Anda di halaman 1dari 10

J. Entomol. Indon., September 2009 Vol. 6, No.

2, 60-69
Perhimpunan Entomologi Indonesia

Pertumbuhan Bakteri Photorhabdus luminescens pada


Berbagai Media dan Produksi Eksotoksin sebagai
Racun Serangga
WARTONO DAN TRI PUJI PRIATNO

Balai Besar Boteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian

(diterima Apri 2009, disetujui Juni 2009)

ABSTRACT
Growth of Photorhabdus luminescens on several culture media and its
exotoxic production as insecticide. The aim of this experiment was to find
out the type of medium that was potential for the metabolite production and
growth of P. luminescens. LB, NB, Wakimoto, and T3 were examined as
growth media for metabolite production and growth of P. luminescens. LB
was the best medium for the growth of P. luminescens and metabolite
production.
KEYWORDS: Photorhabdus luminescens, media, exotoxin, toxicity

Bakteri ini dapat dibiakkan pada media


PENDAHULUAN buatan, kompatibel dengan beberapa
macam pestisida, dan belum dilapor-
Hama merupakan salah satu pem-
kan menyebabkan resistensi dan dam-
batas produktivitas hasil pertanian.
pak negatif terhadap jasad bukan
Untuk itu perlu upaya pengendalian,
sasaran seperti mamalia dan vertebrata
sehingga populasi dan tingkat ke-
(Poinar 1990).
rusakan yang ditimbulkan dapat di-
Bakteri P. luminescens adalah
tekan. Pengendalian hama dengan
bakteri gram negatif bioluminescens
memanfaatkan musuh alami merupa-
dari famili Enterobacteriaceae (Bowen
kan salah satu cara yang dapat diguna-
et al. 1998). Bakteri ini bersimbiosis
kan, karena selain efektif terhadap
secara mutualistik dengan nematoda
hama sasaran, juga tidak menimbulkan
patogen serangga (NPS) dari famili
efek negatif terhadap lingkungan.
Heterorhabditidae. NPS berperan se-
Photorhabdus luminescens me-
bagai pembawa bakteri untuk meng-
rupakan salah satu bakteri patogen
infeksi serangga, sedangkan bakteri
serangga yang potensial untuk di-
menyediakan nutrisi untuk partumbuh-
gunakan dalam program pengendalian
an dan produksi NPS. Bakteri ber-
hayati. Keunggulan agen hayati ini
multiflikasi dan membunuh serangga
ialah selain berkisaran inang luas juga
dengan cara melepaskan beberapa
bervirulensi tinggi dengan mematikan
faktor virulensi (Bowen et al. 1998).
serangga dalam waktu 24-48 jam.

60
Wartono dan Tri Puji Priyatno: Pertumbuhan Bakteri dan Produksi Eksotoksin

Toksin komplek yang diekskresikan untuk pertumbuhan dan produksi


oleh P. luminescens dikodekan oleh eksotoksin belum pernah dilaporkan
lokus gen tca, tcb, tcc dan tcd sehingga khususnya untuk P. luminescens strain
dapat dimanfaatkan sebagai alternatif asli indonesia.
bahan transgen yang efektif dan Penelitian ini bertujuan utnuk me-
berspektrum luas terhadap serangga. ngetahui macam media yang potensial
Berbeda dengan -endotoksin yang untuk pertumbuhan dan produksi ekso-
dikodekan oleh gen cry dari bakteri toksin bakteri P. luminescens.
Bacillus turingiensis (Bt), toksisitas
eksotoksin yang dihasilkan P. lumine- BAHAN DAN METODE
scens mempunyai spektrum yang lebih Tempat dan Waktu
luas yang meliputi serangga dari ordo Penelitian dilaksanakan di Labo-
Lepidoptera, Coleoptera, Homoptera ratorium Mikrobiologi Balai Besar
dan Dictyoptera (Bowen et al. 1998). Bioteknologi dan Sumber Daya Gene-
Penelitian ini menggunakan serangga tik Pertanian pada tahun 2003.
Tenebrio molitor Lin. (Coleoptera: Pembuatan Standar Pengukuran
Tenebrionidae) sebagai serangga mo- Konsentrasi Eksotoksin
del untuk mengetahui efektifitas ekso- Standar pengukuran konsentrasi
toksin P. luminescens karena mudah dibuat dengan menggunakan metode
diperbanyak pada skala laboratorium. Bradford (1976). Standar ini digunakan
Serangga ini merupakan salah satu untuk mengukur konsentrasi ekstrak
hama pasca panen yang merusak benih eksotoksin yang dihasilkan dari proses
di tempat penyimpanan. ekstraksi. Protein yang digunakan
Potensi eksotoksin P. luminescens untuk standar adalah Bovine Serum
ini perlu dikembangkan untuk men- Albumin (BSA, Sigma). BSA dilarut-
dukung program pengendalian hayati kan dalam 0,05 M phosphate buffer
yang ramah lingkungan. Toksin kom- konsentrasi 0,5 mg/ml dengan pH 7,3.
plek merupakan resultan antara tingkat
Penentuan Nilai Absorbansi
ekspresi gen dengan faktor lingkungan
Larutan BSA dibuat seri peng-
yang mempengaruhi pertumbuhan dan
enceran dengan konsenrtasi yang
perkembangan P. luminescens. Per-
berbeda-beda (Tabel 1). Pengenceran
tumbuhan bakteri P. luminescens pada
dilakukan dengan cara mencampur
media buatan dipengaruhi oleh macam
phosphate buffer dalam tabung effen-
nutrisi yang terkandung dalam media
dorf. Setiap seri pengenceran diukur
tersebut. Media pertumbuhan dapat
konsentrasinya dengan spektrofoto-
mempengaruhi pertumbuhan dan pro-
meter 280. Selanjutnya, data pengukur-
duksi eksotoksin dari P. luminescens.
an spektrofotmeter digunakan untuk
Macam media yang baik dan optimal
menentukan persamaan regresi.

