KELOMPOK 2:
BAB I
PENDAHULUAN
2. Untuk mengetahui prosedur pembuatan vaksin dan insulin dengan teknologi rekayasa
genetika.
3. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari vaksin dan insulin dalam
pengobatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Vaksin
2.1.1 Pengertian Vaksin
Vaksin berasal dari kata vaccinus yang berarti berasal dari sapi. Sejarah vaksinasi
dapat dikatakan dimulai sejak 1796 ketika seorang dokter desa melakukan vaksinasi
menggunakan virus cacar sapi untuk memberi kekebalan pada manusia terhadap infeksi cacar
(smallpox). Kemudian setelah pengetahuan tentang penyakit infeksi berkembang pada akhir
abad 19, maka perkembangan vaksin pun mulai meramaikan dunia kesehatan dalam
memerangi penyakit infeksi. Sejak masa tersebut berbagai macam vaksin dibuat dan
dikembangkan, seperti vaksin terhadap rabies, anthrax, penyakit-penyakit enterobakteria.
Pembuatan vaksin biasanya memerlukan organisme hidup seperti toksin bakteri atau
immune sera dalam jumlah besar. Pertumbuhan bakteri biasanya dilakukan pada media cair
dalam bejana fermentor. Media ditetapkan secara kimia dan kondisi pembiakan diatur dengan
tepat, seperti temperatur, pH, oksigen dan sebagainya. Untuk pembuatan vaksin virus,
pertumbuhan dapat dilakukan dalam host atau biakan sel hidup. Vaksin smallpox dapat
dibiakkan pada dermis anak sapi domba, kerbau atau yang lain. Vaksin influenza dan yellow
fever dapat dibiakkan pada fertile hens eggs. Beberapa virus dapat ditumbuhkan pada biakan
sel. Biasanya sel disiapkan dari monkey kidney, chick embryo atau human diploid cells.
Inaktivasi atau detoksifikasi vaksin bakteri dapat dilakukan dengan pemanasan atau
desinfektan, misalnya formalin untuk inaktivasi Bordetella pertusis sebagai whooping-cough
vaccine, dapat juga untuk detoksifikasi toksin Corynebacterium diphtheriae dan Clostridium
tetani sebagai vaksin diphtheria dan tetanus. Phenol juga digunakan inaktivasi Vibrio
cholerae dan Salmonella typhi sebagai vaksin kholera dan tifoid (Maya, 2013).
Beberapa prinsip rekayasa genetika dalam pembuatan vaksin adalah sebagai berikut
(Bioteknologi, 2009):
1. mengisolasi / memisahkan gen-gen dari organisme penyebab sakit yang berperan dalam
menghasilkan antigen yang merangsang limfosit untuk menghasilkan antibodi.
2. menyisipkan gen-gen di atas, ke tubuh organisme yang kekurangan pathogen.
3. mengulturkan orgamisme hasil rekayasa genetika, sehingga menghasilkan antigen dalam
jumlah banyak.
4. mengekstraksi antigen, lalu digunakan sebagai vaksin.
Keuntungan vaksin :
1. penyakit infeksi akan sulit mewabah
2. pengurangi biaya pegobatan
3. memperkecil penyebaran penyakit
4. Vaksinasi dapat mengurangi morbiditas dan menurunkan mortalitas
5. Mempunyai daya proteksi : vaksin yang diberikan harus mampu melindungi penerima vaksin
dari patogen.
6. Dapat melindungi penerima vaksin dalam jangka waktu yang lama
7. Mampu menimbulkan netralisasi oleh antibodi yang diberikan.
8. Mampu memberikan proteksi dengan meningkatkan respons imun sekuler terutama pada
patogen yang ultraseluler.
kerugian vaksin :
1. bisa menimbulkan efek samping
2. dapat memperparah peyakit ketik a disuntikkan pada orang yang sedang terserang penyakit
tersebut.
`2.2. Insulin
2.2.1 Pengertian Insulin
Insulin merupakan protein manusia pertama yang disintesis secara kimia. Secara
tradisional, insulin untuk pengobatan pada manusia diisolasi dari pankreas sapi atau babi.
Pada tahun 1981 telah terjadi perbaikan secara berarti cara produksi insulin melalui rekayasa
genetika. Insulin yang diperoleh dengan cara ini mempunyai struktur mirip dengan insulin
manusia. Pembuatan insulin secara komersial sangat bermanfaat dalam pengobatan penyakit
diabetes melitus yang disebabkan oleh gangguan produksi insulin.
Melalui teknologi DNA rekombinan, insulin diproduksi menggunakan sel mikroba yang
tidak patogen. Karena kedua hal tersebut di atas, insulin hasil rekayasa genetika ini
mempunyai efek samping yang relatif sangat rendah dibandingkan dengan insulin yang
diperoleh dari ekstrak pankreas hewan, tidak menimbulkan efek alergi serta tidak
mengandung kontaminan berbahaya.
INSULIN merupakan suatu protein yang bertugas mengatur metabolisme gula di dalam
tubuh manusia. Penderita diabetes tidak dapat menghasilkan insulin dalam jumlah maksimal
sehingga diperlukan bantuan dari luar tubuh untuk memenuhi suplai insulin. Sebelumnya,
insulin bisa didapatkan dari kelenjar pankreas sapi dan babi. Pada umumnya untuk
memperoleh 0,45 kg insulin dibutuhkan oleh 750 orang pasien diabetes dalam setahun
diperlukan 3.600 kg kelenjar pankreas yang berasal dari 23.000 ekor hewan.
Insulin manusia tersusun atas dua rantai protein A dan B. Urutan basa nitrogen dalam
molekul DNA yang mengkode masing-masing rantai dibuat dalam tabung reaksi dengan
menggunakan struktur yang diketahui insulin. Tiap molekul DNA dari masing-masing rantai
dicangkokan ke dalam plasmid maka terbentuk DNA rekombinan. Bila DNA rekombinan ini
dimasukan ke dalam sel-sel bakteri maka tiap DNA rekombinan menunjukan ekspresinya dan
bakteri membuat hibrid protein insulin rantai A atau rantai B. Kedua rantai peptida kemudian
disatukan maka akan terbentuklah insulin manusia yang aktif.
Dahulu insulin yang dibutuhkan berasal dari kelenjar pankreas sapi atau babi. untuk
membuat hanya satu pond (0.45 Kg) insulin heewani dibutuhkan oleh 750 pasien diabetes
selama setahun diperlukan 8.000 pound (3600 Kg) kelenjar pankreas fsti 23.500 ekor hewan.
Laporan dari Ministry of Health, Education and Walfare (Kementrian Kesehatan, Pendidikan
dan Kesejahteraan Serikat), dalam tahun 1981 diperlukan 56 juta ekor hewan untuk
memenuhi kebutuhan insulin di seluruh Amerika Serikat.
2.2.2 Pembuatan Insulin
Pertimbangan keuntungan dan kerugian dalam terapi insulin pada pasien yang dirawat
di rumah sakit hendaknya menjadi perhatian bagi dokter yang merawat. Secara umum
berbagai keuntungan terapi insulin sudah banyak diketahui. Pada pasien yang dirawat di
rumah sakit, terapi insulin dapat menyelamatkan jiwa. Namun demikian, bila cara pemberian
dan pemantauan kurang memadai, hal itu dapat mengancam jiwa pasien.
Kesalahan terapi insulin cukup sering ditemukan dan menjadi masalah klinis yang
penting. Bahkan terapi insulin termasuk dalam lima besar pengobatan berisiko tinggi (high-
risk medication) bagi pasien di rumah sakit. Sebagian besar kesalahan tersebut terkait
dengan kondisi hiperglikemia dan sebagian lagi akibat hipoglikemia. Jenis kesalahan tersebut
antara lain disebabkan keterbatasan dalam hal ketrampilan (skill-based), cara atau protokol
(rule-based), dan pengetahuan (knowledge-based) dalam hal penggunaan insulin.
Banyak data yang menunjukkan bahwa hiperglikemia dikaitkan dengan buruknya
luaran klinik. Sebagai contoh, kesalahan dalam terapi insulin sebelum pembedahan pada
pasien DMT1 akan mengakibatkan KAD dan kematian. Hipoglikemia, walaupun
frekuensinya lebih sedikit, namun juga dapat mengakibatkan kematian. Bahaya yang dapat
diakibatkan oleh serangan hipoglikemia meliputi kecelakaan seperti jatuh, mual, muntah,
respon hipertensi yang mengakibatkan iskemia miokard.
Untuk menghindari bahaya-bahaya di atas, terapi insulin hendaknya diberikan sesuai
dengan protokol yang telah ditetapkan. Selain itu, perlu dilakukan pemantauan yang
memadai. Sebagai contoh, terapi insulin intensif dengan cara infus intravena hanya dapat
diberikan pada pasien khusus serta dilakukan di ruang intensif.
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Burnette WN. 1981. "Western blotting: electrophoretic transfer of proteins from sodium dodecyl
sulfate - polyacrylamide gels to unmodified nitrocellulose and radiographic detection with
antibody and radioiodinated protein A". Analytical Biochemistry 112 (2): 195203.
Kaneko H., Y. Nakanishi, K. Taya, H. Kishi, G. Watanabe, S. Sasamoto, and Y. Hasegawa. 1993.
Evidence that inhibin is an important factor in regulation of FSH secretion during the mid-
luteal phase in cows. J. Endocrinol. 136:35-41.
O'Shea T., M.A. Hillard, S.T. Anderson, B.M. Bindon, J.K. Findlay, C.G. Tsonis, and J.F.Wilkins.
1994. Inhibin immunization for increasing ovulation rate and superovulation.
Theriogenology. 41:3-17.
Towbin H, Staehelin T, Gordon J. 1979. "Electrophoretic transfer of proteins from polyacrylamide
gels to nitrocellulose sheets: procedure and some applications". Proceedings of the National
Academy of Sciences USA 76 (9): 4350-54.
Walker J.M. 2002. The Protein Protocols Handbook. Humana Press. Totowa, New Jersey.
http://qurainiyanti.blogspot.com/2013/09/pembuatan-vaksin-dan-insulin.html
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah vaksin
2. Untuk mengetahui definisi vaksin
3. Untuk mengetahui bahan-bahan pembuatan vaksin
4. Untuk mengetahui proses pembuatan vaksin
5. Untuk mengetahui jenis-jenis vaksin
6. Untuk mengetahui manfaat vaksin
7. Untuk mengetahui jenis-jenis vaksin yang sering digunakan
8. Untuk mengetahui berapa kali vaksin harus diberikan
9. Untuk mengetahui usia pemberian vaksin pada anak
10. Untuk mengetahui efek samping dari vaksinasi
11. Untuk mengetahui seberapa lama perlindungan vaksinasi bertahan.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 SEJARAH VAKSIN
Vaksin berasal dari bahasa latinvacca (sapi) dan vaccinia (cacar sapi).
Edward Jenner sedang menyuntikkan vaksin
Dunia sudah selayaknya mengucapkan terima kasih untuk pionir-pionir seperti Jenner
dan Pasteur.Mereka telah menemukan vaksin yang mencegah tingginya angka kesakitan dan
kematian.Namun demikian, kondisi masih memprihatinkan, bahkan dirasakan tragis, karena
menurut laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO), hampir dua juta anak-anak masih menjadi
korban penyakit tiap tahun.
Menutup tahun-tahun pada abad ke-19 dan memasuki abad ke-20 ditandai dengan
munculnya achievements of great vaccine scientist seperti Pasteur. Sejak Jenner vaccinia
200 tahun yang lalu diperkenalkan, sembilan penyakit utama manusia telah dapat
dikendalikan dengan penggunaan vaksin: smallpox (1798), rabies (1885), plague (1897),
difteri (1923), pertusis (1926), tuberculosis/BCG (1927), tetanus (1927), dan yellow fever
(1935). Beberapa vaksin digunakan secara individu di daerah dengan resiko penyakit seperti
rabies dan plague, tetapi tidak pernah digunakan secara sistematis dalam skala global.Antara
lain pada vaksin BCG pada tanggal 24 April 1927, dokter Albert Calmette dan seorang
peneliti bernama Camille Guerin berhasil menemukan vaksin untuk mengobati penyakit
TBC, yang dinamakan vaksin bacillus calmette guerin (BCG).
1. Alumunium, logam ini ditambahkan kepada vaksin dalam bentuk gel atau garam
untuk mendorong anti body. Logam ini dikenal sebagai kemungkinan penyebab
kejang, penyakit Alzheimer, kerusakan otak, dan dementia (pikun). Menurut
pemerhati vaksin Australia bahan ini dapat meracuni darah, syaraf pernafasan,
mengganggu sistem imun dan syaraf seumur hidup. Alumunium digunakan pada
vaksin DPT dan Hepatitis B.
