Anda di halaman 1dari 3

Laporan Small Group Discussion

“Nodul dan Keropeng di Bibir Kambing Perah Saanen”

Nama : Mega Ayuni Putri Ganarti NIM: 19/445441/KH/10210

Tujuan Pembelajaran :
Mahasiswa mampu menelusuri patogenesis penyakit (konsep filosofis: what/apa,
why/mengapa dan how/bagaimana), diagnosa, prognosa penyakit dan saran/advis bagi pemilik
hewan.

Orf atau juga dikenal sebagai contagious pustular dermatosis, infectious pustular
dermatitis, scabby mouth disease, contagious ecthyma atau malignant aphtha dan sore mouth
disease adalah infeksi virus zoonosis yang dapat sembuh sendiri, disebabkan oleh parapoxvirus
yang biasanya mengenai tangan orang yang kontak dengan hewan yang terinfeksi. Penyakit ini
endemik pada domba dan kambing, ditularkan ke manusia melalui kontak dengan jaringan
terinfeksi atau benda yang terkontaminasi. Orf adalah infeksi zoonosis yang biasanya
ditularkan dari domba atau kambing yang terinfeksi melalui kontak langsung atau benda mati
yang terkontaminasi. Virus Orf adalah anggota genus Parapoxvirus, memiliki partikel
berbentuk silang berbentuk bulat telur yang panjangnya sekitar 250 nm x 150 nm. Virus ini
sangat stabil dan dapat bertahan dari pemanasan, pengeringan, dan pelarut (Hidayanti &
Damayanti, 2020). Virion dari anggota genus Parapoxvirus ditutupi dengan tubulus permukaan
seperti benang panjang, yang tampak tersusun secara bersilangan, menyerupai bola benang.
Virion yang dilepaskan dari sel dengan budding, memiliki amplop ekstra yang berisi lipid
seluler dan beberapa protein yang dikodekan virus (MacLachlan & Dubovi, 2011).

Gambar 1. Gejala orf yang ditandai dengan adanya lesi pada kulit (Purbowati, 2009)

Patogenesis dari penyakit ini adalah timbulnya lesi meliputi papula, vesikula, pustula,
keropeng, scar dan ada pula penebalan kulit serta jaringan bergranulasi akibat respon reparatif
dengan proliferasi sel epitel squamosa. Lesi paling mudah diamati pada daerah bebas bulu
seperti moncong (bibir dan mulut) dan ambing (puting susu) tetapi juga dapat terjadi pada kulit
perineum, selangkangan, preputium, skrotum, aksila, dan vulva (Zachary & McGavin, 2012).
Domba dan kambing dapat terinfeksi virus melalui cairan dari makula, vesikula, dan pustula
yang pecah atau melalui debris kulit dan keropeng yang terkena melalui kontak langsung dari
hewan yang terinfeksi. Pada manusia virus ini dapat menyebar melalui kontak mekanis dengan
pakaian, dan alat-alat lain yang terkontaminasi (Zachary & McGavin, 2012). Masa inkubasi
virus ini sekitar 4-7 hari. Virus ini sangat epiteliotropik yang menghasilkan lesi seperti kutil
proliferatif pada hewan yang terkena setelah masuk ke inang melalui luka pada kulit. Virus
bereplikasi dalam regenerasi keratinosit epidermis. Lesi berkembang melalui serangkaian fase
karakteristik. Awalnya papula berkembang tetapi dengan cepat berubah menjadi tahap
vesikular dan kemudian menjadi pustular. Keropeng terbentuk dalam beberapa hari sementara
proliferasi dermis di bawahnya menghasilkan massa veruka. Lesi biasanya sembuh dalam
waktu 4 minggu tanpa meninggalkan bekas luka (Markey et al., 2013).

Diagnosis orf biasanya dapat dilihat berdasarkan gambaran klinis yang khas seperti
timbulnya lesi meliputi papula, vesikula, pustula, keropeng, scar dan ada pula penebalan kulit
serta jaringan bergranulasi akibat respon reparatif dengan proliferasi sel epitel smuamosa. Jika
perlu, dapat dilakukan pemeriksaan menggunakan mikroskop elektron pada keropeng untuk
memastikan diagnosis (Markey et al., 2013). Diagnosa penyakit ini juga dapat dilihat dengan
mengamati perubahan perilaku dari hewan yang terinfeksi. Hewan yang terinfeksi ditandai
dengan kurangnya nafsu makan dan tidak tenang seperti menggesekkan daerah sekitar mulut
ke dinding kandang untuk mengurangi rasa gatal (Kotimah et al., 2019).
Orf biasanya sembuh dalam 4-6 minggu tanpa pengobatan dan lesi sembuh tanpa
pembentukan luka. Pada individu imunokompromais dapat terjadi lesi yang destruktif dan
progresif, yang memerlukan intervensi seperti debridemen, topikal cidofovir, atau imiquimod.
Rekurensi dapat terjadi bila tertular kembali, karena infeksi tidak memberikan kekebalan pada
manusia (Hidayanti & Damayanti, 2020).
Saran bagi pemilik yaitu memberikan pengobatan segera pada hewan yang terkena
penyakit ORF, mengisolasi hewan tersebut, meningkatkan kebersihan lingkungan sekitar
(kandang, tempat pakan, tempat minum), vaksinasi secara teratur (bagi hewan endemik) dan
tidak menjual/memotong hewan yang masih terkena penyakit (zoonosis) (Purbowati, 2009).

Pencegahan penyakit ini juga dapat dilakukan dengan mengurangi stress pada hewan,
misalnya dengan pemberian vitamin pada hewan yang baru datang (Purbowati, 2009). Selain
itu juga dapat dilakukan vaksinasi, misalnya pada domba betina dapat divaksinasi beberapa
minggu sebelum beranak menggunakan vaksin komersial (MacLachlan & Dubovi, 2011).
Untuk pencegahan penyakit pada manusia dapat menggunakan sarung tangan dan menjaga
kebersihan tangan saat membantu mengendalikan infeksi penyakit (Hidayanti & Damayanti,
2020).
Pertolongan pertama pada hewan yang telah terinfeksi yaitu membersihkan luka
kambing yang berbentuk kerak kemudian memberikan antibiotik untuk mencegah infeksi
bakteri, menghindari pakan ternak yang terlalu kasar, menghindari luka pada kambing dari lalat
agar luka cepat sembuh, memberikan betadine pada kulit kambing yang terinfeksi, dan
pemberian multivitamin. Secara tradisional dapat dilakukan pengobatan menggunakan kapur
sirih, biji pinang dan kunyit dengan perbandingan 2:2:1 atau 2:1:2, digiling halus kemudian
dicampur sehingga membentuk pasta lalu dioleskan pada bagian keropeng (Susilawati, 2013).
Referensi :
Hidayanti, A. N., & Damayanti. (2020). Infeksi Virus di Kulit. Surabaya : Airlangga University
Press.
Kotimah, N., Irwani, N., & Magfiroh, K. (2019). Penyakit Orf Pada Kambing (Studi Kasus di
CV Mitra Farm, Bogor, Jawa Barat). Jurnal Peternakan Terapan, 1(1):16–20.
MacLachlan, N. J., & Dubovi, E. J. (2011). Fenner’s Veterinary Virology Fourth Edition.
London : Academic Press.
Markey, B., Leonard, F., Archambault, M., Cullinane, A., & Maguire, D. (2013). Clinical
Veterinary Microbiology 2nd Edition. London : Elsevier.
Purbowati, E. (2009). Usaha Penggemukan Domba. Jakarta : Penebar Swadaya.
Susilawati, T. (2013). Agribisnis Kambing. Malang : UB Press.
Zachary, J. F., & McGavin, M. D. (2012). Pathology Basis of Veterinary Disease Fifth Edition.
Missouri : Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai