Disusun Oleh :
FGD
Semester VIII
Ilmu Penyakit
Vaksinasi
Biosecurity
Penyakit Viral
Pada unggas Parasit
Pada unggas
Unggas
Sinergi dan intergrasi antar bidang ilmu untuk membangun pemahaman secara lebih dalam
dan komprehensif untuk mencapai kompetensi
2. Karakter penyakit
Penyakit ND menyerang semua unggas, pada ayam ras petelur, penyakit ini
menyerang anak ayam dan ayam remaja, dan dalam kasus yang buruk juga pada
ayam dewasa. Bila sudah menyerang dapat menimbulkan kematian hingga 80% dari
total ayam yang ada, bahkan bisa memusnahkan anak ayam dan ayam remaja
(Syawal, 2012).
Berdasarkan gejala klinik yang timbul pada ayam, ND dibagi atas 5 bentuk
yaitu Doyle, Beach, Beaudette, Hitchner, dan entrik asimptomatik (Tabbu, 2000) :
- Bentuk Doyle ditandai oleh adanya infeksi yang bersifat akut dan fatal pada
ayam semua umur. Bentuk ini bersifat adanya gannguan pencernaan akibat
perdarahan dan nekrosis pada saluran pencernaan sehinggga dikenal denagan
nama ND velogenik-visetropik (VVND).
- Bentuk Beach ditandai oleh adanya infeksi yang bersifat akut dan kerapkali
bersifat fatal pada ayam semua umur. Bentuk ini bersifat adanya gejala gangguan
pernapasan dan saraf sehingga disebut ND velogenik neutropik.
- Bentuk Beaudette merupakan suatu bentuk ND velogenik neutrotropik yang
kurang patogenik dan biasanya kematian hanya ditemukan pada ayam muda.
Virus ND penyebab infeksi pada bentuk ini tergolong tipe patologik mesogenik
dan dapat dipakai sebagai vaksin aktif untuk vaksinasi ulangan ND.
- Bentuk Hitchner ditandai oleh adanya infeksi pernapasan yang ringan atau tidak
tampak, yang ditimbulkan oleh virus dengan tipe patologik lentogenik, yang
biasanya digunakan sebagai vaksin aktif.
- Bentuk enterik asimptomatik merupakan infeksi pada usus, yang ditimbulkan
oleh virus ND tipe lentogenik. Bentuk ini tidak menimbulkan suatu gejala
penyakit tertentu.
3. Patogenisitas
Penularan virus penyebab penyakit ND dapat melalui udara, kontak dengan
ayam penderita virus yang mencemari makanan, air minum, dan peralatan kandang.
Penyebaran virus ini sangat cepat, baik dari ayam ke ayam maupun dari kandang ke
kandang. Ayam yang menderita penyakit ini akan akan menhasilkan telur yang
mengandung virus ND, sehingga telur yang mengandung virus tersebut tidak akan
menetas. Dua hari setelah virus menginfeksi ayam, ayam sudah menjadi sumber
penyakit yang siap menebar pada kelompoknya, dan dari kandang ke kandang lain
( Murtidjo, 1992).
Hiperemi, edema, hemorrhagi, trombosis, dan nekrosis pembuluh darah.
Hiperplasia sel-sel reticulohistiositik dan nekrosis multifokal pada hati. Nekrosis
pada lympha. Degenerasi lymphocyt bursa fabrisius. Nekrosis dan hemorragi pada
usus. Kongesti dan infiltrasi sel radang pada trachea. Hemorragi dan edema pada
bagian-bagian paru. Perivascular cuffing sel limposit dan nekrosis dari neuron pada
otak. (Tabbu,2000).
5. Diagnosa
Diagnosa penyakit ND sering dikelirukan dengan beberapa penyakit
pernafasan lainnya seperti IB, ILT, CRD, dan AI. Diagnosa laboratorium sudah
sewajarnya digunakan untuk meneguhkan diagnosa lapang. Diagnosa lab yang dapat
dilakukan untuk menilai infeksi penyakit ND diantaranya tes titer antibody dengan
HI test, uji ini yang paling mudah dan umum dilakukan.
Virus dapat diisolasi dari limpa, otak atau paru-paru melalui inokulasi
alantois dari telur berembrio umur 10 hari, virus dibedakan dengan yang lainnya
dengan menggunakan uji penghambatan-jerapan darah dan penghambatan
hemaglutinasi. Penentuan virulensi sangat diperlukan untuk isolat lapangan. Sebagai
tambahan atas indeks kerusakan syaraf dan rataan waktu kematian dari embrio ayam,
juga dipakai pembentukan plak dalam keadaan ada atau tidak adanya tripsin pada sel
ayam. Uji penghambatan-hemaglutinasi digunakan dalam diagnosis dan pemantauan
penyakit Newcastle kronis di negara tempat bentuk penyakit ini merupakan endemis.
(Fenner, 1995).
Gambar 3. Morfologi cacing (Bentuk scolex dan proglotid) dan telur cacing
Raillietina sp.
2. Patogenesis
Merupakan salah satu cacing pita paling patogenik karena sering
menimbulkan nodula tempat melekatnya pada dinding usus dan kadang-kadang
nodul ini dapat melubangi usus halus dan menyebabkan peritonitis. Beberapa
peneliti melaporkan adanya granuloma dengan diameter 1-6 mm pada tempat
perlekatan cacing pita tersebut dalam waktu enam bulan pasca infeksi.
3. Siklus Hidup
Telur tumbuh di tanah menjadi larva yang disebut onkosfer, yang dimakan
oleh semut, dan memasuki saluran pencernaan. Tahapan perkembangan didalam
hospes intermediete terdiri dari 5 tahap, yaitu (1) tahap onkosfer, (2) stadium lacuna,
(3) tahap systic cavity, (4) tahap pembentukan scolex dan (5) tahap sistiserkoid.
Sistiserkoid masuk kedalam tubuh ayam lalu berkembang dan memiliki proglotid
yang mengandung telur cacing. Telur dikeluarkan bersama feses.
4. Diagnosa
Diagnosis penyakit didasarkan atas gejala klinik yang tampak dan sejarah
timbulnya penyakit. Selain itu dapat pula dengan melakukan pemeriksaan tinja
secara mikroskopis dimana akan ditemukan proglottid masak yang lepas atau telur
cacing yang keluar bersama tinja. Kelemahan pemeriksaan ini adalah tidak selalu
berhasil karena progolttid masak tidak dikeluarkan bersama tinja terus-menerus.
Pada pemeriksaan pasca mati akan didapat diagnosis yang memuaskan karena
ditemukan spesies cacingnya. Teknik diagnosis yang lain adalah dengan melihat
bungkul-bungkul pada mukosa usus dimana cacing mengkaitkan diri pada infeksi R.
echinobothrida, Enteritis Catharallis chronica, hyperplasia dinding usus pada tempat
cacing melekatkan diri dan perdarahan serta pengelupasan selaput lendir usus.
C. Isolasi dan Identifikasi Virus ND
1. Konsep Sampling
Spesimen dapat berupa swab trakea atau kloaka dari ayam yang terduga sakit,
atau organ berupa otak dan paru-paru ayam yang baru mati dalam bahan larutan
pengawet seperti PBS. Pemeriksaan antibodi pada serum diperlukan pada waktu ayam
sakit dan untuk mengetahui status kekebalan ayam yang sudah divaksin diambilo
beberapa serum dari kelompok ayam yang sudah divaksin. Untuk pemeriksaan
patologik dapat mengambil sampel organ hati, trakea, otak, caeca tonsil, limpa yang
difiksasi dalam larutan buffer formalin 10%.