2. Benzetonium klorida, yaitu bahan pengawet yang belum dievaluasi untuk konsumsi
manusia dan banyak digunakan untuk vaksin anthrax.
3. Etilen Glikol, merupakan bahan utama anti beku yang digunakan pada beberapa
vaksin yaitu DPT, Polio, Hepatitis B sebagai bahan pengawet.
6. Glutamat, digunakan untuk menstabilkan beberapa vaksin panas, cahaya dan kondisi
lingkungan lainnya. Bahan Ini banyak ditemukan pada Vaksin Varicella.
8. Fenol, bahan yang berasal dari tar batubara ini digunakan dalam produk bahan
pewarna. Bahan ini sangat berbahaya dan beracun.
9. Streptomisin, antibiotika ini dikenal menimbulkan reaksi alergi dan ditemukan pada
Vaksin Polio.
10. Timerosal, bahan ini adalah pengawet yang mengandung 50% etil merkuri.
Sementara itu pemerhati vaksin dari Australia juga mencatat adanya bahan-bahan lain seperti
:
1. Ammonium Sulfat, diduga dapat meracuni sistem pencernaan, hati, syaraf dan sistem
pernafasan.
2. Ampotericin B, sejenis obat yang digunakan untuk mencegah penyakit jamur. Efek
sampingya dapat menyebabkan pembekuan darah.
3. Kasein, perekat yang kuat, sering digunakan untuk merekatkan label pada botol.
Walaupun dihasilkan dari susu, namun di dalam tubuh protein ini dianggap sebagai
protein asing beracun.
Ketika sudah tercapai jumlah virus yang cukup banyak, virus dipisahkan dari manik-manik
dalam satu atau beberapa cara. Kaldu ini kemudian dialirkan melalui sebuah filter dengan
bukaan yang cukup besar yang memungkinkan virus untuk melewatinya, namun cukup kecil
untuk mencegah manik-manik dapat lewat. Campuran ini disentrifugasi beberapa kali untuk
memisahkan virus dari manik-manik dalam wadah sehingga virus kemudian dapat
dipisahkan. Alternatif lain yaitu dengan mengaliri campuran manik-manik dengan media lain
sehingga dapat memisahkan manik-manik dari virus.
Memilih Strain Virus
Vaksin bisa dibuat baik dari virus yang dilemahkan atau virus yang dimatikan. Pemilihan satu
dari yang lain tergantung pada sejumlah faktor termasuk kemanjuran vaksin yang dihasilkan
dan efek sekunder. Virus yang dibuat hampir setiap tahun sebagai respon terhadap varian baru
biasanya berupa virus yang dilemahkan.Virulensi virus bisa menentukan pilihan; vaksin
rabies, misalnya, selalu vaksin dari virus yang dimatikan.
Jika vaksin dari virus dilemahkan, virus biasanya dilemahkan sebelum dimulai proses
produksi. Strain yang dipilih secara hati-hati dibudidayakan (ditumbuhkan) berulang kali di
berbagai media. Ada jenis virus yang benar-benar menjadi kuat saat mereka tumbuh. Strain
ini jelas tidak dapat digunakan untuk vaksin attenuated. Strain lainnya menjadi terlalu
lemah karena dibudidayakan berulang-ulang, dan ini juga tidak dapat diterima untuk
penggunaan vaksin. Beberapa virus yang tepat mencapai tingkat atenuasi yang membuat
mereka dapat diterima untuk penggunaan vaksin, dan tidak mengalami perubahan dalam
kekuatannya.Teknologi molekuler terbaru telah memungkinkan atenuasi virus hidup dengan
memanipulasi molekul, tetapi metode ini masih langka.
Virus ini kemudian dipisahkan dari media tempat dimana virus itu tumbuh.Vaksin yang
berasal dari beberapa jenis virus (seperti kebanyakan vaksin) dikombinasikan sebelum
pengemasan. Jumlah aktual dari vaksin yang diberikan kepada pasien akan relatif kecil
dibandingkan dengan jumlah medium yang dengan apa vaksin tersebut diberikan. Keputusan
mengenai apakah akan menggunakan air, alkohol, atau solusi lain untuk injeksi vaksin,
misalnya, dibuat setelah tes berulang-ulang demi keselamatan, steritilitas, dan stabilitas.
Pengontrolan Kualitas
Gaun Tyvek
Sumber :aguskrisnoblog.wordpress.com
Untuk melindungi kemurnian vaksin dan keselamatan pekerja yang membuat dan mengemas
vaksin, kondisi kebersihan laboratorium diamati pada seluruh prosedur. Semua transfer virus
dan media dilakukan dalam kondisi steril, dan semua instrumen yang digunakan disterilisasi
dalam autoklaf (mesin yang membunuh organisme dengan suhu tinggi, dan yang berukuran
sekecil kotak perhiasan atau sebesar lift) sebelum dan sesudah digunakan. Pekerja yang
melakukan prosedur memakai pakaian pelindung yang meliputi Gaun Tyvek sekali pakai,
sarung tangan, sepatu bot, jaring rambut, dan masker wajah.Ruangan pabrik sendiri memakai
AC yang khusus sehingga jumlah partikel di udara minimal.
Proses Perizinan
Dalam rangka untuk peresepan obat untuk dijual di Amerika Serikat, produsen obat harus
memenuhi persyaratan lisensi yang ketat yang ditetapkan oleh hukum dan diberlakukan oleh
Food and Drug Administration (FDA).Semua obat yang diresepkan harus menjalani tiga
tahap pengujian, meskipun data dari fase kedua kadang-kadang dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan tahap ketiga.
Tahap 1 pengujian harus membuktikan bahwa obat aman, atau setidaknya tidak ada efek
yang tidak diinginkan atau tak terduga akan terjadi dari pemberiannya.
Tahap 2 harus diuji efektivitasnya (obat harus memiliki efek apa yang seharusnya). Obat-
obatan yang tidak berguna tidak dapat dijual, atau yang membuat klaim untuk efek yang
sebenarnya tidak dimiliki.
Tahap 3 pengujian ini dirancang untuk mengukur efektivitas obat. Meskipun vaksin
diharapkan memiliki efektivitas hampir 100%, obat-obat tertentu mungkin dapat diterima
bahkan jika mereka mempunyai efektivitas yang minimal, asalkan dokter yang meresepkan
mengetahuinya.
Seluruh proses produksi ditelaah dengan hati-hati oleh FDA dengan mempelajari catatan
prosedur serta mengunjungi tempat produksi itu sendiri. Setiap langkah dalam proses
produksi harus didokumentasikan, dan produsen harus menunjukkan suatu kontrol yang
tetap untuk proses produksi. Ini berarti bahwa prosedur yang diteliti harus terjaga untuk
setiap langkah dalam proses, dan harus ada instruksi tertulis untuk setiap langkah dari proses.
Kecuali dalam kasus-kasus kesalahan yang memilukan, FDA tidak menentukan apakah setiap
langkah dalam proses benar, tetapi hanya menentukan apakah aman dan cukup
terdokumentasi dengan baik untuk dilakukan, seperti yang ditetapkan oleh produsen.
Masa Depan Vaksin
Memproduksi vaksin antivirus yang aman dan dapat dimanfaatkan melibatkan sejumlah besar
langkah yang tidak selalu dapat dilakukan pada setiap virus.Masih banyak yang harus
dilakukan dan dipelajari.Metode baru dari manipulasi molekul telah menyebabkan lebih dari
satu ilmuwan meyakini bahwa teknologi vaksin baru sekarang memasuki zaman keemasan.
Perbaikan vaksin sangat mungkin dilakukan di masa depan. Vaksin Rabies, misalnya,
menghasilkan efek samping yang membuat vaksin tidak memuaskan untuk imunisasi masal.
Di Amerika Serikat, vaksin rabies sekarang digunakan hanya pada pasien yang telah tertular
virus dari hewan yang terinfeksi dan mungkin bila tanpa imunisasi, menjadi penyakit yang
fatal.
Virus HIV, saat ini tidak bisa dibuat dengan metode produksi vaksin tradisional. Virus AIDS
cepat bermutasi dari satu strain ke yang lain, dan setiap strain tampaknya tidak memberikan
kekebalan terhadap jenis lain. Selain itu, kendalanya, efek imunisasi baik virus yang
dilemahkan atau virus yang dibunuh tidak dapat diperlihatkan baik di laboratorium ataupun
pada hewan uji.Vaksin HIV belum berhasil dibuat.