61
J. Entomol. Indon., September 2009 Vol. 6, No. 2, 60-69

Tabel 1. Konsentrasi larutan BSA pada beberapa seri pengenceran


Konsentrasi BSA Larutan BSA Phosphate buffer
(g/ml) (l) (l)
0 0 1000
5 10 990
7,5 15 985
25 50 950
50 100 900
100 200 800
150 300 700

Isolasi dan Preparasi Sumber (trypton 20 g, yeast extract 10 g, NaCl


Inokulum 20 g, dan air akuades 1 l), Wakimoto
Bakteri Photorhabdus luminescens (potato 300 g, Ca(NO3)4H2O, Na2
diisolasi dari ulat hongkong (Tenebrio HPO4. 12H2O 2 g, peptone 5 g, suc-
molitor) yang terinfeksi oleh nematoda rose 15 g, dan air akuades 1 l) dan T3
patogen serangga strain pelabuhan ratu (trypton 3 g, tryptose 2 g, yeast extract
(PLR 4). Isolasi dilakukan dengan me- 1.5, MNCl2 0.005 g, NaH2PO4. 12H2O
dia NBTA (nutrient bromthymol blue 6.9 g, Na2HPO4.12H2O 8.9 g, dan air
triphenyltetrazolium chloride agar) akuades 1 l). Keempat media cair
untuk mendapatkan koloni bakteri P. tersebut, masing-masing dimasukkan
luminescens fase primer yang mampu ke dalam tabung reaksi. Tiap tabung
menyerap bromthymol blue sehingga reaksi diisi sebanyak 5 ml media.
koloni berwarna biru. Koloni bakteri Selanjutnya media disumbat dengan
fase primer tersebut kemudian di- kapas dan disterilkan dalam otoklaf
perbanyak untuk dijadikan sumber selama 15 menit pada suhu 121C dan
inokulum. Inokulum diperbanyak pada tekanan 1 atm. Setelah dingin, media
media NB (nutrient broth) cair yang diinokulasi dengan 50 l sel bakteri
diinkubasi selama 24 jam dalam rotary konsentrasi 109 ml/l yang telah ber-
orbital shaker dengan kecepatan 150 umur 24 jam dari biakan dalam media
rpm pada kondisi ruangan (27C) NB. Selanjutnya biakan diinkubasi
dengan pH yang tidak terkontrol. dalam rotary orbital shaker dengan
Uji Pertumbuhan Bakteri P. kecepatan 150 rpm pada kondisi ruang-
luminescens an.
Pertumbuhan bakteri P. lumine- Pertumbuhan bakteri diamati pada
scens dilakukan pada 4 macam media 0, 2, 4, 6, 12, 18, 24, 30, 42, dan 48
cair yaitu NB (beef extract 1 g, yeast jam setelah inokulasi (jsi) dengan
extract 2 g, peptone 5 g, NaCl 5 g, dan menggunakan spektrofotometer (560)
air akuades 1 l), LB (luria broth) (Nealson et al. 1990). Nilai absorban

