Anda di halaman 1dari 9

Prosiding Seminar Nasional Kedokteran Hewan dan Call of Paper e-ISBN : 978-602-70438-2-4

Surabaya, 05 Desember 2020


Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Islamiyah, Nuril., dkk

LAPORAN KASUS INFEKSI ENDOPARASIT Ancylostoma spp. PADA KUCING


DOMESTIK LIAR (Felis catus)
Case Report of Ancylostoma Endoparasit Infection on Stray Cat (Felis catus)

Nuril Islamiyah1*, Davendra Bayu Feri Anggriawan1, Azaria Aldila Khoiriyah1, Ryanka
Edila1 , Aditya Yudhana2
1
Asisten Dosen, Departemen Parasitologi Veteriner, 2Dosen, Departemen Parasitologi
Veteriner Departemen Parasitologi
Fakultas Kedokteran Hewan PSDKU Banyuwangi, Universitas Airlangga,
Jl. Wijaya Kusuma No. 113, Mojopanggung, Giri, Banyuwangi, Jawa Timur
*Corresponding author: nuril.islamiyah-2018@fkh.unair.ac.id

Abstrak

Kucing (Felis catus) sampai saat ini masih sangat digemari masyarakat untuk dipelihara sebagai
hewan kesayangan. Pengetahuan masyarakat terkait pemeliharaan kucing masih terbatas sehingga
menimbulkan berbagai masalah kesehatan, salah satunya adalah infeksi endoparasit cacing pada saluran
pencernaan. Ancylostomiasis merupakan infeksi parasit yang disebabkan oleh cacing tambang dari
kelas Nematoda yaitu genus Ancylostoma. Ancylostomiasis bersifat zoonosis dan ditemukan pada
anjing, kucing dan manusia di seluruh Asia. Predileksi parasit ini pada usus halus. Kucing domestik liar
yang ditemukan di Banyuwangi Jawa Timur diduga menderita Ancylostomiasis dengan gejala
gastrointestinal meliputi anoreksia, diare, vomit, dan enteritis. Laporan kasus ini bertujuan untuk
mendeteksi kejadian Ancylostomiasis yang diambil dari kucing domestik liar di wilayah kota
Banyuwangi berdasarkan gejala klinis yang diamati. Berdasarkan pemeriksaan mikroskopis yaitu
dilakukan melalui pengambilan sampel feses dari kucing, sampel diperiksa dengan menggunakan
metode natif, sedimentasi, dan apung, dengan zat pengapung NaCl jenuh pada sampel feses ditemukan
telur cacing Ancylostoma. Kucing domestik liar (Felis catus) tersebut positif terinfeksi ancylostomiasis
terbukti pada pemeriksaan fisik dan pemeriksaan feses terdeteksi telur cacing parasit dari genus
Ancylostoma. Edukasi terkait penyakit parasitik utamanya yang bersifat zoonosis harus diberikan
kepada masyarakat oleh dokter hewan untuk menjaga kebersihan serta program pengendalian yang tepat
terhadap kasus infeksi cacing Ancylostoma pada kucing domestik liar di wilayah Kota Banyuwangi.

Kata kunci: Ancylostoma, Kucing domestik, Zoonosis.

Abstract

Cats (Felis catus) until now are still very popular with the public to be kept as a pet. Public
knowledge related to the maintenance of cats is still limited to cause various health problems, one of
which is the endopaparous infection of worms in the digestive tract. Ancylostomiasis is a parasitic
infection caused by hookworms of the nematode class, the genus Ancylostoma. Ancylostomiasis is
zoonotic and is found in dogs, cats, and humans throughout Asia. Predileksi of this parasite on the small
intestine. Feral domestic cats found in Banyuwangi, East Java, are thought to suffer from
Ancylostomiasis with gastrointestinal symptoms including anorexia, diarrhea, vomit, and enteritis. The
case report aims to detect the incidence of Ancylostomiasis taken from feral domestic cats in the
Banyuwangi city area based on observed clinical symptoms. Based on microscopic examination that is
done through the sampling of feces from cats, the sample is examined using the method of native,
sedimentation, and buoyancy, with saturated NaCl clumping substances in fecal samples found
Ancylostoma worm eggs. The feral domestic cat (Felis catus) tested positive for ancylostomiasis as
evidenced on physical examination and fecal examination of detected parasitic worm eggs of the genus

63
Prosiding Seminar Nasional Kedokteran Hewan dan Call of Paper e-ISBN : 978-602-70438-2-4
Surabaya, 05 Desember 2020
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Islamiyah, Nuril., dkk

Ancylostoma. Education related to major parasitic diseases that are zoonotic should be given to the
community by veterinarians to maintain cleanliness and proper control programs against cases of
Ancylostoma worm infection in wild domestic cats in Banyuwangi city.

Keywords: Ancylostoma, Domestic cat, Zoonoses.

1. PENDAHULUAN berada di dalam usus inang yang terinfeksi


Kucing merupakan salah satu ancylostomiasis. Parasit dalam jumlah
hewan yang dipelihara sebagai hewan sedikit tidak menimbulkan gejala klinis
kesayangan karena memiliki daya tarik pada hewan. Secara umum regenerasi epitel
tersendiri dari bentuk tubuh, mata dan gastrointestinal terjadi cukup cepat
warna bulu yang beraneka ragam, sehingga sehingga gejala infeksi parasit tidak
banyak masyarakat yang tertarik tampak. Kasus infeksi yang kronis pada
memelihara kucing. Selain itu juga kucing hewan dimanifestasikan dengan muntah,
memiliki kemampuan daya adaptasi yang konsistensi feses cair, kelemahan dan
sangat baik sehingga hewan ini dapat anoreksia. Penularan infeksi cacing
ditemui hampir diseluruh dunia, serta Ancylostoma dapat melalui dua cara yaitu
pemberian pakan yang efisien dan secara per oral dan perkutan
perawatannya yang mudah. Manajemen (Taweethavonsawat et al., 2019). Jika larva
pemeliharaan yang buruk akan infektif menyerang manusia, spesies ini
memudahkan kucing terinfeksi suatu dapat menyebabkan iritasi kulit yang
penyakit yang akan menimbulkan kerugian disebut sebagai creeping eruptions atau
yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor cutaneous larva migrans (CLM), dan
agen penyakit, seperti bakteri, virus, jamur enteritis eosinofilik pada manusia yang
dan parasit (Oktaviana, dkk., 2014). hipersensitif sebagai reaksi atau respons
Salah satu penyakit parasit pada terhadap migrasi larva Ancylostoma spp.
kucing yang bersifat zoonosis adalah Larva tersebut tidak dapat berkembang
infeksi oleh Ancylostoma spp. Ancylostoma menjadi cacing dewasa ketika bermigrasi di
spp merupakan spesies parasit dari kelas bawah kulit (Liu et al., 2013).
nematoda yang dapat menginfeksi anjing, Pada beberapa kasus dilaporkan
kucing, dan mamalia lainnya di seluruh bahwa kucing terinfeksi A. caninum,
daerah yang beriklim sedang dan tropis. namun spesies ini masih dianggap sebagai
Spesies cacing ini pada kucing sangat parasit yang tidak umum pada kucing. Oleh
penting tidak hanya dari sudut pandang karena itu, A. caninum disebut sebagai
kesehatan hewan tetapi juga dari perspektif "cacing tambang anjing" karena umumnya
kesehatan masyarakat. Larva Ancylostoma terjadi pada anjing, sedangkan A.
spp menetas dari telur dan berkembang tubaeforme adalah spesies yang dominan
menjadi larva satu sehingga menjadi larva menginfeksi pada kucing. Tingkat kejadian
tiga (L3) yang merupakan stadium infektif. infeksi A.caninum di Cina sangat tinggi
Larva infektif tersebut kemudian dengan angka prevalensi 1,04% - 73%
menginfeksi hewan inang yaitu anjing dan dengan perbedaan yang signifikan di setiap
kucing , kemudian bermigrasi ke dalam daerah. A.caninum pada kucing juga
usus, dan berkembang menjadi cacing ditemukan di Thailand (23%), Australia
dewasa karena siklus hidup parasit ini

64
Prosiding Seminar Nasional Kedokteran Hewan dan Call of Paper e-ISBN : 978-602-70438-2-4
Surabaya, 05 Desember 2020
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Islamiyah, Nuril., dkk

(30%) dan provinsi Sichuan di Cina (25% dapat dijadikan data dasar untuk
dan 51%). Laporan kejadian cacing menentukan kebijakan medis.
Ancylostoma spp. Pada kucing di beberapa
negara telah membuktikan pentingnya 2. MATERI DAN METODE
penyakit ini pada kucing. Kucing liar Kucing didapatkan dari wilayah di
memiliki tingkat infeksi yang lebih tinggi Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur.
dibandingkan dengan kucing peliharaan, Berusia sekitar 10 bulan dan pada
hal ini dibuktikan oleh penelitian yang pemeriksaan fisik tampak gejala klinis
dilakukan oleh Labarthe (2004) dengan feses cenderung encer atau diare
Jittapalapong (2007) dan Holyoake (2008) disertai bercak darah, cachexia, bulu
(Oktaviana dkk., 2014). kusam, serta kotoran atau krusta pada
Kucing yang hidup di daerah kotor daerah mata. Diduga kucing tersebut
dan lembab mempunyai risiko terinfeksi menderita helminthiasis sehingga
ancylostomiasis yang lebih besar, karena dilakukan pemeriksaan parasitologi untuk
lingkungan yang kotor merupakan salah mengkonfirmasi. Pemeriksaan feses
satu faktor yang mendukung untuk dilakukan dengan metode natif, sedimen
berkembangnya bentuk infektif dari cacing dan apung. Identifikasi telur cacing
Ancylostoma spp. selain agen dan host itu dilakukan di Laboratorium Instrumen
sendiri. Cara pemeliharaan kucing juga Universitas Airlangga PSDKU (Program
salah satu faktor yang penting berperan Studi Diluar Kampus Utama) Banyuwangi.
dalam penularan ancylostomiasis. Kucing Metode natif (direct slide) dianggap
peliharaan dan yang liar tentu mempunyai gold standard dalam pemeriksaan kualitatif
tingkat risiko terinfeksi yang berbeda, feses karena sensitif, murah, mudah serta
kucing liar lebih rentan terinfeksi akibat pengerjaanya cepat, namun hasil dari
kondisi lingkungan yang kotor, makanan pemeriksaan metode ini kurang sensitif
yang tidak teratur dan tidak adanya untuk mengidentifikasi telur cacing hewan
perawatan baik dari manusia maupun dengan tingkat infeksi parasit ringan
dokter hewan (Smout et al., 2013). Potensi (Regina dkk., 2018). Metode sedimentasi
zoonosis parasit ini tidak boleh diremehkan yaitu menggunakan larutan dengan berat
karena berdampak bagi stabilitas kesehatan jenis (BJ) yang lebih rendah dari telur
masyarakat di Indonesia. Masyarakat cacing sehingga telur cacing tersebut dapat
sekitar berada pada risiko tertentu karena mengendap di dasar larutan, sedangkan
terbatasnya pengelolaan kesehatan kucing metode apung yaitu menggunakan larutan
domestik dan keberadaan anjing yang dengan berat jenis (BJ) yang lebih tinggi
hidup bebas berkeliaran sehingga dari telur cacing sehingga telur cacing
meningkatkan risiko penularan antar tersebut terapung di permukaan larutan.
sesama hewan domestik atau bahkan dari Langkah kerja pada metode natif adalah
hewan ke manusia. Data mengenai laporan mengambil feses menggunakan lidi atau
kasus infeksi Ancylostoma spp. pada kucing ujung gelas pengaduk yang kecil kemudian
untuk wilayah Indonesia masih sangat langsung dioleskan pada object glass.
terbatas, maka studi kasus ini diharapkan Tambahkan air sebanyak 1-2 tetes di atas
object glass dan diaduk sampai rata
kemudian ditutup dengan cover glass.

65
Prosiding Seminar Nasional Kedokteran Hewan dan Call of Paper e-ISBN : 978-602-70438-2-4
Surabaya, 05 Desember 2020
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Islamiyah, Nuril., dkk

Preparat natif tersebut kemudian diperiksa dalam Beaker glass. Filtrat kemudian
di bawah mikroskop dengan menggunakan disentrifugasi selama 2-5 menit dengan
perbesaran 100x. Hasil menunjukkan kecepatan 1500 RPM (Rate Per Minute),
negatif dari pemeriksaan metode natif langkah ini diulangi beberapa kali sampai
bukan berarti hewan bebas dari diperoleh supernatan yang jernih.
helminthiasis, oleh karena itu dilanjutkan Supernatan yang terbentuk dibuang dan
pemeriksaan feses dengan metode sedimen ditambahkan larutan glukosa 80% lalu
atau apung untuk menunjang diagnosa disentrifugasi dengan cara yang sama.
(Sosiawati dkk., 2017). Langkah selanjutnya adalah meletakkan
Metode sedimentasi ini cover glass secara perlahan di permukaan
menggunakan metode larutan dengan tabung sentrifus dan dibiarkan 1-2 menit.
berat jenis yang lebih rendah dari telur Cover glass kemudian diletakkan di atas
parasit, sehingga telur dapat object glass dan diperiksa di bawah
mengendap di bawah. Langkah kerja pada mikroskop dengan perbesaran 100x.
metode sedimentasi adalah membuat Metode pengapungan dapat memberikan
suspensi feses dan air dengan perbandingan hasil yang lebih memadai dibandingkan
1:10. Suspensi feses tersebut kemudian dengan metode preparat natif (Simamora
disaring untuk mendapatkan filtratnya dan dkk., 2015).
ditampung dalam Beaker glass. Filtrat
kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
1500 RPM (Rotation Per Minute) selama 2- Berdasarkan hasil pemeriksaan
5 menit. Supernatan yang terbentuk dari feses dari kucing domestik liar yang
hasil sentrifugasi dibuang lalu ditambahkan menggunakan metode natif, sedimentasi
air lagi kemudian disentrifugasi dengan maupun apung yang diduga terinfeksi
waktu dan kecepatan yang sama, langkah cacing parasit dengan ditemukan adanya
tersebut diulangi sampai diperoleh cairan telur cacing Ancylostoma spp. (Gambar 1).
supernatan yang jernih. Supernatan
dibuang dan disisakan sedikit, selanjutnya
sedimen diaduk dan diambil secukupnya
(1-2 tetes) menggunakan pipet Pasteur
kemudian diletakkan pada object glass dan
ditutup dengan cover glass. Preparat
sedimentasi kemudian diperiksa di bawah
mikroskop dengan menggunakan
perbesaran 100x (Regina dkk., 2018) .
Metode pengapungan Gambar 1. Telur Ancylostoma spp. = 55
µm. (Perbesaran 100x)
menggunakan bahan tambahan berupa
larutan glukosa 80%. Langkah kerja
Telur cacing ini berbentuk oval
pertama adalah membuat suspensi feses
asimetris berdinding tipis yang terdiri atas
dengan perbandingan satu bagian feses
dua lapisan, berukuran 56-75 x 34-47 µm,
dengan 10 bagian air. Suspensi feses
pada waktu dikeluarkan telur telah
kemudian disaring dan filtratnya ditampung
bersegmen yang terdiri atas 8-16 sel.

66
Prosiding Seminar Nasional Kedokteran Hewan dan Call of Paper e-ISBN : 978-602-70438-2-4
Surabaya, 05 Desember 2020
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Islamiyah, Nuril., dkk

Family Ancylostomatidae merupakan sempit dan panjang mencapai tiga kali


cacing dengan ciri pada bagian anterior panjang tubuh. Cacing jantan dan betina
tubuh membengkok ke arah dorsal muda berhabitat pada sekum dan kolon.
sehingga memberi suatu kesan seperti alat Setelah fertilisasi, cacing betina dewasa
kail atau pancing sehingga disebut “Hook menuju rektum dan berpindah ke daerah
worm” yang artinya hook (kait), stoma kloaka dengan bagian anterior tubuh
(mulut), berarti mulut seperti kait. Panjang mengarah ke kloaka. Telur dikeluarkan dan
cacing jantan berukuran 10-12 mm diletakkan dalam bentuk kluster atau
sedangkan panjang cacing betina 15-16 gerombolan-gerombolan telur pada kulit
mm. Cacing ini tampak kaku dan berwarna daerah perineal. Perkembangan telur
abu-abu atau kemerahan karena usus berisi menjadi stadium infektif dapat berlangsung
darah dari inang. Oral aperture pada cacing dalam waktu 3-5 hari saat berada di daerah
ini membuka ke arah anterior dorsal dan kloaka atau sebagian di tanah. Telur
dilengkapi dengan bagian ventral tiga buah kemungkinan tahan beberapa minggu
gigi disetiap sisinya. Bukal kapsul terletak dalam keadaan lembab, namun akan lebih
di mediolateral dan pada buka kapsul cepat mati pada keadaan kering. Infeksi
terdapat sepasang gigi dorsal yang atau penularan terjadi karena menelan telur
berbentuk segitiga dan sepasang gigi infektif pada kandang maupun pakan.
ventrolateral yang sejajar dengan bahu. Larva infektif terbebas dalam usus halus
Cacing ini tidak memiliki dorsal cone dan dan stadium III terbentuk dalam mukosa
pada bursa copulatrix memiliki dua spikula kolon. Larva stadium IV terbentuk 8-10
yang sama panjang dan berukuran 0,8-0,95 hari setelah infeksi terjadi, pada stadium ini
mm, sedangkan vulva terletak pada 2/5 cacing memiliki bukal kapsul yang besar
bagian anterior tubuh. Larva infektif dan terbenam dalam mukosa. Alat
memiliki bukal yang tidak mencolok reproduksi cacing aktif pada stadium
berbentuk seperti tombak, ususnya lebih dewasa yang dicapai antara 4-5 bulan
sempit dari pada esofagus, dan terdapat setelah infeksi (Kusnoto dkk., 2010).
garis-garis melintang yang tidak mencolok Laporan mengenai gejala klinis
pada selubung di bagian ekor. Larva eksperimental atau infeksi alami
infektif, diukur setelahnya pengawetan Ancylostoma pada kucing masih sangat
dalam formalin panas, memiliki dimensi terbatas, namun gejala klinis yang khas
sebagai berikut, mean ± SD (range): yaitu anemia akibat kehilangan darah
panjang 657,1 ± 9,6 µm (633-669 μm), disertai diare berdarah. Pada anjing,
lebar 21,4 ± 0,9 µm (20,2-22,2 µm), dilaporkan kehilangan darah rata-rata 0,03-
kerongkongan 156,7 ± 3,5 µm (151-162 0,045 ml per cacing perhari. Penularan
µm), ekor 77,9 ± 3,8 µm (69-81 μm), infeksi cacing Ancylostoma dapat melalui
panjang selubung 763,7 ± 8,6 µm (779-746 dua cara yaitu secara per oral dan perkutan
µm); kerongkongan / panjang 23,8 ± 0,5%, (Taweethavonsawat et al, 2019). Jika larva
dan ekor / panjang 11,9 ± 0,6% (Speare et infektif menyerang manusia, spesies ini
al., 2016). dapat menyebabkan iritasi kulit yang
Cacing betina dewasa berwarna disebut sebagai creeping eruptions atau
abu-abu sampai kecoklatan dengan ekor cutaneous larva migrans (CLM), dan

67
Prosiding Seminar Nasional Kedokteran Hewan dan Call of Paper e-ISBN : 978-602-70438-2-4
Surabaya, 05 Desember 2020
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Islamiyah, Nuril., dkk

enteritis eosinofilik pada manusia sebagai sebesar 47,5 % dengan pemeriksaan dari 80
respon hipersensitif terhadap migrasi larva sampel feses kucing domestik 29 sampel
Ancylostoma spp. Larva cacing tersebut positif terinfeksi cacing Ancylostoma spp.
tidak dapat berkembang menjadi cacing dengan prevalensi sebesar 36,2 %
dewasa ketika bermigrasi di bawah kulit dibandingkan dengan 40 sampel feses
(Liu et al, 2013). kucing lokal rumahan 10 sampel positif
Spesies cacing tambang yang terinfeksi cacing Ancylostoma spp. dengan
dominan pada kucing adalah A. caninum di prevalensi sebesar 25 %. Kucing domestik
Cina, sedangkan A. tubaeforme ada liar ditemukan 19 sampel positif terinfeksi
dianggap sebagai spesies dominan di cacing Ancylostoma spp. dari 40 sampel
Australia (Silva et al., 2006). Sebuah yang diperiksa dengan prevalensi 47.5 %.
penelitian dilakukan di Bangkok, Thailand, Data penelitian diatas menunjukkan bahwa
oleh Jittapalapong et al. (2007) ancylostomiasis termasuk penyakit yang
menyebutkan bahwa prevalensi kosmopolitan.
Ancylostomiasis sebesar 9,9%. Berbeda Abu-Madi dkk. (2008)
dari penelitian yang dilakukan di Brazil menyebutkan faktor wilayah geografis
oleh Lorenzini (2007) yang menyebutkan dapat mempengaruhi tingkat prevalensi.
bahwa prevalensi Ancylostomiasis pada Kucing yang hidup di lingkungan kotor dan
kucing peliharaan 6%. Di Australia daerah lembab memiliki risiko lebih tinggi
menurut Holyoake (2008) prevalensi terhadap penyakit penularan karena
Ancylostomiasis pada kucing peliharaan lingkungan yang kotor merupakan tempat
adalah hanya 0,2%. Di Cina, A. caninum yang cocok untuk mendukung
dilaporkan di provinsi Sichuan, barat daya perkembangan larva infektif bentuk
Cina, dengan angka prevalensi 25% dan Ancylostoma spp. (Yudhana et al., 2018).
51% (Feng et al., 2011), sedangkan secara Salah satu faktornya adalah sistem
keseluruhan prevalensi yang lebih tinggi manajemen pada kucing yang berperan
(95,1%) dari infeksi A. Caninum pada dalam transmisi ancylostomiasis. Kucing
kucing terdeteksi di Guangzhou (Cina peliharaan dan kucing liar pasti memiliki
Selatan). tingkat risiko infeksi yang berbeda. Kucing
Angka prevalensi tinggi ditemukan liar lebih rentan terserang penyakit karena
di Nigeria oleh Sowemimo (2012) dengan kondisi lingkungan yang kotor, makanan
prevalensi mencapai 57%. Penelitian yang tidak selalu cukup, dan tidak adanya
dilakukan di dua wilayah perkotaan di perawatan yang baik dari manusia atau
Nigeria. Dari wilayah pertama, prevalensi dokter hewan. (Abu-Madi et al.,(2008).
Ancylostomiasis yang didapat adalah 69%, Patogenesis ancylostomiasis pada kucing
sedangkan di wilayah lain yaitu 45%. Data dengan tingkat infeksi parah menyebabkan
penelitian diatas menunjukkan bahwa kerusakan mekanis pada jaringan karena
ancylostomiasis termasuk penyakit yang migrasi larva, anemia, penurunan
kosmopolitan. Penelitian yang telah penyerapan vitamin, dan gangguan pada
dilakukan oleh Oktaviana dkk di Bali sistem kekebalan tubuh. Menurut Yudhana
infeksi cacing Ancylostoma spp. pada et al (2018) hal tersebut dapat menjadi
kucing liar pada penelitian ini adalah alasan kucing yang terinfeksi Ancylostoma

68
Prosiding Seminar Nasional Kedokteran Hewan dan Call of Paper e-ISBN : 978-602-70438-2-4
Surabaya, 05 Desember 2020
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Islamiyah, Nuril., dkk

mengalami anoreksia, dehidrasi parah, DAFTAR PUSTAKA


diare yang kadang disertai perdarahan, Abu-Madi MA., DA Al-Ahbabi., MM Al-
vomit serta enteritis. Mashadani., R Al-Ibrahim., P Pal, JW
Pengobatan yang tepat pada hewan Lewis. (2008) Patterns of parasitic
infections in faecal samples from
terinfeksi Ancylostoma spp. sangat penting
stray cat populations in Qatar. J.
selain untuk mengurangi anemia pada Helminth., 81: 281-286.
hewan dan risiko zoonosis ke manusia. Araceli Lucio-Forste, et al. (2012).
Aplikasi selamectin secara topikal Morphological Differentiation of
sebelumnya terbukti sangat efektif untuk Eggs of Ancylostoma caninum,
pengobatan dari cacing nematoda Ancylostoma tubaeforme, and
gastrointestinal pada kucing dengan Ancylostoma braziliense from dogs
and cats in the United States. The
efektifitas yang dilaporkan 96,5–100%
Journal of Parasitology, Vol. 98, No.
untuk ascaridia dan 98,9–99,9% untuk 5
Ancylostoma tubaeforme (Enam et al., Baker MK, L Lange, A Verster, S van der
2000; McTier et al., 2000). Saat ini ada tiga plaat . (1989) A survey of helminths
formulasi antelmintik yang terdaftar dan in domestic cats in the Pretoria area of
disetujui untuk pengobatan kucing yang Transvaal, Republic of South Africa.
terinfeksi Ancylostoma yaitu formulasi Part 1: The prevalence and
comparison of burdens of helminths
tepat yang mengandung emodepside dan in adult and juvenile cats. J S Afr Vet
praziquantel, tablet oral yang terdiri dari Assoc. 60(3):139-42.Faculty of
praziquantel dan pyrantel, dan imidacloprid Veterinary Science, University of
10% dan moxidectin 1% efektif digunakan Pretoria.
sebagai tindakan pengobatan pada kucing Erawan, I Gusti MK dkk. (2016).
(Taweethavonsawat et al., 2019). Prevalensi dan intensitas infeksi
Ancylostoma Spp. pada Anjing di
Jawa. Indonesian Medicus Veterinus
4. KESIMPULAN 5(2) : 175-181
Laporan kasus ini berhasil F.A. Smout et al. (2013) First report of
mengidentifikasi telur cacing Ancylostoma Ancylostoma ceylanicum in wild
spp. pada kucing domestik liar. Diperlukan canids. International Journal for
pendekatan diagnosis molekuler untuk Parasitology: Parasites and Wildlife 2
mengetahui spesies serta memperjelas sifat 173–177
Fu, Yeqi et al. (2019) Prevalence and
biologis dari cacing Ancylostoma spp.
potential zoonotic risk of hookworms
Edukasi terkait penyakit parasit pada from stray dogs and cats in
hewan kesayangan terutama yang bersifat Guangdong, China. Veterinary
zoonosis harus diberikan oleh dokter hewan Parasitology: Regional Studies and
kepada pemilik hewan dan masyarakat Reports 17 : 100316
yang sering kontak langsung dengan hewan Jittapalapong S, I Tawin., P Nongnuch , K
liar terutama kucing. Perlu diterapkan Chanya., Arkom Sa and Sirichai.
(2007) Gastrointestinal Parasites of
sebuah program pengendalian oleh dokter Stray Cats in Bangkok Metropolitan
hewan terkait infeksi Ancylostoma spp pada Areas, Thailand. Wongnakphet
kucing yang akan berdampak bagi stabilitas Kasetsart J. Nat. Sci. 41: 69 – 73.
kesehatan masyarakat di Indonesia.

