Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM VIROLOGI

PERCOBAAN II

INOKULASI VIRUS PADA MEDIA KULTUR DAN PEMERIKSAAN


SEROLOGIS VIRUS

OLEH:

NAMA : NIKEN SASRA ARMAYANTI P

NIM : A201901100

KELAS : E3

KELOMPOK : III (TIGA)

DOSEN : SUWARNY RUHI, S.Si.,M.Si

D-IV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

KENDARI

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BeSlakang


Virus adalah parasit intraselular, berukuran sangat kecil yang dapat
menginfeksi sel organisme hidup. Ukuran virus sangat bervariasi, namun
ukuran virus jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan bakteri. Virus hanya
dapat dilihat dibawah mikroskop elektron dan tidak dapat dilihat dengan
mikroskrop cahaya biasa, kecuali pox virus (Radji, !"!#. $wal tahun
penelitian virus, menggunakan binatang atau hewan percobaan harus
dilakukan untuk dapat mengenal virus dan hasil%hasil yang kuantitatif serta
cepat, sering sulit diperoleh. &aat ini, banyak virus telah dapat dibiakan dalam
biakan jaringan atau dalam telur berembrio dengan keadaan lingkungan yang
dapat dikendalikan secara ketat. 'alaupun demikian pertumbuhan virus pada
hewan percobaan masih tetap digunakan untuk isolasi primer virus tertentu
dan untuk penelitian patogenesis virus.
Telur ayam berembrio telah lama merupakan sistem yang telah digunakan
secara luas untuk isolasi. Embrio dan membran pendukungnya menyediakan
keragaman tipe sel yang dibutuhkan untuk kultur berbagai tipe virus
yang berbeda. 5embran kulit telur yang fibrinous terdapat di bawah kerabang.
5embran membatasi seluruh permukaan dalam telur dan membentuk rongga
udara pada sisi tumpul telur. 5embran kulit telur bersama dengan cangkan
telur membantu mempertahankan intregitas mikrobiologi dari telur, sementara
terjadinya difusi gas kedalam dan keluar telur. istribusi gas di dalam telur
dibantu dengan pembentukan 6$5 yang sangat vaskuler yang berfungsi
sebagai organ respirasi embrio.
Penyakit hewan dapat disebabkan oleh virus, bakteri maupun parasit.
Penyakit tersebut dapat menyerang manusia maupun hewan, bersifat sangat
merugikan karena dapat mengakibatkan kematian yang tinggi pada ternak.
Penyakit virus pada umumnya bersifat akut, bersifat menular dan kejadiannya
berlangsung secara cepat menyebar pada kelompok hewan. Angka sakit
(morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) pada beberapa penyakit virus
yang ganas (virulen) itu sangat tinggi. Morbiditas maupun mortalitas dapat
mencapai 100%, misalnya pada penyakit Avian Influenza atau pada penyakit
Newcastle Disease yang menyerang unggas, terutama unggas yang tidak
dipelihara dengan baik.
Pemeliharaan unggas yang baik dan benar yakni dengan menjaga
kebersihan kandang dan lingkungan (biosekuriti) dan melakukan pencegahan
dengan meberikan vaksinasi secara teratur guna meningkatkan kekebalan
unggas terhadap penyakit tertentu. Perlu diingat bahwa penyakit virus tidak
dapat diobati dengan pemberian antibiotika. Oleh karenanya pencegahan
sangat memegang peranan penting dalam pengendalian penyakit virus.
Vaksinasi dan biosekuriti adalah faktor utama dalam pencegahan penyakit
virus. Pemberian vaksin secara teratur bermanfaat untuk meningkatkan
kekebalan ayam. Keberhasilan vaksinasi dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan titer antibodi dengan uji serologi. Selain untuk memeriksa titer
antibodi, pemeriksaan serologi juga bermanfaat untuk mendiagnosa penyakit
virus.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut
a) untuk mengetahui bagaimana cara menginokulasi virus pada telur ayam
berembrio
b) Untuk mengetahui ciri-ciri embrio ayam yang terinfeksi virus
Newcastele Disease (ND)
c) Untuk dapat mengetahui cara melakukan uji serologis yaitu uji HA
(Hemaglutinasi).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Laboratorium klinik atau laboratorium kesehatan merupakan suatu tempat