62
Wartono dan Tri Puji Priyatno: Pertumbuhan Bakteri dan Produksi Eksotoksin

yang diperoleh selanjutnya disubstitusi perbedaan nilai tengah diuji dengan uji
dalam rumus jumlah sel bakteri P. jarak berganda Duncan ( = 0,05)
luminescens yang telah dibuat menggunakan program pengolah data
sebelumnya. SAS ver. 6.12 (SAS Institute, Cary,
Uji pertumbuhan bakteri dilakukan NC).
dengan percobaan faktorial dalam
Ekstraksi Eksotoksin
rancangan acak lengkap (RAL faktorial).
Biakan bakteri P. luminescens yang
Faktor perlakuan yang diuji terdiri dari 2
telah berumur 48 jam dipindahkan ke
faktor, yaitu : 1) perlakuan media dalam 4
dalam tabung sentrifugasi untuk
taraf, (NB, LB, Wakimoto, T3) dan 2)
pemisahan sel bakteri dengan ekstrak
perlakuan waktu inkubasi dalam 10 taraf,
eksotoksinnya. Biakan disentrifugasi
(0, 2, 4, 6, 12, 18, 24, 30, 42, dan 48 jsi).
selama 45 menit dengan kecepatan
Data dianalisis ragam dan perbedaan nilai
7000 rpm pada suhu 5C. Endapan sel
tengah diuji dengan uji jarak berganda
bakteri yang ada dibuang, sedangkan
Duncan (=0,05) menggunakan program
supernatannya ditambah PEG-4000
pengolah data SAS ver. 6.12 (SAS
6%. Campuran supernatan dengan
Institute, Cary, NC).
PEG diinkubasi selama 24 jam dalam
Perbanyakan Eksotoksin Bakteri P. refrigerator sebelum disentrifugasi lagi
luminescens selama 30 menit dengan kecepatan
Eksotoksin bakteri P. luminescens 10000 rpm pada suhu 5C. Endapan
diperbanyak pada 4 macam media cair, eksotoksin yang diperoleh dilarutkan
yaitu: NB, LB, Wakimoto, dan T3 dalam phosphate buffer 0,05 M.
dalam tabung erlenmeyer 250 ml dan Ekstrak eksotoksin dalam phosphate
masing-masing tabung diisi 50 ml buffer disaring dengan kolom DEAE-
media tersebut. Media kemudian di- sphacel dalam buret (volume 10 ml).
sterilisasi dalam otoklaf selama 15 Setiap 2 ml ekstrak eksotoksin di-
menit pada suhu 121C dan tekanan 1 filtrasi dengan kolom DEAE-sephacel
atm. sepanjang 2 cm.
Media diinokulasi dengan 100 l
Pengukuran Konsentrasi Eksotoksin
biakan bakteri konsentrasi 109 ml/l
Konsentrasi eksotoksin hasil eks-
yang berumur 24 jam dalam media
traksi diukur dengan menggunakan
NB. Kemudian biakan diinkubasi
spektrofotometer (280) (Warburg dan
selama 48 jam dalam rotary orbital
Christian, 1941). Sebelum diukur,
shaker dengan kecepatan 150 rpm pada
eksotoksin dihomogenkan dengan
suhu ruang dan pH yang tidak
vortek. Nilai absorbansinya disub-
terkontrol. Percobaan dilakukan dalam
stitusikan dalam rumus/persamaan
rancangan acak lengkap (RAL) dengan
4 ulangan. Data dianalisa sidik ragam dan

63
J. Entomol. Indon., September 2009 Vol. 6, No. 2, 60-69

,
0.18

, ,
0.16

, ,
0.14

, ,
0.12
Absorbansi

, ,
0.10 y = 0.078 + 0.00061
r = 0.999**
, ,
0.08

, ,
0.06

, ,
0.04

, ,
0.02

, ,
0.00

,0 30 60 90 120 150 180

Kons entras i BSA ( g/m l)

Gambar 1. Analisis regresi hubungan antara konsentrasi BSA dengan nilai


absorbansi

regresi standar pengukuran konsentrasi program Probit Analysis untuk men-


eksotoksin yang telah dibuat sebelum- dapatkan nilai LT50.
nya. Berdasarkan hasil penghitungan
ini diperoleh konsentrasi eksotoksin HASIL DAN PEMBAHASAN
yang sebenarnya. Grafik Standar Pengukuran
Konsentrasi Eksotoksin
Uji Toksisitas Eksotoksin
Standar pengukuran konsentrasi
Eksotoksin P. luminescens yang
eksotoksin dengan menggunakan BSA
didapat dari tahapan ekstraksi ke-
disajikan dalam Gambar 1. Hasil
mudian diuji toksisitasnya terhadap
analisis regresi menunjukkan bahwa
larva instar III ulat Hongkong. Uji
hubungan antara konsentrasi BSA
toksisitas dilakukan dengan kon-
dengan nilai absorbansi mempunyai
sentrasi 50 g/ml. Larva diinjeksi de- pola linier. Hubungan kedua parameter
ngan eksotoksin sebanyak 2 l/larva. tersebut diformulasikan dengan per-
Injeksi dilakukan dengan mengguna- samaan Y=0,078+0,00061x, r = 0,999.
kan microsyringe secara interseg- Artinya, setiap peningkatan konsen-
mental pada bagian lateral larva. Setiap trasi BSA diikuti oleh meningkatnya
perlakuan diinjeksi terahadap 15 ekor nilai absorbansi. Berdasarkan nilai
larva. Sebagai kontrol, larva diinjeksi korelasinya (r = 0,999) yang sangat
dengan menggunakan larutan Ringers. nyata, formulasi tersebut dapat
Pengamatan mortalitas larva ulat digunakan untuk menghitung konsen-
Hongkong dilakukan setiap hari se- trasi eksotoksin dari sample hasil
lama 3 hari. Data dianalisis dengan purifikasi melalui pengukuran nilai

64
Wartono dan Tri Puji Priyatno: Pertumbuhan Bakteri dan Produksi Eksotoksin

absorbansi dengan menggunakan spek- menunjukkan perbedaan yang nyata


trofotometer. Misalnya, bila suatu (Tabel 2). Laju pertumbuhan dan
sample mempunyai nilai (Y) atau produksi sel yang tinggi pada media
absorbansi = 0,478, maka konsentrasi LB diduga karena komposisi media
eksotoksinnya (x) berdasarkan sub- LB lebih disukai untuk pertumbuhan
stitusi nilai tersebut dalam formulasi di bakteri P. luminescens meskipun
atas adalah 655,7 g/ml. komposisi medianya tidak sekomplek
ketiga media lainnya. Selain itu media
Pertumbuhan Bakteri P.
luminescens LB mengandung trypton dan yeast
Pertumbuhan bakteri secara in vitro ekstrak mencapai 5-6 kali kandungan
dipengaruhi oleh kandungan nutrisi, trypton dan yeast ekstrak pada media
pH media, aerasi serta suhu inkubasi. NB dan T3.
Kondisi pertumbuhan optimumnya Produksi Eksotoksin Bakteri P.
luminescens
berbeda-beda antar genus, spesies dan
Produksi eksotoksin P. Lumine-
strain bakteri. Pertumbuhan bakteri P.
scens sangat dipengaruhi oleh macam
luminescens telah dipelajari pada
media yang digunakan untuk per-
media LB, NB, Wakimoto, dan T3.
banyakannya. Sesuai dengan hasil
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengamatan laju pertumbuhan dan
lajur pertumbuhan P. luminescens pada
produksi sel, produksi eksotoksin pada
keempat macam media tersebut
media LB juga paling tinggi, yaitu
mempunyai pola yang sama, yaitu
449,6 g/ml, sedangkan pada media
membentuk kurva sigmoid. Hal ini
wakimoto, NB, dan T3 tidak me-
sesuai dengan pola laju pertumbuhan
nunjukkan perbedaan yang nyata
bakteri pada umumnya. Fase inisiasi
(Gambar 2).
terjadi antara 0-2 jsi, kemudian laju
Produksi eksotoksin yang tinggi
pertumbuhannya meningkat tajam
pada media LB diduga bukan hanya
hingga 12 jsi. Fase pertumbuhan
disebabkan oleh kandungan trypton
stasioner terjadi pada 12 jsi.
yan yeast ekstrak yang tinggi tetapi
Dilihat dari jumlah selnya, pro-
juga oleh konsenrasi NaCl. Sanders et
duksi sel bakteri sangat berbeda nyata
al. (1998) melaporkan bahwa tingkat
antar macam media dan waktu inku-
ekspresi gen penyandi produk meta-
basi. Produksi sel tertinggi sampai
bolit pada bakteri Lactococcus lactis
dengan 18 jam terjadi pada media LB
dipengaruhi oleh konsentrasi NaCl
(9,78 log sel/ml), sedangkan produksi
dalam media. Raihan et al. (1992)
sel terendah pada media T3 (9,449 log
melaporkan bahwa penambahan NaCl
sel/ml). Produksi sel pada media NB
pada media MacConkeys agar mampu
dan Wakimoto tidak terlalu bervariasi,
bahkan pada 30 dan 48 jsi tidak

65
J. Entomol. Indon., September 2009 Vol. 6, No. 2, 60-69

Tabel 2. Pengaruh interaksi antara macam media dan waktu inkubasi terhadap
produksi bakteri P. luminescens
Waktu inkubasi (jam) (log sel/ml)
Media
0 2 4 6 12 18 24 30 42 48
LB 8,97gw 8,90hw 9,08fx 9,53ev 9,81dv 9,78dv 9,80dv 9,88bv 9,93av 9,84cv
NB 8,65jx 8,75iw 9,18hw 9,40gx 9,58fw 9,61ex 9,66dw 9,73bw 9,78ax 9,69cw
WK 9,20 gv 9,10hv 9,28fv 9,45ew 9,47ex 9,65cw 9,61dx 9,72bw 9,82aw 9,70bw
T3 8,03iy 8,17hy 8,70gy 9,08fy 9,45ey 9,44ey 9,48dy 9,59bx 9,61ay 9,54cx
Nilai dalam satu baris dan kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan
pada taraf 5%

,
700.0

,
600.0
Eksotoksin ( g/ml )

,
500.0 449,6a

,
400.0

,
300.0

,
200.0
86,1b
,
100.0 50,0b 40,6b
,
0.0
LB Wakimoto NB T3

Jenis Media

Gambar 2. Produksi eksotoksin P. luminescens pada beberapa jenis media

meningkatkan senyawa eksopoli- punyai tingkat salinitas tinggi. Nealson


sakarida oleh bakteri Pseudomonas et al. (1990) melaporkan bahwa
aeroginosa. eksotoksin merupakan salah satu pro-
Mekanisme pengaruh NaCl dalam duk metabolit P. luminescens yang di-
meningkatkan produksi eksotoksin di- sekresikan antara pertengahan dan
duga berhubungan dengan me- akhir fase pertumbuhan logaritmik.
ningkatnya tekanan osmotik media. Namun, pendapat lain menyebutkan
Pada kondisi tekanan osmotik eks- bahwa eksotoksin disekresikan pada
ternal yang tinggi, sekresi metabolit fase pertumbuhan stasioner (Daborn et
dari dalam sel bakteri akan meningkat, al. 2001). Dengan demikian, ber-
termasuk sekresi eksotoksin. Ke- dasarkan laju pertumbuhannya pro-
mampuan P. luminescens dalam ber- duksi eksotoksin P. luminescens pada
adaptasi pada kondisi NaCl yang tinggi media NB, LB, Wakimoto, dan T3
diduga karena berhubungan dengan dapat dipanen pada umur 6 jsi.
asal isolat P. luminescens yang di- Pemanenan pada umur biakan lebih
isolasi dari daerah pantai yang mem- dari 24 jsi dianggap tidak efisien

66
Wartono dan Tri Puji Priyatno: Pertumbuhan Bakteri dan Produksi Eksotoksin

120

100
Mortalitas (% )

80

60 LB
Wakimoto
40
T3
20 NB
Ringer's
0
0 1 2 3
Pengamatan (hari)

Gambar 3. Toksisitas eksotoksin yang diproduksi pada beberapa macam media


terhadap laju mortalitas ulat Hongkong

Tabel 3. Nilai LT50 eksotoksin P. luminescens yang diproduksi pada beberapa


macam media terhadap ulat Hongkong
Media Intersep Kemiringan LT50 (hari)
LB - - tn*
NB 3,82 4,46 1,84
T3 4,59 8,58 1,16
Wakimoto 5,47 0,92 0,31
Ringers 3,14 3,79 3,10
tn = tidak nyata
* Mortalitas sudah mecapai 100% dalam waktu kurang dari 24 jam setelah injeksi

karena sudah mencapai fase stasioner. setiap media cair dari hasil penelitian
ini berbeda-beda pengaruhnya terhadap
Toksisitas Eksotoksin Bakteri P.
luminescens larva ulat Hongkong (T. molitor). Hasil
Seperti halnya pengujian toksiko- analisis waktu yang diperlukan untuk
logis nematoda patogen serangga dan membunuh 50% serangga uji tertera
bakteri P. luminescens (Cruickshank et pada Gambar 3 dan Tabel 3.
al. 1975 Daborn, et al. 2002), uji Toksin yang diproduksi pada
toksisitas eksotoksin bakteri P. lumine- media LB toksisitasnya paling tinggi,
scens juga dilakukan dengan cara diikuti oleh media Wakimoto, T3, dan
injeksi langsung ke dalam tubuh NB. Mortalitas ulat Hongkong oleh
serangga inang. Toksisitas eksotoksin eksotoksin dari media LB sudah
P. luminescens yang diekstraksi dari mencapai 100% dalam waktu kurang