69
Prosiding Seminar Nasional Kedokteran Hewan dan Call of Paper e-ISBN : 978-602-70438-2-4
Surabaya, 05 Desember 2020
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Islamiyah, Nuril., dkk

Kusnoto, Koesdarto, S., Bendryman, S.S., Transmitted Helminth. J. Kedokteran


Sosiawati, S.M. (2010) Cetakan Diponegoro, 7(2), 527-537
Pertama. Airlangga University Press, Simamora Adven Three Any Joy, Nyoman
p57-58. Adi Suratma, Ida Ayu Pasti Apsari,
Liu Yuanjia, et al. (2013). Molecular (2015). Isolasi dan Identifikasi
identification of ancylostoma Oosista Toxoplasma Gondii pada
caninum isolated from cats in Feses Kucing dengan Metode
Southern China Based on Complete Pengapungan Gula Sheater. Jurnal
ITS Sequence. Volume 2013, Article Mediscus Veterinus. 4(2) : 88-96
ID 868050, 6 pages Sosiawati, S.M., Koesdarto, H.S.,
Lorenzini G. (2007). Prevalence of Bendryman, S.B., Kusnoto. (2017).
Intestinal Parasites in Dogs and Cats Ilmu penyakit helminth veteriner.
Under Veterinary Care in Porto Airlangga University Press, p8-11.
Alegre, Rio Grande Do Sul, Brazil. Sowemimo A. (2012). Prevalence and
Pontificia Universidade Catolica do intensity of gastrointestinal parasites
Rio Grande do Sul, Porto Alegre-RS of domestic cats in Ode – Irele and
Ngui, R., Lim, Y., Traub, R., Mahmud, R., Oyo communities, Southwest
Mistam, M., (2012). Epidemiology Nigeria. Department of Zoology,
and Genetic Data Supporting the Faculty of Science, Obafemi
Transmission of Ancylostoma Awolowo University, Ile-Ife, Osun,
ceylanicum among human and Nigeria.
domestic animals. PLoS N.T.D 6 (2), Speare Rick, Richard Stewart Bradbury,
e1522. John Croese, (2016). A Case of
https://doi.org/10.1371/jjournal.pntd. Ancylostoma ceylanicum Infection
0001522. Occurring in an Australian Soldier
Ng-Nguyen et al, (2015). Re-evaluation of Returned from Solomon Islands.
the species of hookworms infecting Korean J Parasitol Vol. 54, No. 4:
dogs in Central Vietnam. Article 533-536
Parasites & Vectors 8:40 Taweethavonsawat, et al. (2019). Efficacy
Oktaviana A, Dwinata M, Oka MBI. of single topical treatment of
(2014). Prevalensi Infeksi Cacing Selamectin (Revolution®) against
Ancylostoma Spp Pada Kucing Lokal Ancylostoma ceylanicum in
(Felis catus) Di Kota Denpasar. experimentally infected cats.
Buletin Veteriner Udayana 6(2): 161- Veterinary Parasitology: Regional
167 Studies and Reports 18 : 100346
R. Ngui, Y. A. L. Lim, R. Traub, R. Thompson, R., Conlan, J., (2011).
Mahmud, and M. S. Mistam, Emerging issues and parasite
“Epidemiological and genetic data zoonoses in the SE Asian and
supporting the transmission of Australasian region. Vet. Parasitol.
Ancylostoma ceylanicum among 181 (1), 69–73.
human and domestic animals,” PLoS Y. Feng, Q. He, and J. P. Li. (2011).
Neglected Tropical Diseases, vol. 6, “Investigation of canine and felid
no. 2, Article ID e1522, 2012. parasite in Tongjiang County,”
Regina, M.P., Halleyantoro, R., Bakri, S. Modern Agricultural Sciences and
(2018). Perbandingan Pemeriksaan Technology, vol. 11, pp. 354–355,
Tinja Antara Metode Sedimentasi (Chinese).
Biasa dan Metode Sedimentasi Yudhana, Aditya & Ratih Novita Praja,
Formol Ether Dalam Mendeteksi Soil (2017). Prevalence of gastrointestinal
helminth parasite in stray cat in

70
Prosiding Seminar Nasional Kedokteran Hewan dan Call of Paper e-ISBN : 978-602-70438-2-4
Surabaya, 05 Desember 2020
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Islamiyah, Nuril., dkk

Banyuwangi City. Jurnal Medik


Veteriner. Vol.1 No.1 : 1-5
Yudhana, A., Praja, R.N., and Suroiyah, F.
(2018). Prevalence of
ancylostomiasis in pet cats from
Banyuwangi City, East Java
Province. ICPS. Vol 1 : 571-574

71

Anda mungkin juga menyukai