2. Penanganan Penyakit ND
Penyakit ND tidak dapat diobati. Oleh karena itu ayam yang sudah terserang
sebaiknya cepat dimusnahkan karena dapat menulari ayam yang lain. Pengendalian
terbaik adalah dengan vaksinasi seperti vaksin strain F, K dan LaSota. Pola
pemberian vaksin adalah 4-4-4, maksudnya vaksin diberikan pada ayam berumur 4
hari, 4 minggu, 4 bulan dan seterusnya dilakukan 4 bulan sekali. (Sujionohadi, 2004)
Tindakan vaksinasi merupakan langkah yang tepat sebagai upaya pencegahan
terhadap penyakit ND. Program vaksinasi yang secara umum diterapkan, yaitu
- Infeksi lentogenik ayam pedaging, dicegah dengan pemberian vaksin
aerosol atau tetes mata pada anak ayam umur sehari dengan
menggunakan vaksin Hitchner B1 dan dilanjutkan dengan booster
melalui air minum atau secara aerosol.
- Pada infeksi lentogenik ayam pembibit dapat dicegah dengan
pemberian vaksin Hitchner B1 secara aerosol atau tetes mata pada
hari ke-10. Vaksinasi berikutnya dilakukan pada umur 24 hari dan 8
minggu dengan vaksin Hitchner B1 atau vaksin LaSota dalam air,
diikuti dengan pemberian vaksin emulsi multivalen yang diinaktivasi
dengan minyak pada umur 18 – 20 minggu. Vaksin multivalen ini
dapat diberikan lagi pada umur 45 minggu, tergantung kepada titer
antibodi kawanan ayam, resiko terjangkitnya penyakit dan
faktorfaktor lain yang berhubungan dengan pemeliharaan.
Dalam menyusun program vaksinasi ayam broiler ada beberapa vaksin yang
wajib diberikan terkait serangan penyakit yang cukup tinggi, seperti vaksin ND dan
Gumboro. Tetapi perlu dipertimbangkan pula kerawanan dan riwayat daerah tersebut,
misalnya terhadap serangan penyakit AI, IB maupun korisa. Program vaksinasi untuk
ayam layer tentu berbeda dengan ayam broiler terkait masa pemeliharaan ayam layer
yang lebih panjang. Ada beberapa vaksin yang wajib diberikan sebelum memasuki masa
produksi, seperti vaksin ND, Gumboro, AI, IB, EDS, dan korisa. Namun bukan berarti
vaksin lain tidak perlu diberikan, seperti ILT atau fowl pox (Anonim, 2016).
Penyusunan program vaksinasi ayam Frekuensi pemberian vaksin dalam 1
layer sebelum masa produksi periode pemeliharaan
Contohnya:
Jika konsumsi air minum ayam sehari 1.000 liter, maka Amoxitin yang
diperlukan adalah 500 gram.
Cara pemberian:
250 gram Amoxitin dilarutkan dalam 400 liter air minum untuk pagi-siang dan
sisa Amoxitin sebanyak 250 gram dilarutkan lagi dalam 400 liter untuk siang-
sore hari. Sisa air minum sebanyak 200 ml bisa diberikan untuk malam-pagi
hari tanpa ditambahkan obat. Pastikan obat habis terkonsumsi dalam rentang
waktu tersebut. Jika obat tidak habis terkonsumsi, misalkan karena cuaca
dingin sehingga konsumsi air minum menurun, kita dapat menurunkan jumlah
air minum pada keesokan harinya. Misalnya menjadi: 250 gram Amoxitin
dilarutkan dalam 300 liter air minum untuk pagi-siang dan sisa Amoxitin (250
gram) dilarutkan lagi dalam 300 liter untuk siang-sore hari.
3. Biosecurity
Biosecurity adalah kondisi dan upaya untuk memutuskan rantai masuknya
agen penyakit ke induk semang dan / atau upaya memastikan agen penyakit yang
ditemukan dalam suatu peternakan secepatnya dimusnahkan agar tidak menyebar di
dalam peternakan ataupun keluar peternakan /atau menjaga agen penyakit yang
disimpan dan diisolasi dalam suatu laboratorium tidak mengkontaminasi atau tidak
disalahgunakan misalnya untuk bioterorisme.
Dalam peternakan biosekuriti merupakan konsep integral yang
mempengaruhi suksesnya system produksi ternak khususnya dalam rangka
mengurangi resiko karena masuknya penyakit menular maupun tidak menular.
