Anda di halaman 1dari 10

APLIKASI BIOTEKNOLOGI DI BIDANG FARMASI

OLEH :

KELOMPOK 4

ANISA WIJI ASTUTI F201901094


ARTIWI F201901092
DESTIANITA SARI F201901096
ISMAYANTI F201901089
ITA MUHARNY F201901090
MIEN SUKMAWATI F201901091
MIRNA MAYANGSARI F201901098
NURUL FITRA RAHMADHANI F201901095
SITI NUR AISAH F201901088
SULISTIANI F201901093
WAHYU PURWANTO F201901085
RATNA NINGSIH F201901197

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

KENDARI

2022
APLIKASI BIOTEKNOLOGI DI BIDANG FARMASI

A. Pendahuluan
Bioteknologi memiliki peran dalam memperbaiki dan
mengendalikan mutu lingkungan hidup. Penerapan bioteknologi dapat
dilakukan pada unit dengan sekala kecil yang tidak memerlukan
infrastruktur atau sarana dan prasarana yang besar. Dalam teknik
bioteknologi beberapa teknik yang diterapkan cenderung hemat energi,
lebih ekonomis, dan lebih aman dibandingkan proses tradisional saat ini.
Selain itu, bioteknologi dalam prosesnya, residu yang dihasilkan,
ramah lingkungan mudah untuk diuraikan dan tidak beracun (Purnama
Ramdan et al., 2021).
Bioteknologi merupakan sebuah rekayasa dan manipulasi pada
proses biologi dan sistem menggunakan bantuan agen biologi
berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah. Prinsip-prinsip ilmiah yang
digunakan berdasarkan pada berbagai disiplin ilmu, terutama di
bidang mikrobiologi, mikroorganisme, biologi sel, genetika,
biokimia, imunologi, rekayasa biokimia, kimia, teknologi
bioinformatika dan biologi komputasi, teknologi antibodi monoklonal,
kultur jaringan, teknologi rekayasa biokimia, teknologi rekayasa
genetika, teknologi rekayasa protein, teknologi biofisika, teknologi
biosensor (Purnama Ramdan et al., 2021).
Bioteknologi dalam bidang kesehatan memberikan kesempatan
dalam pemecahan masalah yaitu mendiagnosa, mencegah, serta mengobati
berbagai penyakit termasuk penyakit genetis. Penerapan antibodi
monoklonal dapat membantu mendiagnosa suatu penyakit. Manfaat
bioteknologi bidang obat-obatan farmakologi, bidang kesehatan,
bersumber dari aspek penelitian dan penerapan teknik-teknik dan metode-
metode barunya yang mampu mengubah dan mengendalikan
perkembangan berbagai organisme hidup (Darmayani et al., 2021).
Bioteknologi modern memberikan sumbangan yang sangat besar
terhadap perkembangan dalam bidang kesehatan dan farmasi, baik dalam
diagnosis penyakit maupun dalam pengobatan. Manfaat potensial dari
teknologi DNA rekombinan adalah untuk menangani penyakit seperti
reumatoid arthritis, kanker, maupun penyakit genetis lainnya. Penyakit
jenis apapun melibatkan perubahan ekspresi gen dalam sel. Aplikasi
bioteknologi modern dalam bidang kesehatan dapat pula berupa terapi gen
yang banyak digunakan dalam terapi kanker. Terapi gen dilakukan dengan
memperbaiki ekspresi gen-gen yang tidak optimal yang mengakibatkan
munculnya penyakit. Dapat juga dilakukan dengan pendekatan lain,
dengan cara melenyapkan gen abnormal melalui rekombinasi homolog,
maupun dengan mereparasi gen abnormal dengan mutasi balik selektif
sehingga akan mengembalikan fungsi normal gen tersebut. Terapi gen juga
dapat dilakukan dengan mengendalikan regulasi ekspresi gen yang
abnormal tersebut (Dewi et al., 2021).
B. Aplikasi Bioteknologi di Bidang Farmasi
1. Vaksin
Peranan positif bioteknologi dalam bidang kesehatan dan farmasi
selanjutnya adalah dalam produksi vaksin. Vaksin (berasal dari kata
vaccinia, penyebab infeksi cacar sapi yang ketika diberikan kepada
manusia, akan menimbulkan pengaruh kekebalan terhadap cacar)
merupakan bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan
kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau
mengurangi pengaruh infeksi oleh benda asing (antigen). Vaksin dapat
berupa galur virus atau bakteri yang dilemahkan (live attenuated),
sehingga tidak menimbulkan penyakit. Vaksin dapat pula berupa virus
atau bakteri yang dimatikan (killed) atau hasil-hasil pemurniannya
(protein, peptida, partikel serupa virus, dsb). Vaksin akan
