Anda di halaman 1dari 5

Mengenal dan Mewaspadai Cacar Monyet

*Nasrum Massi, **Yoel Purnama, ***Ferius Soewito


*Departemen Ilmu Mikrobiologi- Fakultas Kedokteran Universitas Hassanudin Makassar
** Dokter Umum Rumah Sakit Boven Digoel – Tanah Merah- Papua
***Flexfree Musculoskeletal Rehabilitation Clinic

Pendahuluan
Monkeypox atau cacar monyet merupakan emerging zoonosis yang disebabkan virus Monkeypox. 1,2
Walaupun gejalanya lebih ringan daripada smallpox, namun monkeypox dapat berkembang menjadi
penyakit dengan gejala berat dan bahkan kematian. Sejak eradikasi cacar (smallpox) secara global,
Infeksi virus monkeypox mulai muncul pada manusia. Monkeypox pada manusia pertama kali
ditemukan di Republik Demokratik Kongo (DRC) tahun 1970. 1,3-6 Selama lima dekade terakhir,
sebagian besar infeksi monkeypox pada manusia dilaporkan dari DRC hingga lebih dari seribu kasus
dilaporkan setiap tahun. Pada Penyakit monkeypox umumnya terjadi di negara-negara Afrika Selatan
dan Afrika Tengah. Negara endemis monkeypox yaitu Benin, Kamerun, Republik Afrika Tengah,
Republik Demokratik Kongo, Gabon, Ghana, Pantai Gading, Liberia, Nigeria, Republik Kongo, dan
Sierra Leone.1
Sejak Mei 2022, Monkeypox menjadi penyakit yang menjadi perhatian kesehatan masyarakat global,
karena dilaporkan dari negara non endemis. 1,3,7 Hingga saat ini masih dilakukan investigasi dan studi
lebih lanjut untuk lebih memahami epidemiologi, sumber infeksi, pola penularan di negara non
endemis yang melaporkan kasus. Namun karena adanya laporan penularan antar manusia di negara
non endemis, maka dipandang perlu bagi Indonesia sebagai negara non endemis untuk melakukan
kesiapsiagaan terhadap penyakit monkeypox dengan mempertimbangkan situasi saat ini. Berbagai
upaya perlu dipersiapkan dengan lingkup surveilans, manajemen klinis, pemeriksaan laboratorium,
komunikasi risiko, dan pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu dalam rangka mencegah dan
mengendalikan penyakit monkeypox yang adekuat, perlu suatu pemahaman secara umum kepada
petugas Kesehatan dan masyakarat tentang monkeypox atau cacar monyet dan pencegahannya.

Etiologi, Host, dan Reservoir


Penyebab penyakit monkeypox adalah virus Monkeypox (MPXV) yang tergolong dalam genus
Orthopoxvirus dalam famili Poxviridae.1 Genus Orthopoxvirus juga termasuk virus Variola
(penyebab smallpox). Virus Monkeypox mengandung DNA rantai ganda dan memiliki selubung
berbentuk persegi panjang atau oval dengan ukuran 240-300 nm. 5,7
Infeksi Monkeypox di Afrika, telah ditemukan pada banyak spesies hewan pengerat seperti tupai dan
tikus berkantung raksasa, yang diburu untuk dimakan, merupakan reservoir hewan terbesar untuk
virus tersebut. Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi reservoir yang tepat dari virus
Monkeypox dan bagaimana virus tetap bertahan di alam. 1,3,6

Penularan
Terdapat tiga kemungkinan cara penularan kepada manusia terjadi melalui kontak langsung dengan
hewan ataupun manusia yang terinfeksi, atau melalui benda yang terkontaminasi oleh virus
tersebut.1,3,6,7 Penularan dari hewan ke manusia, yang juga dikenal sebagai penularan zoonosis, terjadi
melalui kontak langsung dengan salah satu inang virus alami yang disebutkan di atas atau konsumsi
inang ini. Selain itu, penularan zoonosis dapat terjadi melalui kontak langsung dengan darah, cairan
tubuh, dan inokulasi dari lesi mukokutan pada hewan yang terinfeksi. 7 Virus dapat masuk ke dalam
tubuh melalui kulit yang luka/terbuka (walaupun tidak terlihat), saluran pernapasan, atau selaput
lendir (mata, hidung, atau mulut). Di negara endemis, monkeypox kemungkinan bersirkulasi antara
hewan mamalia, dengan sesekali menyebar ke manusia. Di negara endemis, penularan ke manusia
dapat terjadi melalui gigitan atau cakaran, mengolah daging hewan liar, kontak langsung dengan
cairan tubuh atau bahan lesi, atau kontak tidak langsung dengan bahan lesi, seperti melalui benda
yang terkontaminasi.1,3,7
Monkeypox antar manusia tidak secara mudah menular. Penularan dari manusia ke manusia dapat
melalui kontak erat dengan droplet, cairan tubuh atau lesi kulit orang yang terinfeksi, atau kontak
tidak langsung pada benda yang terkontaminasi. Penularan melalui droplet biasanya membutuhkan
kontak yang lama, sehingga anggota keluarga yang tinggal serumah atau kontak erat dengan kasus
berisiko lebih besar untuk tertular. Orang dengan monkeypox menular ketika bergejala (biasanya
antara dua sampai empat minggu). Ruam, cairan tubuh (seperti cairan, nanah atau darah dari lesi kulit)
dan koreng sangat menular. Pakaian, tempat tidur, handuk atau peralatan makan/piring yang telah
terkontaminasi virus dari orang yang terinfeksi juga dapat menulari orang lain. 1,7
Monkeypox dapat menyebar melalui kontak langsung kulit ke kulit saat berhubungan seks, termasuk
ciuman, sentuhan, seks oral dan penetrasi dengan seseorang yang memiliki gejala. Ruam kadang-
kadang ditemukan pada alat kelamin dan mulut, yang kemungkinan berkontribusi terhadap penularan
selama kontak seksual. Kontak mulut ke kulit dapat menyebabkan penularan di mana terdapat lesi
kulit atau mulut. Hindari melakukan kontak dengan siapa pun yang memiliki gejala. Oleh karena itu,
orang yang berinteraksi termasuk pasangan seksual juga memiliki risiko lebih besar untuk terinfeksi.
Saat ini belum diketahui secara pasti penularan melalui air mani atau cairan vagina. Begitu pula
penularan dari orang tanpa gejala (asimptomatis) belum pasti. 1,7

Gambaran Klinis Penyakit


Gejala awal meliputi demam, sakit kepala, astenia, mialgia, dan limfadenopati, gejala khas yang
membedakan cacar monyet dari cacar. Setelah 1-5 hari, ruam muncul di wajah dan ekstremitas, termasuk
telapak tangan dan telapak kaki, dengan distribusi sentrifugal. Selaput lendir mulut dan alat kelamin
mungkin terpengaruh. Lesi berkisar dari 0,5 sampai 1 cm dengan diameter dan bisa beberapa atau ribuan.
Lesi secara bersamaan berkembang melalui empat fase (makula, papular, vesikular, dan pustular) sebelum
berkeropeng dan sembuh dalam 2-3 minggu.8 Lesi ruam dapat di klasifikasikan dengan menggunakan
parameter yang ditetapkan oleh WHO yaitu Jinak, 5–25lesi; Sedang, 26–100 lesi; Berat, 101-250 lesi; dan
Sangat Berat, 1250 lesi.2,9

Setelah masa inkubasi 4 sampai 21 hari, rata-rata 7 sampai 14 hari, penyakit monkeypox sering
dimulai dengan gejala prodromal yang tidak spesifik, yaitu demam selama 1 sampai 5 hari, menggigil,
sakit kepala, kelelahan, sakit tenggorokan, mialgia, dan limfadenopati. 1,10,11 Biasanya ruam timbul
dalam 1 sampai 5 hari dari onset demam dan kemudian sembuh dalam waktu 2 sampai 4 minggu.
Pertama, ruam muncul sebagai makula (1-2 hari), kemudian berkembang menjadi papula (1-2 hari),
diikuti oleh vesikel (1-2 hari), dan akhirnya pustula keras seukuran kacang polong (5-7 hari) sebelum
pengerasan kulit, keropeng, dan akhirnya rontok (7-14 hari). 1,10,11 Setelah eskar terlepas dan luka telah
sembuh dengan lapisan kulit yang baru, pasien tidak lagi dianggap menular, sekitar 2 sampai 4
minggu dari lesi pertama.1,10,11
Di Afrika, monkeypox telah terbukti menyebabkan kematian pada 1 dari 10 orang yang terjangkit
penyakit tersebut.1,10 Kasus yang berat lebih banyak terjadi kelompok berisiko (anak-anak, hamil,
gangguan system imun), terkait dengan tingkat paparan virus, status imunitas pasien dan tingkat
keparahan komplikasi. Komplikasi meliputi infeksi sekunder, pneumonia, ensefalitis dan infeksi
kornea hingga hilangnya penglihatan.1,10

Diagnosis
Diagnosis monkeypox berdasarkan pada manifestasi klinis, dan pemeriksaan laboratorium. Ruam
dimulai dengan makula, papula, vesikel dan berkembang menjadi krusta. Ruam akan mengenai area
wajah (95% kasus), telapak tangan dan kaki (75% kasus), membrane mukosa oral (70% kasus),
genitalia (30% kasus), konjungtiva dan kornea (20%). Krusta akan menghilang dalam waktu 3
minggu.1,4,10
Secara klinis, diagnosis banding monkeypox dapat mempertimbangkan penyakit dengan ruam
lainnya, seperti smallpox (meskipun sudah dieradikasi), cacar air (varicella/chickenpox), campak,
infeksi kulit akibat bakteri, kudis, sifilis, dan alergi terkait obat tertentu. Limfadenopati selama fase
prodromal dapat menjadi gambaran klinis khas untuk membedakan monkeypoxdengan penyakit cacar
lain yang serupa, seperti smallpox, cacar air/varicella (chickenpox), dan lain-lain. 1,10
Spesimen klinis yang optimal untuk analisis laboratorium meliputi spesimen dari lesi kulit seperti
swab lesi vesikular, eksudat, atau krusta yang disimpan dalam tabung kering dan steril (tanpa media
transpor virus) dan disimpan dalam suhu dingin. Kultur virus harus diperoleh dengan swab
orofaringeal atau nasofaring. Biopsi kulit dari ruam vesiculopustular atau sampel dari atap lesi
vesikular kulit yang utuh sangat berharga untuk analisis. Laboratorium rujukan dengan fasilitas
penahanan tinggi diperlukan untuk membuat diagnosis definitif menggunakan mikroskop elektron,
identifikasi kultur dan analisis molekuler dengan reaksi berantai polimerase, dan sekuensing. Tes
serologi memerlukan serum akut dan konvalesen berpasangan untuk deteksi imunoglobulin M
spesifik monkeypox virus dalam 5 hari dari presentasi, atau deteksi imunoglobulin G setelah 8
hari.1,4,11
Histologi dan imunohistokimia lesi papular dapat menunjukkan akantosis, nekrosis keratinosit
individu, dan vakuolisasi basal, bersama dengan infiltrat limfohistiositik perivaskular superfisial dan
dalam di dermis. Lesi vesikular menunjukkan spongiosis dengan degenerasi retikuler dan balon, sel
raksasa epitel berinti banyak dengan nekrosis epidermal dengan banyak eosinofil dan neutrofil, dan
gambaran vaskulitis dan inklusi virus dalam keratinosit. Inklusi intracytoplasmic, bulat-ke-oval
dengan struktur berbentuk sosis di tengah, berukuran 200 hingga 300 mm, dapat dilihat pada
pengamatan mikroskopis elektron.1,4,11
Pengobatan dan Vaksinasi
Belum ada pengobatan yang spesifik untuk infeksi virus Monkeypox. Pengobatan simptomatik dan
suportif dapat diberikan untuk meringankan keluhan yang muncul. Obat yang sedang dikembangkan
dan dievaluasi seperti tecovirimat, cidofovir, Vaccinia Immune Globulin Intravena, dan brincidofovir
untuk digunakan dalam pengobatan cacar monyet.1,12
Vaksin yang digunakan selama program pemberantasan cacar (smallpox) memberikan perlindungan
terhadap monkeypox.1 Vaksin baru yang dikembangkan untuk monkeypox seperti vaksin vaccinia
Bryer, Freeman, dan Rosenbach 3 (vaksin kompeten replikasi, disetujui untuk cacar) atau Jynneos’
Imvamune yang lebih baru (vaksin defisiensi replikasi, disetujui untuk cacar monyet). Karena masa
inkubasi cacar monyet panjang, pemberian vaksin dini dapat membantu mengurangi gejala atau
bahkan mencegah penyakit. Namun, vaksin vaccinia beberapa vaksin baru tersebut memiliki profil
efek samping yang cukup besar. Ada banyak kontraindikasi untuk vaksinasi dengan vaksin vaccinia,
termasuk alergi serius, status immunocompromised, kehamilan atau menyusui, penyakit jantung yang
mendasari, atau riwayat dermatitis atopik atau penyakit kulit eksfoliatif lainnya. Dalam kasus individu
dengan riwayat dermatitis atopik, komplikasi langka dan berpotensi mematikan yang dikenal sebagai
eksim vaccinatum dapat terjadi.12

Pencegahan
A. Mengurangi risiko penularan bagi pelaku perjalanan negara endemis
1) Hindari kontak langsung atau provokasi hewan penular monkeypox yang diduga terinfeksi
monkeypox seperti hewan pengerat, marsupial, primata non-manusia (mati atau hidup)
2) Hindari mengonsumsi atau menangani daging yang di buru dari hewan liar (bush meat)
3) Biasakan mengonsumsi daging yang sudah dimasak dengan benar
4) GunakanAPDlengkapsaatmenanganihewanterinfeksi
5) Pelaku perjalanan yang baru kembali dari wilayah terjangkit segera memeriksakan dirinya jika
mengalami gejala dan menginformasikan riwayat perjalanannya.

B. Mengurangi risiko penularan bagi pelaku perjalanan di negara non-endemis


1)  Terapkan perilaku hidup bersih dan sehat
2)  Hindari kontak tatap muka /kontak fisik dengan siapa saja yang memiliki gejala atau barang
terkontaminasi
3)  Gunakan APD sesuai saat merawat penderita

C. Mengurangi kepanikan dan stigmatisasi


1)  Monkeypox merupakan penyakit bergejala ringan dengan tingkat kematian sangat rendah.
Gejala-gejala penyakit pada umumnya dari monkepox dapat diobati dan dapat sembuh dengan
sendirinya tergantung imunitas penderita
2)  Dukungan psikososial dapat disediakan untuk penderita selama perawatan dan setelah keluar
dari ruang isolasi

Conflicts of Interest
Tidak terdapat conflict of interest pada artikel ini.

Acknowledgment
Tidak terdapat acknowledgment pada artikel ini
Daftar Pustaka

1. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Monkeypox. https://infeksiemerging.kemkes.go.id.


2. Monkeypox (2022). https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/monkeypox
3. Guarner J, Del Rio C, Malani PN. Monkeypox in 2022—what clinicians need to know. JAMA. 2022 Jul
12;328(2):139-40.
4. Sejvar JJ, Chowdary Y, Schomogyi M, Stevens J, Patel J, Karem K, Fischer M, Kuehnert MJ, Zaki SR,
Paddock CD, Guarner J. Human monkeypox infection: a family cluster in the midwestern United States.
The Journal of infectious diseases. 2004 Nov 15;190(10):1833-40.
5. Baron S. Medical Microbiology. 4th ed. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK8364/
6. Hraib M, Jouni S, Albitar MM, Alaidi S, Alshehabi Z. The outbreak of monkeypox 2022: An overview.
Annals of Medicine and Surgery. 2022 Jun 24:104069.
7. Alakunle E, Moens U, Nchinda G, Okeke MI. Monkeypox virus in Nigeria: infection biology,
epidemiology, and evolution. Viruses. 2020 Nov 5;12(11):1257.
8. Ortiz-Martínez Y, Rodríguez-Morales AJ, Franco-Paredes C, Chastain DB, Gharamti AA, Vargas
Barahona L, Henao-Martínez AF. Monkeypox–a description of the clinical progression of skin lesions: a
case report from Colorado, USA. Therapeutic Advances in Infectious Disease. 2022
Jul;9:20499361221117726.
9. Huhn GD, Bauer AM, Yorita K, Graham MB, Sejvar J, Likos A, Damon IK, Reynolds MG, Kuehnert
MJ. Clinical characteristics of human monkeypox, and risk factors for severe disease. Clinical infectious
diseases. 2005 Dec 15;41(12):1742-51.
10. Bryer JS, Freeman EE, Rosenbach M. Monkeypox emerges on a global scale: a historical review and
dermatological primer. Journal of the American Academy of Dermatology. 2022 Jul 8.
11. Petersen E, Kantele A, Koopmans M, Asogun D, Yinka-Ogunleye A, Ihekweazu C, Zumla A. Human
monkeypox: epidemiologic and clinical characteristics, diagnosis, and prevention. Infectious Disease
Clinics. 2019 Dec 1;33(4):1027-43.
12. Rao AK, Petersen BW, Whitehill F, Razeq JH, Isaacs SN, Merchlinsky MJ, Campos-Outcalt D, Morgan
RL, Damon I, Sánchez PJ, Bell BP. Use of JYNNEOS (Smallpox and Monkeypox Vaccine, Live,
Nonreplicating) for Preexposure Vaccination of Persons at Risk for Occupational Exposure to
Orthopoxviruses: Recommendations of the Advisory Committee on Immunization Practices—United
States, 2022. Morbidity and Mortality Weekly Report. 2022 Jun 6;71(22):734.

Anda mungkin juga menyukai