yang dapat disebut laboratorium dan di tempat itu dilakukan berbagai macam
pemeriksaan pada spesimen biologis yang didapat dari berbagai sumber
biologis untuk mendapatkan segala informasi tentang kesehatan pasien dan
lingkungannya. Pekerja laboratorium merupakan bagian dari laboratorium
yang melakukan pemeriksaan tersebut guna menyediakan informasi bagi
dokter maupun bagi konsumen sehingga dapat digunakan untuk diagnosis
ataupun informasi tentang kesehatan pasien tersebut. Pekerja laboratorium saat
ini dikenal dengan sebutan atau istilah baku yaitu tenaga
kesehatan(Khristian,E dan Inderiati, D , 2017).
Virus adalah suatu jasad renik yang berukuran sangat kecil dan hanya
dapat dilihat dengan mikroskop elektron yang menginfeksi sel organisme
biologis. Virus hanya dapat bereproduksi (hidup) didalam sel yang hidup
dengan menginvasi dan memanfaatkan sel tersebut karena virus tidak
memiliki perlengkapan seluler untuk bereproduksi sendiri. Virus merupakan
parasit obligat intraseluler. Virus mengandung asam nukleat DNA atau RNA
sajatetapi tidak kombinasi keduanya, dan yang diselubungi oleh bahan
pelindung terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi
ketiganya(Suprobowati,O dan Kurniati,I ,2018).
Pertumbuhan virus memerlukan hewan percobaan atau media
pertumbuhan yang peka terhadap virus yang akan ditumbuhkan. Hal tersebut
disebabkan karena virus merupakan parasit obligat intraseluler yang hanya
dapat memperbanyak diri dalam sel hidup. Beberapa virus yang secara alami
tidak tumbuh pada ayam, tetapi dapat tumbuh dan memperbanyak diri pada
telur ayam berembrio, misalnya virus distemper anjing dan kucing, virus
campak dan virus herpes. Virus pada ayam juga dapat ditumbuhkan pada telur
ayam berembrio antara lain: virus tetelo (Newcastle disease virus), virus flu
burung, virus penyakit Marek, virus bronchitis (Infectious Bronchitis)
walaupun dalam pertumbuhan harus dilakukan pasase terlebih dulu supaya
dapat tumbuh( Yuli, Dkk, 2015).
Unggas merupakan penghasil protein hewani yang digemari oleh berbagai
lapisan masyarakat Indonesia (Rusli et al., 2018). Beternak unggas khususnya
ayam pedaging menjadi usaha yang menjanjikan, mengingat dalam waktu
yang relatif pendek, ayam pedaging sudah dapat dipanen (Susanto et al.,
2019). Umur panen ayam pedaging yang pendek dengan pertumbuhan yang
cepat membuat ayam rentan terkena cekaman (stres) dan infeksi penyakit baik
yang bersifat menular (contagious) maupun tidak menular (non conta- gious)
(Rindy Dkk, 2020).
Ayam kampung merupakan salah satu plasma nutfah yang mempunyai
potensi penggerak ekonomi perdesaan. Sistem pemeliharaan ayam kampung
biasanya dilakukan secara tradisional dan semi intensif. Secara tradisional
ayam kampung dipelihara dengan cara dibiarkan lepas, tanpa memperhatikan
aspek teknis dan perhitungan ekonomi usahanya. Sistem pemeliharaan secara
semi intensif dilakukan dengan penyediaan kandang dan pemisahan anak
ayam yang baru menetas dari induknya. Pemeliharaan ayam kampung secara
tradisional dapat memudahkan terjadinya kontak dengan hewan lain atau
unggas liar seperti itik sebagai reservoir Avian Influenza. Usaha pemeliharaan
secara tradisional dan semi intensif menyebabkan perkembangan dan
kesehatan ayam sulit terkontrol, bahkan peternak ayam kampung juga jarang
melakukan vaksinasi Avian Influenza sehingga sangat mungkin terinfeksi
berbagai penyakit (Annisa Dkk, 2020).
Penyakit ayam merupakan kendala utama pada peternakan ayam di
lingkungan tropis seperti di Indonesia. Kerugian ekonomis akibat penyakit,
khususnya penyakit menular, dapat digambakan dalam bentuk kematian,
meskipun yang lebih sering terjadi adalah bentuk penurunan produksi seperti
pada kelompok penyakit pernafasan. Salah satu kebutuhan yang mendesak
saat ini adalah menentukan penyakit- penyakit yang ada pada peternakan
ayam(Devi Dkk , 2019).
Beberapa macam jenis penyakit dapat menyerang ayam tetapi gejala yang
ditimbulkan memiliki perbedaan sehingga menyebabkan peternak melakukan
kesalahan dalam pengobatan (Nurcahya, 2017). Penyakit yang dapat
menyerang ayam ras dan ayam kampung adalah Infectious Bronchitis (IB).
Menurut Tarmudji dan Mulyadi (2006), pada beberapa peternakan ayam di
Jawa Barat masih memiliki tingkat prevalensi penyakit IB 40% sampai 60%.
Varian virus IB yang cukup tinggi menyebabkan banyaknya virus di lapangan
sehingga tindakan vaksinasi tidak lagi efektif (Githa Dkk, 2019)
Embrio adalah eukariota diploid multisel yang dalam tahap paling awal
perkembangan terjadi di luar tubuh induknya, dan selama perkembangannya
embrio memperoleh makanan serta perlindungan dari isi telur yang berupa
kuning telur, albumin, dan kerabang telur. Embrio ayam merupakan model
yang dapat digunakan untuk memberikan gambaran perkembangan biologi,
penelitian embriologi, serta teratologi. Seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, penelitian bidang embriologi dapat dianggap penting untuk
mencegah (Fitriani,Dkk ,2021)..
Beberapa penyakit ayam yang lain juga mampu menyebabkan kematian
embrio ayam. Telur ayam berembrio yang diinfeksi oleh virus Avian influenza
menyebabkan kematian embrio yang berlangsung 18-24 jam pasca inokulasi
(Wiyono et al., 2004). Menurut Cavanagh and Gelb (2008), embrio ayam
dapat bertahan sampai 90% terhadap infeksi virus IB sampai 19 hari pasca
inokulasi. Pada telur ayam berembrio yang diinokulasi oleh virus ILT, embrio
ayam mengalami kematian 2-12 hari pasca inokulasi (Garcia and Guy, 2008).
Kematian juga dialami oleh embrio ayam terhadap infeksi virus IBD yaitu 3-5
hari pasca inokulasi (Hamdu, Dkk. 2012).
salah satu faktor yang diduga mempengaruhi kematian embrio dan titer
hemaglutinasi adalah usia telur SAN yang digunakan pada saat inokulasi virus
AI. Namun demikian, belum banyak penelitian yang mengungkap tentang usia
telur SAN yang digunakan saat inokulasi virus AI terhadap kematian embrio
ayam dan titer hemaglutinasi. Mengingat bahwa telur SAN memiliki harga
yang cukup mahal maka diperlukan efisiensi dan efektifitas dalam
menggunakan telur SAN di laboratorium, terutama berkaitan dengan usia telur
SAN yang digunakan untuk inokulasi virus AI (Fauzi Dkk, 2022)
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 16 Juni 2022 Pukul
12.30-Selesai. Bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Program Studi D-
IV Teknologi Laboratorium Medis Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Mandala Waluya Kendari.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
Tabel I. Nama Alat dan Fungsinya
No. Alat Fungsi
1. Senter Untuk melihat batas rongga udara
pada telur berembrio
2. Spidol Untuk menandai batas telur dan bagian
yang akan dilubangi
3. Jarum Pentul Untuk melubangi telur
4. Tabung Eppendorf Sebagai tempat untuk mencampur
sampel swab dan antibiotik yang
sudah diencerkan
5. Vortex Untuk mencampur sampel swab
dengan cairan vtm
6. Inkubator Tempat untuk menyimpan telur yang
sudah di inokulasi
7. Spoit 1cc Untuk mengambil larutan dan
dimasukkan kedalam telur
8. Cotton Bud Untuk mengambil sampel swab pada
ayam
9. Tempat Telur Tempat untuk meletakkan telur
10. Selotip Untuk menutup kembali lubang pada
telur
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai
berikut:
Tabel II. Nama Bahan dan Fungsinya
No. Bahan Fungsi
1. Telur Berembrio Sebagai sampel yang akan diamati
2. VTM Sebagai media yang berisi sampel
swab
3. Antibiotik Cefotaxim Sebagai antibiotik uji
4. Aquadest Untuk mengencerkan cefotaxim

3.3 Prosedur Kerja


Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai
berikut:
Disiapkan alat dan bahan

Dilihat telur ayam berembrio apakah masih hidup atau


tidak dengan menggunakan senter

Dilihat ruang kosong pada bagian telur kemudian dibuat


lingkaran mengikuti ruang kosong tersebut

Dibuat lubang kecil pada bagian ruang kosong di telur


ayam dengan menggunakan jarum pentul

Dibuat larutan antibiotik dengan melarutkan antibiotik


cefotaxim 0,01 gr dengan aquadest sebanyak 1ml lalu
dimasukkan kedalam tabung eppendorf

Divortex VTM, lalu diambil 1ml dan dimasukkan ke


dalam tabung eppendorf kemudian dihomogenkan

Diambil cairan dengan menggunakan spoit kemudian masukkan


kedalam telur, lalu tutup telur menggunakan selotip dan masukkan
Prosedur kerjainkubator,
kedalam selanjutnya setelah
diamata dilakukan
setiap 4 jam inkubasi dan mati
sampai embrio
pengamatan setiap 4 jam dan embrio sudah tidak bergerak maka
dilakukan Uji Hemaglutinasi (HA) cepat pada kaca benda atau objek gelas,
sebagai berikut:

Disiapkan alat dan bahan

Diambil sampel darah kemudian disentrifuge


dan diambil serumnya

Dibuat suspense sel darah merah 1%

Setelah itu, kemudian kulit telur dipotong diatas batas rongga


udara lalu cairan alanto amnionic diambil dengan
menggunakan pipet pasteur atau spoit

Embrio dikeluarkan dan diletakkan di dalam cawan petri

Setelah semuanya sudah disiapkan maka akan dilakukan


uji hemaglutinasi (HA)

Diteteskan 1 tetes suspense antigen (cairan alantois) diatas


objek dan didekatnya diteteskan pula satu tetes suspense
sel sel darah merah 1%

Dicampurkan kedua tetesan tersebut dengan menggunakan


batang korek api, lalu diaduk beberapa saat sampai merata

Diamati terjadinya butiran berpasir warna merah atau terjadinya


aglutinasi pada objek gelas sebagai reaksi tersebut positif
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum


Hasil yang diperoleh pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
Tabel III. Hasil Pengamatan Inokulasi Pada Telur Ayam Berembrio
No. Pengamatan Hasil Pengamatan Keterangan
1. Inokulasi telur • 18 Juni 2022
ayam bertunas Dilakukan inokulasi
• 20 Juni 2022
Telur I mati pukul
10.00
• 20 Juni 2022
Telur II mati pukul
14.00

2. Pemanenan Gambar embrio yang • Ditemukan bercak-


telur sudah dikeluarkan bercak putih
dari cangkang dan • Tidak ada perdarahan
siletakkan di cawan di bawah kulit embrio
petri • Terjadi penebalan
selaput korioalantois
3. Uji Tidak terjadi aglutinasi =
hemaglutinasi negative
4.2 Pembahasan

Virus adalah mikroorganisme yang hidup secara obligat intra seluler, oleh
karena itu cara pembiakannya lebih sulit daripada pembiakan bakteri.Ada tiga
cara yang umum digunakanuntuk membiakkan virus yang dengan inokulasi
pada hewan percobaan, inokulasi pada telur berembrio, Inokulasi pada biakan
jaringan.
Beberapa jenis virus dapat dibiakkan pada sel-sel yang membungkus
rongga telur berembrio atau pada embrio yang sedang tumbuh itu sendiri.
Berbagai jenis telur dapat digunakan untuk membiakkan virus, antara lain
telur bebek dan telur ayam kalkun misalnya virus rabies, tetapi yang paling
sering digunakan adalah telur ayam. Untuk mencegah masuknya bakteri,
lapisan lilin diluar dinding telur hanya boleh disikat, tidak boleh dicuci dengan
sabun. Umur telur berembrio, suhu dan lamanya pengeraman serta cara
penyuntikan yang bermacam-macam tergantung kepada jenis virus yang akan
dibiakkan atau diisolasi.
Uji Hemaglutinasi dilakukan untuk mengidentifikasi telur ayam
berembrio, Hemaglutinasi adalah terbentuknya agregat sel eritrosit oleh
partikel hemaglutini virus. Hal ini dapat terjadi karena ikatan antara protein
luar virus hemaglutinin dengan reseptor permukaan eritrosit. Prinsip
metodenya adalah mencampurkan satu sampai dua tetes virus dengan suspensi
eritrosit. Hemaglutinasi biasanya akan tampak dalam waktu satu menit pada
uji cepat. Proses hemaglutinasi sendiri berlangsung apabila virus dapat
mengikat dua eritrosit secara simultan sehingga terbentuk semacam jembatan
silang (cross bridge). Hal ini mengharuskan jumlah virus dan eritrosit yang
ekuivalen.
Isolat virus ND patogenik maupun kontrol virus ND ditambah dengan
larutan antibiotik kemudian dibiarkan pada suhu ruang selama kurang lebih 1-
2 jam sebelum inokulasi agar memberi waktu bagi antibiotik untuk bereaksi
terhadap bakteri. Propagasi dilakukan dengan menginokulasi virus ND ke
dalam telur berembrio.
Teknik inokulasi spesimen yang diduga mengandung virus ND dikerjakan
pada membrane Telur ber Embrio. Inokulasi pada membran Corio Alan Alan
toys tersebut dikerjakan dengan alat suntik ukuran satu ml, dengan jarum 25
gauge. Dosis untuk setiap suntikan adalah 0,1 ml. Sesudah inokulasi, kedua
lubang ditutup dengan menggunakan lilin chair. Telur yang telah di inokulasi
tersebut kemudian diinkubasi pada Inkubator penetasan Pada suhu 37 C,
Dengan posisi horisontal dan ruang udara buatan diatas. Pengamatan
dilakukan setiap hari sampai hari ketujuh. Apabila terdapat embrio mati dalam
waktu 16 sampai 24 jam pasca inokulasi dapat diabaikan karena dianggap
sebagai Eror teknis atau kontaminasi bakteri.
Tujuan Inokulasi virus pada telur berembrio adalah untuk mengetahui cara
menginokulasikan virus pada telur ayam berembrio, dan mengetahui ciri-ciri
embrio yang telah terinfeksi virus Newcastle Diesease.
Newcastle disease (ND) adalah penyakit pada unggas yang disebabkan
oleh virus yang termasuk dalam kelompok single-stranded RNA, family
Paramyxoviridae, genus Avulavirus, spesies Avian Paramyxovirus serogrup
Avian Paramyxovirus Tipe 1 (APMV-1) (Miller et al., 2010). Virus ini dapat
dibedakan dari virus lainnya, karena adanya aktivitas neuraminidase yang
tidak dimiliki virus lain pada famili Paramyxoviridae. Aktifitas biologis dari
virus ND adalah adanya kemampuan untuk menghemaglutinasi sel darah
merah, mempunyai neuraminidase dan adanya kemampuan untuk
menyebabkan hemolisis pada sel darah merah.
Embrio ayam yang sudah mati segera dimasukkah ke dalam refrigerator
pada suhu 4oC dan diamkan selama satu malam atau minimal 4 jam untuk
membunuh embrio yang masih hidup untuk mengurangi kontaminasi cairan
oleh eritrosit, setelah itu TAB dipanen atau diambil cairan allantoisnya.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
a) Cara menginokulasi NDV pada telur ayam berembrio dapat melalui 3 cara,
yaitu inokulasi pada ruang chorioalantois, inokulasi pada membran
chorioalantois dan inokulasi pada yolksac
b) Ciri-ciri embrio ayam yang telah terinfeksi virus ND biasanya ditandai
dengan kematioan embrio, embrio menjadi kerdil, perdarahan dibawah kulit,
pertumbuhan abnormal otot dan bulu serta organ visceral seperti hati dan
limfa membengkak, warnanya pucat dan kehijauan, ada nekrotik, fokal di
hati dan dijantung dan endapan asam urat diginjal, selaput corio alantois
(CAM) menebal karena edema dan terdapat bintik putih (POCK) atau plak.
c) Uji hemaglutinasi (HA) digunakan khusus untuk virus-virus yang memiliki
protein hemaglutinasi pada amplopnya. Misalnya : Virus Newcastle Disease,
Virus avian Influenza, dan virus Parvo.

5.2 Saran

Saran dari praktikum ini adalah sebaiknya telur yang dipakai untuk
praktikum umurnya sama dan berasal dari induk yang sama yaitu dengan cara
memesan terlebih dahulu dua minggu sebelumnya kepeternakan atau warga
yang memelihara ayam. Sebaiknya juga adanya embrio telur ayam yang sehat
sebagai kontrol agar dapat dengan dibandingkan dan dilihat perbedaanya
dengan embrio yang terinfeksi virus.
DAFTAR PUSTAKA

Annisa Musdalifa , Gusti Ayu Yuniati Kencana , I Nyoman Suartha. 2020.


Deteksi Antigen Virus Avian Influenza pada Ayam Kampung di Pasar
Hewan Beringkit dan Pasar Umum Galiran, Bali. Jurnal Indonesia
Medicus Veterinus. Vol. 9 (5).
Devi Y.J.A. Moenek*, Aven B. Oematan, dan Novianti N.
Toelle.2019.Keragaman Endoparasit Gastroinetinal Dan Profil Darah Pada
Ayam Kampung (Gallus Domesticus). Jurnal Kajian Veteriner Vol. 7 (2).
Erick Khristian Dan Dewi Inderiati, 2017 . Sitohistoteknologi. Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Fauzi Rahmat Kurniawan*, I Nyoman Arsana, & I Gede Ketut Adiputra. 2022.
Titer Hemaglutinasi dan Kematian Embrio pada Telur Spesific Antibody
Negative (SAN) dengan Usia yang Berbeda Saat Inokulasi Virus Avian
Influenza. Vol 19(1).
Fitriani , Husmimi , Dian Masyitha , dan Muslim Akmal. 2021. Histologis
Perkembangan Embrio Ayam pada Masa Inkubasi Satu sampai Tujuh
Hari. Jurnal Agripet, Vol. 21(1).
Githa Nurma Aziz, Suwarno , Ratih Novita Praja , Jola Rahmahani , Prima Ayu
Wibawati , Faisal Fikri.2019. Identifikasi Perkembangan Virus Infectious
Bronchitis Isolat Lokal Dan Massachusetts Pada Cairan Allantois TAB
Dengan Indirect Fluorescence Antibody Technique. Jurnal Medik
Veteriner Vol.2 (1).
Hamdu Hamjaya Putra , Michael Haryadi Wibowo , Tri Untari , dan Kurniasih.
2012.. Studi Lesi Makroskopis dan Mikroskopis Embrio Ayam yang
Diinfeksi Virus Newcastle Disease Isolat Lapang yang Virulen. Jurnal
Sain Veteriner. Vol. 30 (1).
Ocky Dwi Suprobowati dan Iis Kurniati. 2018. Virologi . Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Rindy Fazni Nengsih , Aulia Andi Mustika , Andriyanto. 2020. Evaluasi
Gambaran Darah dan Marker Stres (Rasio H/L) Ayam Pedaging yang
Diberi Daun Bangun-Bangun selama 28 Hari. Jurnal ACTA Veterinaria
Indonesia Vol. 8 (2).
Yuli Purwandari Kristianingrum , Charles Rangga Tabbu, Bambang Sutrisno ,
Sitarina Widyarini , Kurniasih , Tri Untari , Asmarani Kusumawati. 2015.
Deteksi Bovine Herpesvirus-1 Secara Immunohistokimia pada Membran
Korioallantois Telur Ayam Berembrio. Jurnal Veteriner Vol. 16 (4).

Anda mungkin juga menyukai