pencernaan
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini
disebabkan karena saat melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang
menyebabkan colon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan saat
melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid dan laserasi jalan lahir.
F.Sistem Kardiovaskular
Selama kehamilan volume darah normal, setelah kelahiran terjadi
penurunan estrogen menyebabkan diuresis, dan secara cepat mengurangi

i
volume plasma kembali pada proporsi normal. Aliran ini terjadi dala 2-4 jam
post partum.
G.Sistem Muskuloskeletal
Ligamen-ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang sewaktu
kehamilan dan persalinan ber angsur-angsur kembali seperti semula.
H.Tanda-tanda Vital
a. Suhu badan
Dalam 1 hari (24 jam) postpartum, suhu badan akan naik sedikit (37,50 –
380C) akibat dari kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan
kelelahan. Apabila dalam keadaan normal, suhu badan akan menjadi biasa.
Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena ada pembentukan
ASI. Bila suhu tidak turun, kemungkinan adanya infeksi pada endometrium.
b. Nadi Denyut
Nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Denyut nadi sehabis
melahirkan biasanya akan lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100x/
menit, harus waspada kemungkinan dehidrasi, infeksi atau perdarahan
postpartum.
c.Tekanan darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah akan
lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah
tinggi pada saat postpartum menandakan terjadinya preeklampsi postpartum.
d. Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut
nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya,
kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan
pada masa postpartum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda
syok.

C. Perubahan Psikologi Masa Nifas

i
Menurut Heryani (2012), Fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas
antara lain:

a. Fase Taking in
Fase ini merupakan periode ketergantungan, yang berlangsung dari
hari pertama sampai hari ke dua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada
dirinya sendiri, sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya.
Ketidaknyamanan yang dialami antara lain rasa mules, nyeri pada luka
jahitan, kurang tidur, kelelahan. Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini
adalah istirahat cukup, komunikasi yang baik dan asupan nutrisi. Gangguan
psikologis yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini :
1) Kekecewaan pada bayinya
2) Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami
3) Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya
4) Kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya
b. Fase Taking Hold
Fase ini berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa
khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam perawatan
bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif sehingga mudah tersinggung. Hal yang
perlu diperhatikan adalah komunikasi yang baik, dukungan dan pemberian
penyuluhan/pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan bayinya. Tugas
bidan antara lain: mengajarkan cara perawatan bayi, cara menyusui yang
benar, cara perawatan luka jahitan, senam nifas, pendidikan kesehatan gizi,
istirahat, kebersihan diri, dan lail-lain.
c. Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggungjawab akan peran
barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai
dapat menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Terjadi
peningkatan akan perawatan diri dan bayinya. Ibu merasa percaya diri akan
peran barunya, lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan

i
bayinya. Dukungan suami dan keluarga dapat membantu merawat bayi.
Kebutuhan akan istirahat masih diperlukan ibu untuk menjaga kondisi
fisiknya.

D. Kebutuhan Dasar Pada Ibu Nifas


Menurut Saleha (2009) kebutuhan dasar ibu pada masa nifas meliputi:
1) Nutrisi dan Cairan
Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut:
a) Mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
b) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral,
dan vitamin yang cukup.
c) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.
d) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya
selama 40 hari pascapersalinan.
e) Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin
A kepada bayinya melalui ASI.
2) Ambulasi
Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar secepat
mungkin bidan membimbing ibu postpartum bangun dari tempat tidurnya
dan membimbing ibu secepat mungkin berjalan. Ibu postpartum sudah
diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-28 jam postpartum.
Keuntungan mobilisasi dini yaitu:
a) Ibu merasa lebih baik, lebih sehat dan lebih kuat.
b) Fungsi usus, sirkulasi, paru-paru dan perkemihan lebih baik.
c) Memungkinkan untuk mengajarkan perwatan bayi pada ibunya.
d) Sesuai dengan keadaan indonesia (sosial ekonomis).
3) Eliminasi
a) Buang air kecil
Ibu diminta untuk buang air kecil 6 jam postpartum. Jika dalam 8
jam postpartum belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum

i
melebihi 100 cc, maka dilakukan kateterisasi. Akan tetapi kalau ternyata
kandung kemih penuh, tidak perlu menunggu 8 jam untuk kateterisasi.
b) Buang air besar
Ibu postpartum diharapkan buang air besar setelah hari kedua
postpartum. Jika hari ketiga belum juga BAB, maka perlu diberi obat
pencahar per oral atau per rectal.
4) Personal hygiene
Pada masa postpartum seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi.
Oleh karena itu kebersihan diri sangat penting untuk mencegah infeksi.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri ibu
postpartum adalah:
a) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama perinium.
b) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan
sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan
daerah vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang, kemudian
membersihkan daerah sekitar anus. Nasihati ibu untuk membersihkan
vulva setiap kali selesai buang air kecil atau air besar.
c) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya dua kali sehari.
d) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
e) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu
untuk menghindari menyentuh daerah tersebut.
5) Istirahat dan tidur
Hal-hal yang bisa dilakukan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan
istirahat dan tidur adalah sebagai berikut:
a) Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan.
b) Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah tangga
secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi
bayi tidur.

