Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH BIOLOGI MOLEKULER

Aplikasi Regulasi Ekspresi Gen pada Bidang Farmasi Veteriner


(PEMBUATAN VAKSIN DAN INSULIN)

KELOMPOK 2:

Putik Chiptadining Larasati (115130100111001)


Shintany Rohmatil W (115130101111003)
Rizka Putri (115130100111005)
Quraini Yanti (115130100111002)
Ade Margani (115130100111019)
Muh. Husni Rifai (115130101111006)
Dwiki Ramadhan (115130101111012)

PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rekayasa genetika telah memproduksi vaksin subunit yang berasal dari protein
permukaan virus. Vaksin sub unit pertama diproduksi adalah vaksin hepatitis. Dengan
menggunakan vaksin sub unit, tidak ada resiko terjadi infeksi, dibandingkan dengan
penggunaan vaksin yang berasal dari virus utuh (Dewi Pertiwi, 2013).
Sejak vaksin diperkenalkan Edward Jenner 1796, vaksinasi sering dilakukan untuk
melindungi manusia dan hewan terhadap infeksi virus. Keberhasilan vaksinasi tercermin dari
berkurangnya penyakit-penyakit infeksi pada manusia dan hewan ternak. Vaksinasi sekarang
menjadi istilah umum untuk pemaparan antigen terhadap manusia atau binatang dalam
membangkitkan respon kekebalan. Kebanyakan vaksin virus yang digunakan saat ini
merupakan sel utuh yang telah dilemahkan atau dimatikan. Keuntungan vaksin ini pada
umumnya mampu menghasilkan imunitas cukup lama dan merangsang seluruh reaksi
kekebalan pada host yaitu humoral antibody dan cell-mediated (Wija, 2013).
Insulin merupakan protein manusia pertama yang disintesis secara kimia. Secara
tradisional, insulin untuk pengobatan pada manusia diisolasi dari pankreas sapi atau babi.
Pada tahun 1981 telah terjadi perbaikan secara berarti cara produksi insulin melalui rekayasa
genetika. Insulin yang diperoleh dengan cara ini mempunyai struktur mirip dengan insulin
manusia. Melalui teknologi DNA rekombinan, insulin diproduksi menggunakan sel mikroba
yang tidak patogen. Karena kedua hal tersebut di atas, insulin hasil rekayasa genetika ini
mempunyai efek samping yang relatif sangat rendah dibandingkan dengan insulin yang
diperoleh dari ekstrak pankreas hewan, tidak menimbulkan efek alergi serta tidak
mengandung kontaminan berbahaya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka Rumusan Masalah dalam makalah ini yaitu
1. Apakah yang dimaksud dengan vaksin dan insulin dalam bidang farmasi?
2. Bagaimana prosedur pembuatan vaksin dan insulin dengan teknologi rekayasa genetika?
3. Bagaimanakah keuntungan dan kerugian dari vaksin dan insulin dalam pengobatan?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yakni

1. Untuk mengetahui definisi vaksin dan insulin dalam bidang farmasi

2. Untuk mengetahui prosedur pembuatan vaksin dan insulin dengan teknologi rekayasa
genetika.

3. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari vaksin dan insulin dalam
pengobatan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Vaksin
2.1.1 Pengertian Vaksin
Vaksin berasal dari kata vaccinus yang berarti berasal dari sapi. Sejarah vaksinasi
dapat dikatakan dimulai sejak 1796 ketika seorang dokter desa melakukan vaksinasi
menggunakan virus cacar sapi untuk memberi kekebalan pada manusia terhadap infeksi cacar
(smallpox). Kemudian setelah pengetahuan tentang penyakit infeksi berkembang pada akhir
abad 19, maka perkembangan vaksin pun mulai meramaikan dunia kesehatan dalam
memerangi penyakit infeksi. Sejak masa tersebut berbagai macam vaksin dibuat dan
dikembangkan, seperti vaksin terhadap rabies, anthrax, penyakit-penyakit enterobakteria.
Pembuatan vaksin biasanya memerlukan organisme hidup seperti toksin bakteri atau
immune sera dalam jumlah besar. Pertumbuhan bakteri biasanya dilakukan pada media cair
dalam bejana fermentor. Media ditetapkan secara kimia dan kondisi pembiakan diatur dengan
tepat, seperti temperatur, pH, oksigen dan sebagainya. Untuk pembuatan vaksin virus,
pertumbuhan dapat dilakukan dalam host atau biakan sel hidup. Vaksin smallpox dapat
dibiakkan pada dermis anak sapi domba, kerbau atau yang lain. Vaksin influenza dan yellow
fever dapat dibiakkan pada fertile hens eggs. Beberapa virus dapat ditumbuhkan pada biakan
sel. Biasanya sel disiapkan dari monkey kidney, chick embryo atau human diploid cells.
Inaktivasi atau detoksifikasi vaksin bakteri dapat dilakukan dengan pemanasan atau
desinfektan, misalnya formalin untuk inaktivasi Bordetella pertusis sebagai whooping-cough
vaccine, dapat juga untuk detoksifikasi toksin Corynebacterium diphtheriae dan Clostridium
tetani sebagai vaksin diphtheria dan tetanus. Phenol juga digunakan inaktivasi Vibrio
cholerae dan Salmonella typhi sebagai vaksin kholera dan tifoid (Maya, 2013).
Beberapa prinsip rekayasa genetika dalam pembuatan vaksin adalah sebagai berikut
(Bioteknologi, 2009):
1. mengisolasi / memisahkan gen-gen dari organisme penyebab sakit yang berperan dalam
menghasilkan antigen yang merangsang limfosit untuk menghasilkan antibodi.
2. menyisipkan gen-gen di atas, ke tubuh organisme yang kekurangan pathogen.
3. mengulturkan orgamisme hasil rekayasa genetika, sehingga menghasilkan antigen dalam
jumlah banyak.
4. mengekstraksi antigen, lalu digunakan sebagai vaksin.

2.1.2 Metode Pembuatan Vaksin


Tahap produksi vaksin
Produksi vaksin memiliki beberapa tahap. Proses pembuatan vaksin memiliki langkah-
langkah berikut:

o Inaktivasi-ini melibatkan membuat persiapan antigen

o Pemurnian-antigen terisolasi dimurnikan

o Perumusan-antigen dimurnikan dikombinasikan dengan ajuvan, stabilisator dan


pengawet untuk membentuk persiapan akhir vaksin.

Menghasilkan antigen dari mikroba


Produksi awal melibatkan generasi antigen dari mikroba. Untuk ini virus atau mikroba
tumbuh baik pada sel-sel dasar seperti telur ayam (misalnya di influenza) atau pada sel baris
atau berbudaya manusia sel (misalnya Hepatitis A). Bakteri terhadap vaksin dikembangkan
dapat tumbuh di bioreactors (misalnya Haemophilus influenzae tipe b). Antigen juga
mungkin racun atau toxoid dari organisme (misalnya difteri atau tetanus) atau mungkin
menjadi bagian dari mikroorganisme juga. Protein atau bagian dari organisme dapat
dihasilkan jamur, bakteri atau sel budaya. Bakteri atau virus mungkin melemah dengan
menggunakan bahan kimia atau panas untuk membuat vaksin (misalnya vaksin polio).
Isolasi antigen
Setelah antigen yang dihasilkan, sangat terisolasi dari sel-sel yang digunakan untuk
menghasilkan itu. Untuk lemah atau selubung virus pemurnian lebih lanjut tidak mungkin
diperlukan. Protein rekombinan perlu banyak operasi melibatkan kromatografi ultrafiltration
dan kolom untuk pemurnian sebelum mereka siap untuk administrasi.
Ajuvan, stabilisator dan pengawet
Setelah antigen dikembangkan vaksin yang diformulasikan dengan menambahkan ajuvan,
stabilisator dan pengawet. Peran ajuvan adalah untuk meningkatkan respon imun antigen.
Stabilisator meningkatkan kehidupan penyimpanan, dan pengawet memungkinkan
penggunaan multi dosis cawan.
Hal ini sulit untuk mengembangkan dan memproduksi vaksin kombinasi karena
kemungkinan tidak kompatibel dan interaksi antara antigen dan bahan-bahan lain dari vaksin.
Persyaratan-persyaratan produksi vaksin
Produk perlu dilindungi dari udara, air dan kontaminasi manusia. Lingkungan perlu
dilindungi dari tertumpah antigen

2.1.3 Keuntungan dan Kerugian Vaksin

Keuntungan vaksin :
1. penyakit infeksi akan sulit mewabah
2. pengurangi biaya pegobatan
3. memperkecil penyebaran penyakit
4. Vaksinasi dapat mengurangi morbiditas dan menurunkan mortalitas
5. Mempunyai daya proteksi : vaksin yang diberikan harus mampu melindungi penerima vaksin
dari patogen.
6. Dapat melindungi penerima vaksin dalam jangka waktu yang lama
7. Mampu menimbulkan netralisasi oleh antibodi yang diberikan.
8. Mampu memberikan proteksi dengan meningkatkan respons imun sekuler terutama pada
patogen yang ultraseluler.
kerugian vaksin :
1. bisa menimbulkan efek samping
2. dapat memperparah peyakit ketik a disuntikkan pada orang yang sedang terserang penyakit
tersebut.

