Anda di halaman 1dari 5

Kelompok 5

Nama Anggota
M akram 2010701080
Firnando F 2010701081
Rezqi Ade Nuris Munawar 2010701082
Fuad S 20107010

1. Myosis
Myasis merupakan salah satu penyakit berbahaya yang dapat
menjangkiti hewan ternak. Myiasis didefinisikan sebagai kondisi maggot
atau belatung yang berasal dari spesies lalat tertentu yang memanfaatkan
jaringan yang hidup, mati, atau nekrosis dari hospes sebagai sumber pakan
untuk pertumbuhan dan perkembangannya (Rahman et al., 2009 dalam
Imtiaz et al., 2014). Myiasis dapat menyerang semua jenis hewan
vertebrata yang berdarah panas. Myiasis berawal dari luka yang terbuka
pada ternak dan dihinggapi lalat pembawa bibit penyakit. Awal infestasi
larva terjadi pada daerah kulit yang terluka, selanjutnya larva bergerak
lebih dalam menuju ke jaringan otot sehingga menyebabkan daerah luka
semakin lebar. Ternak terluka dapat disebabkan oleh berbagai macam
faktor seperti gigitan serangga, operasi kastrasi, abses, kawat atau logam
dan perkelahian antar ternak sehingga. Luka tersebut akan mengundang
lalat untuk hinggap dan tempat terbaik bagi perkembangan larva. Myasis
yang terlambat ditangani akan diikuti oleh timbulnya larva lalat yang
bertelur pada luka (myasis), Belatung (larva lalat) dan kuman sering
menyebabkan infeksi sekunder dan membuat luka semakin parah dan
bernanah (Ujan et al, 2021). Myiasis dapat mengakibatkan turunnya
produksi susu, berat badan, kualitas kulit, wol, abortus dan gangguan
sistem pertahanan tubuh hospes (Kaswardjono et al, 2019)
Pengobatan myasis umumnya meliputi pencucian luka,
pengambilan belatung, dan pemberian antibiotik lokal dan sistemik.
Penerapan biosecurity yang buruk akan memperbesar potensi penularan
penyakit myosis. Rendahnya tingkat kebersihan hewan dan kandang dapat
mengakibatkan pencemaran lingkungan sekitar sehingga mengundang lalat
pembawa bibit penyakit. Kandang yang tidak bersih serta menumpuknya
kotoran merupakan tempat yang disukai oleh lalat. Faktor suhu dan
kelembapan juga berpengaruh pada banyaknya populasi lalat di kandang.
Penanganan kasus miasis harus dilakukan secara berkala dan teratur.
Penanganan pada luka meliputi pengambilan larva secara mekanik,
pembersihan area luka, pemberian antiparasit injeksi dan agen antimikroba
spektrum luas (Orfanou et al., 2011).
Pencegahan penyakit ini yaitu dengan sanitasi yang baik,
penanganan luka yang cepat, dan pengkarantinaan hewan yang sakit dan
terluka ditempat terpisah

Referensi
Imtiaz, M.A., Rahman, M.A., Islam, K., Barua, M., Alim, M.A.,
Chowdhury, S., dan Sikder, S. 2014. Prevalence dan associated
risk factors of myiasis in different areas of Chittagong,
Bangladesh. Res. J. Vet. Pract., 2 (2), 22-27.
Kaswardjono, Y., Indarjulianto, S., Nururrozi, A., & Purnamaningsih, H.
(2019). Myiasis pada Ruminansia: Diagnosis, Manajemen Terapi
dan Pencegahan: Myiasis in ruminants: Diagnosis, Therapy
andPrevention Management. Jurnal Ilmu Peternakan dan Veteriner
Tropis (Journal of Tropical Animal and Veterinary Science), 9(2),
67

Orfanou DC, Papadopoulos E, Cripps PJ, Athanasiou LV, Fthenakis GC.


2011. Myiasis in a dog shelter in Greece: epidemiological and
clinical features and therapeutic considerations. Vet Parasitol
181(2-4): 374-378
Ujan, O. M., Simarmata, Y., & Sanam, M. U. (2021). LAPORAN
KASUS: MYASIS PADA BABI JANTAN DI DESA
NOELBAKI, KECAMATAN KUPANG TENGAH,
KABUPATEN KUPANG. Jurnal Veteriner Nusantara, 4(Supl. 1).

2. Cascado
Filariasis atau kaskado merupakan infeksi yang disebabkan cacing
filaria pada sapi perah yang banyak menyerang daerah kulit sekitar mata
dan bersifat kronis. Penyakit ini cepat menular dari satu sapi ke sapi yang
lain dengan perantara lalat. Filariasis atau kaskado pada sapi yang sering
ditandai dengan adanya luka di sekitar mata, sapi nampak gelisah, tidak
tenang karena rasa gatal yang ditimbulkan, dan terlihat banyak lalat
hinggap di daerah sekitar lesi.
Gejala awal penyakit ini ditandai dengan sejumlah papula kecil pada
lesi mata, yang kemudian bergabung membentuk krusta, disertai
penebalan kulit, bulu rontok, ulserasi, dan pada kondisi kronis
permukaannya dilapisi keropeng yang keras yang berwarna kelabu
kemerahan. Filariasis merupakan penyakit kulit kronis pada sapi, kerbau,
dan kambing yang disebabkan oleh Stephanofilaria sp. Terserangnya
penyakit ini pada sapi perah memerlukan perhatian yang besar, karena
ketidak nyamanan sapi yang disebabkan oleh penyakit tersebut akan dapat
mempengaruhi produksi ternak.
Pencengahan penyakit ini yaitu memastikan kondisi ternak selalu
bersih, kandang selalu bersih serta populasi lalat yang tidak terlalu banyak.
Pengendalian populasi lalat dikandang dapat menggunakan cairan
pembasmi lalat.
Referensi
Tjahajati, I. (2005). Pengobatan Filariasis (Kaskado) Pada Sapi Perah
Menggunakan Ivermectin, Doramectin Dan Salep Sulfanilamid.
Jurnal Sain Veteriner, 24(2).

3. Enterotoksomia
Enterotoksemia, juga dikenal sebagai penyakit ginjal makan
berlebihan atau pulpy, adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh
Clostridium perfringens tipe D. Bakteri ini biasanya ditemukan di tanah
dan sebagai bagian dari mikroflora normal di saluran pencernaan domba
dan kambing yang sehat. Dalam kondisi tertentu, bakteri ini dapat
berkembang biak dengan cepat di usus hewan, menghasilkan racun dalam
jumlah besar. Gejala yang timbul apabila ternak mengalami
enterotoksomia yaitu kehilangan selera makan, ketidaknyamanan di perut,
diare banyak/ encer bahkan sampai berdarah.
Ternak akan mudah terjangkit enterotoksomia ketika dalam kondisi
sebagai brikut.
 Konsumsi susu atau pakan dengan konsentrasi biji-bijian yang
tinggi secara berlebihan
 Keekebalan alami terganggu seperti saat sakit, dalam masa
pemulihan dari penyakit, atau stres
 Ternak terkena parasit gastrointestinal, termasuk nematoda,
cestoda (cacing pita) dan coccidia
 ransum kaya akan karbohidrat (biji-bijian) dan rendah serat
 motilitas saluran cerna menurun
Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan penyuntikan
vaksin. Vaksin yang efektif tersedia secara komersial untuk mencegah
enterotoksemia pada domba dan kambing. Semua hewan (terutama hewan
muda) dalam kelompoknya harus divaksinasi karena hal ini akan
mengurangi kemungkinan hewan tersebut terserang penyakit. Beberapa
vaksin yang tersedia secara komersial untuk melawan enterotoksemia juga
dikombinasikan dengan tetanus toksoid
Referensi
https://vet-uga-edu.translate.goog/enterotoxemia-in-sheep-and-goats/?
_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc

https://extension-colostate-edu.translate.goog/topic-areas/agriculture/
enterotoxemia-overeating-disease-of-sheep-and-goats-8-018/?
_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc

Anda mungkin juga menyukai