Vaksin dapat tumbuh dan berkembang biak sampai menimbulkan respon imun
sehingga diberikan dalam bentuk dosis kecil antigen
Respon imun yang diberikan mirip dengan infeksi alamiah, tidak perlu dosis berganda
Dipengaruhi oleh circulating antibody sehingga ada efek netralisasi jika waktu
pemberiannya tidak tepat
Contoh :Vaksin Polio (Sabin), Vaksin MMR, Vaksin TBC, Vaksin Demam Tifoid, Vaksin
Campak, Vaksin Gondongan, dan Vaksin Cacar Air (Varicella).
Vaksin tidak dapat hidup sehingga seluruh dosis antigen dapat dimasukkan dalam
bentuk antigen
Respon imun yang timbul sebagian besar adalah humoral dan hanya sedikit atau tidak
menimbulkan imunitas seluler
Titer antibodi dapat menurun setelah beberapa waktu sehingga diperlukan dosis
ulangan, dosis pertama tidak menghasilkan imunitas protektif tetapi hanya memacu
dan menyiapkan sistem imun, respon imunprotektif baru-barumuncul setelah dosis
kedua dan ketiga
Contoh : Vaksin Rabies, Vaksin Influenza, Vaksin Polio (Salk), Vaksin Pneumonia
Pneumokokal, Vaksin Kolera, Vaksin Pertusis, dan Vaksin Demam Tifoid.
3. Vaksin Toksoid
Sumber : biofarma.co.id
Vaksin yang dibuat dari beberapa jenis bakteri yang menimbulkan penyakit dengan
memasukkan racun dilemahkan ke dalam aliran darah.Bahan bersifat imunogenik yang dibuat
dari toksin kuman.Hasil pembuatan bahan toksoid yang jadi disebut sebagai natural fluid
plain toxoid yang mampu merangsang terbentuknya antibodi antitoksin.Imunisasi bakteri
toksoid efektif selamasatu tahun.Contoh :Vaksin Difteri dan Tetanus
5. Vaksin Idiotipe
Vaksin yang dibuat berdasarkan sifat bahwa Fab (fragment antigen binding) dari antibodi
yang dihasilkan oleh tiap klon sel B mengandung asam amino yang disebut sebagai idiotipe
atau determinan idiotipe yang dapat bertindak sebagai antigen.Vaksin ini dapat menghambat
pertumbuhan virus melalui netralisasai dan pemblokiran terhadap reseptor pre sel B.
6. Vaksin Rekombinan
Vaksin rekombinan memungkinkan produksi protein virus dalam jumlah besar. Gen virus
yang diinginkan diekspresikan dalam sel prokariot atau eukariot. Sistem ekspresi eukariot
meliputi sel bakteri E.coli, yeast, dan baculovirus.Dengan teknologi DNA rekombinan selain
dihasilkan vaksin protein juga dihasilkan vaksin DNA. Penggunaan virus sebagai vektor
untuk membawa gen sebagai antigen pelindung dari virus lainnya, misalnya gen untuk
antigen dari berbagai virus disatukan ke dalam genom dari virus vaksinia dan imunisasi
hewan dengan vaksin bervektor ini menghasilkan respon antibodi yang baik. Susunan vaksin
ini (misal hepatitis B) memerlukan-epitop organisme yang patogen. Sintesis dari antigen
vaksin tersebut melalui isolasi dan penentuan kode gen epitop bagi sel penerima vaksin.
8. Vaksin Hepatitis B
Sumber : biofarma.co.id
Vaksin Hepatitis B dapat mencegah penyakit Hepatitis B dan berbagai komplikasinya yang
serius yaitu sirosis dan kanker.Vaksinasi Hepatitis B dibuat dari bagian virus, bukan seluruh
virus tersebut sehingga vaksin hepatitis tidak dapat menimbulkan penyakit hepatitis.
Vaksin Hepatitis B diberikan 4 serial, pemberian serial ini memberikan efek proteksi jangka
panjang bahkan seumur hidup.
9. Vaksin Pneumokokus
Sumber : vaksin-pneumokokus.html
Persatuan kesehatan sedunia menempatkan penyakit Pneumokokus yaitu penyakit yang dapat
dicegah dengan vaksin sebagai penyebab no.1 kematian anak-anak di bawah umur 5 tahun di
seluruh dunia.
Bakteri Pneumonia (Pneumokokus) dapat menyebabkan penyakit Pneumokokus.
Biasanya ditemukan di dalam saluran pernafasan anak-anak yang disebarkan melalui batuk
atau bersin.
Kini terdapat lebih dari 90 jenis Pneumokokus yang diketahui, namun hanya lebih kurang
10% yang bisa menyebabkan penyakit yang serius di seluruh dunia.
Jenis 19A adalah bakteri yang muncul di dunia dan dapat menyebabkan penyakit
pneumokokus yang sangat serius dan resisten terhadap antibiotik.
Pneumokokus menyerang beberapa bagian tubuh yang berbeda, diantaranya adalah:
Penyakit Pnemokokus sangat serius dan dapat menyebabkan kerusakan otak, ketulian, dan
kematian.
Human Papilloma Virus secara umum menginfeksi lapisan kulit yaitu pada keratinosit dan
membran mukosa. Sebagian besar virus jenis ini (ada lebih dari 200 virus) tidak
menimbulkan gejala, tetapi sebagian akan dapat menimbulkan gejala berupa kutil. Kutil ini
dapat muncul dimana saja. Virus ini juga telah terbukti memiliki hubungan dengan
munculnya kanker cervix, vulva, vagina, dan anus pada wanita dan sebagian lain kanker pada
anus dan penis laki-laki.
Sumber :scumdoctor.com
Cacar air (Varicella) adalah penyakit yang sering dialami pada masa kanak-kanak.Penyakit
ini cukup ringan, tapi bisa berakibat serius, terutama bagi bayi dan orang dewasa.
Cacar air bisa menyebabkan ruam, rasa gatal, demam, dan rasa lelah
vBisa menyebabkan infeksi kulit yang berat, meninggalkan bekas luka, pneumonia, kerusakan
pada otak, atau kematian
Virus cacar air bisa tersebar melalui udara, atau melalui kontak dengan cairan pada lepuhan
(pada kulit) yang disebabkan oleh cacar air tersebut
Seseorang yang telah menderita penyakit cacar air bisa mengalami ruam yang menyebabkan
rasa nyeri beberapa tahun setelah terkena cacar air
Sebelum vaksin cacar air ini ada, sekitar 11.000 orang di Amerika Serikat dirawat di rumah
sakit akibat penyakit ini.
Vaksin cacar air ini dapat mencegah penyakit cacar air.Kebanyakan dari orang yang telah
mendapatkan vaksinasi cacar air, mereka tidak terkena penyakit ini.Walaupun mereka terkena
cacar air, biasanya reaksi yang ditimbulkan cukup ringan.Mereka hanya memiliki sedikit
lepuh/gelembung cacar air di tubuh, dan sangat kecil kemungkinannya untuk mengalami
demam.Waktu pemulihannya juga relatif cepat.
Sumber : newsomelaw.com
Rotavirus adalah virus yang sering menyebabkan gastroenteritis akut (infeksi saluran
pencernaan) pada anak, yang ditandai dengan muntah, diare, demam, dan nyeri perut.Pada
bayi dan anak kecil, infeksi rotavirus dapat menyebabkan diare dan muntah berat sehingga
anak menjadi kehilangan banyak cairan (dehidrasi).Infeksi rotavirus dapat dicegah salah
satunya dengan imunisasi rotavirus. Saat ini tersedia dua jenis vaksin rotavirus yaitu RotaTeq
dan Rotarix.
Gejala infeksi rotavirus berupa demam, muntah, diare, dan atau nyeri perut.Muntah dan diare
merupakan gejala utama infeksi rotavirus dan dapat berlangsung selama 3 8 hari. Infeksi
rotavirus dapat disertai gejala lain yaitu anak kehilangan nafsu makan, dan tanda-tanda
dehidrasi. Infeksi rotavirus dapat menyebabkan dehidrasi ringan dan berat, bahkan kematian.
Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosis gastroenteritis akut yang disebabkan infeksi rotavirus sering berdasarkan gejala
klinis dan pemeriksaan dokter.Pemeriksaan laboratorium jarang diperlukan kecuali terdapat
komplikasi. Apabila terdapat indikasi tertentu seperti adanya komplikasi infeksi rotavirus
dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan laboratorium tertentu seperti analisa feses dan
pemeriksaan elektrolit.
Komplikasi
Meskipun jarang terjadi, komplikasi dehidrasi dapat terjadi disebabkan oleh infeksi
rotavirus.Dehidrasi yang tidak ditangani dengan baik dapat membahayakan bagi anak.
