1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia vaksinasi menjadi sebuah istilah umum dalam pemaparan
antigen terhadap manusia atau binatang dalam membangkitkan respon kekebalan.
Vaksin adalah sedian yang mengandung zat antigenik yang mampu menimbulkan
zat antigenik yang mampu menimbulkkan kekebalan aktif dan khas pada manusia.
Vaksin dibuat dari bakteri, risetsia atau virus dan dapat berupa suspense
organisme hidup atau inaktif atau fraksi-fraksinya atau toksoid (Farmakope
Indonesia Edisi IV). Vaksin potensial merupakan syarat yang paling utama untuk
tujuan ini sehingga dapat mengontrol penyakit secara efektif. Kebanyakan vaksin
virus yang digunakan saat ini merupakan dari sel utuh yang telah dilemahkan atau
dimatikan. Keuntungan vaksin ini pada umumnya dapat mampu menghasilkan
imunitas cukup lama dan merangsang seluruh reaksi kekebalan pada host yaitu
Humoral antibody dan Cell-Mediated (Draper, 2011).
Sebelumnya sudah ada teknologi konvensional untuk mengatasi berbagai
penyakit, namun masih banyak penyakit infeksi dan partasit yang belum dapat
diatasi dengan vaksinasi, karena belum dapat dibuat vaksinnya. Hal demikian
dapat dimaklumi karena sederhananya teknik ini dan kompleknya sumber
penyakit yang beraneka ragam. Seperti, masalah yang tidak adanya metode untuk
memelihara sumber penyakit (organisme) di luar host aslinya seperti virus
hepatitis A dan B, sehingga tidak dapat dibiakkan in vitro dan sulit untuk
memproduksi vaksin dalam jumlah besar (Glesson, 2013).
Seiring berkembangnya jaman, perkembangan bioteknologi terutama pada
rekombinasi DNA belakangan ini telah membuka harapan-harapan baru, yaitu
Nyamuk Aedes aegypti yang berpotensi sebagai upaya perlindungan pencegahan
dan pengendalian yang efektif sebagai solusi menghadapi krisis wabah penyakit
infeksi dan parasit yang terjadi di Indonesia. Teknologi ini memungkinkan
memproduksi vaksin yang saat ini belum dapat dibuat. Selain itu teknologi ini
juga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki vaksin yang sudah ada, sehingga
didapatkan vaksin yang lebih aman dan efektif. Inovasi teknologi ini
memungkinkan pembuatan vaksin sub unit dan vaksin idiotipe (vaksin terapi).
Konsep ini memanfaatkan vektor nyamuk untuk produksi antigen melalui
teknik DNA rekombinan. Dimana antigen dari mikrobia parasit tertentu diklon
dalam plasmid bakteri yang direkayasa untuk meningkatkan ekspresi gen yang
diinsersikan di dalam sel-sel tubuh nyamuk vektor, sehingga pada saat menggigit
nyamuk tidak menularkan penyakit tetapi justru meningkatkan respon kekebalan
terhadap suatu penyakit.
Oleh karena itu, kami memberikan solusi untuk memproduksi vaksin DNA,
sebagai pencegahan dan terapi dengan pemanfaatan vektor nyamuk sangat
diperlukan dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat.
2
GAGASAN
Kondisi Kekinian
Vaksin adalah semua zat biologis yang dihasilkan dari organisme hidup,
berfungsi untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit dan mencegah
(vaksin profilaksis) atau, dalam beberapa kasus, mengobati penyakit (vaksin
terapeutik). Vaksin diberikan dalam bentuk cairan, baik dengan injeksi, melalui
oral, atau dengan rute intranasal.
Tujuan utama dari semua jenis vaksin adalah merangsang sistem kekebalan
dalam tubuh orang tersebut untuk melawan antigen, sehingga apabila antigen
tersebut menginfeksi kembali, reaksi imunitas yang lebih kuat akan timbul .
Vaksin mengandung bakteri, virus, atau komponennya yang dengan kemajuan
teknologi sudah dikendalikan. Vaksin mengandung antigen yang sama dengan
antigen yang menyebabkan penyakit, namun antigen yang ada didalam vaksin
tersebut sudah dikendalikan (dilemahkan) maka pemberian vaksin tidak
menyebabkan orang menderita penyakit seperti jika orang tersebut
terpapar/terpajan dengan antigen yang sama secara alamiah.
Ada berbagai jenis vaksin tersedia saat ini di pasaran. Vaksin ini
diklasifikasikan menurut jenis antigen yang terkandung didalamnya. Formulasi
yang terkandung di dalam vaksin mempengaruhi cara pemakaiannya, cara
penyimpanan dan cara pemberian vaksin tersebut. Vaksin yang direkomendasikan
oleh WHO untuk dipakai didalam program imunisasi masuk kedalam 4 kategori
jenis antigen.
3
(killed) dan vaksin hidup (live) baik yang tidak patogenik maupun yang
dilemahkan. Namun kondisi lapangan di mana patogen yang beredar sangatlah
beragam menyebabkan pelaksanaan program vaksinasi menjadi sangat komplek
dan tidak efisien. Kondisi situasi penyakit diperparah oleh bermunculannya strain-
strain baru yang lebih patogen ataupun ancaman penyakit eksotik.
Hal ini mengindikasikan bahwan vaksin yang sudah adapun sebenarnya
cukup bagus, namun perlu dikembangkan lagi sehingga diperoleh perlindungan
yang lebih lama, efektifitas yang lebih baik, dan biaya produksi yang murah.
Selain itu dampak yang ditimbulkan oleh vaksin pada akhir – akhir ini memang
mendapat perhatian yang serius, sehubungan dengan adanya reaksi yang kurang
menguntungkan (adverse reaction).
Saat ini, banyak muncul penyakit infeksi baru dan kembalinya penyakit
infeksi lama dengan wajah baru, serta penggunaan vaksin sebagai agen kuratif,
perlu diantisipasi dengan pembuatan vaksin baru atau desain ulang vaksin yang
sudah ada. Kemajuan pengetahuan dan teknologi dalam bidang imunologi saat ini
memungkinkan perluasan penggunaan vaksin. Berdasarkan kondisi inilah
menuntut adanya penemuan vaksin – vaksin baru dengan metode pengembangan
yang lebih baik, termasuk dengan cara gagasan nyamuk sebagai sebagai media
dan pembawa vaksin dan distribusi vaksin DNA (vaksin pencegahan dan vaksin
terapi).
3. Vaksin Sub-unit
Vaksin sub-unit pada prinsipnya diperoleh dengan memisahkan
partikel agen infeksi yang bersifat antigenic dan memurnikan dari partikel-
partikel lain, sehingga didapat antigen murni. Cara ini juga mengalami
kendala dalam memproduksi vaksin dalam jumlah besar dan hasilnya
relatif kurang efektif (Suwandi, 1990). Kemajuan rekayasa genetika
memungkinkan cloning atau substitusi gen yang tidak diinginkan dengan
gen yang dikehendaki. Informasi ini penting dalam pengembangan vaksin
sub unit, sehingga dapat dilakukan cloning bagian DNA pengkode protein
antigenic sehingga antigen tersebut dapat diproduksi oleh bakteri atau
yeast dalam jumlah besar. Vektor untuk mengekspresikan antigen bias
bervariasi seperti E. coli, yeast atau sel mamalia.
Nyamuk Aedes aegypti sebagai Media dan Pembawa Vaksin (Vaccine Host)
Aedes aegypti adalah nyamuk yang termasuk dalam subfamili Culicinae,
famili Culicidae,ordo Diptera, kelas Insecta. Ae. aegypti dewasa berukuran lebih
kecil jika dibandingkan dengan ukuran nyamuk rumah (Culex quinquefasciatus),
mempunyai warna dasar yang hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian-
bagian badannya terutama pada kakinya dan dikenal dari bentuk morfologinya
yang khas sebagai nyamuk yang mempunyai gambaran lira (lire-form) yang putih
pada punggungnya (mesonotum) (Djakaria, 2000), yaitu ada dua garis
melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan. Nyamuk jantan umumnya lebih
kecil dari betina dan terdapat rambut-rambut tebal pada antena nyamuk jantan.
Telur Ae. aegypti berbentuk elips berwarna hitam (Womack, 1993), mempunyai
dinding yang bergaris-garis dan membentuk bangunan yang menyerupai
gambaran kain kasa. Larva Ae. aegypti mempunyai pelana yang terbuka dan gigi
sisir yang berduri lateral (Djakaria, 2000). Nyamuk Aedes aegypti bertahan hidup
melalui siklus transmisi lingkungan kota pada daerah tropis dan subtropis yang
berhubungan erat dengan habitat manusia (WHO, 1999).
2. Pihak Swasta
Untuk mencapai sasaran program diperlukan investasi dan dukungan berbagai
kebijakan untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif. Dana investor
diharapkan dapat berperan dalam memberikan pelayanan yang baik dan dukungan
fasilitas yang memadai, seperti pembangunan sarana dan prasarana.
3. Masyarakat
Masyarakat bertindak sebagai eksekutor dalam pelaksanaan program ini.
masyarakat sebagai golongan yang seyogyanya diberikan indoktrinasi tentang
adanya temuan baru yaitu nyamuk aedes aegypti sebagai media dan pembawa
vaksin tingkat kesuksesan implementasi konsep ini sangat tergantung dari daya
partisipasi masyarakat.
4. Pihak Institusi
Pendidikan Tinggi Pihak Institusi Pendidikan Tinggi diharapkan melakukan
riset secara berkelanjutan mengenai Nyamuk Aedes Aegypti sebagai Media dan
Pembawa Vaksin. Sehingga, nantinya akan diperoleh jurnal yang dapat
dipublikasi secara internasional.
III. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata di
jumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan PKM-GT
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata di
jumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan PKM-GT
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata di
jumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan PKM-GT
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata di
jumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan PKM-GT
Malang,28 September 2019
Dosen Pendamping
Alokasi
No Nama/NIM Program Bidang Uraian
Waktu
Studi Ilmu Tugas
(Jam/Minggu)
Pendidikan 3 Jam/Minggu
1. Mohammad Aqil
Dokter
Fq Faerobby
Pendidikan 3 Jam/Minggu
2. Ghevira Naila
Dokter
Praditya
Pendidikan 3 Jam/Minggu
3. Eka Nugraha Prima
Dokter