Kelompok: 3
Latar Belakang
kontak dengan hewan host larva menembus dibawa melalui pembuluh darah
Telur keluar bersama tinja, larva menetas dalam 1-2 hari Larva
rabditiform tumbuh di tinja atau tanah, menjadi larva filariform (infektif) yang
infektif setelah 5 sampai 10 hari kontak dengan hewan host
(anjing dan kucing), larva menembus kulit dan dibawa melalui pembuluh darah
menuju jantung dan paru-paru. Larva kemudian menembus alveoli, naik ke
bronkiolus menuju ke faring dan tertelan. Larva mencapai usus kecil, kemudian
tinggal dan tumbuh menjadi dewasa.
Larva juga bisa menginfeksi manusia, larva infektif mengeluarkan protease dan
hialuronidase agar dapat bermigrasi di kulit manusia. Pada manusia, larva tidak
memiliki enzim kolagenase yang cukup untuk menembus membran basal dan
menyerang dermis, sehingga larva tersebut tidak dapat melanjutkan perkembangan
siklus hidupnya.
Setelah larva tertelan akan masuk ke kelenjar lambung
atau kelenjar Lieberkuehn pada usus halus dan
berada disana untuk beberapa hari, selanjutnya kembali
pada lumen usus halus dan menjadi dewasa
Patogenesa
Cutaneous larva migrans umumnya terjadi di daerah tropis dan sub tropis, terutama
terjadi pada anak–anak, pekerja bidang pertanian atau wisatawan yang kontak
dengan tanah yang sering didatangi oleh anjing dan kucing untuk buang air besar.
Manusia terinfeksi oleh larva Ancylostoma caninum atau Ancylostoma brasiliense
melalui kulit. Selanjutnya larva migrasi melalui jaringan subkutan membentuk
terowongan yang menjalar dari satu tempat ke tempat lainnya. Lesi yang
ditimbulkan oleh larva cacing ini bersifat sangat gatal. Pergerakan larva di bawah
kulit berkisar 2 – 3 mm per hari.
Kulit dibagian atasnya biasanya mengering dan keras dan terasa gatal sehingga
dapat menyebabkan infeksi sekunder akibat garukan, Larva ini tidak dapat
menembus kulit di bawah epidermis dari manusia , akibatnya selamanya larva ini
terjebak di jaringan kulit manusia penderita hingga masa hidup dari cacing ini
berakhir.
Gejala Klinis