`2.2. Insulin
2.2.1 Pengertian Insulin
Insulin merupakan protein manusia pertama yang disintesis secara kimia. Secara
tradisional, insulin untuk pengobatan pada manusia diisolasi dari pankreas sapi atau babi.
Pada tahun 1981 telah terjadi perbaikan secara berarti cara produksi insulin melalui rekayasa
genetika. Insulin yang diperoleh dengan cara ini mempunyai struktur mirip dengan insulin
manusia. Pembuatan insulin secara komersial sangat bermanfaat dalam pengobatan penyakit
diabetes melitus yang disebabkan oleh gangguan produksi insulin.
Melalui teknologi DNA rekombinan, insulin diproduksi menggunakan sel mikroba yang
tidak patogen. Karena kedua hal tersebut di atas, insulin hasil rekayasa genetika ini
mempunyai efek samping yang relatif sangat rendah dibandingkan dengan insulin yang
diperoleh dari ekstrak pankreas hewan, tidak menimbulkan efek alergi serta tidak
mengandung kontaminan berbahaya.
INSULIN merupakan suatu protein yang bertugas mengatur metabolisme gula di dalam
tubuh manusia. Penderita diabetes tidak dapat menghasilkan insulin dalam jumlah maksimal
sehingga diperlukan bantuan dari luar tubuh untuk memenuhi suplai insulin. Sebelumnya,
insulin bisa didapatkan dari kelenjar pankreas sapi dan babi. Pada umumnya untuk
memperoleh 0,45 kg insulin dibutuhkan oleh 750 orang pasien diabetes dalam setahun
diperlukan 3.600 kg kelenjar pankreas yang berasal dari 23.000 ekor hewan.
Insulin manusia tersusun atas dua rantai protein A dan B. Urutan basa nitrogen dalam
molekul DNA yang mengkode masing-masing rantai dibuat dalam tabung reaksi dengan
menggunakan struktur yang diketahui insulin. Tiap molekul DNA dari masing-masing rantai
dicangkokan ke dalam plasmid maka terbentuk DNA rekombinan. Bila DNA rekombinan ini
dimasukan ke dalam sel-sel bakteri maka tiap DNA rekombinan menunjukan ekspresinya dan
bakteri membuat hibrid protein insulin rantai A atau rantai B. Kedua rantai peptida kemudian
disatukan maka akan terbentuklah insulin manusia yang aktif.
Dahulu insulin yang dibutuhkan berasal dari kelenjar pankreas sapi atau babi. untuk
membuat hanya satu pond (0.45 Kg) insulin heewani dibutuhkan oleh 750 pasien diabetes
selama setahun diperlukan 8.000 pound (3600 Kg) kelenjar pankreas fsti 23.500 ekor hewan.
Laporan dari Ministry of Health, Education and Walfare (Kementrian Kesehatan, Pendidikan
dan Kesejahteraan Serikat), dalam tahun 1981 diperlukan 56 juta ekor hewan untuk
memenuhi kebutuhan insulin di seluruh Amerika Serikat.
2.2.2 Pembuatan Insulin

Berikut tahapan dalam proses pembuatan tersebut:


1. Pengisolasian Vektor (plasmid E.coli) dan DNA Pengkode Insulin.
Kode genetik insulin terdapat dalam DNA di bagian atas lengan pendek dari kromosom
ke-11 yang berisi 153 basa nitrogen (63 dalam rantai A dan 90 dalam rantai B). DNA
pengkode insulin dapat diisolasi dari gen manusia yang ditumbuhkan dalam kultur di
laboratorium. Selain itu, dapat pula disintesis rantai DNA yang membawa sekuens nukleotida
spesifik yang sesuai karakteristik rantai polipeptida A dan B dari insulin. Urutan DNA yang
diperlukan dapat ditentukan karena komposisi asam amino dari kedua rantai telah dipetakan.
Enam puluh tiga nukleotida yang diperlukan untuk mensintesis rantai A dan sembilan puluh
untuk rantai B, ditambah kodon pada akhir setiap rantai yang menandakan pengakhiran
sintesis protein.
Vektor yang digunakan adalah plasmid E.coli yang mengandung amp-R sehingga sel
inang akan resistan terhadap amphisilin serta mengandung lac-Z yang menghasilkan -
galactosidase sehingga dapat menghidrolisis laktosa.

2. Penyelipan DNA Insulin ke dalam Vektor (plasmid E.Coli)


Masing-masing DNA insulin dan plasmid E.Coli dipotong dengan enzim restriksi yang
sama. Kemudian DNA insulin A dan B secara terpisah diselipkan ke dalam plasmid berbeda
dengan menggunakan enzim ligase.

3. Pemasukan Plasmid Rekombinan ke dalam Sel E.Coli


Plasmid yang telah diselipkan DNA insulin (plasmid rekombinan) dicampurkan dalam
kultur bakteri E.Coli. Bakteri-bakteri tersebut akan mengambil plasmid rekombinan melalui
proses transformasi. Akan tetapi, tidak semua bakteri mengambil plasmid tersebut.

4. Pengklonan Sel yang Mengandung Plasmid Rekombinan


Sel yang mengandung plasmid rekombinan dapat diseleksi dari sel yang tidak
mengandung plasmid rekombinan. Medium nutrien bakteri yang digunakan mengandung
amphisilin dan X-gal. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, plasmid yang digunakan
sebagai vektor ini mengandung amp-R dan lac-Z sehingga sel bakteri yang mengandung
plasmid rekombinan akan tumbuh dalam medium tersebut karena resisten terhadap
amphisilin serta akan berwarna putih karena plasmid yang mengandung gen asing (gen
insulin manusia) dalam gen lac-Z tidak dapat memproduksi -galactosidase sehingga tidak
dapat menghidrolisis laktosa.

5. Identifikasi Klon Sel yang Membawa Gen Insulin


Proses ini dilakukan melalui hibridisasi asam nukleat. Pada proses ini, disintesis probe
asam nukleat yang mengandung komplementer dari gen insulin, probe dilengkapi dengan
isotop radioaktif atau fluorosen.
6. Pomproduksian dalam Sekala Besar
Klon sel yang telah diidentifikasi diproduksi dalam skala besar dengan cara ditumbuhkan
dalam tangki yang mengandung medium cair. Gen insulin diekspresikan bersama dengan sel
bakteri yang mengalami mitosis. Rantai insulin A dan rantai B yang dihasilkan kemudian
dicampurkan dan dihubungkan dalam reaksi yang membentuk jembatan silang disulfida.
Pada saat ini, peneliti mulai menggunakan vektor plasmid dari sel eukariotik yaitu ragi
bersel tunggal karena ragi merupakan sel eukariotik yang memiliki plasmid, dapat tumbuh
dengan cepat, serta hasil akhir proses pembuatan insulin dengan ragi akan menghasilkan
molekul insulin yang lebih lengkap dengan struktur tiga dimensi yang sempurna sehingga
lebih identik dengan insulin manusia.
CARA PANEN : Ekstrasinya, yaitu dengan cara ko intraseluler, bakterinya harus
dipecah. Namun, kalo ekstraseluler di ambil supernatannya dan disentrifus.

2.2.3 Keuntungan Dan Kerugian Insulin

Pertimbangan keuntungan dan kerugian dalam terapi insulin pada pasien yang dirawat
di rumah sakit hendaknya menjadi perhatian bagi dokter yang merawat. Secara umum
berbagai keuntungan terapi insulin sudah banyak diketahui. Pada pasien yang dirawat di
rumah sakit, terapi insulin dapat menyelamatkan jiwa. Namun demikian, bila cara pemberian
dan pemantauan kurang memadai, hal itu dapat mengancam jiwa pasien.
Kesalahan terapi insulin cukup sering ditemukan dan menjadi masalah klinis yang
penting. Bahkan terapi insulin termasuk dalam lima besar pengobatan berisiko tinggi (high-
risk medication) bagi pasien di rumah sakit. Sebagian besar kesalahan tersebut terkait
dengan kondisi hiperglikemia dan sebagian lagi akibat hipoglikemia. Jenis kesalahan tersebut
antara lain disebabkan keterbatasan dalam hal ketrampilan (skill-based), cara atau protokol
(rule-based), dan pengetahuan (knowledge-based) dalam hal penggunaan insulin.
Banyak data yang menunjukkan bahwa hiperglikemia dikaitkan dengan buruknya
luaran klinik. Sebagai contoh, kesalahan dalam terapi insulin sebelum pembedahan pada
pasien DMT1 akan mengakibatkan KAD dan kematian. Hipoglikemia, walaupun
frekuensinya lebih sedikit, namun juga dapat mengakibatkan kematian. Bahaya yang dapat
diakibatkan oleh serangan hipoglikemia meliputi kecelakaan seperti jatuh, mual, muntah,
respon hipertensi yang mengakibatkan iskemia miokard.
Untuk menghindari bahaya-bahaya di atas, terapi insulin hendaknya diberikan sesuai
dengan protokol yang telah ditetapkan. Selain itu, perlu dilakukan pemantauan yang
memadai. Sebagai contoh, terapi insulin intensif dengan cara infus intravena hanya dapat
diberikan pada pasien khusus serta dilakukan di ruang intensif.
BAB III
KESIMPULAN

Western blotting merupakan teknik yang digunakan untuk mengidentifikasi dan


memposisikan protein berdasarkan kemampuannya untuk berikatan dengan antibody yang
spesifik. Analisis western blot dapat mendeteksi protein yang diinginkan dari campuran dari
protein dalam jumlah besar. Western blot dapat memberikan informasi tentang ukuran dari
protein (dengan perbandingan dengan ukuran marker dalam satuan kilo dalton dan juga
memberi informasi tentang ekspresi protein dengan perbandingan dengan kontrol seperti pada
sampel yang tidak diberi perlakuan atau sel atau jaringan tipe lain).
Prosedur western blot terdiri dari preparasi sampel, elektroforesis gel, transfer dari gel ke
membran, dan imunostain dari blot tersebut.
Salah satu aplikasi pengguanaan teknik Western blotting dalam dunia medik veteriner
yakni pengujian laboraturium terhadap protein inhibin untuk menciptakan vaksin inhibin
yang dapat memacu pembentukan FSH guna mempercepat proses ovulasi pada inseminasi
karena selama ini protein inhibin menjadi faktor penghambat dalam proses ovulasi
Untuk mencapai sasaran yang diinginkan, maka dilakukan langkah-langkah penelitian
sebagai berikut, yakni menyiapkan sel granulosa kambing, melakukan kultur sel granulosa
kambing, melakukan isolasi dan karakterisasi isolat inhibin baik dari koleksi sel granulosa
maupun hasil kultur sel granulosa, serta melakukan konfirmasi titik isoelektrik (pI) dari isolat
inhibin dan berat molekul (BM).

DAFTAR PUSTAKA
Burnette WN. 1981. "Western blotting: electrophoretic transfer of proteins from sodium dodecyl
sulfate - polyacrylamide gels to unmodified nitrocellulose and radiographic detection with
antibody and radioiodinated protein A". Analytical Biochemistry 112 (2): 195203.
Kaneko H., Y. Nakanishi, K. Taya, H. Kishi, G. Watanabe, S. Sasamoto, and Y. Hasegawa. 1993.
Evidence that inhibin is an important factor in regulation of FSH secretion during the mid-
luteal phase in cows. J. Endocrinol. 136:35-41.
O'Shea T., M.A. Hillard, S.T. Anderson, B.M. Bindon, J.K. Findlay, C.G. Tsonis, and J.F.Wilkins.
1994. Inhibin immunization for increasing ovulation rate and superovulation.
Theriogenology. 41:3-17.
Towbin H, Staehelin T, Gordon J. 1979. "Electrophoretic transfer of proteins from polyacrylamide
gels to nitrocellulose sheets: procedure and some applications". Proceedings of the National
Academy of Sciences USA 76 (9): 4350-54.
Walker J.M. 2002. The Protein Protocols Handbook. Humana Press. Totowa, New Jersey.
http://qurainiyanti.blogspot.com/2013/09/pembuatan-vaksin-dan-insulin.html

Makalah Biologi (VAKSIN)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Makalah ini kami susun sebagai materi pengayaan yang sangat bermanfaat untuk
menambah wawasan mengenai bioteknologi dengan materi yang lebih dikhususkan lagi yaitu
mengenai Pembuatan Vaksin.Sehubungan dengan makalah ini, deskripsi mengenai segala
sesuatu yang dapat berhubungan dengan vaksin dapat kami paparkan secara ringkas dalam
latar belakang makalah ini.
Istilah '' vaksin '' berasal dari Edward Jenner 1796. Penggunaan istilah Vaksin
berasal dari bahasa latinvacca (sapi) dan vaccinia (cacar sapi). Vaksin adalah bahan antigenik
yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat
mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami atau liar.
Vaksin cacar tidak dapat dipisahkan dari Edward Jenner (1749-1823).Jenner
menyusun tulisan ilmiahnya tentang kekebalan terhadap cacar pada manusia yang pernah
tertular cacar sapi.Ia juga melakukan survei nasional yang mendukung teorinya. Sesudah
penemuan Jenner diuji coba dan dikonfirmasi banyak ilmuwan vaksinasi cacar mulai meluas
di London untuk kemudian menyebar di Inggris, seluruh Eropa, dan dunia.
Pasteur (1885) memperkenalkan cara penanggulangan penyakit akibat gigitan
tersangka rabies dengan menggunakan cara vaksinasi menggunakan vaksin anti rabies (VAR).
Dalam hal penyakit, lebih bijaksana untuk mencegah daripada mengobati.Salah satu
caranya adalah dengan memberikan vaksinasi.Vaksinasi sangat membantu untuk mencegah
penyakit-penyakit infeksi yang menular baik karena virus atau bakteri, misalnya polio,
campak, difteri, pertusis (batuk rejan), rubella (campak Jerman), meningitis,
tetanus, Haemophilus influenzae tipe b (Hib), hepatitis, dll.Vaksin memanfaatkan
kemampuan alami tubuh untuk belajar bagaimana untuk menghilangkan hampir semua
penyebab penyakit kuman, atau mikroba, yang menyerang tubuhdan untuk merangsang
sistem imunologi tubuh untuk membentuk antibodi spesifik sehingga dapat melindungi tubuh
dari serangan penyakit. Tubuh manusia yang terinfeksi akan mempelajari bagaimana
merespon terhadap virus tertentu di masa depan, sehingga infeksi tunggal, terutama dari virus
yang relatif jinak, biasanya mengajarkan tubuh bagaimana cara untuk merespon invasi
tambahan dari virus yang sama.
Seperti halnya obat, tidak ada vaksin yang bebas dari risiko efek samping. Namun
keputusan untuk tidak memberi vaksin juga lebih berisiko untuk terjadinya penyakit atau
lebih jauh menularkan penyakit pada orang lain.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah sejarah vaksin ?
2. Apakah definisi vaksin?
3. Apa sajakah bahan-bahan pembuatan vaksin ?
4. Bagaimanakah proses pembuatan vaksin ?
5. Apa sajakah jenis-jenis vaksin ?
6. Apakah manfaat vaksin ?
7. Vaksin apa sajakah yang sering digunakan ?
8. Berapa kalikah vaksin harus diberikan ?
9. Pada usia berapakah vaksin harus diberikan pada anak ?
10. Apakah efek samping dari vaksinasi ?
11. Sampai berapa lamakah perlindungan karena vaksinasi bertahan ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah vaksin
2. Untuk mengetahui definisi vaksin
3. Untuk mengetahui bahan-bahan pembuatan vaksin
4. Untuk mengetahui proses pembuatan vaksin
5. Untuk mengetahui jenis-jenis vaksin
6. Untuk mengetahui manfaat vaksin
7. Untuk mengetahui jenis-jenis vaksin yang sering digunakan
8. Untuk mengetahui berapa kali vaksin harus diberikan
9. Untuk mengetahui usia pemberian vaksin pada anak
10. Untuk mengetahui efek samping dari vaksinasi
11. Untuk mengetahui seberapa lama perlindungan vaksinasi bertahan.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 SEJARAH VAKSIN
Vaksin berasal dari bahasa latinvacca (sapi) dan vaccinia (cacar sapi).
Edward Jenner sedang menyuntikkan vaksin
Dunia sudah selayaknya mengucapkan terima kasih untuk pionir-pionir seperti Jenner
dan Pasteur.Mereka telah menemukan vaksin yang mencegah tingginya angka kesakitan dan
kematian.Namun demikian, kondisi masih memprihatinkan, bahkan dirasakan tragis, karena
menurut laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO), hampir dua juta anak-anak masih menjadi
korban penyakit tiap tahun.
Menutup tahun-tahun pada abad ke-19 dan memasuki abad ke-20 ditandai dengan
munculnya achievements of great vaccine scientist seperti Pasteur. Sejak Jenner vaccinia
200 tahun yang lalu diperkenalkan, sembilan penyakit utama manusia telah dapat
dikendalikan dengan penggunaan vaksin: smallpox (1798), rabies (1885), plague (1897),
difteri (1923), pertusis (1926), tuberculosis/BCG (1927), tetanus (1927), dan yellow fever
(1935). Beberapa vaksin digunakan secara individu di daerah dengan resiko penyakit seperti
rabies dan plague, tetapi tidak pernah digunakan secara sistematis dalam skala global.Antara
lain pada vaksin BCG pada tanggal 24 April 1927, dokter Albert Calmette dan seorang
peneliti bernama Camille Guerin berhasil menemukan vaksin untuk mengobati penyakit
TBC, yang dinamakan vaksin bacillus calmette guerin (BCG).

Penemu Vaksin Cacar Edward Jenner (1749-1823)


Vaksin cacar tidak dapat dipisahkan dari Edward Jenner (1749-1823). Jenner
mendengar cerita bahwa jika seorang tertular cacar sapi yang sering terjadi pada pemerah
sapi pada waktu itu, maka dia akan menjadi kebal dan terlindung dari penyakit cacar yang
pada saat itu masih mewabah. Ia melakukan observasi sistematis dan melakukan eksperimen
terhadap seorang anak. Jenner mengambil darah dari vesikel di tangan pemerah susu yang
tertular cacar sapi, kemudian menginokulasi cairan tersebut pada dua irisan sepanjang 2,5 inci
pada lengan anak tersebut. Enam minggu kemudian ia memvariolasi (memaparkan virus
cacar dari penderita cacar ke manusia sehat) ke lengan anak tersebut dan tidak menunjukkan
suatu reaksi.
Variolasi diulang beberapa bulan kemudian ternyata hasilnya tetap sama. Jenner
menyusun tulisan ilmiahnya tentang kekebalan terhadap cacar pada manusia yang pernah
tertular cacar sapi.Ia juga melakukan survei nasional yang mendukung teorinya. Sesudah
penemuan Jenner diujicoba dan dikonfirmasi banyak ilmuwan lain, vaksinasi cacar mulai
meluas di London untuk kemudian menyebar di Inggris, seluruh Eropa, dan dunia.

Pasteur (1885) memperkenalkan Vaksin Anti Rabies (VAR)


Pasteur (1885) memperkenalkan cara penanggulangan penyakit akibat gigitan
tersangka rabies dengan menggunakan cara vaksinasi menggunakan vaksin anti rabies (VAR).
VAR yang digunakan ini kemudian mengalami perkembangan berupa perbaikan, ini sebagai
usaha untuk mendapatkan vaksin yang lebih imunogenik dan lebih aman.
Seperti diketahui rabies adalah penyakit menular yang akut dari susunan syaraf pusat
yang disebabkan virus RNA dari golongan famili Rhabdoviridae yang terdapat dalam air
ludah dari hewan ataupun manusia yang menderita anjing gila.Virus yang bersifat neurotrop
ini sebetulnya penyebab penyakit terutama pada hewan, namun dapat menular kepada
manusia terutama melalui gigitan hewan.
Produksi dan metode pengujian secara esensial relatif tidak pernah berubah dari saat
mendapatkan lisensi.Vaksin viral hidup, seperti oral polio vaksin (OPV), masih digunakan
diseluruh dunia kecuali di AS.Campak dan vaksin yellow fever tidak pernah berubah dari
sejak era 1960.Bahkan, vaksin yang relatif baru, yaitu vaksin recombinant hepatitis B,
sudah berumur lebih dari 20 tahun.

2.2 DEFINISI VAKSIN


Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif
terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh
organisme alami atau liar.
Vaksin dapat berupa galur virus atau bakteri yang telah dilemahkan sehingga tidak
menimbulkan penyakit.Vaksin dapat juga berupa organisme mati atau hasil-hasil
pemurniannya (protein, peptida, partikel serupa virus, dsb.). Vaksin akan mempersiapkan
sistem kekebalan manusia atau hewan untuk bertahan terhadap serangan patogen tertentu,
terutama bakteri, virus, atau toksin. Vaksin juga bisa membantu sistem kekebalan untuk
melawan sel-sel degeneratif (kanker).
Pemberian vaksin diberikan untuk merangsang sistem imunologi tubuh untuk
membentuk antibodi spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan penyakit yang
dapat dicegah dengan vaksin.Ada beberapa jenis vaksin. Namun, apa pun jenisnya tujuannya
sama, yaitu menstimulasi reaksi kekebalan tanpa menimbulkan penyakit.
Ketika seorang individu divaksinasi terhadap penyakit atau infeksi, mengatakan
difterinya sistem kekebalan tubuh siap untuk melawan infeksi.Setelah divaksinasi ketika
orang terkena bakteri yang menyebabkan tubuh persneling untuk melawan infeksi.
Vaksin memanfaatkan kemampuan alami tubuh untuk belajar bagaimana untuk
menghilangkan hampir semua penyebab penyakit kuman, atau mikroba, yang menyerang
itu.Setelah divaksinasi tubuh "mengingat" bagaimana melindungi diri dari mikroba yang
dialami sebelumnya.

