Anda di halaman 1dari 9

ISSN : 1693-9883

REVIEW ARTIKEL Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. I, No.1, April 2004, 1 - 9

PEMBERIAN VAKSIN
MELALUI TANAMAN TRANSGENIK
Maksum Radji
Departemen Farmasi, FMIPA Universitas Indonesia, Depok.

ABSTRACT
Vaccines have played an important role in preventive medicine since Edward
Jenner discovered that cowpox induced protection against human smallpox. Until
recently, a vaccination has meant a needle in the arm. However, with the increas-
ing need for inexpensive, easily administered vaccines, along with the improve-
ments in genetic engineering, the concept of edible vaccines is fast becoming real-
ity. This is especially important in developing countries, where it is estimated that
three to five million children die each year from common diseases, which could have
easily been prevented with the proper vaccination. Compared to traditional lab-
synthesized vaccines, plants are capable of producing proteins at lower cost, and
need not be isolated for injection. Plant-based vaccines are also safer than
traditional vaccines because they use selected sub-units of the disease rather the
attenuated whole disease-causing organism.
Keyword : transgenic plants; edible vaccines.

PENDAHULUAN dengan akhir tahun 1990-an melalui


kampanye internasional terhadap
Peranan vaksin dalam penang- penanggulangan penyakit utama
gulangan dan pencegahan penyakit penyebab infeksi seperti difteri, per-
infeksi telah sejak lama kita ketahui. tussis, polio, campak, tetanus dan
Terutama sejak dunia terbebas dari tuberkulosis, lebih dari 80 % balita
penyakit cacar, akibat keberhasilan di seluruh dunia telah divaksinasi
para peneliti dalam menghasilkan dengan ke-enam jenis vaksin ter-
vaksin cacar yang dapat menjangkau sebut, sehingga dapat menurunkan
masyarakat di selusuh pelosok ter- tingkat kematian bayi di seluruh
pencil sekalipun di seluruh dunia, dunia secara signifikan.
saat ini dunia terbebas dari penyakit Namun demikian tidak semua
cacar yang mematikan itu. Keber- program vaksinasi ini berhasil
hasilan serupa diharapkan pula oleh dengan baik. Sekitar 20 % bayi-bayi
WHO terhadap vaksinasi polio yang dilahirkan belum terjangkau
dengan dicanangkannya dunia akan oleh vaksinasi, sehingga tingkat ke-
bebas polio pada tahun 2005. Sampai matian balita akibat penyakit infeksi
Corresponding author : E-mail : maksum@makara.cso.ui.ac.id

1
REVIEW ARTIKEL

di seluruh dunia masih tinggi di negara -negara yang sedang ber-


hingga mencapai 3-5 juta balita kembang, pada awal tahun 1990-an
pertahunnya. Kondisi tersebut telah dikembangkan suatu teknologi
sangat mengkhawa-tirkan para tanaman transgenik dimana tanaman
pemerhati kesehatan, terutama tersebut mengandung fragmen DNA
dengan semakin tingginya mobilitas yang berasal dari bakteri atau virus.
penduduk dunia dari be-lahan Fragmen DNA bakteri atau virus yang
dunia yang satu ke belahan lainnya, dikloning ke dalam suatu ta-naman
akan mempercepat penye-baran ini merupakan gen yang akan
penyakit infeksi (Arnzten, 1997). mengkode pembentukan protein,
Beberapa faktor penting penye- yang biasanya dipilih protein yang
bab kegagalan vaksinasi antara lain terletak dipermukaan sel bakteri atau
adalah harga vaksin yang mahal, virus, sehingga bila tanaman tersebut
menurunnya efeksifitas vaksin akibat dikonsumsi akan menghasilkan
distribusi yang tidak baik, cara respon imun. Sistem kekebalan tubuh
penyimpanan vaksin yang tidak tepat, yang terbentuk akan dapat menge-
tidak adanya kotak pendingin dalam nali epitop spesifik pada permukaan
pendistribusiannya, dan se-bagian sel bakteri dan virus, yang masuk ke
besar vaksin harus diberikan dengan dalam tubuh, sehingga akan ter-
cara penyuntikan, dll. Kea-daan ini hindar dari infeksi bakteri atau vi-rus
mempengaruhi ketersediaan vaksin tersebut (Haq, et al. 1995; Hood, et
terutama di negara-negara miskin, al.,1999).
dimana justru penyakit-penyakit Teknologi tanaman transgenik
infesi tersebut sangat tinggi angka memiliki beberapa keuntungan yang
kesakitan dan kematiannya. antara lain adalah tanaman inang
Keterbatasan-keterbatasan tersebut dapat dipilih dari jenis tanaman lokal,
telah memacu para peneliti untuk murah, dan dapat ditanam dengan
menemukan suatu terobosan baru teknologi sederhana sesuai dengan
dalam teknologi pembuatan dan cara daerah tumbuhnya, dan dapat dipro-
pemberian vaksin. Bentuk vaksin duksi sebanyak mungkin sesuai
yang diminati adalah vaksin yang dengan kebutuhan. Beberapa jenis
dapat dikonsumsi tanpa harus me- tanaman yang dipakai sebagai ta-
nyuntikkannya atau tanpa harus di- naman inang adalah pisang, tomat,
simpan di ruang pendingin sehingga kentang, padi, kedelai, wortel, ja-
memudahkan pendistribusiannya. gung, kacang-kacangan dan temba-
kau (Haq, et al. 1995; Carrillo, et al.,
2001; Daniell et al., 2001 Haq, et al.,
VAKSIN EDIBEL 1995; Mason et al., 1992; Tacket and
Untuk mengatasi kendala yang Mason, 1999).
dihadapi dalam ketersediaan vaksin Pisang transgenik yang mengan-
terutama bagi para balita yang tinggal dung protein yang bersifat sebagai

2 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


REVIEW ARTIKEL

vaksin yang mengandung protein virulensi dari mikroorganisme yang


yang berasal bakteri atau virus me- dipakai, tidak akan terjadi. Dalam
rupakan buah transgenik yang sangat tanaman transgenik tidak terdapat
diminati. Pohon pisang yang dapat bakteri atau virus utuh melainkan
tumbuh di seluruh dunia terutama di hanya protein permukaan atau pro-
negara-negara tropis ini banyak di- tein spesifik dari bakteri atau virus
konsumsi oleh penduduk. Buah pi- tersebut. Sebagai vaksin dalam
sang dapat langsung dimakan tanpa bentuk yang dapat dimakan, tidak
perlu dimasak terlebih dahulu, se- memerlukan proses pemurnian se-
hingga protein (vaksin) yang dikan- bagaimana yang biasa dilakukan
dungnya tidak mengalami degradasi pada produksi sub- unit vaksin
oleh pemanasan. dengan menggunakan bakteri atau
Jika balita diberi makan pisang sel binatang sebagai inangnya.
transgenik ini, di dalam tubuhnya Beberapa kelompok peneliti telah
akan diproduksi imunoglobulin berhasil mengembangkan ber-bagai
yang dapat melindungi mereka dari jenis vaksin yang dapat dikon-sumsi
penya-kit infeksi. (Haq, et al., 1995). ini. Vaksin edibel yang meng-ekspresi
Sejak saat itu, dalam 10 tahun protein struktural dari virus mulut
terakhir ini berbagai penelitian dan kuku (Foot & Mouth Virus),
untuk mempro-duksi beberapa jenis terbukti menginduksi respon imun
protein dan imunogen untuk pada mencit setelah diimunisasi oral
kebutuhan farmasi dan kedokteran maupun parenteral (Wigdorovits et
telah berkembang pesat (Carrillo, et al., 1999). Vaksin hepatitis B yang
al., 2001; Daniell et al., 2001; Mor, et berasal dari hepatitis B surfice antigen
al., 1998; Tacket and Mason, 1999). (HbsAG) telah berhasil diekspresi-kan
Vaksin yang diproduksinya dalam tanaman tembakau (Ma-son et
akan sangat ekonomis karena tidak el., 1992). Percobaan lain me-
me-merlukan sarana distribusi nunjukkan bahwa tanaman tembakau
khusus, dan ruang pendingin transgenik yang mengandung pro-
seperti vaksin konvensional. Vaksin tein yang berasal dari hepatitis B
ini dikonsumsi secara oral sehingga surfice antigen (HbsAG) ini setelah
tidak memerlu-kan bantuan petugas dicoba pada binatang coba ternyata
kesehatan untuk menyuntikkannya. dapat memberikan respon imun
Dibandingkan dengan vaksin spesifik pada mencit (Thanavala et al.,
konvensional, vaksin yang dapat di- 1995). Untuk membuktikan apakah
makan (edible vaccine) ini sangat aman vaksin edibel ini dapat memberikan
karena kemungkinan untuk reversi respon imun mukosal bila diberikan
menjadi patogen sebagaimana yang secara oral, penelitian dilakukan
terjadi pada vaksin konvensional, dengan membuat kentang transgenik
yang pembuatannya dengan cara yang dapat mengekspresikan protein
mematikan atau melemahkan sifat yang berasal dari hepatitis B surfice

Vol. I, No.1, April 2004 3


REVIEW ARTIKEL

antigen (HbsAG) (Kapusta et al., 1999; dung protein yang berasal dari LT-B,
Richter et al., 2000). Hasil penelitian NVCP, dan HbsAG, menunjukkan
pada mencit menunjukkan bahwa peningkatan respon imun mukosal
vaksin transgenik ini dapat dengan meningkatnya kadar imuno-
menghasilkan dan meningkatkan globulinnya. Berdasarkan hasil ter-
respon imun mukosal lebih baik dari sebut memungkinkan bagi para
pada vaksin yang direkayasa melalui peneliti untuk terus melanjutkan uji
rekombinan DNA menggunakan klinik pada fase-fase selanjutnya
jamur sebagai inangnya (Kong et al., sebelum vaksin edibel ini digunakan
2001; Richter et al., 2000). dan diproduksi secara masal (Ball, et
al., 1999; Tacket, et al., 1998; Tacket, et
al., 2000).
UJI KLINIK Awal tahun 1998, merupakan era
baru dalam cara pemberian vaksin.
Keberhasilan berbagai penelitian Para peneliti yang mendapatkan du-
yang telah dilakukan telah memacu kungan dari National Institute of Al-
para peneliti untuk terus mengem- lergy and Infectious Diseases (NIAID),
bangkan vaksin yang berasal dari Amerika Serikat, telah berhasil
tanaman transgenik ini. Kandidat membuktikan bahwa vaksin edibel
vaksin edibel yang mengandung pro- dapat memberikan respon imun yang
tein yang berasal dari labile toxin B signifikan pada manusia. Vaksin
subunit (LT-B) dari Enterotoxigenic edibel ini diyakini dapat menurunkan
Escherichia coli (ETEC) dan protein angka kesakitan dan angka kematian
kapsid dari virus Norwalk (NVCP). akibat penyakit infeksi hepatitis dan
ternyata dapat memberikan respon diare secara signifikan terutama di
imun yang baik jika diberikan secara negara-negara yang sedang berkem-
oral pada binatang coba (Ball, et bang dimana faktor penyimpanan dan
al.,1998; Haq, et al.,1995; Mason, et al., cara pemberian vaksin konven-sional
1996; Mason et al., 1998). selama ini menjadi problem utamanya
Keberhasilan percobaan dengan (Tacket, et al., 1998). Uji klinik yang
binatang coba tersebut akhirnya me- pertama kali dilakukan untuk edibel
motivasi para peneliti untuk melaku- vaksin ini bertujuan untuk
kan uji klinik fase I dan fase II untuk mengetahui respon imun dari vaksin
melihat tingkat keamanan dan efek edibel pada manusia. Uji klinik
imunogenisitasnya dari vaksin edibel melibatkan 14 sukarelawan sehat,
yang mengandung LT-B, NVCP, dan dimana 11 orang diantaranya secara
HbsAG pada manusia (Tacket et al., acak diberi makan kentang trans-
1998; Tacket et al., 2000). Berdasar-kan genik mentah, sedangkan 3 orang
hasil uji klinik yang dilakukan ter- lainnya di beri kentang biasa. Hasil
nyata manusia yang mengonsumsi percobaan menunjukkan bahwa 10
tanaman transgenik yang mengan- dari 11 orang (91%) yang mengkon-

