Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ternak unggas di Indonesia merupakan jenis ternak yang paling dikenal

dan paling banyak dipelihara masyarakat karena menghasikan produk pangan

bergizi sebagai protein hewani yang paling disukai, murah dan terjangkau oleh

semua kalangan masyarakat. Peternakan ayam di Indonesia sangat berkembang

pesat dan telah menjadi industry dalam skala besar. Kemajuan yang pesat tersebut

harus diimbangi dengan kualitas yang baik dari hasil produksinya. Masalah-

masalah kesehatan dan penyakit unggas harus tetap dijaga dan diperhatikan untuk

tetap menjaga kualitas produksi yang baik (Alexander, 2008).

Pencegahan penyakit adalah suatu tindakan untuk melindungi individu

terhadap serangan penyakit atau menurunkan keganasannya. Biosekuriti adalah

langkah awal pencegahan agar ternak tidak mudah terjangkit penyakit. Salah satu

cara untuk menerapkan biosekuriti itu sendiri dengan melakukan vaksinasi dengan

waktu yang tepat (Saputro, 2014).

Vaksin merupakan salah satu temuan untuk mencegah penyakit yang

paling efektif. Vaksin juga merupakan salah satu komponen yang dapat

mempertahankan sistem kekebalan tubuh dari berbagai virus dan bakteri. Salah

satu upaya untuk meningkatkan kesehatan maka diperlukan vaksinasi untuk

mengurangi angka kesakitan dan kematian pada ternak. vaksin adalah

mikroorganisme atau virus yang dilemahkan dan apabila diberikan kepada ternak

maka tidak akan menimbulkan penyakit, melainkan untuk merangsang


pembentukan antibody (zat kebal) yang sesuai dengan jenis vaksinnya. Tujuan

vaksinasi adalah membuat ternak mempunyai kekebalan tubuh yang tinggi

terhadap sebuah penyakit tertentu. Hasil nyata yang akan diperoleh dari vaksinasi

adalah tingkat kesehatan dan produktivitas ternak (Lukman, 2010).

Berdasarkan uraian diatas maka dilakukanlah praktikum ilmu penyakit dan

kesehatan ternak dengan judul praktikum yaitu vaksinasi untuk mengetahui tata

cara penanganan vaksin melalui rantai dingin (cold chain) dan pelaksanaan

vaksinasi yang benar.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam paktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tatacara penanganan vaksin melalui penerapan rantai dingin

(cold chain) ?

2. Bagaimana tatacara pelaksanaan vaksinasi yang baik dan benar ?

C. Tujuan

Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui tatacara penanganan vaksin melalui penerapan rantai

dingin (cold chain).

2. Untuk mengetahui tatacara pelaksanaan vaksinasi yang baik dan benar.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian dan Fungsi Vaksinasi

Salah satu faktor penghambat yang sering dihadapi dalam pemeliharaan

ternak, adalah penyakit. Bahkan tidak jarang peternak mengalami kerugian dan

tidak lagi berternak akibat adanya kematian pada ternaknya. Upaya pengendalian

penyakit pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan pendapatan melalui cara

pemeliharaan yang baik sehingga peternak memperoleh pendapatan secara

maksimal. Upaya pengendalian penyakit dapat dilakukan melalui usaha

pencegahan penyakit atau pengobatan pada ternak yang sakit. Usaha pencegahan

dinilai lebih penting dibandingkan pengobatanya ( Jahja dan Retno, 2010 ).

Allah berfirman dalam Q.S. Al-Isra/ 17: 82 yaitu:

 
  
 
   
  

Terjemahnya:
dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah
menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.

Maksud ayat diatas adalah Allah swt. menurunkan Al Quran sebagai

penawar bagi penyakit untu orang-orang yang beriman. Kaitan ayat ini dengan

penyakit yaitu Allah telah menurunkan ilmu kepada kita untuk mengetahui
penawar dari penyakit yang menyerang manusia maupun dengan ternak. sebagai

umat islam landasannya adalah Al Quran.

Vaksinasi adalah suatu tindakan dimana hewan dengan sengaja diberikan

agen penyakit (disebut Antigen) yang telah dilemahkan dengan tujuan untuk

merangsang pembentukan daya tahan atau daya kebal tubuh terhadap suatu

penyakit tertentu dan aman untuk tidak menimbulkan penyakit. Agen tersebut

biasanya substansi biologis yang terdiri dari sejumlah jasad renik dari jenis

penyakit yang diupayakan untuk dicegah agar tidak menyerang. Vaksin adalah

suatu produk biologi yang berisi sejumlah besar jasad renik yang diketahui

sebagai penyebab penyakit. Daya kerja vaksin adalah spesifik, oleh karena itu

setiap macam penyakit harus dipergunakan vaksin yang berbeda. Vaksin aktif

(virus hidup) berarti virus dalam vaksin tersebut dalam keadaan hidup tetapi telah

dikendalikan, yang akan tumbuh dan berkembang biak di tubuh induk semang.