2.3 Bahan-bahan Pembuatan Vaksin


Berikut bahan-bahan pembuat vaksin :

1. Alumunium, logam ini ditambahkan kepada vaksin dalam bentuk gel atau garam
untuk mendorong anti body. Logam ini dikenal sebagai kemungkinan penyebab
kejang, penyakit Alzheimer, kerusakan otak, dan dementia (pikun). Menurut
pemerhati vaksin Australia bahan ini dapat meracuni darah, syaraf pernafasan,
mengganggu sistem imun dan syaraf seumur hidup. Alumunium digunakan pada
vaksin DPT dan Hepatitis B.

2. Benzetonium klorida, yaitu bahan pengawet yang belum dievaluasi untuk konsumsi
manusia dan banyak digunakan untuk vaksin anthrax.

3. Etilen Glikol, merupakan bahan utama anti beku yang digunakan pada beberapa
vaksin yaitu DPT, Polio, Hepatitis B sebagai bahan pengawet.

4. Formaldehida/Formalin, bahan ini menimbulkan kekhawatiran besar karena dipakai


sebagai karsinogen (zat pencetus kanker). Bahan ini dikenal sebagai bahan
pembalseman.

5. Gelatin, biasanya digunakan pada Vaksin Cacar Air dan MMR.

6. Glutamat, digunakan untuk menstabilkan beberapa vaksin panas, cahaya dan kondisi
lingkungan lainnya. Bahan Ini banyak ditemukan pada Vaksin Varicella.

7. Neomicin, antibiotik ini digunakan untuk mencegah pertumbuhan kuman di dalam


perkembangbiakan vaksin. Bahan ini dapat menyebabkan gatal pada sebagian orang
dan biasanya terdapat pada Vaksin MMR dan Polio.

8. Fenol, bahan yang berasal dari tar batubara ini digunakan dalam produk bahan
pewarna. Bahan ini sangat berbahaya dan beracun.

9. Streptomisin, antibiotika ini dikenal menimbulkan reaksi alergi dan ditemukan pada
Vaksin Polio.

10. Timerosal, bahan ini adalah pengawet yang mengandung 50% etil merkuri.
Sementara itu pemerhati vaksin dari Australia juga mencatat adanya bahan-bahan lain seperti
:

1. Ammonium Sulfat, diduga dapat meracuni sistem pencernaan, hati, syaraf dan sistem
pernafasan.

2. Ampotericin B, sejenis obat yang digunakan untuk mencegah penyakit jamur. Efek
sampingya dapat menyebabkan pembekuan darah.

3. Kasein, perekat yang kuat, sering digunakan untuk merekatkan label pada botol.
Walaupun dihasilkan dari susu, namun di dalam tubuh protein ini dianggap sebagai
protein asing beracun.

2.4 Proses Pembuatan Vaksin


Produksi vaksin antivirus saat ini merupakan sebuah proses rumit bahkan setelah tugas
yang berat untuk membuat vaksin potensial di laboratorium. Perubahan dari produksi vaksin
potensial dengan jumlah kecil menjadi produksi bergalon-galon vaksin yang aman dalam
sebuah situasi produksi sangat dramatis, dan prosedur laboratorium yang sederhana tidak
dapat digunakan untuk meningkatkan skala produksi.
Pengumpulan Benih Virus
Produksi vaksin dimulai dengan sejumlah kecil virus tertentu (atau disebut benih). Virus
harus bebas dari kotoran, baik berupa virus yang serupa atau variasi dari jenis virus yang
sama. Selain itu, benih harus disimpan dalam kondisi ideal, biasanya beku, yang mencegah
virus menjadi lebih kuat atau lebih lemah dari yang diinginkan. Benih disimpan dalam gelas
kecil atau wadah plastik.Jumlah yang kecil hanya 5 atau 10 cm 3, mengandung ribuan hingga
jutaan virus, nantinya dapat dibuat menjadi ratusan liter vaksin.Freezer dipertahankan pada
suhu tertentu. Grafik di luar freezerakan mencatat secara terus menerus suhu freezer. Sensor
terhubung dengan alarm yang dapat didengar atau alarm komputer yang akan menyala jika
suhu freezer berada di luar suhu yang seharusnya.
Pertumbuhan Virus
Setelah mencairkan dan memanaskan benih virus dalam kondisi tertentu secara hati-hati
(misalnya, pada suhu kamar atau dalam bak air), sejumlah kecil sel virus ditempatkan ke
dalam pabrik sel sebuah mesin kecil yang telah dilengkapi sebuah media pertumbuhan
yang tepat sehingga sel memungkinkan virus untuk berkembang biak.
Setiap jenis virus tumbuh terbaik di media tertentu, namun semua media umumnya
mengandung protein yang berasal dari mamalia, misalnya protein murni dari darah sapi.
Media juga mengandung protein lain dan senyawa organik yang mendorong reproduksi sel
virus. Penyediaan media yang benar, pada suhu yang tepat, dan dengan jumlah waktu yang
telah ditetapkan, virus akan bertambah banyak.
Selain suhu, faktor-faktor lain harus dipantau adalah pH.pH adalah ukuran keasaman atau
kebasaan, diukur pada skala dari 0 sampai 14, dan virus harus disimpan pada pH yang tepat
dalam pabrik sel. Air tawar yang tidak asam atau basa (netral) memiliki pH 7. Meskipun
wadah di mana sel-sel tumbuh tidak terlalu besar (mungkin ukuran pot 4-8 liter), terdapat
sejumlah katup, tabung, dan sensor yang terhubung dengannya.Sensor memantau pH dan
suhu, dan ada berbagai koneksi untuk menambahkan media atau bahan kimia seperti oksigen
untuk mempertahankan pH, tempat untuk mengambil sampel untuk analisis mikroskopik, dan
pengaturan steril untuk menambahkan komponen ke pabrik sel dan mengambil produk
setengah jadi ketika siap.
Virus dari pabrik sel ini kemudian dipisahkan dari media, dan ditempatkan dalam media
kedua untuk penumbuhan tambahan. Metode awal yang dipakai 40 atau 50 tahun yang lalu
yaitu menggunakan botol untuk menyimpan campuran, dan pertumbuhan yang dihasilkan
berupa satu lapis virus di permukaan media. Peneliti kemudian menemukan bahwa jika botol
itu berubah posisi saat virus tumbuh, virus bisa tetap dihasilkan karena lapisan virus tumbuh
pada semua permukaan dalam botol.
Sebuah penemuan penting dalam tahun 1940-an adalah bahwa pertumbuhan sel sangat
dirangsang oleh penambahan enzim pada medium, yang paling umum digunakan yaitu
tripsin.Enzim adalah protein yang juga berfungsi sebagai katalis dalam memberi makan dan
pertumbuhan sel.
Dalam praktek saat ini, botol tidak digunakan sama sekali. Virus yang sedang tumbuh
disimpan dalam wadah yang lebih besar namun mirip dengan pabrik sel, dan dicampur
dengan manik-manik, partikel mikroskopis dimana virus dapat menempelkan
diri.Penggunaan manik-manik memberi virus daerah yang lebih besar untuk menempelkan
diri, dan akibatnya, pertumbuhan virus menjadi jauh lebih besar.Seperti dalam pabrik sel,
suhu dan pH dikontrol secara ketat.Waktu yang dihabiskan virus untuk tumbuh bervariasi
sesuai dengan jenis virus yang diproduksi, dan hal itu sebuah rahasia yang dijaga ketat oleh
pabrik.
Pemisahan Virus

Ketika sudah tercapai jumlah virus yang cukup banyak, virus dipisahkan dari manik-manik
dalam satu atau beberapa cara. Kaldu ini kemudian dialirkan melalui sebuah filter dengan
bukaan yang cukup besar yang memungkinkan virus untuk melewatinya, namun cukup kecil
untuk mencegah manik-manik dapat lewat. Campuran ini disentrifugasi beberapa kali untuk
memisahkan virus dari manik-manik dalam wadah sehingga virus kemudian dapat
dipisahkan. Alternatif lain yaitu dengan mengaliri campuran manik-manik dengan media lain
sehingga dapat memisahkan manik-manik dari virus.
Memilih Strain Virus
Vaksin bisa dibuat baik dari virus yang dilemahkan atau virus yang dimatikan. Pemilihan satu
dari yang lain tergantung pada sejumlah faktor termasuk kemanjuran vaksin yang dihasilkan
dan efek sekunder. Virus yang dibuat hampir setiap tahun sebagai respon terhadap varian baru
biasanya berupa virus yang dilemahkan.Virulensi virus bisa menentukan pilihan; vaksin
rabies, misalnya, selalu vaksin dari virus yang dimatikan.
Jika vaksin dari virus dilemahkan, virus biasanya dilemahkan sebelum dimulai proses
produksi. Strain yang dipilih secara hati-hati dibudidayakan (ditumbuhkan) berulang kali di
berbagai media. Ada jenis virus yang benar-benar menjadi kuat saat mereka tumbuh. Strain
ini jelas tidak dapat digunakan untuk vaksin attenuated. Strain lainnya menjadi terlalu
lemah karena dibudidayakan berulang-ulang, dan ini juga tidak dapat diterima untuk
penggunaan vaksin. Beberapa virus yang tepat mencapai tingkat atenuasi yang membuat
mereka dapat diterima untuk penggunaan vaksin, dan tidak mengalami perubahan dalam
kekuatannya.Teknologi molekuler terbaru telah memungkinkan atenuasi virus hidup dengan
memanipulasi molekul, tetapi metode ini masih langka.
Virus ini kemudian dipisahkan dari media tempat dimana virus itu tumbuh.Vaksin yang
berasal dari beberapa jenis virus (seperti kebanyakan vaksin) dikombinasikan sebelum
pengemasan. Jumlah aktual dari vaksin yang diberikan kepada pasien akan relatif kecil
dibandingkan dengan jumlah medium yang dengan apa vaksin tersebut diberikan. Keputusan
mengenai apakah akan menggunakan air, alkohol, atau solusi lain untuk injeksi vaksin,
misalnya, dibuat setelah tes berulang-ulang demi keselamatan, steritilitas, dan stabilitas.
Pengontrolan Kualitas

Gaun Tyvek
Sumber :aguskrisnoblog.wordpress.com
Untuk melindungi kemurnian vaksin dan keselamatan pekerja yang membuat dan mengemas
vaksin, kondisi kebersihan laboratorium diamati pada seluruh prosedur. Semua transfer virus
dan media dilakukan dalam kondisi steril, dan semua instrumen yang digunakan disterilisasi
dalam autoklaf (mesin yang membunuh organisme dengan suhu tinggi, dan yang berukuran
sekecil kotak perhiasan atau sebesar lift) sebelum dan sesudah digunakan. Pekerja yang
melakukan prosedur memakai pakaian pelindung yang meliputi Gaun Tyvek sekali pakai,
sarung tangan, sepatu bot, jaring rambut, dan masker wajah.Ruangan pabrik sendiri memakai
AC yang khusus sehingga jumlah partikel di udara minimal.
Proses Perizinan
Dalam rangka untuk peresepan obat untuk dijual di Amerika Serikat, produsen obat harus
memenuhi persyaratan lisensi yang ketat yang ditetapkan oleh hukum dan diberlakukan oleh
Food and Drug Administration (FDA).Semua obat yang diresepkan harus menjalani tiga
tahap pengujian, meskipun data dari fase kedua kadang-kadang dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan tahap ketiga.
Tahap 1 pengujian harus membuktikan bahwa obat aman, atau setidaknya tidak ada efek
yang tidak diinginkan atau tak terduga akan terjadi dari pemberiannya.
Tahap 2 harus diuji efektivitasnya (obat harus memiliki efek apa yang seharusnya). Obat-
obatan yang tidak berguna tidak dapat dijual, atau yang membuat klaim untuk efek yang
sebenarnya tidak dimiliki.
Tahap 3 pengujian ini dirancang untuk mengukur efektivitas obat. Meskipun vaksin
diharapkan memiliki efektivitas hampir 100%, obat-obat tertentu mungkin dapat diterima
bahkan jika mereka mempunyai efektivitas yang minimal, asalkan dokter yang meresepkan
mengetahuinya.
Seluruh proses produksi ditelaah dengan hati-hati oleh FDA dengan mempelajari catatan
prosedur serta mengunjungi tempat produksi itu sendiri. Setiap langkah dalam proses
produksi harus didokumentasikan, dan produsen harus menunjukkan suatu kontrol yang
tetap untuk proses produksi. Ini berarti bahwa prosedur yang diteliti harus terjaga untuk
setiap langkah dalam proses, dan harus ada instruksi tertulis untuk setiap langkah dari proses.
Kecuali dalam kasus-kasus kesalahan yang memilukan, FDA tidak menentukan apakah setiap
langkah dalam proses benar, tetapi hanya menentukan apakah aman dan cukup
terdokumentasi dengan baik untuk dilakukan, seperti yang ditetapkan oleh produsen.
Masa Depan Vaksin
Memproduksi vaksin antivirus yang aman dan dapat dimanfaatkan melibatkan sejumlah besar
langkah yang tidak selalu dapat dilakukan pada setiap virus.Masih banyak yang harus
dilakukan dan dipelajari.Metode baru dari manipulasi molekul telah menyebabkan lebih dari
satu ilmuwan meyakini bahwa teknologi vaksin baru sekarang memasuki zaman keemasan.
Perbaikan vaksin sangat mungkin dilakukan di masa depan. Vaksin Rabies, misalnya,
menghasilkan efek samping yang membuat vaksin tidak memuaskan untuk imunisasi masal.
Di Amerika Serikat, vaksin rabies sekarang digunakan hanya pada pasien yang telah tertular
virus dari hewan yang terinfeksi dan mungkin bila tanpa imunisasi, menjadi penyakit yang
fatal.
Virus HIV, saat ini tidak bisa dibuat dengan metode produksi vaksin tradisional. Virus AIDS
cepat bermutasi dari satu strain ke yang lain, dan setiap strain tampaknya tidak memberikan
kekebalan terhadap jenis lain. Selain itu, kendalanya, efek imunisasi baik virus yang
dilemahkan atau virus yang dibunuh tidak dapat diperlihatkan baik di laboratorium ataupun
pada hewan uji.Vaksin HIV belum berhasil dibuat.

2.5 JENIS-JENIS VAKSIN


1. Live Attenuated Vaccine
Vaksin hidup yang dibuat dari bakteri atau virus yang sudah dilemahkan daya virulensinya
dengan cara kultur dan perlakuan yang berulang-ulang, namun masih mampu menimbulkan
reaksi imunologi yang mirip dengan infeksi alamiah. Sifat vaksin live attenuated vaccine,
yaitu :

Vaksin dapat tumbuh dan berkembang biak sampai menimbulkan respon imun
sehingga diberikan dalam bentuk dosis kecil antigen

Respon imun yang diberikan mirip dengan infeksi alamiah, tidak perlu dosis berganda

Dipengaruhi oleh circulating antibody sehingga ada efek netralisasi jika waktu
pemberiannya tidak tepat

Vaksin virus hidup dapat bermutasi menjadi bentuk patogenik

Dapat menimbulkan penyakit yang serupa dengan infeksi alamiah

Mempunyai kemampuan proteksi jangka panjang dengan keefektifan mencapai 95%

Virus yang telah dilemahkan dapat bereplikasi di dalam tubuh, meningkatkan


dosisasli dan berperan sebagai imunisasi ulangan.

Contoh :Vaksin Polio (Sabin), Vaksin MMR, Vaksin TBC, Vaksin Demam Tifoid, Vaksin
Campak, Vaksin Gondongan, dan Vaksin Cacar Air (Varicella).

2. Inactivated Vaccine(Killed Vaccine)


Vaksin dibuat dari bakteri atau virus yang dimatikan dengan zat kimia (formaldehid) atau
dengan pemanasan, dapat berupa seluruh bagian dari bakteri atau virus, atau sebagian dari
bakteri atau virus atau toksoidnya saja. Sifat vaksin inactivated vaccine, yaitu :

Vaksin tidak dapat hidup sehingga seluruh dosis antigen dapat dimasukkan dalam
bentuk antigen

Respon imun yang timbul sebagian besar adalah humoral dan hanya sedikit atau tidak
menimbulkan imunitas seluler
Titer antibodi dapat menurun setelah beberapa waktu sehingga diperlukan dosis
ulangan, dosis pertama tidak menghasilkan imunitas protektif tetapi hanya memacu
dan menyiapkan sistem imun, respon imunprotektif baru-barumuncul setelah dosis
kedua dan ketiga

Tidak dipengaruhi oleh circulating antibody

Vaksin tidak dapat bermutasi menjadi bentuk patogenik

Tidak dapat menimbulkan penyakit yang serupa dengan infeksi alamiah.

Contoh : Vaksin Rabies, Vaksin Influenza, Vaksin Polio (Salk), Vaksin Pneumonia
Pneumokokal, Vaksin Kolera, Vaksin Pertusis, dan Vaksin Demam Tifoid.

3. Vaksin Toksoid

Sumber : biofarma.co.id
Vaksin yang dibuat dari beberapa jenis bakteri yang menimbulkan penyakit dengan
memasukkan racun dilemahkan ke dalam aliran darah.Bahan bersifat imunogenik yang dibuat
dari toksin kuman.Hasil pembuatan bahan toksoid yang jadi disebut sebagai natural fluid
plain toxoid yang mampu merangsang terbentuknya antibodi antitoksin.Imunisasi bakteri
toksoid efektif selamasatu tahun.Contoh :Vaksin Difteri dan Tetanus

4. Vaksin Acellular dan Subunit


Vaksin yang dibuat dari bagian tertentu dalam virus atau bakteri dengan melakukan kloning
dari gen virus atau bakteri melalui rekombinasi DNA, vaksin vektor virus dan vaksin
antiidiotipe. Contoh:Vaksin Hepatitis B, Vaksin Hemofilus Influenza tipe b (Hib) dan
Vaksin Influenza.

5. Vaksin Idiotipe
Vaksin yang dibuat berdasarkan sifat bahwa Fab (fragment antigen binding) dari antibodi
yang dihasilkan oleh tiap klon sel B mengandung asam amino yang disebut sebagai idiotipe
atau determinan idiotipe yang dapat bertindak sebagai antigen.Vaksin ini dapat menghambat
pertumbuhan virus melalui netralisasai dan pemblokiran terhadap reseptor pre sel B.

6. Vaksin Rekombinan
Vaksin rekombinan memungkinkan produksi protein virus dalam jumlah besar. Gen virus
yang diinginkan diekspresikan dalam sel prokariot atau eukariot. Sistem ekspresi eukariot
meliputi sel bakteri E.coli, yeast, dan baculovirus.Dengan teknologi DNA rekombinan selain
dihasilkan vaksin protein juga dihasilkan vaksin DNA. Penggunaan virus sebagai vektor
untuk membawa gen sebagai antigen pelindung dari virus lainnya, misalnya gen untuk
antigen dari berbagai virus disatukan ke dalam genom dari virus vaksinia dan imunisasi
hewan dengan vaksin bervektor ini menghasilkan respon antibodi yang baik. Susunan vaksin
ini (misal hepatitis B) memerlukan-epitop organisme yang patogen. Sintesis dari antigen
vaksin tersebut melalui isolasi dan penentuan kode gen epitop bagi sel penerima vaksin.

7. Vaksin DNA (Plasmid DNA Vaccines)


Vaksin dengan pendekatan baru dalam teknologi vaksin yang memiliki potensi dalam
menginduksi imunitas seluler. Dalam vaksin DNA gen tertentu dari mikroba diklon ke dalam
suatu plasmid bakteri yang direkayasa untuk meningkatkan ekspresi gen yang diinsersikan ke
dalam sel mamalia. Setelah disuntikkan DNA plasmid akan menetap dalam nukleus sebagai
episom, tidak berintegrasi kedalam DNA sel (kromosom), selanjutnya mensintesis antigen
yang dikodenya.
Selain itu vektor plasmid mengandung sekuens nukleotida yang bersifat imunostimulan yang
akan menginduksi imunitas seluler. Vaksin ini berdasarkan isolasi DNA mikroba yang
mengandung kode antigenyang patogen dan saat ini sedang dalam perkembangan penelitian.
Hasil akhir penelitian pada binatang percobaan menunjukkan bahwa vaksin DNA (virus dan
bakteri) merangsang respon humoral dan selular yang cukup kuat,sedangkan penelitian klinis
pada manusia saat ini sedang dilakukan.

8. Vaksin Hepatitis B

Sumber : biofarma.co.id
Vaksin Hepatitis B dapat mencegah penyakit Hepatitis B dan berbagai komplikasinya yang
serius yaitu sirosis dan kanker.Vaksinasi Hepatitis B dibuat dari bagian virus, bukan seluruh
virus tersebut sehingga vaksin hepatitis tidak dapat menimbulkan penyakit hepatitis.
Vaksin Hepatitis B diberikan 4 serial, pemberian serial ini memberikan efek proteksi jangka
panjang bahkan seumur hidup.

9. Vaksin Pneumokokus

Sumber : vaksin-pneumokokus.html
Persatuan kesehatan sedunia menempatkan penyakit Pneumokokus yaitu penyakit yang dapat
dicegah dengan vaksin sebagai penyebab no.1 kematian anak-anak di bawah umur 5 tahun di
seluruh dunia.
Bakteri Pneumonia (Pneumokokus) dapat menyebabkan penyakit Pneumokokus.
Biasanya ditemukan di dalam saluran pernafasan anak-anak yang disebarkan melalui batuk
atau bersin.
Kini terdapat lebih dari 90 jenis Pneumokokus yang diketahui, namun hanya lebih kurang
10% yang bisa menyebabkan penyakit yang serius di seluruh dunia.
Jenis 19A adalah bakteri yang muncul di dunia dan dapat menyebabkan penyakit
pneumokokus yang sangat serius dan resisten terhadap antibiotik.
Pneumokokus menyerang beberapa bagian tubuh yang berbeda, diantaranya adalah:

1. Meningitis (Radang selaput otak)

2. Bakteremia (infeksi dalam darah)

3. Pneumonia (infeksi Paru-paru)

4. Otitis Media (infeksi Telinga)

Penyakit Pnemokokus sangat serius dan dapat menyebabkan kerusakan otak, ketulian, dan
kematian.

10. Vaksin Human Papillomavirus (HPV)


Sumber : pediatrician-pku-bantul.blogspot.com

Human Papilloma Virus secara umum menginfeksi lapisan kulit yaitu pada keratinosit dan
membran mukosa. Sebagian besar virus jenis ini (ada lebih dari 200 virus) tidak
menimbulkan gejala, tetapi sebagian akan dapat menimbulkan gejala berupa kutil. Kutil ini
dapat muncul dimana saja. Virus ini juga telah terbukti memiliki hubungan dengan
munculnya kanker cervix, vulva, vagina, dan anus pada wanita dan sebagian lain kanker pada
anus dan penis laki-laki.

11. Vaksin Varicella (Cacar Air)

Sumber :scumdoctor.com
Cacar air (Varicella) adalah penyakit yang sering dialami pada masa kanak-kanak.Penyakit
ini cukup ringan, tapi bisa berakibat serius, terutama bagi bayi dan orang dewasa.
Cacar air bisa menyebabkan ruam, rasa gatal, demam, dan rasa lelah
vBisa menyebabkan infeksi kulit yang berat, meninggalkan bekas luka, pneumonia, kerusakan
pada otak, atau kematian
Virus cacar air bisa tersebar melalui udara, atau melalui kontak dengan cairan pada lepuhan
(pada kulit) yang disebabkan oleh cacar air tersebut
Seseorang yang telah menderita penyakit cacar air bisa mengalami ruam yang menyebabkan
rasa nyeri beberapa tahun setelah terkena cacar air
Sebelum vaksin cacar air ini ada, sekitar 11.000 orang di Amerika Serikat dirawat di rumah
sakit akibat penyakit ini.

Vaksin cacar air ini dapat mencegah penyakit cacar air.Kebanyakan dari orang yang telah
mendapatkan vaksinasi cacar air, mereka tidak terkena penyakit ini.Walaupun mereka terkena
cacar air, biasanya reaksi yang ditimbulkan cukup ringan.Mereka hanya memiliki sedikit
lepuh/gelembung cacar air di tubuh, dan sangat kecil kemungkinannya untuk mengalami
demam.Waktu pemulihannya juga relatif cepat.

12.RotaTeq dan Rotarix Vaksin

Sumber : newsomelaw.com

Rotavirus adalah virus yang sering menyebabkan gastroenteritis akut (infeksi saluran
pencernaan) pada anak, yang ditandai dengan muntah, diare, demam, dan nyeri perut.Pada
bayi dan anak kecil, infeksi rotavirus dapat menyebabkan diare dan muntah berat sehingga
anak menjadi kehilangan banyak cairan (dehidrasi).Infeksi rotavirus dapat dicegah salah
satunya dengan imunisasi rotavirus. Saat ini tersedia dua jenis vaksin rotavirus yaitu RotaTeq
dan Rotarix.
Gejala infeksi rotavirus berupa demam, muntah, diare, dan atau nyeri perut.Muntah dan diare
merupakan gejala utama infeksi rotavirus dan dapat berlangsung selama 3 8 hari. Infeksi
rotavirus dapat disertai gejala lain yaitu anak kehilangan nafsu makan, dan tanda-tanda
dehidrasi. Infeksi rotavirus dapat menyebabkan dehidrasi ringan dan berat, bahkan kematian.
Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosis gastroenteritis akut yang disebabkan infeksi rotavirus sering berdasarkan gejala
klinis dan pemeriksaan dokter.Pemeriksaan laboratorium jarang diperlukan kecuali terdapat
komplikasi. Apabila terdapat indikasi tertentu seperti adanya komplikasi infeksi rotavirus
dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan laboratorium tertentu seperti analisa feses dan
pemeriksaan elektrolit.
Komplikasi
Meskipun jarang terjadi, komplikasi dehidrasi dapat terjadi disebabkan oleh infeksi
rotavirus.Dehidrasi yang tidak ditangani dengan baik dapat membahayakan bagi anak.
Pengobatan
Prinsip utama penanganan infeksi rotavirus adalah pemberian cairan untuk mencegah atau
mengatasi dehidrasi.Tidak ada obat antivirus yang efektif untuk mengobati
rotavirus.Antibiotik juga tidak diperlukan, karena antibiotik untuk mengobati infeksi bakteri,
bukan infeksi virus.
Pemberian cairan dapat dilakukan secara oral, yaitu memberikan cairan melalui mulut
(minum).Pada keadaan dehidrasi berat, memerlukan pemberian cairan melalui infus.
Pencegahan

Rotavirus dapat menular dengan mudah. Mencegah infeksi dengan cara rajin cuci
tangan dan menjaga kebersihan sangat penting, namun tidak cukup untuk mencegah
penularan infeksi rotavirus.

Vaksin rotavirus dapat mencegah gastroenteritis yang disebabkan oleh infeksi


rotavirus. Vaksin rotavirus dapat mencegah hingga kira-kira 75% kasus infeksi
rotavirus dan 98% kasus infeksi berat. Saat ini tersedia dua jenis vaksin rotavirus
yaitu RotaTeq dan Rotarix.

Vaksinasi Mencegah Infeksi Rotavirus


Vaksin rotavirus tidak dapat mencegah diare atau muntah yang disebabkan oleh infeksi virus
lain (karena banyak jenis virus yang dapat menyebabkan gastroenteritis akut). Selain itu anak
yang sudah imunisasi rotavirus masih dapat terkena infeksi rotavirus (gastroenteritis) karena
rotavirus terdiri dari banyak strain, tidak semua strain rotavirus terdapat dalam vaksin, dan
vaksin tidak memberikan efek perlindungan (imunitas yang penuh).
Rotarix
Rotarix adalah vaksin yang melindungi bayi anda dari virus (rotavirus) yang dapat
menyebabkan diare dan muntah berat.Rotavirus dapat menyebabkan diare dan muntah berat
sehingga bayi anda dapat kehilangan banyak cairan sehingga anak harus segera dibawa ke
rumah sakit.Vaksin Rotarix berupa cairan yang diberikan melalui mulut (vaksin oral), bukan
suntikan.
Rotarix berupa cairan yang diberikan melalui tetesan pada mulut bayi dan ditelan oleh bayi.
Bayi anda akan mendapatkan dosis pertama pada usia 6 minggu. Dosis kedua diberikan
setidaknya 4 minggu setelah dosis pertama, sebelum usianya 6 bulan.Rotarix dapat diberikan
bersama dengan imunisasi suntik lainnya.Bayi anda dapat langsung menyusui setelah
mendapatkan Rotarix.
Rotateq
RotaTeq adalah vaksin yang digunakan untuk mencegah infeksi rotavirus pada anak-
anak.Infeksi rotavirus dapat menyebaban demam, muntah dan diare, yang penyakit tersebut
dapat berat dan menyebabkan anak kehilangan banyak cairan (dehidrasi), memerlukan
perawatan di rumah sakit, dan bahkan dapat menyebabkan kematian pada beberapa anak.

13. Vaksin Hepatitis A

Sumber :infoimunisasi.com
Hepatitis A merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus Hepatitis A suatu virus
RNA yang ditularkan melalui rute fecal-oral terutama karena sanitasi yang buruk.Dapat
menular lewat makanan atau minuman yang terkontaminasi virus atau dari droplet ludah
manusia yang mengandung virus.Penyakit ini sebenarnya dapat sembuh sendiri tetapi pada
pasien dengan gejala yang berat dapat muncul kuning di seluruh tubuh maupun di mata,
mual, muntah-muntah dan demam.Vaksinasi dapat mencegah penyakit ini.

