Anda di halaman 1dari 13

Ancylostomiasis

Kelompok: 3
Latar Belakang

Ancylostomiasis adalah penyakit parasitik yang disebabkan oleh cacing


A. caninum dan A. braziliense adalah cacing kait pada anjing di daerah tropis
bersifat zoonosis yang tersebar luas di kawasan Asia Tenggara.

Prevalensi penyakit ini menurun seiring dengan kesadaran masyarakat


pada zaman sekarang yang sudah sadar akan kebersihan seperti memakai alas
kaki, morbiditas, penyakit ini lebih sering ditemukan pada daerah tropis dengan
kondisi ekonomi rendah. Namun dengan mobilitas masyarakat yang sekarang
penyakit ini juga dapat berdistribusi lebih luas.
Lanjutan Latar Belakang

Penyakit ini dengan kesadaran masyarakat pada zaman sekarang yang


sudah sadar akan kebersihan seperti memakai alas kaki, morbiditas
semakin berkurang, penyakit ini lebih sering ditemukan pada daerah tropis
dengan kondisi ekonomi rendah. Namun dengan mobilitas masyarakat
yang sekarang penyakit ini juga dapat berdistribusi lebih luas

Dalam bidang ekonomi penyakit ini tidaklah terlalu berdampak serius,


karena mortilitas yang rendah dan penanganan mudah dengan
pemberian antihelmintiasi, meski pada kasus tertentu dapat bersifat
komplikasi.
Etiologi

Ancylostoma braziliensis dan Ancylostoma


caninum yang menyerang manusia, kucing
dan anjing.
Siklus Hidup

Telur larva Larva rabditiform larva filariform (infektif)

kontak dengan hewan host larva menembus dibawa melalui pembuluh darah

Larva melakukan perjalanan Larva mencapai usus kecil


Siklus Hidup

Telur keluar bersama tinja, larva menetas dalam 1-2 hari Larva
rabditiform tumbuh di tinja atau tanah, menjadi larva filariform (infektif) yang
infektif setelah 5 sampai 10 hari kontak dengan hewan host
(anjing dan kucing), larva menembus kulit dan dibawa melalui pembuluh darah
menuju jantung dan paru-paru. Larva kemudian menembus alveoli, naik ke
bronkiolus menuju ke faring dan tertelan. Larva mencapai usus kecil, kemudian
tinggal dan tumbuh menjadi dewasa.

Larva juga bisa menginfeksi manusia, larva infektif mengeluarkan protease dan
hialuronidase agar dapat bermigrasi di kulit manusia. Pada manusia, larva tidak
memiliki enzim kolagenase yang cukup untuk menembus membran basal dan
menyerang dermis, sehingga larva tersebut tidak dapat melanjutkan perkembangan
siklus hidupnya.
Setelah larva tertelan akan masuk ke kelenjar lambung
atau kelenjar Lieberkuehn pada usus halus dan
berada disana untuk beberapa hari, selanjutnya kembali
pada lumen usus halus dan menjadi dewasa
Patogenesa

 Cutaneous larva migrans umumnya terjadi di daerah tropis dan sub tropis, terutama
terjadi pada anak–anak, pekerja bidang pertanian atau wisatawan yang kontak
dengan tanah yang sering didatangi oleh anjing dan kucing untuk buang air besar.
 Manusia terinfeksi oleh larva Ancylostoma caninum atau Ancylostoma brasiliense
melalui kulit. Selanjutnya larva migrasi melalui jaringan subkutan membentuk
terowongan yang menjalar dari satu tempat ke tempat lainnya. Lesi yang
ditimbulkan oleh larva cacing ini bersifat sangat gatal. Pergerakan larva di bawah
kulit berkisar 2 – 3 mm per hari.
 Kulit dibagian atasnya biasanya mengering dan keras dan terasa gatal sehingga
dapat menyebabkan infeksi sekunder akibat garukan, Larva ini tidak dapat
menembus kulit di bawah epidermis dari manusia , akibatnya selamanya larva ini
terjebak di jaringan kulit manusia penderita hingga masa hidup dari cacing ini
berakhir.
Gejala Klinis

Hewan akan sering menggaruk, gelisah pada saat larva berada


di jaringan subkutan karena efek lesi yang di timbulkan.
Sementra gejala yang ditimbulkan oleh cacing dewasa adalah
anemia, lesu dan diare.
Penyakit ini sangat khas dengan lesi yang ditimbulkan
erithematous, elevasi dan vesicular.
Daftar Pustaka
Centers for Disease Control and prevention. 2012. Parasites zoonotic hookworm.
http://www.cdc.gov/parasites/zoonotichookworm/. Akses 16 Desember 2018.
Nareswari, S. Cutaneous Larva Migrans yang Disebabkan Cacing Tambang. Juke Unila.
5(9): 129-133
Palgunadi, B.U. Cutaneous Larva Migrans. Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya
Kusuma. Surabaya
Erawan, I. G. M.K., S. K. Widyastuti., I. N, Suartha. Prevalensi dan Intensitas Infeksi
Ancylostoma Spp. pada Anjing di Jawa. Indonesia Medicus Veterinus. 5(2) : 175-
181.
Guimarães, L.C., J.H, Silva., K, Saad., E.R, Lopes., A.C.O, Meneses. 1999. Larva
migrans within scalp sebaceous gland. J. Media Trop. 32(2).

Anda mungkin juga menyukai