mempersiapkan sistem kekebalan tubuh untuk bertahan dari infeksi
patogen tertentu, terutama bakteri, virus, atau toksin. Vaksin juga bisa
membantu sistem kekebalan untuk melawan sel-sel degeneratif
(kanker) (Dewi et al., 2021).
Vaksin merupakan bahan antigenik yang digunakan untuk
kekebalan terhadap suatu penyakit yang biasanya mengandung virus
atau mikroorganisme yang telah dimatikan atau dilemahkan. Vaksin
generasi pertama seringkali dapat bermutasi kembali menjadi virulen
sehingga menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Oleh sebab itu
biasanya jenis vaksin yang dilemahkan ini tidak dianjurkan diberikan
kepada penderita yang mengalami imunokompromais. Sedangkan
vaksin generasi kedua adalah vaksin mengandung mikroorganisme
yang dimatikan menggunakan zat kimia tertentu, biasanya dengan
menggunakan formalin atau fenol, Dalam penggunaannya sering
mengalami kegagalan atau tidak menimbulkan respon imun tubuh.
Untuk mengatasi berbagai kelemahan yang terjadi pada penggunaan
vaksin generasi pertama dan kedua mulailah dikembangkan vaksin
generasi yang ketiga yaitu vaksin rekombinan yang juga dikenal
dengan vaksin sub unit. Vaksin sub unit dibuat melalui teknik rekayasa
genetika untuk memperoleh fragmen antigenik dalam mikroorganisme,
sehingga disebut dengan vaksin rekombinan. Sebagai contoh, vaksin
hepatitis B mengandung bagian protein selubung dari virus hepatitis B
yang diproduksi melalui rekayasa genetika, oleh sel ragi. Vaksin
rekombinan lebih aman dibandingkan dengan vaksin yang
mengandung seluruh sel virus, karena fragmen antigenik yang terdapat
dalam vaksin rekombinan tidak dapat bereproduksi dalam tubuh
penerima, di samping itu vaksin rekombinan umumnya tidak
menimbulkan efek samping. namun demikian vaksin generasi ketiga
ini ternyata hanya dapat menimbulkan respon imun humoral dan tidak
dapat menimbulkan respon imun seluler (Darmayani et al., 2021).
2. Antibiotik
Antibiotik adalah substansi kimiawi yang umumnya digunakan
untuk mengobati infeksi oleh bakteri. Antibiotik yang dihasilkan oleh
kapang Penicillum notatum disebut penisilin. Penisilin merupakan
antibiotik pertama yang digunakan pada perang dunia ke-2 dalam
mengatasi penyakit infeksi yang diakibatkan oleh bakteri S. aureus.
Penerapan mikroorganisme dan virus dalam pembuatan obat
menggunakan teknologi bioreaktor dan DNA rekombinan antibiotik
pada dasarnya zat yang diproduksi oleh mikroorganisme yang biasanya
menghambat pertumbuhannya. Saat ini berbagai mikroorganisme telah
dimanfaatkan untuk menghasilkan obat antibiotik dengan
menggunakan alat bioteknologi canggih. Bidang bioteknologi telah
berhasil menemukan struktur heliks ganda dalam molekul asam
nukleat deoksiribosa atau DNA oleh James Watson dan Francis Crick
pada tahun 1953, yang mengklaim menemukan struktur helix DNA
manusia, molekul yang membawa informasi genetik dari satu generasi
ke generasi lainnya (Darmayani et al., 2021).
3. Insulin Rekombinan
Aplikasi dari bioteknologi modern selanjutnya dalam bidang
kesehatan dan farmasi yang sudah banyak dikembangkan adalah
produksi hormon insulin secara in vitro melalui teknologi DNA
rekombinan. Gen pengkode insulin dari sel-sel Langerhans pada
pankreas disisipkan atau diinsersi pada vektor plasmid. Plasmid yang
telah disisipi gen target tersebut, atau disebut sebagai plasmid
rekombinan kemudian ditransformasikan pada sel kompeten berupa sel
E. coli sehingga sel kompeten tersebut dapat dikloning atau
diperbanyak dan selanjutnya mampu mengekspresikan gen pengkode
insulin tersebut. Hormon insulin hasil teknologi DNA rekombinan
tersebut dikatakan lebih baik dan lebih murah dibandingkan dengan
insulin yang diproduksi secara konvensional (Dewi et al., 2021).
Insulin adalah hormon pertama yang ditemukan pada akhir tahun
1920 di Kanada oleh Sir Frederick Grant Banting dan Charles herbert
Best. Dalam kondisi diabetes, insulin mengatur metabolisme glukosa
dalam tubuh. Dalam kondisi diabetes, tingkat insulin menurun yang
menyebabkan peningkatan kadar gula darah dan kondisi klinis ini
dikenal sebagai diabetes melitus. Salah satu perawatan terbaik diabetes
melitus adalah suntikan insulin, insulin disuntikkan ke tubuh pasien
dan insulin mengatur tingkat pengisap darah. Insulin disintesis secara
kimia atau diproduksi oleh DNA rekombinan teknologi. Insulin
sintesis ini digunakan secara kesehatan untuk mengobati pasien dengan
tipe 1 diabetes melitus, sedangkan pasien diabetes melitus tipe 2 tahan
insulin. Gara-gara ini para ilmuwan telah berhasil memasukkan game
instrumen manusia ke dalam tumbuhan untuk menghasilkan insulin
manusia pada tumbuhan, dan tumbuhan safflower telah digunakan
untuk tujuan ini. Selain teknologi DNA rekombinan, ada cara lain
untuk mensintesis insulin manusia di luar tubuh manusia dan biasanya
disebut sebagai analog insulin dan analog ini disintesis secara kimiawi.
Salah satu kendala utama dalam pengobatan diabetes adalah pemberian
insulin, karena insulin tidak dapat dikonsumsi secara oral karena tidak
akan diserap dengan baik dan akan kehilangan aktivitas biologisnya
(Darmayani et al., 2021).
Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh organ pankreas yang
dilepaskan ke dalam aliran darah oleh batasan yang ditemukan di
daerah pulau langerhans. Teknologi yang berkembang saat ini
memanfaatkan Escherichia coli untuk memproduksi insulin. Salah satu
teknologi rekayasa genetika yang digunakan yaitu teknik plasmid,
adapun langkah-langkahnya yaitu mengisolasi plasmid dari bakteri E.
coli lalu memotong plastik yang telah diisolir dengan enzim restriksi,
DNA yang dari sel pankreas dipotong pada suatu segmen pengkodean
insulin, rekombinan yang terbentuk lalu disisipkan ke bakteri E. coli
sehingga bakteri membawa gen DNA insulin yang selanjutnya
disisipkan ke dalam bakteri Agrobacterium tumefaciens yang
digunakan sebagai sektor (Purnawijaya, 2015).
4. Enzim Buatan
Enzim adalah benda tak hidup yang diproduksi oleh sel hidup.
Enzim berfungsi sebagai biokatalisator, iya itu mempercepat laju suatu
reaksi kimia tanpa ikut terlibat dalam reaksi tersebut. Maksudnya,
enzim tidak ikut berubah menjadi produk tetapi akan kembali ke
bentuk asalnya setelah reaksi kimia selesai. Onsen mengubah molekul
substrat menjadi hasil reaksi atau produk yang molekulnya berbeda
dari substrat. Enzim merupakan katalisator atau protein katalitik untuk
reaksi-reaksi kimia di dalam sistem biologi. Sebagai katalis enzim
memiliki ciri khas yaitu (1) bersifat tidak diubah oleh reaksi yang di
katalisnya, (2) enzim tidak mengubah kedudukan normal dari
kesetimbangan kimia meskipun enzim mempercepat reaksi (Susanti &
Fibriana, 2017).
Enzim asparaginase terdapat pada hewan, tumbuhan, dan
mikroorganisme serta dapat dikategorikan menjadi asparaginase I dan
II, asparaginase II memiliki sifat yag lebih spesifik terhadap asparagin
yang kemudian membuat asparaginase II digunakan untuk tujuan
terapeutik. Asparaginase tipe II dengan aktivitas anti neoplastik yang
mana merupakan hasil dari penipisan efek toksisitas dari sel yang
mengalami leukimia, maka enzim ini telah digunakan secara luas
sebagai kemoterapi dari acute lymphoblastic leukimia (ALL). Namun,
penggunaan enzim ini juga dibatasi oleh respon antibodi dan efek
samping yang dihasilkan kepada reaksi alergi dan anafilaksis. Dengan
kebutuhan asparaginase yang dinilai semakin tinggi dalam industri
makanan maupun sebagai salah satu pilihan terapi untuk Acute
Lymphoblastic Lymphoma (ALL) maka kebutuhan ini dapat diatasi
dengan teknologi DNA rekombinan. Teknologi DNA rekombinan
membutuhkan vektor ekspresi dan sel inang (host) dalam prosesnya.
Sel host yang paling umum digunakan adalah Escherichia coli BL21
(DE3), Terdapat beberapa keunggulan dari E.coli sebagai salah satu
bakteri yang banyak digunakan sebagai inang untuk ekspresi protein
rekombinan yaitu, mudah dikultur, genom dapat dimanipulasi, dapat
ditransformasi oleh DNA asing, serta dapat mereplikasi dalam waktu
yang singkat sehingga dapat menghasilkan protein dalam jumlah besar
(Syafira & Rostinawati, 2020).
5. Antibodi Monoklonal
Antibodi adalah bagian pertahanan tubuh yang digunakan untuk
menghilangkan atau mengurangi zat asing yang masuk ke dalam
tubuh. Mekanisme kerja antibodi dalam tubuh dimulai dengan
diikatnya epitope atau bagian antigen oleh antibodi. Antibodi
monoklonal merupakan antibodi spesifik-mono karena dibuat oleh sel
identik yang semuanya merupakan klon dari sel induk. Antibodi
monoklonal hanya mengandung satu macam molekul antibodi
sehingga larutan ini hanya mengenali satu macam antigen. Antibodi
monokroma sangat spesifik ketika digunakan sebagai alat deteksi.
Namun masalah utama pada penyiapan monoklonal antibodi adalah
pada saat seleksi sel hibridoma. Sel hibridoma disiapkan dengan
melakukan fusi sel B dari bagian limpa hewan yang diimunisasi
dengan sel kanker. Sementara itu hewan yang diimunisasi dengan satu
macam antigen mampu menghasilkan 6x10⁶ sel B yang berbeda. Satu
macam sel B akan menghasilkan satu macam antibodi. Pada
pembuatan monoklonal antibodi harus diseleksi satu macam hibridoma
dari sejumlah hibridoma tersebut. Kesulitan pembuatan monoklonal
antibodi di atas menimbulkan usaha kembali untuk mendapatkan jenis
antibodi baru yang spesifik dengan cara yang lebih mudah antibodi
baru yang didapat seringkali disebut antibodi rekombinan (Darmayani
et al., 2021).
Beberapa antibodi monoklonal telah dilaporkan berfungsi dalam
memblokir faktor pertumbuhan dengan mengikat dan menghambat
reseptor faktor pertumbuhan untuk secara efektif menahan proliferasi
sel tumor. Ibritumomab adalah antibodi monoklonal terhadap antigen
CD20 pada sel B untuk pengobatan pasien limfoma; Rituximab
(IDEC-C2B8) adalah mAB Chimeric imunoglobulin (IgG) yang
diarahkan melawan CD20, yang telah dilaporkan efektif melawan
keganasan sel-B. Antibodi monoklonal juga dimodifikasi untuk
pengiriman radioisotop atau radioimunoterapi, racun, sitokin dan
beberapa konjugat aktif lainnya. mAb Bi-spesifik dapat dirancang
sehingga wilayah Fab mereka dapat menargetkan antigen dan sel
efektor. Laporan dari sebuah penelitian juga menunjukkan bahwa
konjugat, toksin dan obat-obatan dengan mab juga dapat membunuh
sel leukemia. Cetuximab® adalah obat yang digunakan dalam
pengobatan beberapa jenis kanker payudara dan limfoma dengan
menghalangi HER-1; sementara Trastuzumab® diketahui memblokir
reseptor HER-2 pada kanker payudara. mAb anti kanker terapeutik
terhadap leukemia adalah Nimoruzumab® dan Alemtuzumab®;
sedangkan Nimotuzumab® dan Cituximab® adalah untuk karsinoma.
Bevaxizumab adalah obat lain (mAb) yang disetujui oleh food and
drug administration (FDA) untuk digunakan dalam terapi kanker
kolorektal. Ini mengikat vektor pertumbuhan endotel vaskular
(VEGF), sehingga mencegahnya mengikat reseptornya. Vitaxin adalah
obat uji klinis (fase II) yang menghasilkan hasil yang lebih baik dalam
mengecilkan tumor padat, tanpa efek samping yang merugikan
(Mahmuda et al., 2017).
Keunggulan antibodi monoklonal yang diproduksi melalui
teknologi hibridoma diantaranya adalah (Dewi et al., 2021):
1. Reaksi monoklonal antibodinya dapat dibuat spesifik untuk antigen
tertentu.
2. Dari satu patogen dapat dibuat beberapa antibodi monoklonal
dengan spesifikasi sesuai kebutuhan.
3. Antibodi monoklonal yang dihasilkan memiliki stabilitas yang baik
4. Pasokan antibodi monoklonal dalam jumlah besar mudah dipenuhi
5. Awalnya memerlukan biaya relatif besar, namun selanjutnya harga
produksinya akan berkurang
6. Keseragaman kandungan antibodi monoklonal yang dihasilkan
terjamin karena berasal dari satu jenis klon saja
7. Kemungkinan reaksi silang/nonspesifik berkurang 8. afinitas reaksi
antigen-antibodi lebih kuat 9. pemurnian sntibodi monoklonal lebih
mudah 10. dapat digunakan untuk terapi, misalnya deteksi tumor
metastasis, obat target sitotoksik, dan mengurangi resiko penolakan
akibat transplantasi organ.