2.6 MANFAAT VAKSIN


Dalam hal penyakit, lebih bijaksana untuk mencegah daripada mengobati.Salah satu
caranya adalah dengan memberikan vaksinasi.Vaksinasi sangat membantu untuk mencegah
penyakit-penyakit infeksi yang menular baik karena virus atau bakteri, misalnya polio,
campak, difteri, pertusis (batuk rejan), rubella (campak Jerman), meningitis,
tetanus, Haemophilus influenzae tipe b (Hib), hepatitis, dll.
Sebenarnya setiap anak lahir dengan sistem kekebalan penuh terdiri dari sel, kelenjar,
organ, dan cairan yang berada di seluruh tubuhnya untuk melawan bakteri dan virus yang
menyerang.Sistem kekebalan mengenali kuman yang memasuki tubuh sebagai penjajah
asing, atau antigen, dan menghasilkan zat protein yang disebut antibodi untuk melawan
mereka.Suatu sistem kekebalan tubuh yang sehat dan normal memiliki kemampuan untuk
menghasilkan jutaan antibodi untuk membela serangan terhadap ribuan antigen setiap
hari.Mereka melakukannya-secara alami sampai-sampai orang bahkan tidak menyadari
mereka sedang diserang dan membela diri. Ketika serangan sudah terlalu banyak dan tubuh
tidak mampu bertahan, barulah orang akan merasakan sakit atau berbagai gejala penyakit.
Banyak antibodi akan menghilang ketika mereka telah menghancurkan antigen menyerang,
tetapi sel-sel yang terlibat dalam produksi antibodi akan bertahan dan menjadi sel memori.
Sel memori ini dapat mengingat antigen asli dan kemudian mempertahankan diri ketika
antigen yang sama mencoba untuk kembali menginfeksi seseorang, bahkan setelah beberapa
dekade kemudian. Perlindungan ini disebut imunitas.
Vaksin mengandung antigen yang sama atau bagian dari antigen yang menyebabkan
penyakit, tetapi antigen dalam vaksin adalah dalam keadaan sudah dibunuh atau sangat
lemah. Ketika mereka yang disuntikkan ke dalam jaringan lemak atau otot, antigen vaksin
tidak cukup kuat untuk menghasilkan gejala dan tanda-tanda penyakit, tetapi cukup kuat
bagi sistem imun untuk menghasilkan antibodi terhadap mereka. Sel-sel memori yang
menetap akan mencegah infeksi ulang ketika mereka kembali lagi berhadapan dengan antigen
penyebab penyakit yang sama di waktu-waktu yang akan datang. Dengan demikian, melalui
vaksinasi, anak-anak mengembangkan kekebalan tubuh terhadap penyakit yang mestinya bisa
dicegah.
Namun perlu juga diingat bahwa karena vaksin berupa antigen, walaupun sudah
dilemahkan, jika daya tahan anak atau host sedang lemah, mungkin bisa juga menyebabkan
penyakit. Karena itu pastikan anak/host dalam keadaan sehat ketika akan divaksinasi. Jika
sedang demam atau sakit, sebaiknya ditunda dulu untuk imunisasi/vaksinasi.

2.7 Jenis-jenis Vaksin yang Sering Digunakan


Vaksin yang sering digunakan dalam program imunaisasi wajib atau yang dianjurkan dibagi
atas 4 golongan vaksin: Vaksin Hidup (Live Attenuated),Vaksin yang Tidak Aktif
(Inactivated),Vaksin Toksoid dan Vaksin Rekombinan.
Vaksin Hidup: berisi virus atau bakteri yang dilemahkan, dibuat dilaboratorium dengan
memodifikasikan kuman penyebab penyakit. Kuman yang dilemahkan tersebut masih bisa
berkembang (bereplikasi) dan menimbulkan kekebalan tapi tidak membuat sakit seseorang.
Contoh vaksin yang berisi virus hidup adalah Vaksin Polio dan MMR. Vaksin yang berisi
virus hidup contohnya Vaksin BCG, Vaksin Campak, dan Vaksin Tifoid Oral (vivotif).
Vaksin yang tidak aktif (inactivated): berisikan virus atau bakteri yang dibuat tidak aktif,
dapat terdiri dari seluruh komponen kuman atau sebagian komponen kuman. Contoh vaksin
yang mengandung virus mati: Vaksin Influenza, Vaksin Rabies, Vaksin Hepatitis A,
Vaksin Hepatitis B. Sementara vaksin yang mengandung bakteri mati: Vaksin Pertusis
(batuk rejan), Vaksin HiB, Vaksin Kolera, dan Vaksin Meningokokus.
Vaksin toksoid adalah vaksin yang dibuat dari racun (toksin) kuman yang dilemahkan,
contohnya adalah Vaksin untuk Tetanus dan Difteri.
Kemajuan iptek kedokteran memungkinkan vaksin dari hasil rekayasa genetika yang dikenal
sebagai vaksin rekombinan seperti :Vaksin Hepatitis B, Vaksin Tifoid dan Vaksin
Rotavirus.Selain pembagian golongan berdasarkan isi vaksin tadi, vaksin yang ada juga bisa
dibagi atasvaksintunggal dan vaksin kombinasi. Vaksin tunggalberisi hanya 1
antigen/kuman yang dilemahkan, misalnyavaksin hepatitis B, vaksin campak dan
sebagainya. Sementara Vaksin kombinasi (combo vaccine) berisi beberapa antigen/kuman
yang dilemahkan, misalnya DPT yang dapat mencegah Difteri, Pertusis dan Tetanus.
Bahkan belakangan ada kecenderungan untuk membuat vaksin kombinasi yang lebih banyak
sampai 4 atau 5 antigen/kuman sehingga dengan 1 kali pemberian vaksin dapat mencegah 4
atau 5 penyakit sekaligus, Contoh vaksin kombinasi seperti ini : vaksin DPT digabung
dengan hepatitis B atau HiB. Di Puskesmas sudah dikenalkan vaksin kombo yaitu vaksin
DPT yang digabung dengan hepatitis B.

2.8 Pemberian Vaksin


penelitian bebrapa penelitian: ada vaksin yang diberikan 1 kali saja sudah cukup
untuk meningkatkan kekebalan, tetapi ada juga yang butuh beberapakali baru bisa
memberikan perlindungan yang memadai.
Pada anak dibawah satu tahun akan sering mendapat imunisasi hampir tiap bulannya,
diantara vaksin tersebut ada yang diberikan 1 kali seperti, hepatitis B, DPT dan Polio. Hal
ini karena untuk penyakit tersebut, Berdasarkan vaksinasi 1 atau 2 kali saja tidak cukup,
antibodi yang terbentuk untuk memberikan perlindungan.
Imunisasi pada anak usia kurang dari 1 tahun merupakan imunisasi dasar, jadi harus
lengkap terpenuhi.Bahkan pada imunisasi DPT, masih memerlukan tambahan atau booster
(penguat) pada usia diatas 1 tahun, usia 6 tahun dan usia sekitar 12 tahun. Dasarnya adalah
penelitian para ahli yang mendapatkan kadar antibodi mulai berkurang pada usia-usia
tersebut.
Memang cukup merepotkan bagi ibu-ibu muda yang mempunyai bayi, karena harus
siap berulangkali membawa si kecil kedokter, BKIA atau Posyandu. Pada saat sekarang dan
kedepan, kerepotan itu nampaknya akan berkurang dengan adanya vaksin kombinasi (Vaksin
Kombo, Combined Vaccine) karena sekali suntik dapat untuk pencegahan 4 sampai 5
penyakit. Mengenai jadwal vaksin yang tidak sama dapat dijelaskan sebagai berikut : pada
vaksin seperti : hepatitis B dan Polio diberikan sejak usia kurang dari 1 bulan, dikarenakan
untuk vaksin tersebut bayi sudah mampu membentuk antibodi nya. Tapi ada vaksin yang baru
dapat menghasilkan antibodi yang cukup setelah usia yang lebih tua. Selain itu pertimbangan
masih adanya antibodi dari ibu sudah mulai berkurang. Hal lain dengan mempertimbangkan
angka kejadian penyakit tersering pada kelompok umur anak. Anak usia diatas 2 tahun sudah
mengenal jajan dan beresiko tinggi terkena dema tifoid (tifus), maka pemberian vaksin tifoid
mulai diberikan setelah usia anak 2 tahun.

2.9 Usia Pemberian Vaksin Pada Anak


Berikut ini adalah macam-macam vaksin yang direkomendasikan untuk diberikan
menurut Center of Disease Prevention and Control US. Ada beberapa vaksin yang belum
populer diberikan di Indonesia, namun akan lebih baik juga jika diberikan, seperti vaksin
rotavirus dan human papiloma virus. Beberapa vaksin tertentu perlu diberikan beberapa
kali untuk meningkatkan efektivitas perlindungannya.

Vaksin Hepatitis B untuk mencegah penyakit hepatitis }


1. Pemberian pertama pada saat lahir sampai 2 bulan
2. Pemberian kedua pada 1 sampai 4 bulan
3.Pemberian ketiga pada 6 sampai 18 bulan
Vaksin Hib untuk mencegah infeksi virus hemophilus influenza tipe B }
1. Pemberian pertama pada 2 bulan
2. Pemberian kedua pada 4 bulan
3. Pemberian ketiga pada 6 bulan
4. Pemberian keempat pada 12 sampai 15 bulan
Vaksin polio untuk mencegah polio }
1. Pemberian pertama pada 2 bulan
2. Pemberian kedua pada 4 bulan
3. Pemberian ketiga pada 6 sampai 18 bulan
4. Pemberian keempat pada 4-6 tahun
Vaksin DPT untuk mencegah diphteri, pertusis (batuk rejan) dan tetanus }
1. Pemberian pertama pada 2 bulan
2. Pemberian kedua pada 4 bulan
3. Pemberian ketiga pada 6 bulan
4. Pemberian keempat pada 15 sampai 18 bulan
5. Pemberian kelima pada 4-6 tahun
6. Dianjurkan juga pada 11 tahun
Vaksin pneumokokus untuk mencegah infeksi saluran nafas karena bakteri (pneumonia) }
1. Pemberian pertama pada 2 bulan
2. Pemberian kedua pada 4 bulan
3. Pemberian ketiga pada 6 bulan
4. Pemberian keempat pada 12 sampai 18 bulan
Vaksin rotavirus untuk mencegah infeksi saluran cerna seperti diare yang sering terjadi
pada anak-anak}
1. Pemberian pertama pada 2 bulan
2. Pemberian kedua pada 4 bulan
3. Pemberian ketiga pada 6 bulan
Vaksin hepatitis A}
1. Pemberian pertama pada 12 bulan
2. Pemberian kedua pada 18 bulan
Vaksin Influenza }
1. Pemberian pertama pada usia 6 bulan (memerlukan satu bulan booster setelah vaksin
awal)
2. Setiap tahun sampai 5 tahun (kemudian tahunan jika ditunjukkan atau diinginkan,
menurut
resiko)
Vaksin MMR (measles, mumps and rubella) untuk mencegah sakit campak dan campak
jerman }
1. Pemberian pertama pada 12 sampai 15 bulan
2. Pemberian kedua pada 4-6 tahun
Vaksin varicella untuk mencegah cacar air }
1. Pemberian pertama 12 sampai 15 bulan
2. Pemberian kedua pada 4-6 tahun
Vaksin meningokokus untuk mencegah infeksi meningitis }
1. Pemberian tunggal pada 11 tahun
Vaksin Virus Human papilloma (untuk remaja perempuan saja) untuk mencegah kanker
serviks
1. Pemberian pertama pada 11 tahun
2. Pemberian kedua dua bulan setelah pemberian pertama
3. Pemberian ketiga enam bulan setelah pemberian pertama.

2.10 Efek Samping dari Vaksinasi


Seperti halnya obat, tidak ada vaksin yang bebas dari risiko efek samping. Namun keputusan
untuk tidak memberi vaksin juga lebih berisiko untuk terjadinya penyakit atau lebih jauh
menularkan penyakit pada orang lain. Resiko komplikasi serius dari vaksin selalu jauh lebih
rendah daripada risiko jika anak Anda jatuh sakit dengan salah satu penyakit.
Vaksin terhadap Difteri, Tetanus, Batuk rejan, Polio dan Hib dapat menyebabkan area
merah dan bengkak di tempat vaksinasi. Hal ini akan hilang dalam beberapa hari. Anak Anda
mungkin mendapatkan demam pada hari suntikan dan hingga 10 hari kemudian.
Efek samping yang paling sering terkait dengan Vaksin Pneumokokus adalah reaksi di
tempat suntikan seperti rasa sakit, nyeri, kemerahan atau bengkak, demam dan lekas marah.
Anak Anda mungkin juga mengantuk.
Vaksin MMR dapat menyebabkan reaksi singkat yang dapat dimulai dari beberapa hari
sampai tiga minggu setelah vaksinasi. Anak Anda mungkin mendapatkan gejala-gejala ringan
seperti penyakit yang sedang divaksinasi, misalnya dingin, reaksi kulit, demam atau kelenjar
ludah membengkak. Penelitian intensif selama beberapa tahun terakhir telah menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan antara vaksin MMR dengan penyakit Crohn dan autis belum
terbukti.
Vaksin Meningitis C mungkin mempunyai efek sebagai berikut.
Bayi: beberapa pembengkakan dan kemerahan di tempat suntikan diberikan.
Balita selama 12 bulan: beberapa pembengkakan dan kemerahan di tempat suntikan diberikan.
Sekitar satu dari empat anak mungkin telah terganggu tidur.
Anak-anak Pra-sekolah: sekitar 1 dalam 20 mungkin memiliki beberapa bengkak di tempat
suntikan. Sekitar 1 dalam 50 mungkin mengalami demam ringan dalam beberapa hari
vaksinasi.
Anak-anak dan remaja: sekitar satu dari empat mungkin memiliki beberapa pembengkakan
dan kemerahan di tempat injeksi. Sekitar 1 dalam 50 mungkin mengalami demam ringan.
Sekitar 1 dari 100 mungkin mengalami sakit pada lengan yang diinjeksi, yang bisa
berlangsung satu atau dua hari.
Efek samping yang paling sering berkaitan dengan Vaksin HPV adalah rasa sakit,
kemerahan dan bengkak di tempat suntikan.
Efek samping umum lainnya antara lain adalah: sakit kepala, sakit otot atau sendi,
kemerahan dan bengkak di tempat suntikan, demam, pusing, iritasi kulit, seperti gatal dan
ruam, gangguan usus, seperti mual dan muntah, diare, sakit perut.

2.11 Jangka Waktu Vaksinasi


Difteri dan Tetanus : setidaknya selama 10 tahun, atau mungkin lebih lama
Batuk Rejan : setidaknya selama tiga tahun. Namun, ini masih sedang dipelajari.
Meningitis : perlindungan jangka panjang
Polio : perlindungan seumur hidup
Campak, mumps dan rubella (campak Jerman) : menawarkan perlindungan yang tahan
lama yang sangat mungkin seumur hidup.
Meningitis C : menawarkan perlindungan yang tahan lama yang sangat mungkin seumur
hidup.
Kanker Serviks : studi menunjukkan bahwa perlindungan berlangsung setidaknya selama
lima tahun. Penelitian lebih lanjut sedang berlangsung untuk membuktikan apakah
boosterakan dibutuhkan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan :
1) Vaksin berasal dari bahasa latinvacca (sapi) dan vaccinia (cacar sapi).
2) Penemu Vaksin Cacar Edward Jenner (1749-1823).
3) Pasteur (1885) memperkenalkan Vaksin Anti Rabies (VAR).
4) Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap
suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme
alami atau liar.
5) Bahan pembuatan vaksin Aluminium, Benzetonium Klorida, Etien Glikol,
Formaldehida/Formalin, Gelatin, Glutamat, Neomicin, Fenol, Sterptomisin, Timerosal,
Ammonium Sulfat, Ampotericin B, Kasein.
6) Proses Pembutan Vaksin :
Pengumpulan Benih Virus
Pertumbuhan Virus
Pemisahan Virus
Memilih Strain Virus
Pengontrolan Kualitas
Proses Perizinan
Masa Depan Vaksin
7) Jenis-jenis Vaksin :
Live Attenuated Vaccine
Inactivated Vaccine (Killed Vaccine)
Vaksin Toksoid
Vaksin Acellular dan Subunit
Vaksin Idiotipe
Vaksin Rekombinan
Vaksin DNA (Plasmid DNA Vaccines)
Vaksin Hepatitis B
Vaksin Pneumokokus
Vaksin Human Papillomavirus (HPV)
Vaksin Varicella (Cacar Air)
RotaTeq dan Rotarix Vaksin
Vaksin Hepatitis A

8) Vaksin memanfaatkan kemampuan alami tubuh untuk belajar bagaimana untuk


menghilangkan hampir semua penyebab penyakit kuman, atau mikroba, yang menyerang
tubuhdan untuk merangsang sistem imunologi tubuh untuk membentuk antibodi spesifik
sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan penyakit.
9) Vaksin yang digunakan dalam program imunisasi wajib atau yang dianjurkan dibagi atas 4
golongan vaksin :vaksin hidup (live attenuated), vaksin yang tidak
aktif (inactivated), vaksin toxoid dan vaksin rekombinan.
10) Berdasarkan penelitian para ahli : ada vaksin yang diberikan 1 kali saja sudah cukup
memberikan kekebalan, tetapi ada juga yang butuh beberapa kali baru memberikan
perlindungan yang memadai.
11) Seperti halnya obat, tidak ada vaksin yang bebas dari risiko efek samping. Namun keputusan
untuk tidak memberi vaksin juga lebih berisiko untuk terjadinya penyakit atau lebih jauh
menularkan penyakit pada orang lain. Resiko komplikasi serius dari vaksin selalu jauh lebih
rendah daripada risiko jika anak Anda jatuh sakit dengan salah satu penyakit.
http://kadekdharmadyatmika.blogspot.com/2013/01/makalah-biologi-
vaksin_30.html

Vaksin Imunisasi

Tujuan: untuk mengetahui mengenai vaksin imunisasi

Pertanyaan:

1) Tuliskan pengertian Vaksin Imunisasi?

2) Apa Tujuan dilakukannya vaksin Imunisasi?

3) Jelaskan Proses pembuatan Vaksin imunisasi?

Jawaban:

1) Vaksin Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit


dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap
penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang.

2) Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk


mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan
kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa
penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B,
campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, tbc, dan lain
sebagainya.

3)

Cara pembuatan Vaksin Imunisasi

Pembuatan dilakukan dengan cara sistem biakan benih yang dipasase tidak lebih
dari 3

subkultur, yang pada uji laboratorium dan uji klinis menunjukkan galur yang sesuai

sebagai berikut:

1. Masing-masing tipe virus dibiakkan dalam biakan sel yang telah bebas dari
cemaran mikroorganisme asing. Media untuk pertumbuhan awal sel dapat
ditambahkan serum hewan, tetapi media untuk pemeliharaan biakan sel selama
pengembangbiakan virus tidak boleh mengandung protein. Media biakan sel
dapat mengandung indikator pH yang sesuai, seperti merah fenol, dan antibiotik
yang sesuai dengan kadar efektif terkecil.

2. Suspensi virus dipanen, kemudian dilakukan uji identifikasi, sterilitas, dan


bebas virus asing.

3. Kumpulkan virus yang telah memenuhi syarat dan saring melalui penyaring
bakteri.

4. Terhadap virus yang telah disaring, lakukan uji identifikasi, kemampuan


tumbuh pada suhu yang berbeda, dan penetapan konsentrasi virus dalam biakan
sel.

5. Uji neurovirulen dilakukan dengan penyuntikan secara intraspinal pada


Macaca irus (kera Cynomolgus) atau hewan sejenis yang peka. Vaksin uji dan
vaksin homotipik pembanding diuji secara bersamaan menggunakan kera yang
berasal dari satu kelompok karantina.

6. Cara pengujian vaksin iminuisasi identifikasi:


Setelah dinetralkan dengan antiserum polio spesifik, vaksin tidak lagi
menginfeksi biakan sel yang peka.

7. Titer Virus
Lakukan titrasi virus dalam biakan sel menggunakan 5 tabung biakan sel
untuk masing-masing pengenceran 0,5 log10) atau dengan metode lain
dengan kepekaan sama. Titer virus tipe 1 dan tipe 3 tidak kurang dari 5,5
log10 dari dosis infektif kultur sel 50%, dan virus tipe 2 tidak kurang dari 5,0
log10 dari dosis infektif kultur sel 50% per dosis tunggal manusia.

8. Wadah dan penyimpanan


Simpan pada suhu yang tertera pada label kemasan (misalnya -25C),
mengingat sifat stabilisator yang digunakan. Jika telah dicairkan, vaksin
harus disimpan pada suhu 2-8C dan digunakan dalam waktU 6 bulan. Jika
disimpan pada suhu yang lebih tinggi, vaksin harus segera digunakan dalam
beberapa jam.

http://fatimahkhumairah.blogspot.com/2011/08/vaksin-imunisasi.html

Hadmawatihadma

Anda mungkin juga menyukai