i
c) Kurang istirahat akan memengaruhi ibu dalam beberapa hal seperti
mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses
involusi uterus dan memperbanyak perdarahan dan menyebabkan
depresi serta ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
6) Aktivitas seksual
Aktivitas seksual yang dapat dilakuan oleh ibu postpartum harus
memenuhi syarat berikut ini:
a) Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan 1-2 jarinya kedalam vagina
tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk memulai melakukan hubungan
suami istri kapan saja ibu siap.
b) Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami
istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6
minggu setelah persalinan. Keputusan ini bergantung pada pasangan
yang bersangkutan.
7) Latihan dan senam nifas
Setelah persalinan terjadi involusi pada hampir seluruh organ tubuh
wanita. Involusi ini sangat jelas terlihat pada alat-alat kandungan. Sebagai
akibat kehamilan dinding perut menjadi lembek dan lemas di sertai adanya
striae gravidarum yang keindahan tubuh akan sangat terganggu. Cara
untuk mengembalikan bentuk tubuh menjadi indah dan langsing seperti
semula adalah dengan melakukan latihan dan senam nifaclinis.

E. Kunjungan Ibu Nifas


Menurut (Ambarwati dan Diah, 2009) kunjungan pada masa nifas sedikitnya 4
kali dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir serta untuk
mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi dalam
asuhan masa nifas.
1. Kunjungan I (6-8 jam setelah persalinan)
 Mencegah perdarahan masa nifas.

i
 Mendeteksi dan merawat penyebab perdarahan, rujuk bila perdarahan
berlanjut.
 Pemberian ASI awal, 1 jam setelah Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
berhasil dilakukan.
 Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.
 Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.
2. Kunjungan II (6 hari setelah persalinan)
 Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi fundus
dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal dan tidak ada bau
menyengat.
 Menilai adanya tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
 Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda
penyulit dalam menyusui.
 Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi yaitu
perawatan tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi
sehari-hari.
3. Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan)
 Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi fundus
dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal dan tidak ada bau
menyengat.
 Menilai adanya tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
 Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.
 Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda
penyulit dalam menyusui.
 Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi yaitu
perawatan tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi
sehari-hari.
4. Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)
 Menanyakan pada ibu tentang keluhan dan penyulit yang dialaminya.

i
 Memberikan konseling untuk menggunakan KB secara dini.

F. Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas


Menurut Heryani (2012), ada beberapa komplikasi pada masa nifas yaitu:
a. Perdarahan pervaginam.
b. Infeksi masa nifas.
c. Pembengkakan di wajah atau ekstremitas.
d. Demam, muntah dan rasa sakit waktu berkemih.
e. Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan terasa sakit.
f. Rasa sakit, merah, lunak dan pembengkakan di kaki.
g. Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayi nya dan dirinya
sendiri

G. Pemeriksaan Fokus Pada Ibu Nifas


1) Pemeriksaan fisik
a. Tanda – tanda vital : Tensi, nadi, respirasi dan suhu
b. Kepala dan wajah :
• Inspeksi kebersihan dan kerontokan rambut, cloasma gravidarum,
keadaan sklera, conjungtiva, kebersihan gigi dan mulut, caries.
• Palpasi palpebra, odem pada mata dan wajah
• Palpasi pembesaran getah bening, JVP, kelenjar tiroid
c. Dada :
• Inspeksi irama nafas
• Dengarkan bunyi nafas dan bunyi jantung
• Hitung frekuensi nafas
d.Payudara :
• Inspeksi keadaan puting : menonjol, datar, tertarik kedalam (inverted),
bekas luka/trauma, inspeksi areola dan seluruh mamae : ukuran,
pembengkakan, produksi ASI

i
• Palpasi daerah payudara
Kaji pengeluaran : colostrum atau ASI dengan cara letakkan jari telunjuk
dan ibu jari didaerah areola, lalu tekan perlahan, kemudian pijat sambil
mengarah ke pangkal puting susu dan lihat cairan yang dikeluarkan.
e. Ekstremitas bagian atas
• Inspeksi keadaan odem pada jari – jari atau kelainan lain
• Ajak klien untuk berjabat tangan dan kaji kekuatan otot
f. Abdomen
• Inspeksi : striae, luka/insisi, linea
• Letakkan stetoskop pada setiap kuadran abdomen untuk mendengarkan
bising usus selama 1 menit penuh
g. Lakukan pemeriksaan involutio uteri , dengan cara :
• Letakkan kedua tangan perawat pada bagian abdomen dan supra pubis
• Telapak tangan diatas suprapubis meraba daerah vesika urinaria,
sedangkan telapak tangan diatas abdomen meraba dan menemukan
tinggi fundus uteri
• Tetaplah telapak tangan pada vesika urinaria, sedangkan telapak tangan
di daerah abdomen sedikit terbuka, menghadap kearah umbilikus dan
turun menyusuri abdomen untuk menemukan tinggi fundus uteri, setelah
ditemukan kaji : intensitas, kekuatan kontraksi uterus, posisi / letak
uteri.
• Lepaskan kedua telapak tangan secara bersamaan
• Simpulkan keadaan involutio uteri : tinggi fundus uteri
h. Lakukan pemeriksaan diastasis recti abdominis ( lakukan jika tidak ada
luka SC) dengan cara :
• Letakkan dua atau tiga jari tangan perawat secara vertikal , tepat
dibawah pusat klein .
• Anjurkan klien untuk mengangkat kepala dan bahu tanpa dibantu

i
• Raba dan rasakan berapa jari yang terjepit oleh dinding abdomen ketika
klien duduk
• Simpulkan keadaan diastasis recti abdominis
i. Lakukan pemeriksaan vulva vagina, fokus pada lochia dengan cara:
• Bantu klein membuka celana dalam
• Atur klien pada posisi dorsal recumbent
• Pasang sarung tangan
• Lihat keadaan dan kebersihan vulva serta perineum
• Lihat jumlah darah yang terpapar pada pembalut
• Tanyakan kapan mengganti pembalut yang terakhir (jam berapa)
• Simpulkan karakteristik lokhia (rubra, serosa, alba)
j. Lakukan pengkajian perineum fokus pada luka episiotomi, dengan cara :
• Atur klien pada posisi Sim kiri
• Tarik pangkal paha kearah atas oleh tangan kiri dan tarik bagian bawah
oleh tangan kanan

2) Pemeriksaan psikologis
a. Fase taking in, dengan cara :
• Kaji tingkat ketergantungan klien tentang perawatan diri dan bayinya,
klien berpusat pada dirinya
• Dengarkan dan respon setiap keluhan atau pertanyaan yang diajukan
oleh klien seputar riwayat persalinan
• Ketergantungan harus berakhir pada hari kedua
b. Fase taking hold, dengan cara :
• Kaji tingkat keterlibatan klien yang berpusat pada dirinya
• Kaji tingkat keinginannya untuk mendapat pendidikan kesehatan
• Kaji tanda – tanda terjadinya depresi atau postpartum blues : gelisah,
menangis tiba – tiba, sulit tidur, marah terhadap anggota keluarga
termasuk bayi, cemas
c. Fase letting go, dengan cara :

i
• Kaji tingkat kesiapan ibu untuk merawat dirinya dan bayinya.
• Kaji pola interaksi dengan keluarga dan lingkungannya
• Kaji keinginannya untuk segera keluar dari Rumah Sakit dan ingin
merawat bayi dan keluarganya.
• Simpulkan perubahan psikologis ibu pada tahap yang mana.

H. Penkes Untuk Ibu Nifas


1. Nutrisi ibu menyusui
Pada masa nifas diet perlu mendapatkan perhatian hkhusus karena
dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat
mempengaruhi susunan air susu.Diet yang di berikan harus bermutu bergizi
tinggi,cukup kalori,tinggi protein,dan banyak mengandung cairan.
2. Kebersihan pada ibu dan bayi
Pada masa nifas,ibu sangat rentan dengan infeksi.oleh Karena itu,
kebersihan diri sangat penting untuk mencegah infeksi.kebersihan
tubuh ,pakaian ,tempat tidur , dan lingkungan sangat penting untuk di jaga.
Kebersihan kulit bayi perlu di jaga.walaupun mandin dengan membasahi
seluruh tubuh tidak harus di lakukan setiap hari tetapi bagian bagian seperti
muka,bokong dan tali pusat perlu di bersihkan secara teratur sebaiknya
mencuci tangan terlebih dahulu sebelum memegang bayi.Untuk menjaga
bayi tetap bersih hangat dan kering setelah BAK popok bayi harus segera di
ganti atau ganti pempers minimal 4 – 5 kali perhari.
3. Istirahat dan tidur
Anjurkan ibu istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan saran kan ibu untuk melakukan kembali kegiatan rumah tangga
secara bertahap,tidur siang atau segera istirahat ketika bayi tertidur.
4. Latihan atau Senam Nifas
Senam nifas bertujuan untuk memulihkan dan mengencangkan
keadaan didnding oerut yang sudah tidak indah lagi.untuk itu beri
penjelasan untuk ibu tentang beberapa hal berikut :

i
a. Diskusikan pentingnya mengembalikan fungsi otot otot perut dan panggul
kembali normal.ibu akan merasa lebih kuat dan otot perut nya menjadi
kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.
b. Jelaskan bahwa latihan tertentu selama beberapa menit setiap hari sangat
membantu yaitu dengan : tidur terlentang dan lengan di samping,tarik otot
perut sambil menarik nafas,tahan nafas dalam,angkat dagu ke dada, tahan
mulai hitungan 1 – 5 rilex dan ulangi sebyak 10 kali.
c. Berdiri dengan tungkai di rapatkan kencangan otot bokong dan pinggul
tahan sampai 5 hitungan relaksasi otot dan ulangi latihan sebanyak 5 kali.
5. Pemberian asi
Untuk mendapatkan asi yang banyak,sebaiknya ibu sudah
mengkonsumsi sayuran hijau,kacang kacangan dan minum sedikitnya 8
gelas sehari,sejak si bayi dalam kandungan.karena ini merupakan awal untuk
mendapatkan asi yang banyak , jangan lupa perawatan menggunakan baby
oil dan massage dan sekitar payudara selama hamiljuga dapat membantu
puting yang mendelep.
Ada sebagian ibu menyusui yang takut untuk memompa asinya,karena
asi akan terbuang dan berkurang,padahal teori yang betul adalah semakin
sering asi di pompa akan semakin banyak asi berproduksi untk memompa
asi,sebaliknya langsung massage payudara dengan menggunakan tangan kiri
daripada memompa dengan menggunakan alat , karena dengan
menggunakan tangan asi akan semakin terangsang untuk dapat berproduksi .
hasil yang di dapatkan pun akan lebih banyak dengan menggunakan tangan
di bandingkan dengan menggunakan alat pompanya .
6. Perawatan Payudara
a. Menjaga payudara agar tetap kering.
b. Menggunakan bra atau BH yang menyongkong payudara
c. Bila lecet sangat berat,dapat di istirahatkan selama 24 jam .asi di
keluarkan dan di minumkan dengan menggunakan sendok.

i
d. Untuk menghilangkan nyeri dapat minum paracetamol 1 tablet setiap 4
– 6 jam.
7. Hubungan seksual
Secara fisik,aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah
berhenti memasukan 1 atau 2 jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri.begitu
darah berhenti dan ibu tidak merasakan ketidak nyamanan,inilah saat aman
untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap banyak
budaya tradisi menunda hubungan suami istri sampai waktu tertentu
misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu
8. Keluarga Berencana
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang kurangnya 2 tahun
sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan menentukan sendiri kapan dan
bagaimana mereka ingin merencanakan tentang keluarganya.
9. Tanda tanda bahaya
Yang perlu di perhatikan ialah :
a. Demam tinggi melebihi 38 °
b. Perdarahan vagina luar biasa atau tiba tiba tambah banyak ( lebih dari
perdarahan haid atau bila memerlukan penggantian pembalut 2 kali dalam
setengah jam )
c. Nyeri perut hebat atau rasa sakit di bagian bawah abdomen atau
punggung serta ulu hati.

I. Manejemen Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan / Penatalaksanaan


1. Langkah I : Tahap pengumpulan data dasar
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat
dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk
memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik sesuai
dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus
dan pemeriksaan penunjang.

i
Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah
berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi
yang akan menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap
selanjutnya. Sehingga dalam pendekatan ini harus komprehensif meliputi
data subyektif, obyektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat
menggambarkan kondisi pasien yang sebenarnya dan valid. Kaji ulang data
yang sudah dikumpulkan apakah sudah tepat, lengkap, dan akurat.
2. Langkah II : Interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau
masalah berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah
dikumpulkan.Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga
dapat merumuskan diagnose dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnosa
dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan
seperti diagnose tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah sering
berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasi
oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai
diagnose. Sebagai contoh: wanita pada trimester ketiga merasa takut
terhadap proses persalinan dan melahirkan yang sudah tidak dapat ditunda
lagi. Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori “nomenklatur standar
diagnose” tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan
pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu perencanaan untuk
mengurangi rasa takut. Diagnose kebidanan adalah diagnose yang
ditegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar
nomenklatur diagnose kebidanan.
Standar nomenklatur diagnosa kebidanan:
a. Diakui dan telah disyahkan oleh profesi.
b. Berhubungan langsung dengan praktik kebidanan.
c. Memiliki ciri khas kebidanan.
d. Didukung oleh clinical judgement dalam praktik kebidanan.
e. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan

i
3. Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan
mengantisipasi penanganannya
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah potensial atau
diagnose potensial berdasarkan diagnose yang sudah diidentifikasi. Langkah
ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan.
Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah diagnose ini
menjadi benar-benar terjadi. Langkah ini penting sekali dalam melakukan
asuhan yang aman.
Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi
masalah potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan
terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau
diagnose potensial tidak terjadi. Sehingga langkah ini benar merupakan
langkah yang bersifat antisipasi yang rasional atau logis. Kaji ulang apakah
diagnose atau masalah potensial yang diidentifikasi sudah tepat.
4. Langkah IV : Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera untuk
melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan
kondisi klien
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan
atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses
manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer
periodic atau kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut
bersama bidan terus menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam
persalinan.
Data baru mungkin saja dikumpulkan dan dievaluasi.Beberapa data
mungkin mengidentifikasi situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak
segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak.
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukkan satu situasi yang
memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu

i
intervensi dari dokter. Situasi lainnya tidak merupakan kegawatan tetapi
memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.Demikian juga bila
ditemukan tanda-tanda awal dari pre eklampsia, kelainan panggul, adanya
penyakit jantung, diabetes atau masalah medic yang serius, bidan perlu
melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan
memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan
lain seperti pekerja sosial, ahli gizi atau seorang ahli perawatan klinis BBL.
Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk
menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam
manajemen askeb.
Pada penjelasan di atas menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan
tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah atau kebutuhan yang
dihadapi kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu
dilakukan untuk mengantisipasi diagnose atau masalah potensial pada step
sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan segera yang harus
dirumuskan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Dalam rumusan ini
termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri, secara
kolaborasi atau bersifat rujukan.Kaji ulang apakah tindakan segera ini
benar-benar dibutuhkan.
5. Langkah V : Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh
ditentukanoleh langkah-langkah sebelumnya.Langkah ini merupakan
kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi.Pada langkah ini informasi data yang tidak
lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa-apa yang
sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang
berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita
tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah

i
dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada
masalah-masalah yang berkaitan dengan social ekonomi-kultural atau
masalah psikologis. Dengan perkataan lain, asuhan terhadap wanita tersebut
sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan setiap aspek asuhan
kesehatan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua pihak, yaitu
bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga
akan melaksanakan rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas
bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan
rencana asuhan bersama klien kemudian membuat kesepakatan bersama
sebelum melaksanakannya.
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini
harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori
yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan
klien. Kaji ulang apakah rencana asuhan sudah meliputi semua aspek asuhan
kesehatan terhadap wanita.
6. Langkah VI : Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan efisien dan aman.
Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi
oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak
melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk
mengarahkan pelaksanannya, misalnya memastikan langkah-langkah
tersebut benar-benar terlaksana.
Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk
menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan
dalam manajemen asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab
terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.
Manajemen yang efesien akan menyangkut waktu dan biaya serta
meningkatkan mutu dan asuhan klien. Kaji ulang apakah semua rencana
asuhan telah dilaksanakan.

i
7. Langkah VII : Mengevaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
benar-benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi dalam diagnose dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap
efektif jika memang benar efektik dalam pelaksanaannya.
Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif sedangkan
sebagian belum efektif. Mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini
merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan maka perlu mengulang
kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui manajemen untuk
mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak efektif serta melakukan
penyesuaian terhadap rencana asuhan tersebut.
Langkah-langkah proses manajemen umumnya merupakan pengkajian
yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta
berorientasi pada proses klinis, karena proses manajemen tersebut
berlangsung didalam situasi klinik dan dua langkah terakhir tergantung pada
klien dan situasi klinik, maka tidak mungkin proses manajemen ini
dievaluasi dalam tulisan saja.

i
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS NORMAL


PADA NY. L P1A0 UMUR 26 TAHUN PADA 6 JAM POST PARTUM

DI PUSKESMAS TANGEN, SRAGEN

No/Kode Ketrampilan: No. Dokumen:

Tempat Praktek : Puskesmas Tangen, Sragen


Tanggal / Jam : 25 Oktober 2021 / 16.00 WIB
Oleh : Laila Adawiyyah Malika

I. PENGKAJIAN
a. Data Subyektif
1) Identitas
Nama Ibu : Ny. L Nama Ayah : Tn. M
Umur : 18 Tahun Umur : 22 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa Suku/bangsa :Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Alamat :Sunggang Alamat : Sunggang

2) Keluhan utama :
Ibu mengatakan perut terasa mules dan nyeri di tempat jahitan.
3) Data Kebidanan
a) Riwayat Menstruasi :
- Menarche : Usia15 Tahun
- Banyaknya : 3 – 4 kali ganti pembalut / hari

i
- Lamanya : 6-7 hari
- Warna : Merah
- Siklus : Teratur
- Nyeri :-
- Amenorhea :-
4) Riwayat Kehamilan

a) HPHT : 18-01-2022
b) HPL : 25-10-2021
c) UK : 40 minggu
d) ANC :
 Trimester I: Ibu mengatakan 2x periksa hamil di Puskesmas Tangen.
 Trimester II: Ibu mengatakan 2x periksa hamil di Puskesmas Tangen
 Trimester III: Ibu mengatakan 2x periksa hamil di Puskesmas Tangen
.
5)Status Perkawinan
 Kawin/tidak kawin : Ibu mengatakan kawin, sah menurut agama dan
negara.
 Usia Kawin : Ibu mengtatakan usianya saat menikah 17 tahun dan
suaminya 21 tahun.
 Lama perkawinan : Ibu mengatakan lama perkawinanya 1 tahun.
 Perkawinan : Ibu mengatakan perkawinan yang pertama.

