Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN INDIVIDU FGD

SCENARIO 1

ORF pada Kambing

Oleh

Nama : Adelia Agatha Paramita Zain

NIM : 16/398152/KH/08923

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA

2018
SCENARIO 1

“ORF PADA KAMBING”

I. Tujuan
a. Mahasiswa mampu mengenal penyakit pada kambing yang disebabkan virus ,
mampu mengenali gambaran menciri dari hasil pemerikasaan laboratorik,
menginterpretsikn data laboratorik, mendiagnosa, terapinya dan pencegahan
penyakit
b. Mahsisw mampu menelusuri ptogenesis penyakit, diagnosa, prognos penyakit,
dan saran bagi pemilik hewan
c. Mahasiswa mampu mengkaitkan data laboratorik dari berbagai labortorium
terpadu/integrted interpretation sebelum menuju ke diagnosa penyakit yang pasti.
II. Skema Pembelajaran

Patologi
Sistemik
Sinergisitas Tujuan
ORF Patologi antar bidang Pembelajaran
Kambing Klinik Ilmu tercapai

Virologi

III. Pembahasan
Etiologi, gejala klinis, patogenesis, cara penularan, zoonosis dan persebaran di
Indonesia

Etiologi
Penyakit yang dibahas dalam diskusi kali ini Ecthyma Contagiosa atau yang
biasa disebut Orf. Penyakit Orf ini adalah penyakit kambing dan domba menular
yang umum dan merupakan penyakit viral yang sangat infeksius. Orf disebabkan
oleh virus parapox dari family poxviridae dan termasuk dalam genus parapox virus
(Fauquet dan Mayo, 1991). Virus Orf berukuran relatif besar sekitar 300 - 450 nm
x 170-260 nm dan struktur luarnya seperti rajutan benang wol. Merupakan virus
tipe DNA yang berbentuk ovoid. Virus ini amat tahan terhadap pengaruh suhu
lingkungan sehingga tetap infektif dalam waktu relatif lama di luar tubuh hewan
dan juga virus ini juga sangat tahan terhadap kekeringan serta dapat tinggal dalam
suatu kandang pada suhu ruangan selama 15 tahun (Subronto, 2003).

Gambar 1: Keropeng pada Sekitar Mulut (Khadafi, 2015)

Gejala Klinis
Pada kambing dan domba, gejala klinis akan muncul 1-3 hari pasca infeksi
dan dapat berlangsung selama 3-4 minggu tergantung pada kondisi ternak. Gejala
pertama dari penyakit Orf ditandai oleh adanya bintik-bintik merah pada kulit bibir,
yang kemudian berubah menjadi lepuh-lepuh. Terjadi peradangan pada kulit sekitar
mulut, kelopak mata, alat genital, ambing pada hewan yang sedang menyusui dan
medial kaki, pada tempat yang jarang ditumbuhi bulu. (Adjid, 1989, dan Watt,
1983)
Masa inkubasi berlangsung selama 2 – 3 hari. Mula-mula terbentuk papula,
vesikula atau pustule pada daerah sekitar mulut. Vesikula hanya terlihat selama
beberapa jam saja, kemudian pecah/ isi vesikula ini berwarna putih kekuningan.
Kira-kira pada hari ke 10 terbentuk keropeng tebal dan berwarna keabu-abuan.
Selanjutnya peradangan ini berubah menjadi eritema, lepuh-lepuh pipih
mengeluarkan cairan, membentuk kerak-kerak. yang mengelupas setelah 1 – 2
minggu kemudian. (Khadafi, 2015)
Bila lesi di mulut luas, maka hewan sulit makan dan menjadi kurus. Kalau
tidak terkena Orf dan infeksi sekunder, oleh bakteri seperti Staphylococcus aureus,
S. epidermis dan Corynebacterium pyogenes akan menjadi lebih parah dan lebih
lama. Lesi-lesi ini biasanya sembuh setelah penyakit tersebut berlangsung 4
minggu. (Khadafi, 2015)
Patogenesis
Patogenesa dari penyakit Orf adalah dermatitis yang ditandai oleh
terbentuknya papula, vesikula pada ambing, puting susu, pustula dan keropeng
daerah bibir, lubang hidung, kelopak mata, tungkai, perianal dan selaput lendir
rongga mulut (Ressang, 1984). Mekanisme patogenesis penyakit Orf secara lebih
rinci dijelaskan oleh Khadafi (2015). Lesi mula-mula terbentuk sebagai papula
ataupun makula akibat dari adanya proliferasi sel-sel epitel dari lapisan malpighi
pada epidermis. Sel-sel dalam nodula tersebut kemudian mengalami degenerasi
hidrofobik, lalu membengkak dan akhirnya pecah berbentuk vesikula. Akibat
adanya peradangan ini leukosit menginvasi vesikula dan terbentuklah pustula yang
kemudian mengalami ruptur sehingga terjadi ulcerasi yang akhirnya terbentuk
keropeng tebal berwarna keabu-abuan kira-kira pada hari ke-10.
Cara penularan dan Zoonosis
Penularan penyakit Orf adalah melalui kontak langsung antara hewan peka
dengan hewan sakit Orf atau dengan kontaminan di lingkungan.Infeksi virus
tersebut dapat masuk melalui perlukaan-perlukaan di permukaan kulit akhibat dari
lapangan pengembalaan yang terdapat banyak duri yang dapat membuat luka.
Penularan penyakit ke induk dapat juga terjadi ketika anak yang terserang Orf
menyusu pada induknya, sehingga infeksi terjadi pada puting susu (Abu Elzein dan
Housawi, 1997).
Infeksi pada manusia terjadi sebagai akibat adanya lecet kulit yang kontak
dengan hewan terinfeksi, saat memerah susu, atau karena kelalaian pada saat
melakukan vaksinasi. Bagian tubuh yang biasanya terserang adalah jari dan tangan
dimana yang paling sering berkontak dengan hewan atau bahan yang tercemar.
Masa inkubasi penyakit pada manusia selama 3-7 hari. Di awali dengan
terbentuknya macula yang berkembang menjadi vesikel besar yang dikelilingi oleh
sellulit yang tidak terasa sakit.Vesikel berkembang menjadi pustule dan pergerakan
terjadi setelah dua minggu, yang kemudian mengalami ruptur sehingga terjadi
ulcerasi yang akhirnya terbentuk keropeng tebal berwarna keabu-abuan
Kesembuhan terjadi setelah 4-6 minggu. (Khadafi, 2015).
Persebaran di Indonesia
Daya tular penyakit sangat cepat dan pada umumnya berkisar antara 2-5
hari (Adjid, 1989) ; Bubberman dan Kraneveld, 1931) . Gardiner dkk . (1967)
melaporkan bahwa penyakit ini menjangkit dengan cepat pada seluruh (366 ekor)
ternak domba dalam waktu 5 hari. Pada kandang-kandang yang bersekat daya tular
penyakit lebih lambat.

Penyakit ini pertama kali dilaporkan oleh Van Der Laan tahun 1914 pada
kambing di Medan, Sumatra Utara, Kemudian Bubberman dan Kraneveld (1931)
melaporkan kejadian penyakit tersebut di Bandung, Jawa Barat. Penyebaran
penyakit Orf juga terjadi di daerah Jawa, Sumatra Barat, Sulawesi Selatan, Bali dan
Papua. Menurut data lain yang menyebutkan bahwa sebanyak 20 provinsi sebagai
daerah tertular sampai tahun 1988. Propinsi-propinsi yang tidak mendapat penyakit
orf adalah NTT, NTB, Timor-Timor, Irian Jaya, Maluku, Sulawesi Tenggara, dan
Sulawesi Utara. (Adjid, 1992).
IV. Kesimpulan
a. ORF disebabkan oleh paravox virus yang bersifat zoonosis
b. ORF pada Pada kambing dan domba, gejala klinis akan muncul 1-3 hari pasca
infeksi dan dapat berlangsung selama 3-4 minggu
c. Patogenesa dermatitis yang ditandai oleh terbentuknya papula, vesikula
d. Propinsi yang tidak mendapat penyakit orf adalah NTT, NTB, Timor-Timor, Irian
Jaya, Maluku, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Utara.
e. Pencegahan, pengobatan dan pengendalian harus sangat diperhatikan karena
penyakit ini bersifat zoonosis
V. Luaran Pembelajaran
- ORF merupakan penyakit yang zoonosis
- Pencegahan, pengobatan dan pengendalian harus sangat diperhatikan karena
penyakit ini bersifat zoonosis
VI. Daftar Pustaka
Adjid, R.M.A. 1993. Penyakit Orf pada ternak kambing dan domba serta cara
pengendaliannya di Indonesia. Wartazoa. 3(1) :7-10.

Akoso, B.T. 1991. Manual untuk Paramedis Kesehatan Hewan. Cet. Ke-2.
Yogyakarta : PT Tirta Wacana
Bubberman, C. and Kraneveld, F.C. 1931 . Over een besmettelijke peristomatitis bij
schapen . N.I .BI . v. Dierg. 43: 564-592.
Fauquet, C. and Mayo, M.A. 1991 . Virus Families and Groups . In Classification
and Nomenclature of Viruses. Fifth Report of the International Committee on
Taxonomy of Viruses, pp . 63-79 (eds . R.B. Francki, C.M. Fauquet, D.L .
Knudson, and F. Brown) Archives of Virology Supplement 2. Springer-verlag
Wien, New York.
Gardiner, M.R ., Craig, J ., and Nairn, M.E . 1967. An unusual outbreak of
contagious ecthyma (scabby mouth) in sheep . Aust. Vet. J. 43 : 163-165.
Ressang, A.A .1984. Patologi Khusus Veteriner. Edisi kedua. Bali : IFAD.
Subronto (2003). Ilmu Penyakit Ternak (mamalia) 1. Edisi kedua. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta
Watt, J .A .A. 1983. Contagious pustular dermatitis. In Diseases of sheep, pp. 185-
188 (ed.W.B. Martin) . Blackwell Sci . Publ ., Melbourne.

Anda mungkin juga menyukai