Vaksin inaktif (virus mati) adalah agen penyakit yang dikandung oleh vaksin

dalam keadaan mati biasannya di dalamnya dicampurkan Oil adjuvant (Thomas,

2014).

Vaksin yang digunakan adalah vaksin inaktif dengan subtipe yang sama

kepada unggas sehat. Ayam broiler diberikan vaksin pada umur 4 hari dengan

suntikan subkutan. Cara pemberian vaksin dapat dilakukan dengan melalui tetes

mata, tetes hidung, injeksi/suntikan, atau dengan metode spray (penyemprotan

halus). Kusumaningsih (2001), melaporkan terdapat delapan jenis vaksin yang

sering digunakan pada ayam petelur selama masa produksinya, yaitu

vaksin Newcastle Disease (ND), Infectious Bronchitis (IB), Infectious Bursal


Disease (IBD), Snot (coryza), pox, Infectious Laryngotracheitis (ILT), Egg Drop

Syndrome (EDS), dan Swallon Head Syndrome (SHS). Menurut Akoso (2000),

menyatakan bahwa vaksin ternak nonunggas meliputi vaksin ternak besar (sapi

potong, sapi perah kerbau, domba, kambing, dan babi) dan vaksin untuk hewan

kecil atau hewan kesayangan (anjing dan kucing). Kebutuhan terhadap vaksin

untuk ternak besar diprioritaskan untuk pengendalian penyakit strategis seperti SE

(Septicaemia Epizootica), Anthraks, Brucellosis, dan Hog Cholera.

B. Tata Cara Penanganan Vaksin Melalui Penerapan Dingin

Menurut Departemen Kesehatan RI (2005), bahwa Pentingnya sistem

rantai dingin untuk vaksin dan beberapa antibiotic adalah karena semua itu

merupakan produk biologi yang tidak stabil dan mudah menjadi rusak akibat suhu

dan kelembaban udara yang tinggi. Vaksin memerlukan fasilitas pendingin untuk

mencegah kerusakan struktur kimiawinya, karena prubahan dan kerusakan

strukturnya akan menyebabkan kehilangan potensi dan menjadi tidak berguna

bagi pengobatan lagi.

Terkait dengan penyimpanan vaksin, aturan umum untuk sebagian besar

vaksin bahwa vaksin harus didinginkan pada temperature 2-8oC dan tidak

membeku. Penyimpanan vaksin membutuhkan suatu perhatian khusus karena

vaksin merupakan sediaan biologis yang rentan terhadap perubahan temperatur

lingkungan. Sementara terkait penyimpanan vaksin, susunannya harus

diperhatikan. Karena suhu dingin dari lemari es/ Freezer diterima vaksin secara

konduksi, maka ketentuan jarak antar kemasan vaksin harus dipenuhi. Demikian
pula letak vaksin menurut jenis antigennya mempunyai urutan tertentu untuk

menghindari penurunan potensi vaksin yang terlalu cepat

Sarana penyimpanan vaksin di setiap tingkat administrasi berbeda. Di

tingkat pusat, sarana penyimpan vaksin adalah kamar dingin/cold room. Ruangan

ini seluruh dindingnya diisolasi untuk menghindarkan panas masuk ke dalam

ruangan. Ada 2 kamar dingin yaitu dengan suhu 2 derajat Celsius sampai 8 derajat

Celsius dan suhu -20 derajat Celsius sampai -25 derajat Celsius. Sarana ini

dilengkapi dengan generator cadangan untuk mengatasi putusnya aliran listrik. Di

tingkat provinsi vaksin disimpan pada kamar dingin dengan suhu -20 derajat

Celsius sampai -25 derajat Celsius. Di tingkat kabupaten sarana penyimpanan

vaksin menggunakan lemari es dan freezer. Cara penyimpanan untuk vaksin

sangat penting karena menyangkut potensi dan daya antigennya. Beberapa faktor

yang mempengaruhi penyimpanan vaksin adalah antara lain suhu, sinar matahari

dan kelembaban (Departemen Kesehatan RI, 2005).

Menurut Aminah (2017), menyatakan bahwa sistem rantai dingin atau cold

chain system adalah sistem pengelolaan vaksin sesuai prosedur untuk menjaga

vaksin tersimpan pada suhu dan kondisi yang telah ditetapkan. Sistem tersebut

mulai diterapkan dari pabrik hingga vaksin diberikan kepada peternak bermanfaat

untuk memperkecil kesalahan penanganan vaksin sehingga vaksin tetap terjaga

dan efektif digunakan. Pemakaian dan penggunaan vaksin dan obat-obatan

memerlukan kehati-hatian karena akan berakibat fatal dan merugikan peternak.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penanganan vaksin antara lain :

1. Selalu membaca label dan ikuti petunjuk penggunaan secara hati-hati


2. Lakukan vaksinasi sesuai dengan jenis vaksinnya demikian juga dengan

aplikasinya

3. Jangan menggunakan vaksin dan obat – obatan yang kadaluarsa

4. Jangan mencampur vaksin dan obat – obatan sekaligus

5. Berikan obat – obatan sesuai jangka waktu yang ditentukan

6. Vaksin yang akan digunakan tidak boleh kena matahari langsung baik baik

pada saat membuka ampul, mencampur vaksin, atau saat menyuntik, karena sinar

matahari dapat merusak vaksin

7. Vaksin harus disimpan pada lemari es bagian refrigerator pada suhu 2-8ºC.

Jangan menyimpan vaksin pada bagian freezer. Lemari es sebaiknya dikhususkan

hanya untuk menyimpan vaksin

8. Jika jarak pengiriman cukup jauh maka vaksin dibawa menggunakan cold

box yang ditambahkan es batu. Penggunaan cold box akan jauh lebih aman

apabila hanya digunakan untuk mengirim vaksin antar wilayah dalam kota.

Sedangkan untuk wilayah yang cukup jauh, gunakan mobil khusus pengirim

vaksin yang dilengkapi dengan mesin pendingin agar suhu tetap terjaga 2-8ºC.

9. Pengencer/pelarut disimpan pada suhu yang sama dengan vaksin.

Penggunaan pengencer/pelarut harus dengan volume yang tepat

10. Jangan menggunakan sembarang pengencer seperti air ledeng atau air

sumur

11. Pada saat vaksinasi pakailah alat yang steril

12. Vaksinasi dilakukan pada saat udara dingin, yaitu pada pagi hari atau sore

hari untuk mencegah ayam stress


13. Ayam yang boleh divaksin adalah ayam yang dalam kondisi sehat

14. Sisa vaksin yang telah tercampur dan tidak habis setelah 4 jam,tidak boleh

digunakan lagi, harus dimusnahkan/dibakar/dicampur air mendidih kemudian

ditanam ditempat yang aman.

C. Tata Cara Vaksinasi yang Benar

Menurut Priyono (2010), menyatakan bahwa terdapat berbagai macam

cara vaksinasi pada ternak ayam ras. Peternak dipersilahkan untuk memilih cara

vaksinasi yang tepat dan sesuai dengan kondisi ayam, umur ayam, dan

ketersediaan vaksinnya. Beberapa cara vaksinasinya adalah sebagai berikut:

1. Tetes Mata atau Hidung

Cara vaksinasi ini umumnya dilakukan pada ternak ayam yang masih

berumur beberapa hari, misalnya 4 hari. Larutan vaksin yang digunakan dalam

larutan dapar. Cara vaksinasi tetes mata dilakukan dengan cara memegang ayam

dengan tangan kanan dan tangan kiri memegang botol vaksin. Botol vaksin jika

sudah menghadap ke bawah, diusahakan jangan dibalik menghadap keatas lagi.

Teteskan larutan vaksin pada salah satu mata satu tetes tiap ekor. Jika vaksin

sudah masuk, ayam akan mengedipkan mata berkali-kali. Dalam pelaksanaannya

misal kita meneteskan pada mata sebeleh kanan, untuk ayam yang lainnya juga

diteteskan pada mata sebelah kanan juga. Hal ini dilakukan untuk memudahkan

identifikasi. Jika menggunakan tetes hidung, maka teteskan larutan vaksin pada

salah satu hidung dan lubang yang lain ditutup. Jika vaksin sudah terhirup,

kemudian ayam dilepaskan.


2. Tetes Mulut

Cara vaksinasi tetes mulut juga tidak jauh berbeda dengan vaksinasi tetes

hidung maupun tetes mata. Tahap pertama yang dilakukan adalah melarutkan

larutan vaksin dengan larutan dapar, kemudian dikocok dan diusahakan tidak

sampai berbuih. Larutan vaksin tersebut kemudian diteteskan pada mulut ayam

satu tetes tiap ekor. Jika sudah masuk, kemudian ayam dilepaskan.