67
J. Entomol. Indon., September 2009 Vol. 6, No. 2, 60-69

dari 24 jam. Kematian serangga yang Bradford. 1976. A Rapid and Sensitive
disebakan oleh eksotoksin P. lumine- Method for the Quantitation of
scens menunjukkan gejala yang khas Microgram Quantities of Protein
Utilizing the Principle of Protein-
yaitu warna coklat kemerahan pada Dye Binding. Analytical Bio-
tubuh serangga yang mati, sedangkan chemistry, 72: 248-254.
kematian serangga pada kontrol yang Cruickshank R, Duguid JP, Marmion
disuntik oleh larutan Ringers tubuh- BP, Swain RHA. 1975. Medicinal
nya berwarna coklat kehitaman. Garam Microbiology, Vol II, 12th, edn.
NaCl dalam media LB diduga tidak Edinburg, Churchill Livingstone.
p. 403-404.
saja mampu menstimulasi peningkat-
Daborn PJ, Waterfield N, Blight MA,
an produk eksotoksin tetapi juga
Ffrench-Constant RH. 2001.
toksisitas eksotoksinnya. Namun me- Measuring Virulence Factor Ex-
kanisme NaCl menstimulasi produksi pression by the Pathogenic Bac-
dan toksisitas eksotoksin P. Lumine- terium Photorhabdus lumine-
scens masih belum diketahui. scens in Culture and during Insect
Infection. Journal of Bacterio-
logy, 20(183):5834-5839.
KESIMPULAN
Daborn PJ, Waterfield N, Blight MA,
Media LB merupakan media yang Ffrench-Constant RH. 2002. A
mengandung kombinasi media yang single Photorhabdus gene, make
caterpillar floppy (mcf), allows
sesuai untuk pertumbuhan dan pro-
Escerichia coli to persist withn
duksi eksotoksin bakteri P. Lumine- and kill insects. Proc Natl Acad
scens. Kandungan trypton dan yeast Sci USA. 99(16):10742-7
ekstrak yang tinggi diduga menjadi Nealson KH, Schmidt TM, Blekley B.
pemicu pertumbuhan dan produksi 1990. Physiology and bio-
eksotoksin. Selain kandungan trypton chemistry of Xenorhabdus. Edited
by Gaugler R dan Kaya HK),
dan yeast ekstrak yang tinggi, kan-
Boca Raton FL: CRC Press. p.
dungan NaCl yang tinggi pada media 271-284
LB juga menjadi pemicu produksi Poinar GOJr. 1990. Taxonomy and
eksotoksin dan daya toksisitas yang biology of Steinernematidae and
tinggi terhadap larva ulat Hongkong. Heterorhabditidae entomopatho-
genic nematodes in biological
control. In: Gaugler R, Kaya HK
DAFTAR PUSTAKA (eds.). CRC Press. Boca Raton,
Bowen D, Rocheleau TA, Blackburn FL. p. 23-61.
M, Andeev O, Golubeva E, Raihan S, Ahmed N, Ali R, Khan N,
Bhartia R, Ffrench-Constant RH. Ishaq A. 1992. Production of
1998. Insecticidal toxins from exopolysaccharide by an indigo-
bacterium Photorhabdus lumine- nous soil isolate. Journal of
scens. Science, 280:2129 2132.

68
Wartono dan Tri Puji Priyatno: Pertumbuhan Bakteri dan Produksi Eksotoksin

Islamic Academy of Sciences, 5:4, with a reporter gene. Mol. Gen.


282-285. Genet. 257: 681-685.
Sanders JW, Venema G, Kok J, Warburg O, Christian W. 1941.
Leenhouts K. 1998. Identification Isolierung and Kristallisation des
of a sodium chloride-regulated Grungsfennents Enolase. Bio-
promoter in Lactococcus lactis by chem. 2(310):384-421.
single-copy chromosomal fusion
_______________________

69

Anda mungkin juga menyukai