NOMOR 75/KEP-BKIPM/2017
TENTANG
5. Peraturan Pemerintah…
1
5. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2015 tentang
Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
serta Peningkatan Nilai Tambah Produk Hasil
Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 181, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5726);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang
Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 107,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4424);
7. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang
Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);
8. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang
Kementerian Kelautan dan Perikanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 111)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden
Nomor 2 Tahun 2017 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 5);
9. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia Nomor PER. 19/MEN/2010 tentang
Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
yang Masuk ke Dalam Wilayah Negara Republik
Indonesia;
10. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia Nomor PER. 25/MEN/2011 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Kemanan
Hasil Perikanan;
11. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia Nomor 6/PERMEN-KP/2017 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan
Perikanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 220);
12. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia Nomor 74/PERMEN-KP/2016 tentang
Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
yang Masuk ke Dalam Wilayah Negara Republik
Indonesia;
13. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
8/KEPMEN-KP/2014 tentang Pemberlakuan
Penerapan Standar Nasional Indonesia Produk
Perikanan;
14. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.80/MEN/2015 tentang Penetapan Jenis-jenis
Hama dan Penyakit Ikan Karantina, Golongan, Media
Pembawa, dan Sebarannya;
MEMUTUSKAN…
2
MEMUTUSKAN:
KESATU : Menetapkan:
a. Standar Metode Pengujian Penyakit Ikan sebagaimana
tersebut pada Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Keputusan Kepala Badan ini; dan
b. Standar Metode Pengujian Mutu Hasil Perikanan
sebagaimana tersebut pada Lampiran II yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan
Kepala Badan ini.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 25 Juli 2017
3
Lampiran I:
Keputusan Kepala Badan Karantina Ikan,
Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
Nomor 75/KEP-BKIPM/2017 tentang Standar
Metode Pengujian Penyakit Ikan dan Mutu Hasil
Perikanan
Golongan HPIK/
Metode Uji
HPI tertentu
1
1. Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan secara klinis sering merupakan petunjuk alami dari masalah
yang timbul. Gejala-gejala seperti perubahan tingkah laku, tidak nafsu
makan, depresi, pembesaran abdomen, meningkatnya atau berkurangnya
tingkat pernafasan dan perubahan warna dan bentuk ikan. Gejala ini
merupakan proses suatu penyakit dalam populasi ikan yang secara
sendiri atau bersama dimana penyakit tersebut berada.
1.1. Epidemiologi
Epidemiologi menjelaskan Uraian tentang bagaimana suatu
penyakit bisa terjadi yang berhubungan dengan interaksi antara
Patogen – Lingkungan – Inang. Hal ini berhubungan dengan tingkat
kejadian, distribusi dan tipe penyakit dalam suatu populasi.
Menyelidiki suatu penyakit secara epidemiologi sudah dimulai sejak
saat masalah penyakit pertama kali timbul. Langkah berikutnya
mendefinisikan masalah yaitu menghubungkannya dengan kondisi
lokasi, risiko dalam populasi, waktu, karakteristik lingkungan, gejala
klinis dan lesi (luka) yang tidak wajar. Data tersebut digunakan untuk
membandingkan tingkat morbiditas (ketidaknormalan) dan mortalitas,
kemudian mengidentifikasi dugaan faktor penyebab dengan
mencocokkan kesesuaian data yang diperoleh. Ini adalah peninjauan
kembali atau pendekatan riwayat penyakit untuk keperluan diagnosis
penyakit. Kebalikan dari hal ini adalah prospektif atau pendekatan
eksperimental untuk proses epidemiologi yang biasanya digunakan
untuk mengkonfirm kejadian penyakit yang sedang berlangsung.
Persiapan yang dilakukan sebagai berikut:
- Data umum seperti tempat, nama lokasi pengambilan sampel,
aspek ekonomis dan tanggal.
- Bila kasus terjadi di sungai, karakter spesies dan tempat
penangkapan ikan; bila di kolam budidaya perlu diketahui jenis
dan umur ikan.
- Intervensi ekonomis yang mungkin dilakukan.
- Spesies yang menunjukkan tingkah laku abnormal dan usia ikan.
- Perilaku ikan yang menunjukkan gejala sakit.
- Hasil dari Test Reflek (Reflek ekor, okular dan pertahanan diri).
2
- Mengkonfirmasi gejala klinis dari ikan sakit.
- Pengujian kualitas air.
- Informasi mengenai pencemaran bila ada.
- Menentukan dan mencatat tempat dan pola pengambilan sampel.
- Data kerugian yang dialami untuk tiap spesies ikan.
- Luas areal yang terkena wabah.
- Membuat peta situasi wabah.
1.2. Anamnesa
Anamnesa merupakan riwayat atau sejarah terjadinya penyakit
ataupun segala sesuatu yang terkait secara langsung ataupun tidak
langsung yang mungkin ada atau erat hubungannya dengan kasus
penyakit krustasea tersebut. Dalam melakukan suatu anamnesa,
maka perlu dilakukan pengumpulan informasi selengkap-lengkapnya
terkait dengan kasus penyakit ikan tersebut melalui pertanyaan-
pertanyaan pada pemiliknya. Informasi sejarah penyakit tersebut
mempunyai arti penting dalam peneguhan diagnosa dan dapat
membantu dalam penetapan suatu penyakit krustasea yang
berlangsung akut atau kasus sudah melanjut menjadi kronis. Dengan
demikian, diagnosa banding dapat dilakukan dan faktor-faktor
lainnya yang tidak ada keterkaitannya dengan kasus penyakit ikan
tersebut dapat diketahui dan sekaligus dapat dieliminasi dalam
pengambilan sampel untuk penentuan uji lanjut laboratoris jika
diperlukan.
Setiap krustasea yang diperiksa harus disertai dan dilengkapi
formulir pengiriman dengan rincian hasil anamnesa sehingga akan
lebih mempermudah petugas di lapangan ataupun laboratorium.
Formulir tersebut harus dibaca dan dicermati untuk dilakukan uji
lanjut. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai
berikut:
a. Nama dan alamat pemilik
b. Data Populasi meliputi:
nama tempat, spesies, ukuran, umur, jumlah dan asal. Perlu pula
dilengkapi dengan jenis-jenis krustasea lain yang ada dalam lokasi
tersebut.
3
c. Data Penyakit meliputi:
tingkat morbiditas dan mortalitas, jangka waktu/ masa inkubasi,
gejala klinis, abnormalitas yang terlihat pada krustasea yang baru
saja mengalami kematian, dan perlakuan/ penanganan yang telah
dilakukan serta tingkat keberhasilan yang diperoleh.
d. Data lingkungan perairan dan kualitas air:
Sumber air, debit, suhu, pH, oksigen terlarut, alkalinitas,
kesadahan, amoniak, bahan organik total
e. Pengelolaan pemeliharaan:
Kepadatan, jenis pakan, jenis obat/ bahan kimia/ vaksin yang
digunakan, faktor stress yang signifikan, transportasi,
aklimatisasi, handling, dll.
2. Laboratoris
4
e. Teknik Identifikasi melalui Sifat Biokimia
- Sifat Dinding Sel
- Kemampuan Metabolisme Gula
- Reduksi/Oksidasi
- Sensitivitas dan Resistansi Antibiotik
2.2 Patologi
Pemeriksaan patologi adalah perubahan penampilan organ yang
abnormal sebagai akibat infeksi. Pemeriksaan patologi meliputi :
a. Teknik identifikasi berdasarkan gambaran perubahan penampilan
organ yang abnormal.
b. Teknik identifikasi melalui gambaran perubahan jaringan dengan :
- Teknik Preparat Tissue Imprint
- Teknik Preparat Wet Mount
- Teknik Preparat Squash
- Teknik Preparat Histopatologi
5
Pemeriksaan Biologi Molekuler meliputi :
a. Teknik Identifikasi dengan perbanyakan sekuens DNA tertentu
seperti PCR, LAMP.
b. Teknik Identifikasi Struktur DNA dengan sekuensing
c. Teknik Identifikasi dengan perbanyakan sekuens DNA tertentu
secara kualitatif dan kuantitatif menggunakan teknik Real time
PCR (qPCR).
Tabel 2. Metoda Pemeriksaan Hama dan Penyakit Ikan Karantina/ Hama dan
Penyakit Ikan Tertentu
Nested RT-PCR *, **
qRT-PCR *,**
Sekuensing **
SNI:7914:2013 qPCR
Antibody-based assays *
PCR *,**
LAMP *, **
Sekuensing **
qPCR
6
5. White tail disease OIE, 2017 in situ DNA probes *,**
PCR *,**
Sekuensing **
Histopatologi *
Antibody-based assays *
PCR *,**
Sekuensing **
Sekuensing **
SNI:7912:2013 qPCR
qPCR *.**
PCR *,**
Sekuensing **
qPCR *
Sekuensing **
7
PENYAKIT KRUSTASEA – PARASIT
Histopatologi*
sekuensing**
Sekuensing**
Sekuensing**
Histopatologi
Tissue Imprint
In situ hybridisation
PCR *
8
20. Abalone viral ganglioneuritis OIE, 2010 Histopatologi
In situ Hibridisasi
PCR
qPCR
PCR*
PCR
Histopatologi*,**
PCR *,**
Sekuensing **
Imunohistokimia
ELISA
qPCR
9
PENYAKIT IKAN – PARASITIK
PCR
Tissue imprint
IFAT/FAT
Histologi
PCR
Sekuensing *,**
In situ hybridisation
Cell culture*
10
PCR-Restriction Endonuclease
Analysis**
Sekuensing **
36. Grouper iridoviral disease OIE, 2017 Bioassay ( isolasi virus pada
kultur sel dilanjutkan identifikasi
Red sea bream iridoviral dengan IFAT/PCR)*,**
disease (RSIVD)
Pewarnaan IFAT menggunakan
Isolat virus atau cetakan organ *,**
PCR*,**
Sekuensing*,**
PCR *, **
Sekuensing **
Antibody-based assays*
PCR *, **
Sekuensing **
39. Infectious salmon anemia OIE, 2017 Isolasi pada sel kultur *
(Salmon anaemia virus (ISAV)
Pewarnaan IFAT pada cetakan
ginjal **
immunohistokimia**
Sekuensing **
41. Viral encephalopathy and OIE, 2017 Isolasi pada sel kultur dilanjutkan
retinopathy dengan pewarnaan immuno atau
PCR*, **
RT-PCR*,**
11
Isolasi pada sel kultur dilanjutkan
dengan pewarnaan immuno atau
PCR *, **
42. Viral Haemorrhagic OIE, 2017 Isolasi pada sel kultur dilanjutkan
septicaemia dengan salah satu metode
identifikasi*,**
q RT-PCR*,**
Antibody-based assays **
qPCR
TEM
Cell culture
Immunoperoxidase
ELISA
qPCR
Keterangan :
** diagnosis konfirmasi
* diagnosis pendugaan /Presumptive
12
Lampiran II :
Keputusan Kepala Badan Karantina Ikan,
Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
Nomor 75/KEP-BKIPM/2017 tentang Standar
Metode Pengujian Penyakit Ikan dan Mutu Hasil
Perikanan
1. Organoleptik/Sensori
Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses
pengindraan. Pengindraan diartikan sebagai suatu proses fisio-
psikologis, yaitu kesadaran atau pengenalan alat indra akan sifat-sifat
benda karena adanya rangsangan yang diterima alat indra yang berasal
dari benda tersebut. Pengindraan dapat juga berarti reaksi mental
(sensation) jika alat indra mendapat rangsangan (stimulus). Reaksi atau
kesan yang ditimbulkan karena adanya rangsangan dapat berupa sikap
untuk mendekati atau menjauhi, menyukai atau tidak menyukai akan
benda penyebab rangsangan. Kesadaran, kesan dan sikap terhadap
rangsangan adalah reaksi psikologis atau reaksi subyektif. Pengukuran
terhadap nilai / tingkat kesan, kesadaran dan sikap disebut pengukuran
subyektif atau penilaian subyektif. Disebut penilaian subyektif karena
hasil penilaian atau pengukuran sangat ditentukan oleh pelaku atau yang
melakukan pengukuran.
Jenis penilaian atau pengukuran yang lain adalah pengukuran atau
penilaian suatu dengan menggunakan alat ukur dan disebut penilaian
atau pengukuran instrumental atau pengukuran obyektif. Pengukuran
13
obyektif hasilnya sangat ditentukan oleh kondisi obyek atau sesuatu yang
diukur. Demikian pula karena pengukuran atau penilaian dilakukan
dengan memberikan rangsangan atau benda rangsang pada alat atau
organ tubuh (indra), maka pengukuran ini disebut juga pengukuran atau
penilaian subyektif atau penilaian organoleptik atau penilaian indrawi.
Yang diukur atau dinilai sebenarnya adalah reaksi psikologis (reaksi
mental) berupa kesadaran seseorang setelah diberi rangsangan, maka
disebut juga penilaian sensorik. Standar pengujian organoleptik dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 3. Standar Acuan Pengujian Organoleptik/Sensori
Teknik
No. Parameter Standar Acuan
Pengujian
SNI 01-2346-2011
Organoleoptik/
1. Pengujian organoleptik dan Visual
Sensory Test
atau sensori
2. Fisik
Pengujian fisik bahan pangan adalah analisa sifat maupun bentuk
dari suatu bahan untuk mengetahui kualitas suatu produk. Karakter fisik
dapat mencakup antara lain bentuk, struktur, sifat-sifat optik, warna /
penampakan, suhu, dan sifat-sifat yang berhubungan dengan panas.
Standar acuan pengujian fisik sesuai pada tabel dibawah ini.
SNI 01-2372.1-2006
Cara uji fisika - Bagian 1:
3. Suhu Pusat Ikan Fisik
Penentuan suhu pusat pada
produk perikanan
14
fisika - Bagian 2: Penentuan
bobot tuntas pada produk
perikanan
3. Mikrobiologi
Dalam rangka pengendalian mutu secara mikrobiologis, dilakukan
pengujian laboratorium untuk mengisolasi dan mengidentifikasi cemaran
bakteri patogen.
Jenis mikroba yang terdapat dalam makanan meliputi bakteri, kapang/
jamur dan ragi serta virus yang dapat menyebabkan perubahan-
perubahan yang tidak diinginkan seperti penampilan, tekstur, rasa dan
bau dari makanan. Pengelompokan mikroba dapat berdasarkan atas
aktifitas mikroba (proteolitik, lipofilik, dsb) ataupun atas
pertumbuhannya (psikrofilik, mesofilik, halofilik, dsb).
Banyak faktor yang mempengaruhi jumlah serta jenis mikroba yang
terdapat dalam makanan, diantaranya adalah sifat makanan itu sendiri
(pH, kelembaban, nilai gizi), keadaan lingkungan dari mana makanan
tersebut diperoleh, serta kondisi penanganan, pengolahan ataupun
penyimpanan. Jumlah mikroba yang terlalu tinggi dapat mengubah
karakter organoleptik, mengakibatkan perubahan nutrisi / nilai gizi atau
bahkan merusak makanan tersebut. Untuk melihat mutu produk secara
mikrobiologi perlu dilakukan pengujian, adapun standar acuan dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
15
Tabel 5. Standar Acuan Pengujian Mikrobiologi
No Parameter Standar Acuan Teknik Pengujian
SNI 2332.1-2015
Angka Paling
Penentuan Coliform dan
4. Coliform Memungkinkan
Escheria coli pada produk
(APM)
perikanan
SNI 2332.1-2015
Angka Paling
Penentuan Coliform dan
Memungkinkan
Escherichia coli pada produk
perikanan (APM)
SNI 2354.2-2015
Penentuan Salmonella pada Kualitatif
produk perikanan
6. Salmonella spp.
SNI ISO 6579:2015
Metode horizontal untuk Identifikasi
deteksi Salmonella spp.
Metode cawan
hitung agar sebar
(Plate Count) dan
Staphylococcus SNI 2332.9:2015 Angka paling
7.
aureus Penentuan Staphylococcus Memungkinkan
aureus (APM)
16
SNI ISO 6888-2.2012
Metode horizontal untuk
enumerasi staphylococci
Kualitatif
koagulasi-positif
(Staphylococcus aureus dan
spesies lain)
SNI 01-2332.4-2006
Kualitatif
Penentuan Vibrio cholera pada
produk perikanan
Vibrio
9. SNI ISO/TS 21872-1:2015
parahemolyticus Metode horizontal untuk
deteksi Vibrio spp. berpotensi
Deteksi
enteropatogenik – Bagian 1 :
Deteksi Vibrio parahaemolyticus
dan Vibrio cholera
SNI 01-4502-1998
Kualitatif
Metode Pengujian Listeria
Monocytogenes
Listeria
10. SNI ISO/TS 11290-1:2012
Monocytogenes Mikrobiologi bahan pangan dan
pakan – Metode horizontal Deteksi
untuk deteksi dan enumerasi
Listeria monocytogenes – Bagian
1: Metode deteksi
Deteksi
penghitungan Metode filtrasi
11. SNI ISO 7899- 2: 2010
enterococci dengan membran
intestinal
Kualitas Deteksi
dan Penghitungan
Bakteri an aerob metode filtrasi
12. SNI ISO 6461-2: 2010
pereduksi sulfite dengan membran
pembentuk spora
(colostrida) –
17
– Bagian 1: Teknik
penghitungan koloni pada
produk dengan aktivitas air
lebih besar dari 0,95
4. Pengujian Kimia
Kimia analisis adalah studi pemisahan, identifikasi, dan kuantifikasi
komponen kimia dalam bahan alam maupun buatan. Analisis kualitatif
memberikan indikasi identitas spesies kimia di dalam sampel. Sedangkan
analisis kuantitatif menentukan jumlah komponen tertentu dalam suatu
zat. Pemisahan komponen seringkali dilakukan sebelum melakukan
analisis.
Metode analisis dapat dibagi menjadi klasik dan instrumental. Metode
klasik (dikenal juga sebagai metode kimia basah) menggunakan
pemisahan seperti pengendapan, ekstraksi, dan distilasi serta analisis
kualitatif berdasarkan warna, bau, atau titik leleh (organoleptis). Analisis
kuantitatif klasik dilakukan dengan menentukan berat atau volum.
Metode instrumental menggunakan suatu peralatan untuk menentukan
kuantitas fisik suatu analit seperti serapan cahaya, fluoresensi, atau
konduktivitas. Pemisahan dilakukan menggunakan metode kromatografi,
elektroforesis atau fraksinasi aliran medan.
Pengujian kimia merupakan salah satu hal penting dalam dunia
pangan, selain karena diwajibkan oleh pemerintah untuk dicantumkan di
suatu produk pangan, pengujian bahan pangan juga berfungsi untuk
memastikan mutu produk agar sesuai yang diinginkan dan juga untuk
dapat melakukan pengembangan produk atau biasa dikenal dengan R&D
(research and development). Dalam analisis produk pangan ada beberapa
kriteria yang diperhatikan: akurat, mudah, cepat, sederhana, dan jika
memungkinkan non-destructive.
Dalam rangka menjamin mutu dan keamanan pangan maka perlu
dilakukan pengujian pada produk perikanan, pengujian tersebut dapat
mengacu pada tabel berikut ini :
Tabel 6. Standar Acuan Pengujian Kimia
No. Parameter Standar Acuan Metode
SNI 01-2354.1-2010
Kadar Abu dan Abu Penentuan kadar abu dan abu
1. Gravimetri
Tak Larut tak larut dalam asam pada
produk perikanan
18
SNI 01-2354.2-2015 Cara Uji
kimia Bagian 2 : Penentuan
2. Kadar Air Gravimetri
kadar air pada produk
perikanan
SNI 01-2354.3-2016
3. Lemak Penentuan kadar lemak total Gravimetri
pada produk perikanan
SNI 01-2354.4-2006
Penentuan kadar protein
4. Protein Titrimetri
dengan metode total nitrogen
pada produk perikanan
SNI 01-2354.10:2016
Penentuan Kadar Histamin Spetroflorometri
6. Histamin dengan spektroflorometri dan dan Kromatografi
Kromatografi cair Kinerja cair
tinggi (KCKT) pada produk
perikanan
SNI 01-2354.6-2016 Spekroskopi
Penentuan kadar logam berat Serapan Atom
7. Mercury
merkuri (Hg) pada produk (Atomic Absorption
perikanan Spectrofotometer)
SNI 01-2354.8-2009
TVB (Distilasi)
Penentuan kadar Total Volatil
8. TVB/TMA Base Nitrogen (TVB-N) dan TMA (cawan
Trimetil Amin Nitrogen (TMA- Conway)
N) pada produk perikanan
SNI 01-2354.11-2013
Penentuan Tetrasiklin dan
Tetracycline dan
9. deri Kromatografi cair
derivatnya
vatnya dengan Kromatografi
Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
pada produk perikanan
SNI 2354.9 : 2009
Penentuan residu
10. Chloramphenicol kloramfenikol dengan Kromatografi cair
Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi (KCKT)
Nitrofuran AMOS,
11. Elisa Method Metode Elisa
AOZ, SEM, AHD
19
SNI 01-2354.13:2013 Spekroskopi Serapan
Tembaga (Cu) dan Penentuan kadar Tembaga Atom (Atomic
13.
Seng (Zn) (Cu) dan Seng (Zn) pada Absorption
produk perikanan Spectrofotometer/AAS
SNI 01-2354.14:2016
Penentuan Kadar Sulfit
Spektroflorometri
dengan spektroflorometri dan
14. Sulfit dan Kromatografi
Kromatografi cair Kinerja
cair
tinggi (KCKT) pada produk
perikanan
SNI 01-2370-1991
19. Penentuan kandungan
Karbohidrat Titrimetri
karbohidrat
SNI 01-4499-1998
Penentuan kadar squalene
20.
Squalen pada minyak ikan dengan Kromatografi gas
cara ekstraksi
SNI 01-4497-1998
21.
Kadar agar Penentuan kadar agar dari Gravimetri
rumput laut
Rendemen (yield) SNI 2354,122 : 2013
22. Penentuan rendemen (yield) Gravimetri
karaginan
karaginan rumput laut
1 Sekretaris BKIPM
ttd.
2 Kepala Pusat Standardisasi
Sistem dan Kepatuhan
Kepala Bagian Hukum, RINA
3
Kerjasama dan Humas
20