3. Air Minum

Vaksinasi menggunakan air minum merupakan vaksinasi yang dilakukan

pada ayam dengan cara memuasakan minum ayam selama kurang lebih 2 jam.

Jika suasana panas, maka waktu pemuasaan air minum dapat dipersingkat.

Kemudian sediakan air minum dalam jumlah yang cukup sesuai dengan

kebutuhan proses vaksinasi. Diusahakan air minum yang digunakan aquades. Cara

pencampuran vaksin dilakukan sesuai dengan petunjuk vaksin yang dibeli.

Kemudian jika vaksin sudah tercampur dengan air minum, larutan tersebut

diberikan pada ternak sebagai vaksin air minum.

4. Injeksi atau Suntikan

Cara vaksinasi injeksi atau suntikan dapat menggunakan vaksin aktif

maupun vaksin inaktif. Vaksinasi ini menggunakan jarum yang telah disterilkan

terlebih dahulu dengan cara direbus menggunakan air mendidih selama kurang

lebih 30 menit. Kemudian cara vaksinasi dapat dilakukan intramuskuler (dibawah

otot), intravena (dibawah vena) atau subkutan (dibawah kulit).


5. Tusuk Sayap atau Wing Web

Cara vaksinasi ini menggunakan alat khusus berupa jarum penusuk.

Seperti biasa, jarum penusuk harus disterilkan terlebih dahulu dalam air mendidih

selama kurang lebih 30 menit. Larutan vaksin yang akan digunakan dikocok dan

diusahakan jangan sampai berbuih. Celupkan jarum penusuk kedalam larutan

vaksin, kemudian tusukkan jarum pada sayam ayam yang telah direntangkan.

Diusahakan menusuknya pada lipatan sayap yang tipis dan jangan sampai

mengenai tulang, otot dan pembuluh darah.

6. Semprot atau Spray

Cara vaksinasi ini hampir sama dengan jika kita melakukan sanitasi

kandang, yakni menggunakan alat semprot (sprayer). Diusahakan sprayer untuk

vaksinasi khusus dilakukan untuk vaksinasi saja. Campurkan vaksin dengan

aquades kedalam sprayer yang memang steril dan bebas karat. Larutan vaksin

disemprotkan ke seluruh ayam dengan jarak 30-40 cm dari atas kepala ayam.

Selang 30 menit kemudian, kandang dapat dibuka kembali dan kipas dapat

dinyalakan lagi.
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Waktu dan tempat dilasanakannya praktikum ini adalah pada hari Ahad

tanggal 20 Mei 2018 pukul 07.00 WITA sampai selesai dan bertempat di

peternakan Jion puyuh Makassar.

B. Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai

berikut:

1. Alat

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah botol/ wadah, cold box,

pengencer/ pelarut dan termometer

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah DOQ ternak puyuh, es

batu dan vaksin.

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Menggunakan masker dan sarung tangan sebelum melakukan vaksinasi.

3. Mencampurkan vaksin dengan pelarut kemudian menghomogenkan

dengan 20 kali gerakan.

4. Melakukan vaksinasi pada DOQ burung puyuh dengan meneteskan vaksin

pada bagian hidungnya.


D. Diagram Alir

Menyiapkan alat dan bahan

Menggunakan masker dan sarung tangan

Mencampurkan vaksin dengan pelarut kemudian


homogenkan

Melakukan vaksinasi dengan meneteskan vaksin pada


bagian hidung DOQ burung puyuh.

Diagram Alir. Hasil Pengamatan Vaksinasi DOQ Burung Puyuh


BAB IV
HASIL PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil Pengamatan Proses Vaksinasi DOQ Burung Puyuh


No. Gambar Keterangan

1. Pemberian vaksin
NDLS pada DOQ
burung puyuh dengan
cara tetes hidung.

Sumber : Djion Puyuh Makassar Kelurahan Bonto Ramba Kecamatan Somba


Opu Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan,2018.

B. Pembahasan

Vaksinasi adalah suatu tindakan dimana hewan dengan sengaja diberikan

agen penyakit (disebut Antigen) yang telah dilemahkan dengan tujuan untuk

merangsang pembentukan daya tahan atau daya kebal tubuh terhadap suatu

penyakit tertentu dan aman untuk tidak menimbulkan penyakit. Vaksin adalah

suatu produk biologi yang berisi sejumlah besar jasad renik yang diketahui

sebagai penyebab penyakit. Daya kerja vaksin adalah spesifik, oleh karena itu

setiap macam penyakit harus dipergunakan vaksin yang berbeda. Cara pemberian
vaksin dapat dilakukan dengan melalui tetes mata, tetes hidung, injeksi/suntikan,

atau dengan metode spray (penyemprotan halus) (Thomas, 2014).

Adapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu DOQ

burung puyuh, pelarut dan vaksin ND lasota 50 ml. sedangkan alat yang

digunakan adalah botol/ wadah, cold box, pengencer/ pelarut dan ter.mometer

Berdasarkan hasil pengamatan maka diketahui cara vaksinasi dengan tetes hidung

(Intra Nasal) pada DOQ burung puyuh adalah pertama-tama semua alat dan

bahan yang dibutuhkan disiapkan, memakai masker dan sarung tangan terlebih

dulu sebelum vaksinasi, kemudian selanjutnya mencampurkan vaksin dengan

pelarut dan dihomogenkan dengan 20 kali gerakan, terakhir melakukan vaksinasi

pada DOQ burung puyuh dengan meneteskan vaksin pada bagian hidung (Intra

Nasal) DOQ burung puyuh sebanyak satu tetes.

Hal ini sesuai dengan pendapat Priyono (2010), yang menyatakan bahwa

cara vaksinasi tetes hidung dilakukan dengan cara memegang ayam dengan

tangan kanan dan tangan kiri memegang botol vaksin. Botol vaksin jika sudah

menghadap ke bawah, diusahakan jangan dibalik menghadap keatas lagi.

Teteskan larutan vaksin pada salah satu mata satu tetes tiap ekor. Jika

menggunakan tetes hidung, maka teteskan larutan vaksin pada salah satu hidung

dan lubang yang lain ditutup. Jika vaksin sudah terhirup, kemudian ayam

dilepaskan.
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan pada praktikum ini yaitu tata cara vaksinasi ada beberapa cara

yaitu vaksinasi dengan tetes mata (Intra Oculer) dan hidung (Intra Nasal),

vaksinasi dengan Intramuskuler (daging), vaksinasi melalui subcutan (bawah

kulit) dan wing web (kulit sayap). Berdasarkan hasil pengamatan vaksinasi DOQ

burung puyuh dilakukan secara tetes hidung (intra nasal), metode yang digunakan

yaitu menyiapkan semua alat dan bahan kemudian mencampurkan vaksin dengan

pelarut kemudian dihomogenkan sebanyak 20 kali gerakan. Selanjutnya

melakukan vaksinasi pada DOQ burung puyuh dengan cara tetes hidung sebanyak

1 tetes/ ekor DOQ burung puyuh.

B. Saran

Saran untuk praktikum selanjutnya adalah untuk saisten agar kiranya

mengontrol dengan baik praktikan, terutama dalam menangani DOQ burung

puyuh jangan sampai cara yang dilakukan tidak sesuai, karena DOQ burung

puyuh sangat sensitive dan mudah mati.


DAFTAR PUSTAKA

Akoso, B.T. 2000. Kebutuhan Bahan Biologis Untuk Menunjang Pengamanan


Ternak Terhadap Penyakit. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian.

Alexander DJ & Senne DA. 2008. Diseases of Poultry. 20th Ed. Blackwell
Publishing : United Kingdom.

Aminah, H. 2017. Penuntun Laboratorium dan Lapangan Ilmu Penyakit dan


Kesehatan Ternak. Makassar: UIN press.

Depkes RI. 2005. Undang-Undang Republic Indonesia Nomor: 23 Tahun 2005


Tentang Kesehatan. Jakarta: hal.1fisioterapi Indonesia: hal.5.

Jahja dan Retno. 2010. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya. Banndung:


Medion.

Kusumaningsih, A., S. Bahri, A. Nurhadi, E. Martindah, Dan E. Masbulan. 2001.


Studi Kebijakan Penyediaan Dan Pengembangan Vaksin Dan Bahan
Biologis Veteriner Untuk Menunjang Peningkatan Mutu Bibit Ternak Di
Indonesia. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan.

Lukman, D.W. 2010. Pembusukan Daging. IPB: Fakultas Kedokteran Hewan.

Priyono, 2010. Mengenal Berbagai Macam Cara Vaksinasi Pada Ternak Ayam
Ras. Email: priyono.spt@gmail.com. Diakses (15 Mei 2018).

Saputro, T. 2014. Laporan praktikum keseshatan ternak. www.ilmu


ternak.com/2014/12/laporan-pratikum-kesehatan-ternak.html?m=1.
Diakses (23 Mei 2018)

Thomas, S. 2014. Laporan praktikum kesehatan ternak. www.ilmu


ternak.com/2014/12/laporan-pratikum-kesehatan-ternak.html?m=1.
Diakses (23 Mei 2018)

Anda mungkin juga menyukai