DAFTAR PUSTAKA

Darmayani, S., Hidana, R., Sa’diyah, A., Isrianto, P. L., Hidayati, Jumiarni, D.,
Hafsari, A. R., Latumahina, F. S., Setyowati, E., E, S. A., A, S. K., Syam, S.,
Sufiyanto, Moh. I., Yusal, Muh. S., Watuguly, T. W., & Gultom, V. D. N. (2021).
BIOTEKNOLOGI 2 CETAK (1) 2. 1–332.
Dewi, E. R. S., Widyastuti, D. A., & Nurwahyunani, A. (2021). BUKU AJAR
BIOTEKNOLOGI.
Mahmuda, A., Bande, F., Al-Zihiry, K. J. K., Abdulhaleem, N., Majid, R. A., Hamat,
R. A., Abdullah, W. O., & Unyah, Z. (2017). Monoclonal antibodies: A review of
therapeutic applications and future prospects. In Tropical Journal of
Pharmaceutical Research (Vol. 16, Issue 3, pp. 713–722). University of Benin.
https://doi.org/10.4314/tjpr.v16i3.29
Purnama Ramdan, E., Nurul Septariani, D., Ferwita Sari, M., & Salam Junaedi, A.
(2021). Identification of Associative Macro and Microbiotas, Biofouling and
Organical Compound Characterization on Substrate of Concrete Bridge
Construction in Madura Waters View project.
https://www.researchgate.net/publication/357680188
Purnawijaya, I. P. E. (2015). 4-Article Text-436-1-10-20170607. Pembuatan Beras
Insulin Melalui Rekayasa Genetika Sebagai Alternatif Pencegahan Penyakit
Diabetes Melitus, 2085-0018., 65–74.
Susanti, R., & Fibriana, F. (2017). buku-teknologi-enzim-lengkap-pdf_compress. 1–
208.
Syafira, S., & Rostinawati, T. (2020). PRODUKSI ENZIM ASPARAGINASE DENGAN
TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN (Vol. 17).
 

Anda mungkin juga menyukai