4 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


REVIEW ARTIKEL

sumsi kentang transgenik menun- Pada umumnya protein asing di


jukkan peningkatan kadar antibodi dalam tanaman terdapat dalam jum-
dalam darahnya sebesar 4 kali lipat, lah yang sangat kecil yaitu sekitar 0,01
dan 6 dari 11 (55%) orang sukarela- – 2 % dari total protein terlarut.
wan menunjukkan peningkatan Dalam uji klinik yang telah dilaku-
kadar antibodi di intestinal sebesar 4 kan, disebutkan bahwa kepada setiap
kali lipat (Tacket, et al., 1998). sukarelawan diberikan 100 g kentang
mentah yang mengandung LT-B dari
ETEC dalam 3 dosis, untuk meng-
VAKSIN EDIBEL GENERASI atasi efek degradasi percernaan dan
KEDUA untuk meningkatkan sifat imunogeni-
sitasnya agar menghasilkan respon
Teknologi tanaman transgenik imun yang diinginkan (Tacket, et al.,
memungkinkan para peneliti untuk 1998). Rendahnya kadar protein yang
menyisipkan beberapa sub-unit terdapat dalam vaksin edibel ini
vaksin ke dalam sebuah tanaman merupakan salah satu kelemahannya.
yang dipilihnya. Vaksin multikom- Beberapa percobaan telah dikem-
ponen, yang mengandung beberapa bangkan untuk meningkatkan aku-
su-bunit vaksin yang dapat mem- mulasi dari protein ini agar sifat
berikan perlindungan terhadap imunogenisitasnya dapat ditingkat-
beberapa mikroorganisme patogen kan misalnya dengan mentransfor-
merupakan vaksin yang sangat masikan dalam plastida tomat
diinginkan. Sehingga dengan satu kali (Daniell, et al., 2001; Ruf, et al., 2001),
pemberian vaksin edibel tersebut atau menggunakan virus tumbuhan
akan diperolah sistem kekebalan yang untuk ekspresi gen asing (Nem-
dapat melindung tubuh dari beberapa chinov, et al., 2000) atau juga dengan
jenis mikroorganisme patogen, sesuai cara fusi protein kapsul (Modelska, et
dengan jenis-jenis sub-unit vaksin al., 1998). Sifat imunogenisitas ini
yang dibuat. dapat juga ditingkatkan dengan
Salah satu cara untuk mempro- menggunakan ajuvan seperti entero-
duksi vaksin multikomponen ini toksin bakteri, immunomodulator,
adalah melalui fusi epitop pada sub- atau metabolit sekunder.
unit toksin kolera (CT), dimana pada
CT ini dapat dipresentasikan epitop
dari rotavirus dan ETEC. Vaksin PENUTUP
edibel yang bersifat trivalen ini dapat
memberikan respon humoral dan Dengan semakin meningkatkan
respon selular yang dikenali oleh sel pergerakan manusia di dunia ini
B dan sel T-helper, merupakan maka penyebaran penyakit yang
suatu indikasi hasil imunisasi yang disebabkan oleh infeksi mikroorga-
baik. (Yu dan Langride, 2001). nisme akan semakin cepat. Mere-

Vol. I, No.1, April 2004 5


REVIEW ARTIKEL

Gambar 1. Skema Metode Pembuatan Vaksin edibel.

Isolasi gen terpilih dari mikroba yang akan


dipakai sebagai kandidat vaksin

Sisipkan gen terpilih ke dalam vektor


plasmid yang membawa gen resistensi
terhadap herbisida

Transformasikan plasmid rekombinan


ke dalam sel tanaman inang

Biakkan sel tanaman dalam media seleksi yang


mengandung herbisida

Seleksi sel tanaman transgenik


yang tumbuh dalam media + herbisida

Biakkan tanaman transgenik


dalam media buatan

Pindahkan tanaman transgenik


dan tanam di habitat aslinya

Uji aktivitas biologik, keamanan, allergisitas,


dan efikasinya pada binatang coba

Lakukan uji klinik pada manusia


(Fase I, II, III, dan IV)

Vaksin edibel siap digunakan

6 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


REVIEW ARTIKEL

baknya kejadian-kejadian penyakit immune response in mice. J. Vi-


infeksi yang melanda dunia akhir- rology. 72(2): 1345-1353.
akhir ini menyadarkan kita bahwa Carrillo, C., A.Wiggdorovitz, K.
faktor perlindungan tubuh terhadap Trono,M.J. Dus Santos,S. Cas-
infeksi merupakan hal yang sangat tanom, A.M. Sadir, R. Ordas,
penting. J.M. Escribano and M.V. Borca.
Teknologi pengembangan vaksin 2001. Introduction of a virus-
telah berkembang sangat pesat na- specific antibody response to
mun tidak seluruhnya memuaskan, foot and mouth disease virus
akibat ketersediaannya yang sangat using struc-tural protein VP1
terbatas terutama di negara miskin expressed in transgenic potato
dan negara-negara yang sedang ber- plants. Viral Immunol. 14: 49-57.
kembang. Walaupun masih perlu Daniell H., S.J Streatfield and K.
untuk terus dikembangkan, namun Wycoff. 2001. Medical molecular
hasil penelitian yang telah diperoleh farming: Production of antibod-
dalam tehnologi tanaman transgenik ies, biopharmaceuticals and ed-
dimana kita dapat memproduksi ible vaccines in plants. Trends
vaksin yang dapat dimakan (edible Plant Sci. 6:219-226.
vaccines) diharapkan dapat menjadi
Haq T.A. H.S.Mason, J.D. Clements
salah satu komponen penting dalam and C.J. Arntzen. 1995. Oral Im-
upaya manusia untuk mempertahan-
munization with a recombinant
kan dirinya dari penyakit infeksi.
bacterial antigen in transgenic
plants. Science., 268: 714-716.
Hood, E.E. and J.M. Jilka. 1999. Plant
based production of xenogenic
DAFTAR PUSTAKA
proteins. Curr. Opinion in Bio-
technol. 10: 382-386.
Arntzen, C.J. 1997. Edible vaccine.
Kapusta J., J.M. Modelska, M. Figle-
Public Health Report. 112: 190-197
rowicz, T. Pniewski, M. Letellier,
Ball, J.M., D.Y Graham, A.R.
O. Lisowa, V. Yusibov, H. Ka-
Opekun, M.A. Gilger, R.A Guerrero,
prowski, A. Plucienniezak, and
and M.K Estes. 1999. Recombinant
A.B. Legocki. 1999. A plant-de-
Norwalk virus-like particles given
rived edible vaccine against
orally to volunteers: Phase
hepatitis B virus. FASEB Journal.
I study. Gastroenterology. 117:
13: 1796-1799.
40-48.
Ball, J.M., M.F. Hardy, R.I. Atmav, Kong Q., L.Richter, Y.F. Yang,
M.E. Conner, and M.K Estes. C.J.Arntzen, H.S. Mason and Y.
1998. Oral immunization with Thanavala. 2001. Oral immuniza-
Norwalk virus-like particles in- tion with hepatitis B surface an-
duces a systemic and mucosal tigen expressed in transgenic

Vol. I, No.1, April 2004 7


REVIEW ARTIKEL

plants. Proc.Natl. Acad. Sci. USA. Production of hepatitis B surface


98: 11539-11544. antigen in transgenic plants for
Mason H.S., D.M.K.Lam and C.J. oral immunization. Nat. Bio-
Anrtzen. 1992. Expression of technol. 18: 1167-1171.
hepatitis B surface antigen in Ruf S., M. Hermann, I.J. Berger, H.
transgenic plants. Proc.Natl. Carrer and R. Bock. 2001. Stable
Acad. Sci. USA. 89: 11745-11749. genetic transformation of to-
Mason H.S. J.M.Ball, J.J. Shi, X. Jiang, mato platids and expression of a
M.K. Estes and C.J.Anrtzen. 1996. foreign protein in fruit. Nat. Bio-
Expression of Norwalk vi-rus technol. 19: 870-875.
capsid protein in transgenic Tacket C.O., H.S. Mason, G.
tobacco and its oral immunoge- Losonsky, J.D. Clements, S.S.
nicity in mice. Proc.Natl. Acad. Sci. Wasserman, M.M. Levine, and
USA. 93: 5335-5340. C.J. Arntzen. 1998. Immunoge-
Mason H.S., T.A. Haq, J.D. Clements nicity in humans of a recombi-
and C.J. Arntzen. 1889. Edibel nant bacterial-antigen delivered
vaccine protects mice against in transgenic potato. Nat Med. 4:
E.coli Heat-labile enterotoxin 607-609.
(LT): Potatoes expressing a syn- Tacket C.O., and H.S.Mason. 1999. A
thetic LT-B gene. Vaccine 16: review of oral vaccination with
1336-1343. transgenic vegetables. Microbes
Modelska A.B. Dietzscchold, N. Infect. 1: 777-787.
Sleysh, F.Z. Fu, K. Steplewski, Tacket C.O., H.S. Masin, G.
D.C. Hooper, H. Koprowski and Losonsky, M.K. Estes, M.M.
V. Yusibov. 1998. Immunization Levine ad C.J. Arntzen. 2000.
against rabies with plant-de- Human immune responses to
rived antigen. Proc.Natl. Acad. novel Norwalk virus vaccine de-
Sci. USA. 95: 2481-2485. livered in transgenic potatoes. J.
Mor T.S., M.A. Gomez-Lim and K.E. Infect .Dis. 182:302-305.
Palmer. 1998. Edible vaccines: a Thanavala Y., Y.F.Yang, P. Lyons,
concept comes of age. Trends H.S. Mason and C.J. arntzen.
Microbiol. 6:449-453. 1995. Immunogenicity of trans-
Nemchinov L.G., T.J. Liang, M.M. genic plant-derived hepatitis B
Rifaat, H.M. Mazyad, A. Hadidi surface antigen. Proc.Natl. Acad.
and J.M. Keith. 2000. Develop- Sci. USA. 92: 3358-3361.
ment of plant-derived subunit Wigdorovitz, A., C. Carrillo, M.J.
vaccine candidate against hepa- Dus Santos, K. Trono, A.
titis C virus. Arch. Virol. 145; Peralta, M.C. Gomes, R.d. Rios,
2557-2573. P.M. Tranzone, A.M. Sadir, J.U.
Richter L.J., Y. Thanavala, C.J. Escribano, and M.V. Borca. 1999.
Arntzen and H.S. Mason. 2000. Induction of a protective anti-

8 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


REVIEW ARTIKEL

body respone to foot and mouth Yu J. and W.H. Langridge. 2001. A


disease virus in mice following plant-based multicomponent
oral and parenteral immuniza- vac-cine protects mice from
tion with alfalfa transgenic enteric diseases. Nat. Biotechnol.
plants expressing the viral 19: 548-552.
structural protein VP1.
Virology. 255: 347-353.

Vol. I, No.1, April 2004 9

Anda mungkin juga menyukai