Pengobatan
Prinsip utama penanganan infeksi rotavirus adalah pemberian cairan untuk mencegah atau
mengatasi dehidrasi.Tidak ada obat antivirus yang efektif untuk mengobati
rotavirus.Antibiotik juga tidak diperlukan, karena antibiotik untuk mengobati infeksi bakteri,
bukan infeksi virus.
Pemberian cairan dapat dilakukan secara oral, yaitu memberikan cairan melalui mulut
(minum).Pada keadaan dehidrasi berat, memerlukan pemberian cairan melalui infus.
Pencegahan
Rotavirus dapat menular dengan mudah. Mencegah infeksi dengan cara rajin cuci
tangan dan menjaga kebersihan sangat penting, namun tidak cukup untuk mencegah
penularan infeksi rotavirus.
Sumber :infoimunisasi.com
Hepatitis A merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus Hepatitis A suatu virus
RNA yang ditularkan melalui rute fecal-oral terutama karena sanitasi yang buruk.Dapat
menular lewat makanan atau minuman yang terkontaminasi virus atau dari droplet ludah
manusia yang mengandung virus.Penyakit ini sebenarnya dapat sembuh sendiri tetapi pada
pasien dengan gejala yang berat dapat muncul kuning di seluruh tubuh maupun di mata,
mual, muntah-muntah dan demam.Vaksinasi dapat mencegah penyakit ini.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan :
1) Vaksin berasal dari bahasa latinvacca (sapi) dan vaccinia (cacar sapi).
2) Penemu Vaksin Cacar Edward Jenner (1749-1823).
3) Pasteur (1885) memperkenalkan Vaksin Anti Rabies (VAR).
4) Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap
suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme
alami atau liar.
5) Bahan pembuatan vaksin Aluminium, Benzetonium Klorida, Etien Glikol,
Formaldehida/Formalin, Gelatin, Glutamat, Neomicin, Fenol, Sterptomisin, Timerosal,
Ammonium Sulfat, Ampotericin B, Kasein.
6) Proses Pembutan Vaksin :
Pengumpulan Benih Virus
Pertumbuhan Virus
Pemisahan Virus
Memilih Strain Virus
Pengontrolan Kualitas
Proses Perizinan
Masa Depan Vaksin
7) Jenis-jenis Vaksin :
Live Attenuated Vaccine
Inactivated Vaccine (Killed Vaccine)
Vaksin Toksoid
Vaksin Acellular dan Subunit
Vaksin Idiotipe
Vaksin Rekombinan
Vaksin DNA (Plasmid DNA Vaccines)
Vaksin Hepatitis B
Vaksin Pneumokokus
Vaksin Human Papillomavirus (HPV)
Vaksin Varicella (Cacar Air)
RotaTeq dan Rotarix Vaksin
Vaksin Hepatitis A
Vaksin Imunisasi
Pertanyaan:
Jawaban:
3)
Pembuatan dilakukan dengan cara sistem biakan benih yang dipasase tidak lebih
dari 3
subkultur, yang pada uji laboratorium dan uji klinis menunjukkan galur yang sesuai
sebagai berikut:
1. Masing-masing tipe virus dibiakkan dalam biakan sel yang telah bebas dari
cemaran mikroorganisme asing. Media untuk pertumbuhan awal sel dapat
ditambahkan serum hewan, tetapi media untuk pemeliharaan biakan sel selama
pengembangbiakan virus tidak boleh mengandung protein. Media biakan sel
dapat mengandung indikator pH yang sesuai, seperti merah fenol, dan antibiotik
yang sesuai dengan kadar efektif terkecil.
3. Kumpulkan virus yang telah memenuhi syarat dan saring melalui penyaring
bakteri.
7. Titer Virus
Lakukan titrasi virus dalam biakan sel menggunakan 5 tabung biakan sel
untuk masing-masing pengenceran 0,5 log10) atau dengan metode lain
dengan kepekaan sama. Titer virus tipe 1 dan tipe 3 tidak kurang dari 5,5
log10 dari dosis infektif kultur sel 50%, dan virus tipe 2 tidak kurang dari 5,0
log10 dari dosis infektif kultur sel 50% per dosis tunggal manusia.
http://fatimahkhumairah.blogspot.com/2011/08/vaksin-imunisasi.html
Hadmawatihadma