Oleh:
Nama : Rizky fadillah
Nim : D1A022191
Kelompok : 4C
Asisten : Dina Paramita
1.1 Materi
1.1.1 Alat
1. Spuit disposable
2. Spuit otomatis
1. Ayam DOC
2. Ayam Dewasa
3. Pelarut
4. Vaksin ND aktif
5. Vaksin ND inaktif
1.2 Cara Kerja
3.1 Hasil
Gambar Metode
3.2 Pembahasan
Vaksin merupakan bibit penyakit yang virulensinya sudah dilemahkan supaya
membentuk antibodi terhadap penyakit tertentu. Vaksin memiliki dua jenis yaitu vaksin aktif
merupakan vaksin yang mikroorganismenya masih hidup tetapi sudah dilemahkan. Vaksin
inaktif merupakan vaksin berisi agen infeksi yang telah diinaktifasi dengan pengertian
mikroorganisme tersebut telah dimatikan. Hal tersebut sesuai dengan penyataan Santoso
(2021) yang menyatakan bahwa vaksin aktif merupakan vaksin berisi virus hidup yang telah
dilemahkan, sedangkan vaksin inaktif merupakan vaksin berisi agen penyakit dalam keadaan
mati. Vaksinasi dengan vaksin aktif harus segera dilakukan karena agen penyakit dalam vaksin
aktif hanya dilemahkan.
Adjuvant merupakan bahan tambahan yang terapat pada vaksin inaktif yang tidak
merangsang pembentukan antibodi atau bersifat non antigentik namun dapat menambah daya
kerja vaksin. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Rumapea et al. (2022) yang menyatakan
bahwa adjuvant adalah bahan yang ditambahkan pada vaksin untuk merangsang respon imun.
Vaksin dengan penambahan adjuvant dapat meningkatkan potensi sistem imun serta
menambah lamanya perlindungan terhadap suatu infeksi penyakit pada hewan dan manusia.
Cara kerja adjuvant dalam vaksin yaitu adjuvant ditambahkan dalam vaksin inaktif untuk
menambah daya kerja vaksin dengan efek depo, penyerapan sedikit demi sedikit ke dalam
sirkulasi darah. Setelah masuk ke dalam tubuh, vaksin inaktif tidak perlu bereplikasi, tetapi
langsung memacu jaringan limfoid untuk membentuk antibodi.
Vaksin aktif memiliki dua tipe yaitu tipe lentogenik yang berasal dari virus ND dengan
tingkat virulensi rendah dan tipe mesogenik berasal dari virus ND dengan tingkat virulensi
sedang. Virus yang termasuk tipe lentogenik diantaranya adalah Strain F, Hitchner B1, La Sota
dan V4, gejala dari virus tipe lentogenik yaitu bersin-bersin, batuk, sukar bernafas, megap-
megap dan ngorok. Gejala syaraf berupa sayap terkulai, kaki lumpuh (jalan terseret), jalan
mundur (sempoyongan) serta kepala dan leher terpuntir (torticoles). Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Prasdini (2022) yang menyatakan bahwa gejala dari virus tipe lentogenik
yaitu respirasi ringan seperti batuk, terkadang ayam tersengal-sengal, nafsu makan berkurang
dan produksi telur berkurang, kualitas telur menurun danan tidak menimbulkan kematian. Virus
yang termasuk tipe mesogenik yaitu Strain Mukteswar, Kumarov, Hartsorfire, dan Roakin, gelaja
dari virus mesogenik yaitu gangguan respirasi, seperti batuk, bersin, sesak napas, turunnya
produksi telur atau gangguan pertumbuhan serta tingkat kematian varian ini sangat rendah,
yaitu hanya 10 persen. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sujionohadi (2013) yang
menyatakan bahwa gejala dari virus tipe mesogenik berupa gangguan pernapasan dan saraf,
pada ayam muda tingkat kematiannya mencapai 10%, sementara pada ayam dewasa jarang
terjadi.
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Vaksinasi atau imunisasi merupakan suatu upaya untuk mengaktifkan sistem imun
tubuh dalam membentuk antibodi terhadap virus penyebab penyakit.
1. Praktikum kesehatan ternak sudah berjalan dengan baik, alat yang dilaboratorium
juga sangat mendukung buat praktikan menjadi lebih nyaman dan senang
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, W., Santosa, P. E., & Suharyati, S. (2016). Pengaruh Pemberian Dosis Vaksin AI
(Avian Influenza) Inaktif pada Itik Betina Terhadap Titer Antibodi yang
Dihasilkan. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu, 4(2).
Darmawi. Zakiyah, H. M., Darniati. Fakhruzi and Mahdi, A. 2012. Deteksi Antibodi Serum
Terhadap Virus Avian influen pada Ayam Buras. Jurnal Agripet 12 (1) : 23-27.
Dahliatul. Q., Sri. M. and Indah A. A. 2017. Penyakit Viral Pada Unggas. UB Press. Malang.
Farzan, G. 2022. Metode Vaksinasi Ayam Broiler. Elenmenta Agro Lestari. Jakarta.
Hewajuli, D. A., Dharmayanti, N. L. P. I., & Wibawan, I. W. T. (2017). deteksi, isolasi, dan
identifikasi Avian influenza subtipe H5N1 pada unggas di Pulau Jawa, Indonesia
tahun 2016. Jurnal Veteriner, 18(4), 496.
Kencana, G. A. Y., Suartha, I. N., Apsari, I. A. P., Sagung, K., Anak, A., Kade, S., & Ida, B.
(2016). Penyuluhan dan vaksinasi ayam buras di desa Nyambu kecamatan Kediri
kabupaten Tabanan. Bul. Udayana Mengabdi, 18, 78-84.
Kurnianto, A. B., Kencana, G. A. Y., & Astawa, I. N. M. (2016). Respons antibodi sekunder
terhadap penyakit tetelo pada ayam petelur pascavaksinasi ulangan dengan vaksin
tetelo aktif. Jurnal Veteriner, 17(3), 331-336.
Makarim, F. R. (2019). Kewajiban Imunisasi Dasar, Manfaat dan Keamanan. Jurnal
Riptek, 11(2), 87-96.
Prasdini, W, A. 2022. Kupas Tuntas Penyakit Viral Unggas. Media Nusantara Creativ (MNC
Publishing). Jakarta Barat.
Rumapea, S., Mahardika, I, G, N, K., dan Besung, I, N, K. 2022. Titer Antibodi Sekunder
Terhadap Vaksin Streptococcus suis dengan Adjuvant Berbeda pada Tikus Putih.
Buletin Veteriner Udayana .14(6):676-684.
Gambar Keterangan
Squit Disposable
Squit Otomatis
Medivac ND La Sota
Medivac ND Emulsion
Larutan dapar biru
Ayam Dewasa
Ayam DOC