KUPANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN
BAB III
METODOLOGI
3.1 Materi
3.1.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah bunsen, alat
peneropong/mesin candling, jarum, spuite 1cc, cawan petri, kutex/selotip, pinset,
organ bursa fabricius, 1 butir telur ayam berembrio, alkohol, phosphate buffer saline
(PBS), kapas, sarung tangan dan masker
3.2 Metode
3.2.1 Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dengan melakukan nekropsi pada ayam kemudian diambil
organ bursa fabricius untuk selanjutnya dilakukan isolasi virus.
3.2.2 Metode Pemeriksaan Sampel
a. Cara Pembuatan Inokulum
1. Sampel organ bursa fabricius ditimbang sebanyak 1 gram, ditempatkan pada
mortar steril, lalu dipotong kecil-kecil dan digerus sampai halus sambil
ditambahkan NaCl fisiologis sampai konsentrasinya 10-20 %.
2. Suspensi organ dipindahkan ke dalam tabung steril untuk disentrifuge
dengan kecepatan 2500 rpm selama 10-15 menit, kemudian dipisahkan
supernatan dari endapan.
3. Diambil bagian supernatan sebanyak 9 ml, ditambahkan dengan antibiotika
1ml yang sudah diencerkan (dengan dosis 1000-5000 IU penicillin dan
1000- d. 5000 µg/ml streptomisin). Campuran tersebut selanjutnya
diinkubasi pada suhu 37ºC selama 30 menit.
4. Campuran supernatan yang berisi antibiotika tersebut selanjutnya digunakan
sebagai bahan untuk isolasi virus
b. Inokulasi Virus Melalui Membran Corioalantois (CAM)
1. Telur ayam berembrio diperiksa dengan cara peneropongan menggunakan
egg candler dan ditandai ruang udaranya dengan pensil.
2. Dibuat satu tanda (x) dibagian horizontal yang dekat dengan pembuluh
darah.
3. Kulit telur didesinfeksi dengan alkohol 70 % kemudian dibuat lubang pada
posisi ruang udara dengan menggunakan jarum pentul.
4. Dibuat lubang satu lagi di bagian horizontal yang telah diberikan tanda x.
5. Udara dihisap keluar dari lubang ruang udara untuk membuat ruang udara
buatan pada lubang yang diberi tanda x
6. Diinokulasikan 0,1 ml inokulum melalui ruang udara buatan, lalu lubang
tadi didesinfeksi dan ditutup dengan kutek
7. Telur diinkubasikan pada inkubator bersuhu 37ºC dengan posisi horizontal,
dan diamati setiap hari selama maximal 5 hari.
8. Telur dipanen dan dimasukkan ke almari pendingin.
c. Panen Virus pada Membran Corioalantois (CAM)
1. Telur dikeluarkan dari almari pendingin, lalu kulit telur digunting melingkar
secara horizontal.
2. Embrio dikeluarkan dari cangkang telur dan ditampung pada cawan petri
steril
3. Diambil selaput CAM yang menempel pada cangkang telur dan
ditempatkan pada cawan petri lain yang telah diisi PBS.
4. CAM dicuci dengan PBS, digoyang-goyangkan sampai bersih dan diamati
adanya bentuk pox pada CAM.
5. Bagian CAM yang terinfeksi (bentuk pox) kemudian dipotong dan disimpan
untuk bahan uji pada PCR atau uji AGPT
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Sinyalement
Nama Pemilik : Mama Marlin Doe
Alamat : Matani
Jenis Hewan : Ayam (Broiler)
Jenis Kelamin : Betina
Umur : 5 Bulan
Warna : Putih (corak hitam)
4.2 Pembahasan
DAFTAR PUSTAKA
Acribasi, M., A. Jung, E.D. Heller, S.S. Rautenschlein, and T.P. Van den Berg. 2010.
Differences in genetic background influence the induction of innate and acquired
immuneresponses in chickens depending on the virulence of the infecting infectious
bursal disease virus (IBDv) strain. Veterinary Immunology and Immunopathology.
135:79-92.
Jackwood, D.J., S.E. Sommer-Wagner, B.M. Crossley, S.T. Stoute, P.R. Woolcock, and B.R.
Charlton. 2011. Identification and pathogenicity of a natural reassortant between a very
virulen serotype 1 infectious bursal disease virus (IBDV) and a serotype 2 IBDV.
Virology. 420:98–105.
Mulyantini, N.G.A. 2010. Ilmu Manajemen Ternak Unggas. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Parede, L.H., S. Sapats, G. Gould, M. Rudd, S. Lowther, and J. Ignjatovic 2003.
Characterization of infectious bursal disease virus isolates from Indonesia indicates the
existence of very virulent strains with unique genetic changes. Avian Pathol. 32: 511 –
518.
Pudjiatmoko, M. S., Nurtanto, S., Lubis, N., Syafrison, S. Y., Kartika, D., Yohana, C. K., ...
& Saudah, E. 2014. Manual Penyakit Unggas. Subdit Pengamatan Penyakit Hewan
Direktorat Kesehatan Hewan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
Kementerian Pertanian. 2nd printing. Jakarta : 42-48
Tabbu, C. R. 2000. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya: Penyakit Bakterial, Mikal, dan
Viral. Kanisius, Yogyakarta.
Wiedosari, E dan S. Wahyuwardani. 2014. Studi Kasus Penyakit Ayam Pedaging di
Kabupaten Sukabumi dan Bogor. J. Kedokteran Hewan. 9:9-13.