Apabila biosekuriti dilaksanakan secara baik, benar dan disiplin maka target
produktivuitas ternak dan efisiensi ekonomi akan tercapai karena kesehatan ternak
yang terjaga. Oleh karena itu sebagai bagian dari sistem manajemen peternakan
biosekuriti adalah sangat penting.
Ruang lingkup bisosecurity peternakan:
- Biosecurity konseptual. adalah dasar seluruh program pengendalian
penyakit sperti: Lokasi kandang suatu peternakan, pengaturan jenis
dan umur ternak.
- Biosekuriti struktural, adalah sesuatu yang berhubungan dengan
konstruksi kandang, arah kandang /tata letak peternakan,
pemisahan /batas-batas unit peternakan, pengaturan saluran limbah
peternakan, alat sanitasi dan dekontaminasi, sarana dan prasarana
kandang.
- Biosekuriti operasional, merupakan implementasi sistem operasional
dan prosedur (SOP) manajemen untuk pengendalian penyakit
Berikut beberapa hal penting dalam penerapan Biosecurity pada farm ayam :
- Isolasi
Merupakan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk memisahkan
ayam dari serangan kuman patogen penyebab penyakit. Isolasi ini
bertujuan untuk mencegah bibit penyakit masuk ke dalam suatu farm
dan menyebar keluar dari farm. Manajemen peternakan (manager/
pemilik farm) sangat berperan penting dalam penerapan isolasi ini,
contohnya dalam penetapan area bersih (wilayah yang harus terjaga
dari kemungkinan cemaran/ penularan penyakit) dan kotor (wilayah
yang kemungkinan banyak cemaran bibit penyakitnya).
- Pengaturan lalu lintas
Upaya pengaturan lalu lintas orang, peralatan, barang atau kendaraan
tamu agar tidak menyebarkan bibit penyakit masuk ke dalam
peternakan. Pengaturan lalu lintas ini berarti kita harus bisa mengatur
kapan DOC/ bibit, pakan, sapronak (obat, vaksin, peralatan
peternakan), litter/ sekam, kotak telur masuk ke dalam farm. Begitu
juga sebaliknya kita harus bisa mengatur bagaimana penanganan atau
pengeluaran bangkai ayam, litter keluar dari lingkungan kandang
serta kapan ayam harus dipanen atau diafkir. Pembatasan jumlah
orang dan kendaraan yang masuk ke dalam lingkungan kandang juga
masuk dalam konsep kedua ini.
Akoso, B. T. 1993. Manual Kesehatan Unggas. Panduan Bagi Petugas Teknis, Penyuluh
dam Peternak. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Akoso, B.T. 2002. Kesehatan Unggas. Cetakan kelima. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Hal
91,92;130-133.
Alexander,D.J. 1991. ND and Other Paramyxovirus Injection in Disease of Poultry, 9th ed.
Edited by Calnek, B. J., dkk. Iowa State University Press, Armes, Iowa. USA.
Beard, C.W, and Hanson. 1984. Newcastle Disease in Disease of Poultry, 8th ed. Iowa State
University Press, Armes Iowa. USA.
Fenner, Frank J., dkk.1995. Virologi Veteriner. Edisi kedua. Academic Press INC.
California.
Sujionohadi, Kliwon dan Ade Iwan Setiawan. 2004. Ayam Kampung Petelur. Penerbit
Swadaya. Jakarta
Kary, M dan Fred F. 1987. Specific synthesis of DNA in vitro via a polymerase-catalyzed
chain reaction. Di dalam: W Ray, editor. Book title. Ed ke-, Academic Press. hlm 335-350
Levine, N.D., 1994, Protozology Veteriner, diterjemahkan oleh Soeprapto, S., Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.Hal: 265, 317-323.
Tabbu, Charles R, 2000;2002. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya. Edisi Ke-1 dan Ke-
2. Penerbit Kanisius Yogyakarta. Edisi Ke-1 Hal : 31-51, 232-245; Edisi Ke-2 Hal : 3-27.