6) Data Kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan dalam 6-8 jam setelah persalinan keadaanya baik.
Ibu sudah bisa BAK secara normal dan belajar mobilisasi.
b) Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah atau sedang menderita penyakit
menular, menurun, dan menahun seperti, TBC, HIV, IMS, Hepatitis,
Asma, DM, Hipertensi, Jantung, Ginjal dan Paru-paru.
c) Riwayat kesehatan keluarga

i
Ibu mengatakan tidak pernah atau sedang menderita penyakit
menular, menurun, dan menahun seperti, TBC, HIV, IMS, Hepatitis,
Asma, DM, Hipertensi, Jantung, Ginjal dan Paru-par

7)Data Kebiasaan sehari-hari


A. Nutrisi
a) Makan
Selama hamil : Ibu mengatakan makan 3 kali .
Setelah persalinan : Ibu mengatakan makan 2 kali.
b) Porsi
Selama hamil : Ibu mengatakan makan 1 piring nasi dan lauk.
Setelah persalinan : Ibu mengatakan makan 1 piring nasi dan lauk.
c) Jenis
Selama hamil : Ibu mengatakan mengkonsumsi sayuran,
protein nabati/hewani, karbohidrat, buah dan susu.
Setelah persalinan : Ibu mengatakan mengkonsumsi sayuran,
protein nabati/hewani, karbohidrat, buah dan susu.
d) Keluhan makan
Selama hamil : Ibu mengatakan tidak ada keluhan.
Setelah persalinan : Ibu mengatakan tidak ada keluhan.
e) Pantangan makan
Selama hamil : Ibu mengatakan tidak ada pantangan makan.
Setelah persalinan : Ibu mengatakan tidak ada pantangan makan.
f) Minum dalam sehari
Selama hamil : Ibu mengatakan minum 7-8 gelas air putih per
hari
Setelah persalinan : Ibu mengatakan minum 3 gelas setelah
persalinan.

i
B). Eliminasi
1) Frekuensi BAK
Selama hamil : Ibu mengatakan BAK kurang lebih 5 kali sehari.
Setelah persalinan : Ibu mengatakan BAK 1 kali setelah persalinan.
Warna : Ibu mengatakan BAK nya berwarna putih kekuningan.
Keluhan: Ibu mengatakan tidak ada keluhan saat BAK.
2) Frekuensi BAB
Selama hamil : Ibu mengatakan BAB 1 kali sehari.
Setelah persalinan : Ibu mengatakan belum BAB setelah persalinan.

C. Pola tidur
1) Tidur siang
Selama hamil : Ibu mengatakan tidur siang 1-2 jam sehari.
Setelah persalinan : Ibu mengatakan sudah tidur siang kurang lebih 45
menit etelah persalinan.
2) Tidur malam
Selama hamil : Ibu mengatakan tidur 6-8 jam sehari.
Setelah persalinan : Ibu mengatakan belum tidur malam setelah
persalinan.
3) Keluhan
Selama hamil
Trimester I : Mual dan muntah
Trimester II :-
Trimester III :-
4) Ambulansi/Aktivitas
Ibu mengatakan sudah dapat berdiri, berjalan untuk BAK dan
menggendong bayinya sambal duduk.
5) Data Psikologis
Ibu mengatakan sedikit cemas dengan keadaannya, terutama pada
jahitan luka pada jalan lahirnya.

i
6) Data Social Budaya
a. Hubungan dengan keluarga/lingkunganya
Ibu mengatakan hubunganya dengan keluarga ibu maupun keluarga
suami berjalan dengan baik dan mendapat dukungan dari keluarga Ibu
maupun keluarga suami kelahiran anaknya yang kedua.
b. Budaya
Ibu mengatakan tidak ada acara khusus hanya ada aqiqah an.
6) Pengetahuan Ibu tentang Masa Nifas dan Perawatan Bayi
a. Ibu mengatakan sudah tahu cara merawat bayi sehari-hari.
b. Ibu sudah mengetahui cara menyusui yang baik dan benar.
c. Ibu sudah mengetahui cara merawat tali pusat .
e. Ibu juga belum mengerti manfaat vitamin A bagi ibu nifas.
b. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan Umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) Tanda-tanda Vital :
 TD : 120/80 mmHg
 Nadi : 80x/menit
 Suhu : 36,4°C
 Respirasi : 20x/menit
2) Pemeriksaan Kebidanan
a) Muka : Muka tidak ada odema,cloasma,dan tidak pucat.
b) Mata : Simetris, conjungtiva merah muda, dan sklera putih.
c) Mulut dan Gigi :
Bersih, bibir lembab, gusi tidak berdarah dan bengkak tidak ada caries
gigi.
d) Leher :
Tidak ada pembengkakkan kelenjar parotis, tiroid, limfe, dan tidak ada
pembesaran vena jugularis.

i
e) Payudara : Bentuk simetris, aerola hitam, putting susu menonjol,
ASI keluar dalam bentuk kolostrum, tidak ada massa/ benjolan, tidak
ada pembengkakan.
f) Abdomen
1) Inspeksi
 Bentuk : Simetris
 Bekas luka operasi : Tidak ada
 Striae gravidarum : Tidak ada
2) Palpasi
 TFU : 2 jari di bawah pusat
 Kontraksi : Baik
 Kandung kemih : Kosong
3) Perineum : Tampak ada luka jahitan laserasi utuh dan masih
basah, jahitan sudah rapat, tidak ada tanda-tanda infeksi dan tidak
ada oedem.
4) Vulva : Bersih tidak ada oedem, tidak ada varices dan tidak
ada pembesaran kelenjar bartolini
5) Lokhea : Warna merah,bau anyir,darah yang keluar ± 10 cc
6) Anus :Tidak ada hemoroid
7) Ekstremitas :
a. Atas:
tidak ada odema, tidak ada varices, warna kuku putih bersih,
pergerakan normal, jumlah jari lengkap (5 jari kanan dan 5 jari kiri)
b. Bawah:
tidak ada odema, tidak ada varices, warna kuku putih bersih,
pergerakan normal, jumlah jari lengkap (5 jari kanan dan 5 jari kiri)
8) Perkusi: reflek patella (+) kanan dan kiri
3) Pemeriksaan Penunjang

i
a. Pemeriksaan Laboratorium : Tidak
dilakukan

4) Terapi
a. Pemberian tablet tambah darah, asam mefenamat, dan vitamin
A

II. INTERPRETASI DATA


A. Diagnosis
Ny. L usia 18 tahun , P1A0, 6 jam postpartum dengan nifas normal.
B. Masalah
Ny.S mengatakan belum mengerti tanda bahaya masa nifas.
C. Kebutuhan :
 KIE tanda bahaya masa nifas
 KIE pengurangan nyeri pada perineum
 KIE gizi dan nutrisi ibu nifas

III. DIAGNOSA POTENSIAL


Tidak ada

IV. TINDAKAN SEGERA


Tidak ada

V. PERENCANAAN
Tanggal : 25 Oktober 2021
Jam : 16.00 WIB
1.Observasi tanda-tanda vital.
2.Observasi pengeluaran pervaginam, TFU, dan kontraksi uterus.
3.Beritahu ibu tentang penyebab keluhan rasa mulas pada ibu nifas.

i
4.Anjurkan ibu untuk ikut berperan dalam mengurus bayi selama ibu bisa
beraktivitas sendiri.
5.Beritahu ibu tentang tanda bahaya masa nifas.

VI. PELAKSANAAN
Tanggal : 25 Oktober 2022
Jam : 16.00 WIB
1. Melakukan pemantauan observasi tanda-tanda vital dan menyampaikan hasil
pemeriksaan kepada ibu.
2. Melakukan observasi pengeluaran pervaginam, TFU, dan kontraksi uterus.
3. Memberitahu ibu tentang penyebab keluhan rasa mulas pada ibu nifas adalah
hal yang normal. Rasa mulas diakibatkan dan kontraksi uterus untuk
mencegah perdarahan selain itu selama masa nifas juga akan terjadi
peningkatan suhu tubuh, sedikit pusing dan lemas diakibatkan karena
kelelahan.
4. Menganjurkan ibu untuk ikut berperan dalam mengurus bayi selama ibu bisa
beraktivitas sendiri.
5. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya masa nifas yaitu :
a. Kontraksi uterus lemah ditandai dengan kontraksi uterus yang lembek yang
dapat berakibat perdarahan
b.Infeksi pada payudara ditandai dengan pembengkakan pada payudara,
putting susu lecet, panas, kemerahan disekitar payudara
c. Sakit kepala hebat
d. Nyeri pada betis, panas, bengkak, dan kemerahan
e. Nyeri pada dada/sulit bernafas
f. Baby blues
VII. EVALUASI
Tanggal : 25 Oktober 2022
Jam : 16.30 WIB

i
1. Ibu mengerti dengan kondisi pemeriksaan tanda-tanda vitalnya saat ini.
2. Telah dilakukan observasi pengluaran pervaginam,TFU, dan kontraksi uterus
3. Ibu mengerti dan faham akan penyebab rasa mulas dan ibu tidak merasa takut.
4. Ibu bersedia untuk ikut berperan dalam mengurus bayi.
5. Ibu mengerti bahaya pada masa nifas.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini, penulis menyajikan hasil pemeriksaan, permasalahan yang
terjadi, asuhan yang diberikan untuk menangani masalah yang terjadi dan
membandingkan kesesuaian antara teori dengan praktik yang terjadi pada Ny. L di
Puskesmas Tangen. Masa nifas Ny. L berjalan normal. Pada 6 jam post partum
dilakukan pemeriksaan fisik, hasilnya keadaan ibu baik, TTV normal, kontraksi baik,
TFU 2 jari di bawah pusat, lochea rubra, ibu sudah berkemih, bisa miring ke kanan
dan kiri dan sudah bisa duduk. Ambulasi dini pada ibu post partum harus dilakukan
secepat mungkin, ibu post partum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur
dalam 24-48 jam, sebaiknya ibu sudah diperbolehkan untuk mandi dan pergi ke
kamar mandi dengan dibantu setelah 1 atau 2 jam melahirkan. (Saleha, 2013)
Menurut Saleha (2013), segera setelah plasenta lahir, uterus berada kurang
lebih pertengahan antara umbilikus dan simfisis atau sedikit lebih tinggi dan
pengeluaran lochea hari ke 2-3 postpartum yaitu lochea rubra. Pada 6 jam masa nifas,
ibu memberikan kolostrum dikarenakan ia mendengar informasi dari bidan bahwa
kolostrum adalah ASI pertama yang bermanfaat bagi kekebalan tubuh bayi sehingga
bayi tidak mudah terserang penyakit dan mengandung sel darah putih dan antibodi
yang paling tinggi dari pada ASI sebenarnya, khususnya kandungan imunoglobin A
(Ig A) yang membantu melapisi usus bayi yang masih rentan dan mencegah kuman
memasuki tubuh bayi (Saleha, 2013). Sari dan Rimandini (2014) menyatakan bahwa
hal yang perlu dipantau pada kunjungan masa nifas 6-8 jam postpartum adalah
memastikan bahwa tidak terjadi perdarahan, pemberian ASI awal dan tetap menjaga
bayi agar tidak hipotermi. Asuhan yang diberikan pada ibu adalah memberikan
konseling mengenai kebutuhan istirahat karena ibu post partum yang kebutuhan

i
istrirahatnya tidak terpenuhi dapat mempengaruhi jumlah produksi ASI,
memperlambat proses involusi serta dapat menyebabkan depresi dan
ketidaknyamanan untuk merawat bayi dan dirinya (Walyani, 2015). Selain itu
konseling tentang istirahat, konseling perawatan bayi seperti mengganti popok,
mengajarkan cara menyusi yang benar, dan pemberian tablet Fe sebanyak 10 butir.
BAB V
PENUTUP

I. Kesimpulan
Dari uraian materi dan pembahasan kasus tersebut, dapat disimpulan bahwa
sebagai seorang bidan sangat penting memberikan asuhan sesuai standar kepada
setiap pasien dan masyarakat terutama di dalam memberikan pelayanan
kebidanan. Asuhan masa nifas yang diberikan pada Ny. L pada 6 jam post
partum di Puskesmas Tangen sudah terlaksana. Asuhan ini di lakukan untuk
memantau perkembangan kesehatan ibu dan bayi serta mendeteksi dini adanya
komplikasi yang mungkin akan terjadi sehingga dapat dihindari.
II. Saran
1. Bagi Lahan Praktik
Diharapkan bidan tetap melaksanakan setiap pelayanan kebidanan dengan
baik dan selalu berpegang pada standar asuhan kebidanan agar tercipta ibu
yang sehat untuk generasi yang sehat juga.
2. Bagi Mahasiswa
Diharapkan semua mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam menerapkan asuhan kebidanan yang Profesional, dengan
baik dan benar, mahasiswa lebih memahami ilmu pengetahuan dan
perkembangan ilmu pengetahuan yang up to date.

i
DAFTAR PUSTAKA

Putri,NAS.2018.Latar Belakang Masa Nifas. http://repository.poltekkes-


denpasar.ac.id/710/2/BAB%20I_2.pdf. (Diakses tanggal 15 Februari 2021)
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI). (2013). Profil
Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.
http://elib.stikesmuhgombong.ac.id/1015/1/SITI%20FAIDATUN
%20MUNAWAROH%20%28A11501191%29%20%20compres.pdf (Diakses
tanggal 16 Februari 2021)
Ambarwati, E.R., & Diah, W. (2009). Asuhan Kebidanan (Nifas). Yogyakarta:
Mitra Cendikia.
Sukma,Febi,Elli Hidayati,Siti Nurhasiyah.2017. Asuhan Kebidanan Pada Masa
Nifas.Jakarta : Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Jakarta
Prawirohardjo, S. (2013). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Heryani, R. (2012). Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dan Menyusui. Jakarta: Trans
Info Media.

Anda mungkin juga menyukai