Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH MANAJEMEN

VAKSIN INAKTIF

Dosen pembimbing :
Devi Ristian Oktavia S,Farm M,Farm,Apt

Kelompok 2:
1. Indah Rahayu Ningsih (1802050187)
2. Muh. Nur Ubaidillah M (1802050213)
3. Nindia Mei Permanti (1802050188)
4. Nurul Aini (1802050184)
5. Siti Rohmaniyah (1802050185)
6. Sumu Zana Rofa (1802050150)
Kelas : 4A FARMASI

PROGRAM STUDI D III FARMASI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
Kampus I: Jl. Raya Plalangan Plosowahyu KM 3 Lamongan 62218
Tahun Pelajaran 2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
vaksin inaktif ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen pada mata kuliah manajemen farmasi. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang vaksin inaktif bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Devi Ristian Oktavia S,Farm
M,Farm,Apt selaku dosen pembimbing mata kuliah manajemen farmasi yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Vaksinasi merupakan proses memasukkan mikroorganisme
penyebab penyakit yang telah dilemahkan ke dalam tubuh hewan. Di
dalam tubuh hewan, mikroorganise yang dimasukkan tidak menimbulkan
bahaya penyakit, melainkan dapat merangsang pembentukkan zat-zat
kekebalan (antibodi) terhadap agen penyakit tersebut (Tizard, 1988)
Vaksin dapat berupa galur virus atau bakteri yang telah
dilemahkan sehingga tidak menimbulkan penyakit. Vaksin dapat juga
organisme mati atau hasil-hasil pemurniannya (protein, peptida, partikel
serupa virus, dsb). Vaksin akan mempersiapakan sistem kekebalan
manusia atau hewan untuk bertahan terhadap serangan patogen
tertentu, terutama bakteri, virus, atau toksin. Vaksin juga bisa membantu
sistem kekebalan untuk melawan sel-sel degeneratif (kanker).

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud dengan vaksin.
2. Apa saja contoh vaksin inaktif.
3. Bagaimana dosis dan cara pemberian vaksin inaktif.
4. Bagaimana cara penyimpanan vaksin inaktif.
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa vaksin inaktif
2. Untuk mengetahui contoh vaksin inaktif
3. Untuk mengetahui dosis dan cara pemberian vaksin inaktif
4. Untuk mengetahui penyimpanna vaksin inaktif
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Vaksin Inaktif


Vaksin inaktif (killed cavvaine) merupakan vaksin yang dihasilkan
dengan menginfaktifkan virus dalam larutan formalin (0,2% formalin
selama 1 jam pada suhu 37◦C). Misalnya vaksin polionsalk, vaksin
campak edmonsto. Vaksin jenis ini sudah banyak ditinggalkan orang,
sebab efek sampingnya yang kurang meyenangkan. (media Litbangkes
Vol. V No. 02/1995).

2.2 Contoh Vaksin inaktif


Vaksin inaktif adalah vaksin yang berisi agen infeksi dan telah
diinaktifkan dengan pengertian mikroorganisme yang telah
diinfaktifkan. Namun vaksin inaktif masih bersifat imunogenik/mampu
menggerak pembentukkan antibodi. Adjuvant tersebut ditambahkan
dalam vaksin inaktif untuk menambah daya kerja vaksin dengan efek
depo, penyerapan sedikit demi sedikit ke dalam sirkulasi darah.
Jadi vaksin tersebut setelah masuk kedalam tubuh, vaksin inaktif
tidak perlu berepleksi, tetapi langsung mencacu jaringan lomifid
untuk membentuk antibodi. Contoh: vaksin influenza, vaksin hepatitis
a, vaksin difteria, vaksin botulinum, dll.

2.3 Dosis dan cara pemberian


 Vaksin antigen tunggal
Dosis:
Vaksin campak kering tiap dosis (0,5 ml) mengandung virus
campak hidup yang dilemahkan strain CAM 70 tidak kurang dari
1000 CCID50, vial@20 dosis, vial@10 dosis (k)
Cara pemberian
a. Sebelum disuntikkan, larutan terlebih dahulu vaksin
campak dan pelarutnya yang sudah tersedia dalam
kemasan
b. Vaksin disuntukkan secara subkutan dngan dosis 0,5 ml.
 Vaksin Polio Oral Trivalen (Sabin)
Dosis:
 tetes dari wadah multidosis, untuk imunisasi primer
diperlukan 3 dosis
 Dapat diberikan dengan gula tidak boleh diberikan
dengan makanan yang mengandung pengawet. Tersedia
dari petugas kesehatan. Catatan. Vaksin poliomieltis
kehilangan potensinya begitu wadah dibuka, oleh karena
itu sisa vaksin setelah masa imunisasi harus dibuang,
kalau mungkin masa imunisasi harus direncanakan untuk
menghindari sisa.
Keterangan:
 Suatu suspensi dari strain virus poliomielitis yang
dilemahkan tipe 1,2 dan 3. Tersedia dalam kontainer 10
dosis dan 20 dosis.

2.4 Cara penyimpanan


Penyimpanan vaksin dilakukan dengan menyimpan dalam lemari es
(refrigerator) suhu ±4◦C. Jika penyimpanan ya g terlalu dalam
refrigerator dapat menyebabkan perubahan struktur sel bakteri
terutama bagian antigen karena terjadi dehidrasi. (e-jurnal Rekayasa
dan Teknologi Budidaya Perairan Volume 1 No.2 Februari 2013)
 Diperlukan unit pendingin yang memiliki kulka (chiller)
dan freezer terpisah. Suhu kulkas dijaga agar selalu
berada 2-8◦C.
 Sedangkan suhu yang dijaga 15C-25C.
 Lemari es sebaiknya dikhususkan hanya untuk
menyimpan vaksin. Jangan membuka tutup lemari es
terlalu sering agar suhu didalamnya tetap stabil,
 Lakukan monitoring suhu lemari es secara rutin agar
kerusakan lemari s sejak awal terdeteksi.
Cara Penyimpanan Vaksin
Agar bakteri atau vaksin tersebut tetap bertahan hidup,
penyimpanan vaksin harus pada temperatur ruang yang rendah.
Semua vaksin yang berupa virus hidup dirasakan disimpan pada
temperatur ruang bawah no; (konsdisi beku), sedangkan semua
vaksin yang berupa bakteri, penyimpanannya tidak diperbolehkan
pada ruangan dalam keadaan sampai membeku karena akan
merusak antigennya selama proses kristalisasi, sehingga tidak bisa
digunakan lagi. (Budi Sutrisno. 1999).
Berdasarkan pembahasan diatas bahwa temperatur ruangan sangat
penting untuk diperhatikan pada saat penyimpanan vaksin (obat).
Karena apabila vasksin yang beroa virus hidup disarankan disimpan
pada temperatur ruang dibawah nol (kondisi beku), sedangkan
semua vaksin yang berupa bakteri, penyimpannnya tidak
diperbolehkan pada ruangan dalam keadaan sampai membeku
karena akan merusak antigennya selama proses kristalisai, sehingga
tidak bisa digunkan lagi. (Budi Sutrisno,1999)
Pengaruh kelembaban udara terhadap penyimpanan vaksin relatif
sangat kecil dan dapat diabaikan. Kelembaban udara hanya
berpengaruh terhadap vaksin yang disimpan secara terbuka atau
penutupny tidak sempurna (Budi Sutrisno,1999).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai