Anda di halaman 1dari 108

ANALISIS KINERJA RANTAI PASOK IKAN KAKAP MERAH

DI PT. ILUFA, PASURUAN

SKRIPSI

Oleh:
SITI JUBAIDAH
135100301111084

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
ANALISIS KINERJA RANTAI PASOK IKAN KAKAP MERAH
DI PT. ILUFA, PASURUAN

SKRIPSI

Oleh:
SITI JUBAIDAH
NIM 135100301111084

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana


Teknologi Pertanian

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
iii
iv
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Siti Jubaidah,


lahir di Senganan pada tanggal 22 Oktober
1995. Penulis merupakan putri bungsu dari
Bapak Jumangun dan Ibu Jumriah. Penulis
menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di
SDN 7 Kediri pada tahun 2007. Penulis
melanjutkan sekolah di SMPN 2 Tabanan
dengan tahun lulus 2010, kemudian
melanjutkan sekolah di SMAN 2 Tabanan
dengan tahun lulus 2013. Selanjutnya ditahun yang sama
melanjutkan pendidikannya di Universitas Brawijaya Malang,
Fakultas Teknologi Pertanian, Jurusan Teknologi Industri
Pertanian.
Tahun 2017 penulis berhasil menyelesaikan pendidikannya
di Jurusan Teknologi Industri Pertanian. Selama masa
pendidikan di Universitas Brawijaya, penulis aktif sebagai
asisten praktikum matakuliah Bioindustri. Penulis tercatat
sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Teknologi Pertanian
dan Forum Kajian Islam Fakultas Teknologi Pertanian pada
Departemen Ikatan Mahasiswa Muslim Peduli Pangan dan Gizi.

v
Alhamdulillah..... Terima kasih Ya Allah
Karya kecil ini aku persembahkan kepada
Kedua Orang Tuaku, kakakku, dan semua orang yang telah
berjuang dan selalu mendoakanku..

vi
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertandatangan di bawahini:

Nama : Siti Jubaidah


NIM : 135100301111084
Jurusan :Teknologi Industri Pertanian
Fakultas :Teknologi Pertanian
Judul Skripsi: Analisis Kinerja Rantai Pasok Ikan Kakap Merah
di PT. ILUFA, Pasuruan

Menyatakan bahwa,

Tugas Akhir dengan judul di atas merupakan karya asli penulis


tersebut di atas. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini
tidak benar saya bersedia dituntut sesuai hukum yang berlaku.

Malang, 06 November 2017


Pembuat Pernyataan,

Siti JUbaidah
NIM. 135100301111084

vii
SITI JUBAIDAH. 135100301111084. Analisis Kinerja Rantai
Pasok Ikan Kakap Merah di PT. ILUFA, Pasuruan. TA.
Pembimbing: Dr. Panji Deoranto, STP, MP. dan Dr. Siti
Asmaul Mustaniroh, STP, MP.

RINGKASAN

PT. Inti Luhur Fuja Abadi (PT. ILUFA) merupakan salah


satu perusahaan di Jawa Timur yang memproduksi dan
mengekspor produk-produk perikanan dengan komoditi andalan
adalah ikan kakap merah. Masalah utama dalam rantai pasok
ikan kakap merah kinerja pemasok yang tidak dapat memenuhi
permintaan ikan kakap merah dalam jumlah dan spesifikasi
yang telah ditentukan serta keterlambatan pengiriman. Hal ini
tentunya akan berdampak pada kualitas olahan ikan kakap
merah. Selain itu, permintaan olahan ikan kakap dari konsumen
juga tidak menentu. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis
kinerja rantai pasok secara menyeluruh dengan cara melakukan
pengukuran kinerja agar dapat menentukan strategi
peningkatan kinerja rantai pasok. Metode yang diguakan dalam
penelitian ini adalah SCOR (Supply Chain Operation
Refference) untuk mengukur kinerja rantai pasok dan SWOT-
Fuzzy AHP (Strenghs Weaknesess Opportunities Treads –
Fuzzy Analitycal Hierarcy Process) untuk merumuskan strategi
peningkatan kinerja rantai pasok.
Rantai pasok ikan kakap merah di PT. ILUFA dimulai dari
nelayan yang menangkap ikan di laut. Ikan hasil tangkapan
nelayan dibeli supplier melalui proses pelelangan di TPI
(Tempat Pelelangan Ikan). Dari supplier, ikan dikirim ke PT.
ILUFA untuk diproduksi sesuai dengan pesanan. Produk akhir
diekspor ke beberapa negara mitra melalui buyer selaku importir
yang menyalurkan produk ke ritel dan konsumen di negara
mitra. Kinerja rantai pasok ikan kakap merah di PT. ILUFA
sudah baik, terlihat bahwa sebagian besar dari metrik kinerja
rantai pasok ikan kakap merah di PT. ILUFA sudah tercapai.
Hasil pengukuran kinerja rantai pasok ikan kakap merah, yaitu
viii
kondisi ikan kakap merah terkirim sempurna pada tahun 2015
sebesar 97,49 % dan pada tahun 2016 sebesar 98,75 %,
ketepatan jadwal pengiriman ikan kakap merah dalam setahun
pada tahun 2015 sebesar 17.67 % dan pada tahu 2016 sebesar
48.33 %, kondisi produk ikan kakap merah yang dikirim oleh PT.
ILUFA sebesar 100%, waktu siklus pengadaan selama 1 hari
untuk satu kali siklus, waktu siklus produksi selama 2 hari untuk
satu kali siklus, waktu siklus pengiriman 38 hari untuk satu kali
siklus. Alternatif strategi untuk meningkatkan kinerja rantai
pasok ikan kakap merah, yaitu SO (mempertahankan mutu
produk) dengan total bobot sebesar 3,522; WO (memperluas
pasar) dengan total bobot sebesar 2,969; ST (menjaga
kemintraan dengan pemasok) dengan total bobot sebesar
2,391; WT (meningkatkan promosi) dengan total bobot sebesar
1,549.

Kata Kunci: Kakap Merah, Kinerja, Rantai Pasok

ix
SITI JUBAIDAH. 135100301111084. Analysis of Red Snapper
Supply Chain Performance in PT. ILUFA. Minor Thesis.
Supervisor: Dr. Panji Deoranto, STP, MP. and Dr. Siti
Asmaul Mustaniroh, STP, MP.

Summary

PT. Inti Luhur Fuja Abadi (PT ILUFA) is one of the


companies in East Java that produce and export fishery
products with mainstay of red snapper. The main problem in
supply chain red snapper is the supplier performance that can’t
fill demand of red snapper in specified quantities and
specifications as well as delays in delivery. This will certainly
have an impact on processed quality of red snapper. In addition,
demand for processed snapper from consumers is also
uncertain. Therefore, it is necessary to analyze the supply chain
performance thoroughly by measuring the performance to
determine the strategy of improving supply chain performance.
The method used in this research is SCOR (Supply Chain
Operation Refference) to measure supply chain performance
and SWOT-Fuzzy AHP (Strenghs Weaknesess Opportunities
Treads - Fuzzy Analityal Hierarchy Process) to formulate
strategies to improve supply chain performance.
Supply Chain of Red Snapper at PT. ILUFA starts from
fishermen who catch fish in the sea. Fish catch by fishermen
was sold to suppliers through auction process in fish auction.
From suppliers, fish was sent to PT. ILUFA from produce
according by order. The final product was exported to several
countries through the buyer as the importer who distributes the
product to retail and consumers in that countries. The red
snapper fish supply chain performance at PT. ILUFA is good, it
appears that most of the red snapper fish supply performance
metrics in PT. ILUFA has been achieved. The results of red
snapper fish supply performance measurement, there are red
snapper sent perfectly in 2015 of 97.49% and in 2016 of
98.75%, delivery schedule accuracy of red snapper in 2015 of
x
17.67% and in 2016 of 48.33%, red snapper products sent
perfectly of 100 %, procurement cycle time for 1 day for one
cycle, production cycle time for 2 days for one cycle, delivery
cycle time 38 days for one cycle. The alternative strategy for
improving the red snapper supply chain performance, there are
SO (maintaining product quality) with total weight of 3,522; WO
(expanding market) with total weight of 2,969; ST (keeping
intuition with supplier) with total weight of 2,391; WT (increase
promotion) with total weight of 1,549.

Key Word: Red Snapper, Performance, Supply Chain

xi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan


anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang
berjudul “Analisis Kinerja Rantai Pasok Ikan Kakap Merah di PT.
ILUFA, Pasuruan” dengan baik. Penyusunan TA ini merupakan
salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknologi
Pertanian.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Kedua orang tua dan segenap keluarga yang banyak
memberi dukungannya dan doa.
2. Dr. Panji Deoranto, STP, MP selaku dosen pembimbing I
yang telah meluangkan waktunya dan membimbing
penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan ini
3. Dr. Siti Asmaul Mustaniroh STP, MP selaku selaku dosen
pembimbing II yang telah meluangkan waktunya dan
membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan
laporan ini
4. Dr. Retno Astuti, STP, MT selaku selaku dosen penguji
yang meberikan saran perbaikan untuk laporan ini
5. Dr. Sucipto, STP, MP selaku ketua jurusan Teknologi
Industri Pertanian Universitas Brawijaya
6. Bapak Ir Budi E Prasetya, Bapak Herwanto, dan Bapak
Josafat atas bantuannya selama penelitian berlangsung.
7. Seluruh teman-teman yang telah memberikan dukungan
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
8. Pihak-pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-
persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan
laporan ini.

Penyusun menyadari adanya keterbatasan pengetahuan,


referensi dan pengalaman dalam pembuatan laporan ini.
Penyusun mengharapkan saran dan masukan demi lebih
baiknya TA ini. Akhirnya harapan penyusun semoga TA ini

xii
dapat bermanfaat bagi penyusun maupun semua pihak yang
membutuhkan.

Malang, 06 November 2017

Penulis

xiii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................. i


LEMBAR PERSETUJUAN .................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................... iv
RIWAYAT HIDUP ................................................................ v
HALAMAN PERUNTUKKAN .............................................. vi
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR ....................... vii
RINGKASAN ....................................................................... viii
SUMMARY ......................................................................... x
KATA PENGANTAR .......................................................... xii
DAFTAR ISI ........................................................................ xiv
DAFTAR TABEL ................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR ............................................................ xvii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................... xviii
I PENDAHULUAN ............................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................. 4
II TINJAUAN PUSTAKA...................................................... 5
2.1 Ikan Kakap Merah .................................................. 5
2.2 Rantai Pasok .......................................................... 6
2.3 Manajemen Rantai Pasok ...................................... 7
2.4 Kinerja Rantai Pasok .............................................. 8
2.5 Supply Chain Operation Reference (SCOR) .......... 9
2.6 Analisis SWOT ....................................................... 15
2.7 Fuzzy Analitycal Hierarcy Process ......................... 17
2.8 Strategi Peningkatan Rantai Pasok. ....................... 21
2.9 PenelitianTerdahulu ............................................... 22
III METODE PENELITIAN ................................................... 25
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ................................ 25
3.2 Batasan Masalah ................................................... 25
3.3 Prosedur Penelitian................................................ 25
IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................... 33
4.1 Gambaran Umum .................................................. 33
xiv
4.2 Model Jaringan Rantai Pasok ................................ 33
4.2.1 Struktur Jaringan Rantai Pasok. ................... 33
4.2.2 Manajemen Rantai Pasok. ............................ 40
4.3 Pemetaan Aktivitas Rantai Pasok Berdasarkan
SCOR………………………………………………….42
4.4 Pengukuran Metrik Kinerja Rantai Pasok .............. 53
4.5 Bencmarking Metrik Kinerja ................................... 55
4.6 Analisis Peningkatan Kinerja Rantai Pasok ........... 57
4.6.1 Penentuan Posisi Perusahaan Melalui Analisi
SWOT.. ....................................................... 57
4.6.2 Strategi Peningkatan Kinerja Rantai Pasok. . 61
4.7 Implikasi Manajerial ............................................... 49
V KESIMPULAN DAN SARAN............................................ 71
5.1 Kesimpulan............................................................... 71
5.2 Saran........................................................................ 72
DAFTAR PUSTAKA ............................................................ 73
LAMPIRAN .......................................................................... 83

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu tentang Analisis Kinerja Rantai


Pasok ................................................................. 23
Tabel 3.1Rumus Perhitungan Metrik Kinerja Rantai Pasok
Berdasarkan SCOR ............................................ 23
Tabel 4.1 Daftar Supplier Mitra PT. ILUFA ......................... 36
Tabel 4.2 Daftar Buyer PT. ILUFA ...................................... 38
Tabel 4.3 Aktivitas Rantai Pasok dengan Pendekatan SCOR
……………………………………………………… 29
Tabel 4.4 Benchmarking Kinerja Rantai Pasok Ikan Kakap
Merah di PT. ILUFA ............................................. 56
Tabel 4.5 Penelitian Faktor Internal ..................................... 58
Tabel 4.6 Penelitian Faktor Eksternal .................................. 59
Tabel 4.7 Matrik SWOT ....................................................... 61
Tabel 4.8 Bobot Subfaktor ................................................... 63
Tabel 4.9 Strategi Alternatif ................................................. 65
Tabel 4.10 Standar Mutu Ikan Kakap Merah Beku di PT. ILUFA
Menurut SNI 4110 tahun 2014 tentang Ikan Beku .. 68

xvi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Rantai Pasok ...................................... 6


Gambar 2.2 Operasi 𝛼 – 𝑐𝑢𝑡 dan indeks optimisme pada
bilangan fuzzy triangular ................................. 20
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian .................................... 26
Gambar 4.1 Struktur Rantai Pasok Ikan Kakap Merah di PT.
ILUFA .............................................................. 34
Gambar 4.2 Diagram Sederhana Proses Rantai Pasok ....... 43
Gambar 4.3 Tahapan Proses Produksi Ikan Kakap Merah .. 48
Gambar 4.4 Posisi Perusahaan Berdasarkan Analisis SWOT
........................................................................ 61

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur Hirarki Strategi Peningkatan Kinerja


Rantai Pasok ................................................ 85
Lampiran 2. Kuesioner Analisis SWOT ............................. 87
Lampiran 3. Kuesioner Penentuan Strategi Peningkatan Kinerja
Rantai Pasok ............................................... 93
Lampiran 4. Data Perhitungan Kinerja Rantai Pasok ........ 101
Lampiran 5. Perhitungan Atribut Kinerja Rantai Pasok ..... 103
Lampiran 6. Rekapan Hasil Perhitungan Bobot dan Rating 105
Lampiran 7. Perhitungan Fuzzy AHP ................................ 107
Lampiran 8. Rekapan Hasil Perhitungan Fuzzy AHP ........ 111
Lampiran 9. Standart Operation Procedure Ikan Kakap Merah
……………………………………………..…. 117

xviii
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia
dengan luas perairannya mencapai 5.877.779 km2 (Ramdhan
dan Taslim, 2013). Hal ini menunjukkan potensi dari komoditas
perikanan di Indonesia cukup melimpah. Menurut Kementrian
Kelautan dan Perikanan (2015), pertumbuhan PDB (Produk
Domestik Bruto) sub kategori perikanan memiliki konstribusi
yang terus meningkat terhadap PDB nasional. Pada tahun 2013,
kontribusi sub kategori perikanan sebesar 2,21% dan
mengalami peningkatan pada tahun 2014 menjadi 2,34%.
Peningkatan ini diimbangi dengan adanya peningkatan industri
pengolahan kelautan dan perikanan. Pada tahun 2013, laju
pertumbuhan industri pengolahan kelautan dan perikanan
sebesar 6,84 dan pada tahun 2014 naik menjadi 7,23.
Peningkatan industri pengolahan kelautan dan perikanan juga
terjadi di Provinsi Jawa Timur. Menurut data dari Dinas Kelautan
dan Perikanan Provinsi Jawa Timur, jumlah unit pengolahan
pada tahun 2014 sebesar 8.522 dan pada tahun 2015 naik
menjadi 8.629. Peningkatan ini sekaligus menunjukkan bahwa
adanya peningkatan persaingan pada industri pengolahan
kelautan dan perikanan.
PT. Inti Luhur Fuja Abadi (PT. ILUFA) merupakan salah satu
perusahaan di Jawa Timur yang memproduksi dan mengekspor
produk-produk perikanan. Salah satu komoditi perikanan ekspor
andalan yang diproduksi oleh PT. ILUFA adalah ikan kakap
merah. Rantai pasok ikan kakap merah dimulai dari nelayan
yang menangkap ikan dilaut yang kemudian dijual ke pemasok.
Ikan kakap merah ini dipasok dari beberapa kota seperti
Probolinggo, Lamongan, Situbondo, Sidoarjo, Jakarta, dan
Pasuruan. Dari pemasok, selanjutnya ikan kakap merah diolah
menjadi ikan beku atau fillet. Melalui buyer, selanjutnya olahan
ikan kakap merah diekspor ke beberapa negara seperti
Vietnam, Hongkong, Uni Eropa, dan Amerika.
Sebagai upaya untuk meningkatkan daya saing perusahaan,
maka perlu dilakukan peningkatkan efektivitas dan efisiensi
rantai pasok (Setiawan dkk, 2011). Hal ini dikarenakan, rantai
1
pasok mengintegrasikan semua anggota yang terlibat agar
dapat bekerjasama dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen. Oleh karena itu, diperlukan manajemen rantai pasok
yang baik agar dapat memenuhi kebutuhan konsumen dengan
kualitas, jumlah dan waktu yang tepat. Untuk dapat mengelola
manajemen rantai pasok berjalan baik, salah satu hal yang
dapat dilakukan adalah dengan melakukan analisis kinerja
rantai pasok. Analisis ini dilakukan untuk mengevaluasi dan
menjamin kelancaran kinerja rantai pasok.
Masalah utama dalam rantai pasok ikan kakap merah yang
diproduksi oleh PT. ILUFA adalah kinerja pemasok. Semua
pemasok yang telah bekerjasama tidak dapat memenuhi
permintaan ikan kakap merah dalam jumlah dan spesifikasi
yang telah ditentukan. Pengiriman ikan kakap merah juga sering
mengalami keterlambatan sampai 12 jam. Hal ini tentunya akan
berdampak pada kualitas olahan ikan kakap merah dan dapat
menimbulkan komplain dari konsumen. Selain itu, permintaan
olahan ikan kakap dari konsumen juga tidak menentu. Oleh
karena itu, perlu dilakukan analisis kinerja rantai pasok secara
menyeluruh agar dapat menentukan arah perbaikan untuk
menciptakan keunggulan dalam bersaing. Analisis kinerja rantai
pasok ini tidak hanya dilakukan pada pemasok ke perusahaan,
tapi juga dilakukan pada perusahaan ke buyer.
Analisis kinerja rantai pasok dapat dilakukan dengan
menggunakan metode Supply Chain Operation Reference
(SCOR). Metode SCOR mengidentifikasi proses dalam rantai
pasok dengan membagi poses dalam rantai pasok menjadi lima
proses utama, yaitu plan, source, make, deliver, dan return.
Pada metode SCOR digunakan beberapa atribut untuk
mengukur kinerja rantai pasok, yaitu reliability, responsiveness,
agility, cost, dan asset management. Menurut Poluha (2007),
keunggulan dari metode SCOR adalah dapat mengamati semua
proses dalam rantai pasok mulai dari pemasok hingga ke
konsumen. Hal ini menunjukkan bahwa metode SCOR dapat
mendefinisikan semua keadaan anggota rantai pasok.
Perumusan strategi peningkatan rantai pasok dilakukan
dengan mempertimbangkan lingkungan perusahaan secara
internal maupun eksternal. Menurut Lewicka (2011), suatu rantai
2
pasok harus menggunakan strategi dengan mempertimbangkan
kesesuaian dari produk dan pasarnya. Salah satu metode yang
dapat digunakan dalam merumuskan strategi peningkatan rantai
pasok di PT. ILUFA adalah SWOT (Strength, Weakness,
Opportunities, Theats). Menurut Assauri (2013), dengan
pendekatan SWOT, perusahaan akan mendapatkan gambaran
singkat tentang keseluruhan keadaan perusahaan yang
mendasar, terkait dengan permasalahan perusahaan sehingga
dapat mengolah pemanfaatan peluang dan meminimalisir
ancaman lingkungannya.
Pemilihan strategi peningkatan dilakukan dengan bantuan
Fuzzy Analitycal Hierarcy Process (Fuzzy AHP). Fuzzy AHP
merupakan salah satu metode yang digunakan untuk
pengambilan keputusan dari permasalahan yang kompleks
dengan melakukan sintesa pendapat ahli. Menurut Setiawan
dkk (2009), penggunaan metode Fuzzy AHP ini bertujuan untuk
menyusun ketidakpastian dan kekaburan yang dihubungkan
dengan penilaian dari penentuan bobot masing-masing metrik
pengukuran kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan
metode AHP konvensional. Hal ini disebabkan metode AHP
konvensional tidak cukup akurat dalam menangkap tingkat
derajat pentingnya pengambilan keputusan dalam penentuan
strategi peningkatan kinerja rantai pasok.

1.2 Perumusan Masalah


Penelitian ini disusun berdasarkan beberapa permasalahan
yang dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana proses rantai pasok ikan kakap merah di PT.
ILUFA?
2. Bagaimana kinerja rantai pasok ikan kakap merah di PT.
ILUFA?
3. Bagaimana strategi peningkatan untuk meningkatkan
kinerja rantai pasok ikan kakap merah yang dapat
diterapkan oleh PT. ILUFA?

3
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi proses rantai pasok ikan kakap merah
yang diterapkan pada PT. ILUFA
2. Menganalisis kinerja rantai pasok ikan kakap merah di
PT. ILUFA
3. Merumuskan strategi peningkatan kinerja rantai pasok
ikan kakap merah yang dapat diterapkan oleh PT. ILUFA

1.4 Manfaat
Manfaat yang didapat dari dilakukannya penelitian ini
adalah:
1. Bagi perusahaan, hasil dari analisis data dapat
digunakan sebagai acuan untuk meningkatkan kinerja
rantai pasok, khususnya ikan kakap merah
2. Bagi pihak lain, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai
informasi penerapan metode SCOR dan Fuzzy AHP
dalam mengukur dan meningkatkan kinerja rantai pasok

4
II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Kakap Merah


Ikan kakap merah memiliki nama latin Lutjanus
argentimaculantus dan juga dikenal sebagai red snapper. Ikan
kakap merah ini memiliki badan berwarna coklat tua kemerahan
dengan bagian bawah keperakan. Bentuk dari ikan ini adalah
memanjang, agak pipih, badan tinggi, dan memiliki gigi taring.
Ikan ini dapat hidup di perairan dengan kedalaman mencapai
100 meter (Ghufran dan Kordi, 2010). Berat dari ikan kakap
merah biasanya berkisar 1.5 sampai 10 pounds setara dengan
700 g sampai 4.5 kg. Namun, tak jarang ikan kakap merah
dapat mencapai ukuran 30 pounds yang setara dengan 13 kg
(Lane and Jerald, 2006). Hampir seluruh bagian tubuh dari ikan
kakap merah dapat dimanfaatkan. Bagian tubuh ikan kakap
merah yang dapat dimanfaatkan adalah daging, tulang, jerohan,
dan sisik. Persentase bagian tubuh ikan kakap merah adalah
daging 39%, tulang 45%, jerohan 12%, dan sisik 4% (Jacoeb
dkk, 2015).
Pertumbuhan ikan kakap merah tergolong cepat, yaitu
mencapai 0,56% perharinya. Hal inilah melatarbelakangi
dilakukannya pembudidayaan ikan kakap merah selain karena
pemeliharaannya yang cukup mudah. Pembudidayaan dapat
dilakukan dengan membuat keramba tancap di perairan pantai
disekitar muara sungai. (Sudrajat, 2015). Ikan kakap merah
merupakan ikan karnivora yang memakan ikan-ikan kecil dan
crustancean, namun juga dapat diberi pakan yang telah
diformulasikan dengan baik, sehingga mempermudah
pembudayaan ikan kakap merah (Coniza dkk, 2012).

2.2 Rantai Pasok


Rantai Pasok merupakan serangkain proses mulai dari
upaya untuk mendapatkan pesanan dari konsumen, penyedian
bahan baku, pengolahan bahan baku menjadi produk, dan
pendistribusian produk sampai ke konsumen. Fasilitas yang
terkait dengan rantai pasok pada dasarnya meliputi pemasok,
gudang bahan, pusat pengolahan, gudang produk jadi, pusat
distribusi, dan retailer. Fasilitas-fasilitas tersebut dihubungkan
5
oleh jaringan transportasi dan komunikasi. Tata urutan proses
dan kegiatan bisnis yang tercakup dalam rantai pasok
mencakup empat hal pokok, yaitu (Sinulingga, 2009):
• Proses untuk mendapatkan atau mengolah permintaan
pelanggan
• Proses pengadaan bahan dan komponen dari pemasok
• Proses pengolahan produk di pabrik
• Proses pengiriman produk kepada pelanggan
Pada rantai pasok, terdapat beberapa anggota rantai pasok
yang berperan sebagai pemain utama. Para pemain ini
selanjutnya membentuk beberapa hubungan dan struktur dalam
rantai pasok. Struktur pada rantai pasok dapat dilihat pada
Gambar 2.1.

Pemasok Perusahaan Retail Konsumen

Pemasok Distributor

Aliran Produk
Aliran Biaya
Aliran Informasi

Sumber: Anantan dan Lena (2008)


Gambar 2.1. Struktur Rantai Pasok

Hubungan dalam rantai pasok, yaitu (Indirajit dan Richardus,


2002):
• Rantai 1: Pemasok
Pemasok merupakan mata rantai pertama dalam rantai
pasok yang berfungsi sebagai sumber penyedia bahan pertama,
yaitu bahan baku, bahan tambahan, bahan mentah, bahan
penolong, dan sebagainya.
• Rantai 1-2: Pemasok – Perusahaan
Perusahaan merupakan mata rantai kedua setelah pemasok.
Perusahaan berfungsi untuk melakukan pekerjaan membuat,

6
memfabrikasi, mengasembling, merakit, mengkonversikan, atau
menyelesaikan barang.
• Rantai 1-2-3: Pemasok – Perusahaan – Distributor
Barang yang telah dihasilkan oleh perusahaan selanjutnya
dikirim ke distributor sebagai lembaga penyalur barang ke
konsumen. Barang yang dikirim ke distributor ini biasanya dalam
jumlah besar yang kemudian dikirim ke retail dalam jumlah yang
lebih sedikit.
• Rantai 1-2-3-4: Pemasok – Perusahaan – Distributor –
Retail
Retail berfungsi sebagai lembaga terakhir dalam rantai
pasok, dimana fungsi retail adalah menyalurkan barang
langsung ke konsumen. Barang pada retail dapat dibeli dalam
jumlah satuan.
• Rantai 1-2-3-4-5: Pemasok – Perusahaan – Distributor –
Retail – konsumen
Konsumen melakukan pembelian pada retail dapat dikatakan
sebagai mata rantai yang terakhir. Tapi, perlu dipertimbangkan
bahwa mata rantai pasok benar-benar berakhir pada konsumen
yang menggunakan langsung barang tersebut.

2.3 Manajemen Rantai Pasok


Manajemen rantai pasok merupakan upaya yang dilakukan
untuk merencanakan, merancang, dan mengendalikan aliran
bahan, informasi, dan uang dalam proses rantai pasok
(Sinulingga, 2009). Hal ini memperlihatkan bahwa dalam rantai
pasok mencakup lebih dari sekedar pengiriman barang dan
pemberian layanan kepada konsumen. Rantai pasok yang
terintegrasi ini terdiri dari banyak mitra yang mendukung
jalannya proses rantai pasok. Dengan adanya manajemen
rantai pasok ini, memungkinkan perusahaan untuk
memanfaatkan kekuatan satu sama lain untuk membangun
proses rantai pasok yang memberikan nilai pada konsumen
(Ross, 2011).
Tujuan utama dari manajemen rantai pasok adalah
mengkoordinasi kegiatan dalam rantai pasok untuk
memaksimalkan keunggulan kompetitif dan manfaat dari rantai
pasok bagi konsumen akhir (Heizer dan Barry, 2015). Selain itu,
7
tujuan lain dari pengaplikasian manajemen rantai pasok adalah
penurunan biaya, penurunan modal, dan perbaikan pelayanan.
Penurunan biaya dapat dicapai dengan meminimlakan biaya
logistik yang meliputi biaya transportasi dan pergudangan.
Penurunan modal didapat dengan meminimlakan tingkat
investasi dalam bidang logistik. Perbaikan layanan akan
mempengaruhi pendapatan dan profitabilitas perusahaan jika
dilakukan secara proaktif (Anatan dan Lena, 2008).
Area cakupan dalam manajemen rantai pasok (Pujawan,
2005), yaitu:
1. Pengembangan produk
Pada kegiatan ini, perusahaan melakukan riset pasar,
merancang produk baru, dan melibatkan pemasok dalam
perancangan produk baru
2. Pengadaan
Pada kegiatan ini dilakukan pemilihan pemasok, evaluasi
kinerja pemasok, melakukan pembelian bahan baku dan
komponen, memonitor risiko pemasok, serta membina dan
memelihara hubungan dengan pemasok.
3. Perencanaan dan pengendalian
Kegiatan ini meliputi perencanaan permintaan, peramalan
permintaan, perencanaan kapasitas, perencanaan produksi
dan persediaan
4. Operasi dan produksi
Pada kegiatan ini dilakukan proses produksi dan
pengendalian mutu produk
5. Pengiriman dan distribusi
Pada kegiatan ini dilakukan perencanaan jaringan distribusi,
penjadwalan, pengiriman, mencari dan memelihara
hubungan dengan perusahaan, jasa pengiriman, mengamati
tingkat pelayanan pada tiap pusat distribusi.

2.4 Kinerja Rantai Pasok


Kinerja merupakan suatu istilah yang mengacu pada hasil
dari output dan sesuatu yang dihasilkan dari proses produk dan
jasa yang dapat dievaluasi dan dibandingkan secara relatif
dengan tujuan, standar, hasil-hasil yang lalu, dan organisasi lain
(Hertz, 2007). Kinerja rantai pasok merupakan titik temu antara
8
konsumen dan pemangku kepentingan dimana syarat keduanya
telah terpenuhi dengan relevansi atribut kinerja dari waktu ke
waktu (Christien dkk, 2006). Pengukuran kinerja rantai pasok
perlu dilakukan sebagai upaya untuk mengelola rantai pasok.
Pengukuran kinerja rantai pasok merupakan suatu sistem
yang mampu mengevaluasi kinerja rantai pasok, sehingga dapat
tercipta kinerja rantai pasok yang efisien (Fajar, 2014).
Pengukuran kinerja rantai pasok dapat digunakan untuk menilai
keberhasilan manajemen rantai pasok yang diterapkan oleh
perusahaan. Pada tingkat rantai pasok, pengukuran kinerja
dapat menciptakan kesempatan untuk menganalisis kinerja
keseluruhan rantai pasok, serta dampaknya terhadap kinerja
rantai pasok (Cetinkaya dkk, 2011). Dalam manajemen rantai
pasok, pengukuran kinerja diperlukan untuk (Rachmat, 2012):
1. Melakukan monitoring dan pengendalian
2. Mengkomunikasikan tujuan organisasi ke fungsi-fungsi pada
rantai pasok
3. Mengetahui dimana posisi relatif terhadap pesaing maupun
terhadap tujuan yang akan dicapai
4. Menentukan arah perbaikan untuk menciptakan keunggulan
dalam bersaing.

2.5 Supply Chain Operation Reference (SCOR)


Supply Chain Operation Reference (SCOR) merupakan
sebuah model simulasi yang dikembangkan oleh Supply Chain
Council (SCC) yang dapat memungkinkan suatu perusahaan
untuk menentukan dan membandingkan kinerja rantai pasok
dengan cepat. Model SCOR ini menyediakan kerangka kerja
yang menghubungkan metrik kinerja, proses, praktik terbaik,
dan anggota rantai pasok ke dalam struktur terpadu (SCC,
2012). Metode SCOR dapat digunakan untuk mengidentifikasi,
mengukur, mengorganisasi ulang, dan meningkatkan proses
rantai pasok perusahaan (Heizer dan Barry, 2015).
Dalam metode SCOR, proses rantai pasok dibagi menjadi
lima proses inti, yaitu (Pujawan, 2005):
a. Plan
Proses ini dilakukan upaya untuk menyeimbangkan
permintaan pasokan dalam pengadaan bahan baku,
9
pengolahan bahan baku, dan distribusi produk. Pada proses
ini mencakup proses peramalan kebutuhan distribusi,
perencanaan dan pengendalian persediaan, perencanaan
produksi, perencanaan bahan baku, perencanaan kapasitas,
dan melakukan penyesuaian antara perencanaan rantai
pasok dan perencanaan keuangan
b. Source
Proses ini merupakan proses pengadaan bahan baku untuk
memenuhi permintaan konsumen. Proses ini mencakup
penjadwalan pengiriman dari pemasok, menerima dan
mengecek bahan baku dari pemasok, dan menyimpan
bahan baku dari pemasok.
c. Make
Pada proses ini dilakukan pengolahan bahan baku dari
pemasok menjadi produk yang sesuai dengan permintaan
konsumen. Proses ini mencakup kegiatan produksi,
pengendalian mutu, dan pemeliharaan fasilitas.
d. Deliver
Dalam proses ini dilakukan upaya untuk memenuhi
permintaan konsumen. Proses ini mencakup penanganan
pesanan dari konsumen, kegiatan penyimpanan produk, dan
pendistribusian produk ke konsumen.
e. Return
Dalam proses ini memungkinkan adanya pengembalian
produk cacat dari konsumen ke perusahaan. Proses ini
mencakup identifikasi kondisi produk, pengembalian produk
cacat, penjadwalan pengembalian, dan proses
pengembalian produk cacat.
Proses ini diidentifikasikan menjadi enam proses, yaitu plan,
source, make, deliver, return, dan enable. Identifikasi proses
rantai pasok berdasarkan metode SCOR, yaitu (SCC2, 2015):
a. Plan
Level 1 : sP Plan
Level 2 : sP 1 Plan supply chain
sP 2 Plan source
sP 3 Plan make
sP 4 Plan deliver
sP 5 Plan return
10
b. Source
Level 1 : sS Source
Level 2 : sS 1 Source stocked product
sS 2 Source Make-to-Order Product
sS 3 Source enginer-to-order product
c. Make
Level 1 : sM Make
Level 2 : sM 1 Make to stock
sM 2 Make-to-Order
sM 3 Enginer-to-order product
d. Deliver
Level 1 : sD Deliver
Level 2 : sD 1 Pengiriman produk stok
sD 2 Pengiriman produk make to order
sD 3 Pengiriman produk enginer-to-order product
sD 4 Pengiriman produk ritel
e.Return
Level 1 : sR Return
Level 2 : sSR 1 Source return produk cacat
sSR 2 Source return MRO
sSR 3 Source return produk berlebih
Level 2 : sDR1 Deliver return produk cacat
sDR 2 Deliver return MRO
sDR 3 Deliver return produk berlebih

Pada bagian kinerja, metode SCOR memberikan struktur


hierarki pada metrik kinerja yang terkait kedalam lima atribut.
Atribut ini digunakan untuk mengatur strategi langsung tapi tidak
dapat mengukur. Metrik ini mengukur kemampuan dari rantai
pasok untuk mencapai atribut strategis. Lima atribut dalam
metode SCOR yang digunakan untuk mengukur kinerja rantai
pasok, yaitu (Junior and Carpinetti, 2016):
a. Reliability
Kemampuan untuk melakukan tugas seperti yang
diharapkan. Atribut reliability berfokus pada kemungkinan
meramalkan hasil dari proses. Ciri khas dari metrik reliability

11
adalah terkait dengan ketepatan waktu, ketepatan jumlah,
dan ketepatan kualitas.
b. Responsiveness
Kecepatan dalam melakukan tugas-tugas dalam rantai
pasok, seperti kecepatan dalam menyediakan bahan baku
dan produk untuk konsumen.
c. Agility
Kemampuan untuk merespon pengaruh dari luar,
kemampuan untuk merespon perubahan pasar dalam
memperoleh atau menangani kompetisi pasar. Dalam atribut
agility, termasuk flexibility dan adaptability dalam rantai
pasok.
d. Cost
Biaya operasional yang dikeluarkan untuk menjamin
kelancaran rantai pasok. Biaya ini termasuk biaya pekerja,
biaya material, serta biaya manajemen dan transportasi.
e. Asset management
Kemampuan untuk melakukan efisiensi pada asset utilitas.
Strategi asset management dalam rantai pasok termasuk
penurunan jumlah persediaan dan strategi in-sourcing vs
outsourcing.

Kelima atribut diatas memiliki metrik kinerja rantai pasok


yang berfungsi sebagai variabel dalam mengukur kinerja rantai
pasok. Metrik kinerja rantai pasok, yaitu (SCC1, 2010):
a. Reliabillity
Metrik kinerja pada atribut reliability adalah pemenuhan
pesanan sempurna. Pemenuhan pesanan sempurna
merupakan Persentase dari kinerja pengiriman pesanan dengan
tepat, memiliki dokumen yang akurat, dan tidak mengalami
masalah selama pengiriman. Metrik ini dapat didefinisikan
sebagai upaya dalam mengumpulkan pesanan dan kemudian
melakukan pengiriman barang dalam jumlah yang telah
ditentukan. Metrik ini memiliki metrik level 2, yaitu
1. Ketepatan jadwal pengiriman
Persentase pesanan yang terpenuhi sesuai dengan jadwal.
Pesanan dianggap telah terkirim tepat waktu jika pengiriman

12
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan oleh konsumen
dan dikirim pada lokasi yang tepat.
2. Kondisi barang sempurna
Persentase pesanan terkirim dalam keadaan utuh tidak
rusak dan sesuai dengan spesifikasi konsumen, memiliki
konfigurasi yang tepat, dan dapat diterima oleh konsumen.
3. Pemenuhan pengiriman pesanan
Persentase ketepatan jumlah barang yang dipesan dan
diterima oleh pelanggan. Jumlah barang yang diterima oleh
pelanggan sesuai dengan jumlah barang yang diterima oleh
pelanggan.
4. Akurasi dokumentasi
Persentase pengiriman yang didukung oleh dokumen-
dokumen yang akurat, meliputi slip pengiriman, bill of lading,
slip pembayaran, sertifikat jaminan mutu dll. Semua dokumen
ini harus selalu siap jika sewaktu-waktu terjadi inspeksi
mendadak dari pelanggan, pemerintah, dll.
b. Responsiveness
Metrik atribut responsiveness adalah siklus pemenuhan
pesanan. Siklus pemenuhan pesanan merupakan siklus rata-
rata yang dibutuhkan untuk memenuhi pesanan. Waktu siklus ini
dihitung mulai dari tanda terima pesanan sampai pesanan
diterima oleh pelanggan. Metrik ini memiliki level 2, yaitu:
1. Waktu Siklus Pengadaan
Rata-rata waktu yang berhubungan dengan proses-proses
pengadaaan. Proses pengadaan pada metrik ini dimulai dari
identifikasi pengadaan rantai pasok, pemilihan dan negosiasi
dengan pemasok, penjadwalan pengiriman produk,
penerimaan produk, verifikasi produk, transfer produk, sampai
pengesahan pembayaran pemasok.
2. Waktu Siklus Pembuatan
Rata-rata waktu yang berhubungan dengan proses
pembuatan. Proses pengadaan pada metrik ini dimulai dari
penjadwalan aktivitas produksi, persiapan bahan baku, proses
produksi dan pengujian kualitas, pengemasan produk,
penyelesaian produk, pengeluaran produk untuk dikirim.

13
3. Waktu Siklus Pengiriman
Rata-rata waktu yang berhubungan dengan proses
pengiriman. Proses pengiriman pada metrik ini dimulai dari
penerimaan, validasi pesanan; penentuan jadwal pengiriman;
pemilihan jenis transportasi pengiriman pesanan; persiapan
dan pengepakan produk yang akan dikirim; pemindahan
produk kedalam kendaraan dan persiapan dokumen
pengiriman; pengiriman produk; serta penerimaan verifikasi
produk dari konsumen.
c. Agility
Metrik pada atribut agility, yaitu:
1. Fleksibilitas rantai pasok atas
Jumlah hari yang dibutuhkan untuk mencapai peningkatan
pengiriman sebesar 20% yang tidak terencana. Metrik ini
dihitung dengan mempertimbangkan waktu terpendek yang
dibutuhkan untuk mencapai peningkatan tidak terencana.
2. Penyesuaian rantai pasok atas
Persentase maksimum peningkatan pengiriman secara
berkelanjutan dalam 30 hari. Metrik ini dapat dihitung dengan
mempertimbangkan jumlah terendah secara berkelanjutan.
3. Penyesuaian rantai pasok bawah
Penurunan jumlah pesanan berkelanjutan dalam 30 hari
sebelum pengiriman tanpa adanya persediaan yang sisa dan
biaya pinalti. Metrik ini membutuhkan perhitungan
berdasarkan penurunan terendah secara berkelanjutan.
d. Cost
Metrik dalam atribut ini, yaitu:
1. Biaya manajemen rantai pasok
Jumlah biaya total yang dilakukan untuk keperluan rantai
pasok untuk pengiriman produk dan layanan pelanggan. Biaya
ini meliputi biaya perencanaan, pengadaan, produksi,
pengiriman, perbaikan, pemeliharaan, dan pengembalian.
2. Harga pokok produk
Biaya ini mencakup biaya langsung maupun tak langsung.
Biaya langsung meliputi tenaga kerja, biaya bahan baku,
transportasi. Biaya tak langsung meliputi produksi produk
akhir dan umumnya dialokasikan berdasarkan kapasitas yang
diharapkan.
14
e. Asset management
Metrik dalam atribut ini, yaitu:
1. Siklus cash to cash
Waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk melakukkan
investasi kembali setelah proses pengadaan bahan baku.
2. Pengembalian pada asset rantai pasok
Mengukur pengembalian yang diterima perusahaan
terhadal modal investasi dalam asset rantai pasok tetap
termasuk perencanaan, pengadaan, produksi, penngiriman,
dan pengembalian.
3. Pengembalian modal kerja
Ukuran yang menilai besarnya investasi relative terhadap
posisi modal usaha perusahaan dengan pendapatan yang
dihasilkan oleh rantai pasok. Komponen membebani piutang,
hutang dagang, persediaan, pendapatan rantai pasok, biya
pokok penjualan, dan biaya pengelolaan

2.6 Analisis SWOT


Analisis Strengths, Weaknesses, Oppornutunities, dan
Threats (SWOT) merupakan metode perumusan strategi
dengan mengintegrasikan antara analisis internal perusahaan
untuk mengidentifikasi keunggulan dan kelemahan perusahaan,
serta analisis lingkungan eksternal untuk mengidentifikasi
peluang dan ancaman ekaternal (Assauri, 2013). Analisis
SWOT dapat membantu memperoleh pengetahuan mengenai
kondisi dan permasalahan yang dihadapi perusahaan serta
solusi yang dianggap tepat untuk menyelesaikan masalah (Kime
and McGee, 2008) Proses untuk melakukan analisas SWOT
melalui tahapan-tahapan sebagai berikut, yaitu (Purhantara.
2010):
1. Evaluasi terhadap tujuan strategik organisasi
2. Melakukan analisis lingkungan strategik yang terdiri dari
analisis kondisi objektif oganisasi analisas internal dan
analisis lingkungan persaingan atau lingkungan eksternal
3. Melakukan analisis IFAS, EFAS, dan menyusun profil
kompetitif orgarganisasi bisnis
4. Menyusun matrik analisis IE dan matrik analisis SWOT
5. Membuat grand strategy atas dasar hasil analisis SWOT
15
Berikut adalah faktor internal dan ekstrnal yang
dipertimbangkan dalam analisis SWOT, yaitu:
a. Faktor Internal
1. Strengths
Strengths (kekuatan) merupakan kompetensi khusus yang
terdapat dalam organisasi yang berakibat pada pemilihan
keunggulan komparatif oleh unit usaha dipasaran (Siagian,
2012). Strengths merupakan faktor yang dapat mendukung
peluang yang ada atau dapat menanggulangi ancaman.
Faktor strengths ini meliputi, kekuatan finansial yang baik,
keuntungan teknologi, pelayanan konsumen yang baik, dan
sumberdaya manusia yang dimiliki baik (Sarasby, 2016).
2. Weaknesses
Weaknesses (kelemahan) merupakan keterbatasan atau
kekurangan dalam hal sumber, keterampilan dan kemampuan
yang menjadi penghalang serius bagi penampilan kinerja
organisasi yang memuaskan (Sagian, 2012). Weaknesses
merupakan faktor yang berasal dari ketidak sanggupan
perusahaan dalam merespon adanya peluang atau terkena
serangan dari faktor ancaman. Faktor weaknesses ini meliputi
kekuatan finansial yang buruk, teknologi dari proses yang
diterapkan tidak mengikuti jaman, pelayanan konsumen buruk,
dan lemahnya kemampuan sumberdaya manusia (Sarasby,
2016).
b. Faktor Eksternal
1. Opportunities
Opportunities (peluang) berkaitan dengan faktor lingkungan
yang memberikan situasi yang menguntungkan bagi
perusahaan (Siagian, 2012). Oppoitunities merupakan yang
tidak membutuhkan pengendalian dari perusahaan namun
tetap menguntungkan. Terdapat beberapa sumber dari
opportunities yaitu, trend pasar baru, inovas teknologi.
berkurangnya kompetitor, dan kebijakan pemerintah (Sarasby,
2016).
2. Threats
Threats (ancaman) merupakan faktor-faktor lingkungan
yang tidak menguntungkan. Jika ancaman ini tidak segera
16
diatasi, maka akan menjadi ganjangan bagi perusahaan di
masa sekarang maupun dimasa depan (Siagian, 2012).
Ancaman ini dapat berupa aspek yang nyata maupun aspek
yang tidak nyata. Ancaman dalam bentuk nyata, yaitu
kompetitor baru atau pencurian, sedangkan ancaman dalam
bentuk tidak nyata dapat berupa kerugian potensial dan
reputasi (Sarasby. 2016).
Dalam analisis SWOT, penentuan strategi peningkatan
terdapat empat jenis strategi, yaitu (David, 2012):
1. Strategi SO, strategi ini memanfaatkan kekuatan internal
perusahaan untuk menarik keuntungan dan peluang
eksternal.
2. Strategi WO, strategi ini bertujuan untuk memperbaiki
kelemahan internal dengan cara mengambil keuntungan
dari peluang.
3. Strategi ST, strategi ini menggunakan kekuatan sebuahn
perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak
ancaman eksternal.
4. Strategi WT, strategi ini dilakukan untuk mengurangi
kelemahan internal serta menghindari berbagai ancaman
ekternal.

2.7 Fuzzy Analitycal Hierarcy Process


Metode Fuzzy Analitycal Hierarcy Process (Fuzzy AHP)
merupakan metode pengambilan keputusan yang digunakan
untuk memilih suatu alternatif dan penyesuaian masalah dengan
menggabungkan konsep teori fuzzy dan analisis struktur
hierarki. Pengunaan metode fuzzy memungkinkan pengambil
keputusan untuk memasukkan data kualitatif dan kuantitatif ke
dalam model keputusan. Hal ini menjadikan hasil yang didapat
lebih meyakinkan karena penilaian diberikan dalam bentuk
rentang daripada dalam bentuk nilai tertentu (Marimin dkk,
2013). Fuzzy AHP berperan sangat penting dalam pengambilan
keputusan yang memiliki beberapa kriteria dengan kondisi yang
tidak menentu dan dapat digunakan untuk menyelesaikan
berbagai masalah seperti pemilihan pemasok, penilaian
keperluan pelanggan dan masalah lain yang serupa (Wang and
Kwai, 2010). Fuzzy AHP merupakan metode sederhana untuk
17
menentukan bobot vektor, mudah diterapkan, dan tidak
memerlukan perhitungan eigenvektor yang ada pada metode
AHP (Chan dkk, 2012).
Fuzzy AHP digunakan untuk menggabungkan jarak yang
lebar pada teknik, semua yang dibutuhkan pada proses fuzzy
awal dari metrik perbandingan berpasangan. Manfaat dari
pamanjangan teori dan metode analisis dari teknik fuzzy adalah
kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang tak dapat
dihindarkan serta memerlukan beberapa derajat dari
ketidaksamaan, variabel yang bermasalah, parameter
pengukuran, dan proses analisis (Jinturkar dkk, 2014). Pada
fuzzy AHP, digunakan angka fuzzy triangular dapat memperluas
cakupan dari suatu metriks perbandingan yang crisp dari
metode AHP karena terdapat ketidakjelasan dalam penilaian
manusia dari metrik kinerja. Selain itu, penggunaan angka fuzzy
triangular memungkinkan pengambil keputusan untuk
memberikan penilaian secara bebas (Setiawan dkk, 2011).
Berikut prosedur penyelesaian fuzzy AHP menurut Ayag
(2005) dalam Marimin dkk (2013):
1. Perbandingan skor
Skor yang digunakan adalah bilangan fuzzy triangular yang
digunakan untuk melakukan indikasi tingkat kepentingan relatif
pada tiap pasangan elemen pada hierarki yang sama
2. Pembuatan metriks perbandingan fuzzy
Pembuatan metrik dilakukan dengan menggunakan bilangan
fuzzy melalui perbandingan berpasangan, metriks penilaian
fuzzy 𝐴̃ (𝑎𝑖𝑗 ) dibuat dengan persamaan berikut:
1 𝑎̃12 … … 𝑎̃1𝑛
𝑎̃21 1 … … 𝑎̃2𝑛
𝐴̃ = ⋮ ⋮ … … ⋮
⋮ ⋮ … … ⋮
[𝑎̃𝑛1 𝑎̃𝑛2 … … 1 ] 2.1
−1 −1 −1
dengan 𝑎̃𝑖𝑗 = 1 jika i=j, dan 𝑎̃𝑖𝑗 = 1̃ , 3̃ , 5̃ , 7̃ , 9̃ or 1̃ , 3̃ , 5̃ ,
𝑎 𝑎

7̃−1 , 9̃−1 , jika i≠j


3. Penyelesaian nilai eigen fuzzy
Pada tahap ini tingkat kepentingan relatif seluruh elemen
dihitung berdasarkan elemen pada tingkat diatasnya dalam

18
struktur hierarki. Nilai eigen fuzzy merupakan bilangan fuzzy
untuk menyelesaikan persamaan
𝐴̃ 𝑥̃ = 𝜆̃𝑥̃ 2.2
𝐴̃ merupakan (n x n) metrik fuzzy yang berisi bilangan fuzzy
𝑥̃ merupakan (n x 1) vektor fuzzy yang berisi bilangan fuzzy
Untuk melakukan perkalian dan penambahan dengan
menggunakan aritmetrik interval 𝛼 – 𝑐𝑢𝑡 , persamaan 𝐴̃ 𝑥̃ = 𝜆̃𝑥̃
selanjutnya diubah menjadi persamaan berikut:
𝑎 𝑎
[𝑎𝑖1Ɩ 𝑎 𝑎 ] 𝑎 𝑎 𝑎 𝑎 ] 𝑎 𝑎 ]
𝑥𝑖1Ɩ , 𝑎𝑖1𝑢 𝑥𝑖1𝑢 ⊕ … ⊕ [𝑎𝑖𝑛Ɩ 𝑥𝑖𝑛Ɩ , 𝑎𝑖𝑛𝑢 𝑥𝑖𝑛𝑢 = [𝜆𝑥𝑖1Ɩ , 𝜆𝑥𝑖1Ɩ 2.3
Dengan persamaan
𝐴̃ = [𝑎̃𝑖𝑗 ], 𝑥̃ 𝑡 = (𝑥̃1 , … , 𝑥̃𝑛 ) 2.4
𝑎 𝑎 𝑎 𝑎 𝑎 𝑎 ̃ 𝑎 𝑎 𝑎
𝑎̃𝑖𝑗 = [𝑎𝑖1Ɩ , 𝑎𝑖1𝑢 ], 𝑥̃1 = [𝑥𝑖Ɩ , 𝑥𝑖𝑢 ], 𝜆 = [𝜆𝑖Ɩ , 𝜆𝑖𝑢 ] 2.5
Untuk 0 < 𝛼 ≤ 1 dan seluruh i,j dengan i = 1,2, … , n, j=1,2, … ,n
Subscript ‘l’ dan ‘u’ menunjukkan nilai bawah dan nilai atas
himpunan fuzzy yang didefinisikan dalam fungsi keanggotaan
fuzzy.
Penentuan bobot prioritas dapat disederhanakan dengan
persamaan berikut:
𝑎𝑖𝑗
∑𝑛
𝑖=1[∑𝑛 𝑎𝑖𝑗 ]
𝑗=𝑖 2.6
𝑥𝑖 = 𝑛
𝛼 – 𝑐𝑢𝑡 merupakan tingkat kepercayaan pakar atau pengambil
keputusan pada penilaiannya. Derajat kepuasan penilaian
metriks 𝐴̃ diestimasikan oleh indeks optimisme 𝜔 . Semakin
besar nilai indeks 𝜔 menunjukkan tingkat optimisme merupakan
kombinasi konveks linier yang didefinisikan dengan persamaan
berikut:
𝑎 𝑎 𝑎
𝑎̃𝑖𝑗 = 𝜔𝑎𝑖𝑗𝑢 + (1- 𝜔) 𝑎𝑖𝑗𝑙 , ∀𝜔 ∈ [0,1] 2.7
Jika 𝛼 tetap, metriks berikut ini dapat diperoleh setelah
menetapkan indeks optimisme 𝜔 untuk mengestimasikan tingkat
kepuasan:
𝑎 𝑎
1 𝑎̃12 … … 𝑎̃1𝑛
𝑎 𝑎
𝑎̃21 1 … … 𝑎̃2𝑛
̃
𝐴= ⋮ ⋮ … … ⋮
⋮ ⋮ … … ⋮
𝑎 𝑎 2.8
[𝑎̃𝑛1 𝑎̃𝑛2 … … 1 ]

19
Vaktor eigen dihitung dengan memperbaiki nilai 𝜔 dan
melakukan identifikasi 𝛼 – 𝑐𝑢𝑡 maksimum yang akan
menghasilkan sekumpulan nilai bilangan fuzzy. Himpunan fuzzy
triangular yang didefinisikan dengan tingkat kepercayaan 𝛼 ,
indeks optimisme 𝜔, serta derajat fuzziness 𝛿. Jika 𝛿 =0 dan
𝛼=1, nilai fuzzy akan sama dengan nilai crisp. Operasi 𝛼 – 𝑐𝑢𝑡
dan indeks optimisme pada bilangan fuzzy triangular
ditunjukkan pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Operasi 𝛼 – 𝑐𝑢𝑡 dan indeks optimisme pada bilangan


fuzzy triangular

Normalisasi pada perbandingan berpasangan dan perhitungan


bobot prioritas dilakukan dalam perhitungan vektor eigen. Untuk
mengendalikan hasil dari metode ini, dilakukan perhitungan
rasio konsistensi untuk setiap matriks dan seluruh hierarki.
Pengukuran indeks konsistensi dilakukan dengan menggunakan
persamaan berikut:
𝜆 −𝑛
𝐶𝐼 = 𝑚𝑎𝑥𝑛−1
2.9
dengan
𝐶𝐼 : indeks konsistensi

20
𝜆𝑚𝑎𝑥 : vektor konsistensi
𝑛 : jumlah alternatif
Rasio konsistensi digunakan untuk mengestimasikan
perbandingan berpasangan secara langsung. Rasio konsistensi
dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
𝐶𝐼
𝐶𝑅 = 2.10
𝑅𝐼
dengan
CR : rasio konsistensi
RI : indeks rata-rata bobot yang dibangkitkan secara
acak
4. Bobot prioritas pada setiap alternatif dapat diperoleh dengan
cara mengalikan matriks penilaian dengan vektor bobot atribut
dan menjumlahkan seluruh atribut dengan persamaan berikut:
(k = ∑𝑡𝑖=1(𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑡𝑖 𝑥 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑎𝑛𝑖𝑘 )) 2.11
Untuk i = 1,2, …, t
dengan
i: atribut
t: total jumlah atribut
k: alternatif
Setelah perhitungan bobot untuk setiap alternatif, seluruh indeks
konsistensi dihitung untuk meyakinkan bahwa penilaian tersebut
konsisten.

2.8 Strategi Peningkatan Rantai Pasok


Peningkatan rantai pasok dilakukan untuk dapat
menciptakan rantai pasok yang dapat berjalan secara efektif.
Langkah-langkah kunci yang dalam menciptakan rantai pasok
yang efektif, yaitu (Stevenson dan Sum, 2014):
1. Mengembangkan tujuan dan taktik strategis
2. Mengintegrasikan dan mengkoordinasikan aktivitas dalam
porsi interal dari tiap anggota rantai pasok
3. Mengoordinasikan aktivitas dengan pemasok dan dengan
pelanggan
4. Mengoordinasikan perencanaan dan eksekusi lintas rantai
pasok
5. Pertimbangan kemungkinan-kemungkinan untuk
membentuk rekan strategis
21
Terkait dengan beberapa upaya peningkatan kinerja rantai
pasok, berikut beberapa strategi operasi dan rantai pasokan
yang dapat diterapkkan untuk meningkatkan kinerja rantai
pasok, yaitu (Jacobs dan Richard, 2015):
1. Kecepatan Pengiriman
Kemampuan untuk mengirimkan produk dengan lebih cepat
daripada pesaing sangatlah penting. Stategi yang dapat
diterapkan adalah dengan mebuat produk atau memberikan
jasa yang lebih cepat.
2. Keandalan Pengiriman
Strategi yang dapat diterapkan adalah dengan mengirimkan
produk pada waktu yang dijanjikan atau bahkan sebelum waktu
yang telah dijanjikan.
3. Kualitas Produk
Terdapat dua karakteristik produk yang menentukan kualitas,
yaitu kualitas desain dan kualitas proses. Kualitas desain terkait
dengan serangkaian fitur yang terdapat dalam produk. Kualitas
proses terkait dengan keandalan produk dengan tujuan untuk
menghasilkan produk yang bebas cacat.
4. Mengatasi Perubahan dalam Permintaan
Untuk mengatasi perubahan permintaan dapat dilakukan
dengan mengubah volume produk untuk menstabilkan kondisi
perusahaan.
5. Biaya atau Harga
Strategi ini terkait dengan adanya segmen pasar yang hanya
membeli berdasarkan biaya yang rendah. Untuk mengatasi hal
ini maka dapat diterapkan strategi biaya rendah dengan cara
membuat produk atau memberikan jasa dengan murah.

2.9 Penelitian Terdahulu


Penelitian terdahulu tekait dengan analisis kinerja rantai
pasok dengan menggunakan metode SCOR dapat dilihat pada
Tabel 2.1.

22
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu tentang Analisis Kinerja Rantai Pasok
Author Jurnal Hasil
Bukhori Agriculture and Dari penelitian di dapat bahwa hasil kinerja rantai pasok sebagai berikut (Plan)
dkk, Agricultural forecast innaccuracy sebesar 71,6; (Source) supply order fulfillment sebesar
2015 Science 58,5 dan supplier lead time sebesar 68,5; (Make) product cycle time sebesar
Procedia 68,5 dan make item flexibility sebesar 94,4; (Deliver) delivery order fulfillment
sebesar 100, delivery cycle time sebesar 74 dan transportation cost sebesar
94,4 serta (Return) customer complaint sebesar 94,4. Perhitungan AHP dari 3
kinerja dengan nilai terendah yaitu supply order fulfillment, supplier lead time dan
product cycle time. Nilai yang diperoleh adalah supply order fulfillment sebesar
0,391511 ; supplier lead time sebesar 0,352639 dan product cycle time sebesar
0,25585. Rekomendasi perbaikan kinerja yang harus dilakukan adalah proses
penyembelihan yang dimulai tepat waktu, penerapan standar jam kerja, standar
pemesanan ayam oleh konsumen dan peralatan yang digunakan.
Sucipta Jurnal BETA Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga pola distribusi jeruk siam
dkk, 2016 dengan mekanisme rantai pasok yang bersifat tradisional. Dalam rangka
meningkatkaan kinerja manajemen rantai pasokan jeruk siam, criteria
meningkatkan akses informasi, alternatif reliabilitas, dan indikator kinerja kualitas
produk menjadi prioritas yang paling berperan penting.
Prayoga Jurnal Albacore Hasil analisis peningkatan kinerja rantai pasok tuna segar di PPSNJZ
dkk, 2017 diutamakan pada beberapa matrik yang diutamakan pada realibitas, feksibiltas,
dan responsivitas. Rekomendasi pengelolaan rantai pasok yang dirancang untuk
peningkatan kinerja yang mampu menangani 30% metrik pemenuhan pesanan
sempurna, 70% untuk metrik penyesuaian rantai pasok atas, pengurangan 7 hari
metrik siklus pemenuhan pesanan, dan 3 hari metrik fleksibilitas rantai pasok
atas.
23
5
6
III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juli
2017. Penelitian dilakukan akan di PT. Inti Luhur Fuja Abadi
(PT. ILUFA) Desa Cangkringmalang, Kecamatan Beji,
Kabupaten Pasuruan. Analisis data dilakukan di Laboratorium
Komputasi dan Analisis Sistem, Jurusan Teknologi Industri
Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang.

3.2 Batasan Penelitian


Penentuan batasan masalah dalam penelitan ini bertujuan
untuk menyederhanakan cakupan penelitian. Adapun batasan
masalah pada penelitian ini, yaitu:
1. Pengukuran kinerja rantai pasok dibatasi hanya dari
pemasok ke perusahaan dan dari perusahaan ke buyer.
2. Atribut kinerja yang dipertimbangkan hanya reliability
dan responsiveness, sedangkan untuk agility, cost, dan
asset management tidak dipertimbangkan dalam
penelitian karena keterbatasan data perusahaan.

3.3 Pelaksanaan Penelitian


Pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahapan
penelitian yang bertujuan untuk mengganalisis kinerja rantai
pasok ikan kakap merah di PT. ILUFA. Tahapan dalam
pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Tahapan dalam penelitian yang lebih rinci adalah sebagai
berikut:
1. Survei Pendahuluan
Survei pendahuluan dilakukan dengan cara melakukan
brainstorming di tempat penelitian, yaitu PT. ILUFA.
Brainstorming dilakukan dengan melakukan wawancara
bersama pembimbing lapang untuk mendapatkan gambaran
umum mengenai kondisi rantai pasok ikan kakap merah.

25
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan suatu proses penentuan
masalah yang sedang dihadapi oleh PT. ILUFA. Perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana proses rantai
pasok dan tingkat kinerja rantai pasok ikan kakap merah
beserta saran untuk strategi peningkatan kinerja rantai pasok
yang dapat diterapkan di PT. ILUFA untuk produk ikan kakap
merah.

26
3. Penentuan Tujuan Penelitian
Penentuan tujuan dilakukan untuk menjawab permasalah
yang diangkat dalam penelitian yaitu mengetahui kinerja rantai
pasok dan menentukan strategi peningkatan yang dapat
dilakukan oleh PT. ILUFA.

4. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk memperlajari teori dan ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan permasalahan yang
akan diteliti. Sumber literatur yang digunakan berasal dari
buku, jurnal, serta studi tehadap penelitian terdahulu dengan
topik utama analisis kinerja rantai pasok. Studi literatur
dilakukan untuk menyusun dan mendukung dasar teori yang
digunakan dalam penelitian.

5. Identifikasi Variabel
Variabel yang digunakan dalam mengukur kinerja rantai pasok
adalah metrik kinerja rantai pasok berdasarkan metode
SCOR. Atribut yang dipilih hanya dua atribut, yaitu reliability
dan responsiveness. Tiap atribut tersebut memiliki satu atau
lebih metrik kinerja. Metrik kinerja merupakan indikator yang
digunakan dalam pengukuran kinerja. Metrik kinerja dari tiap
atribut, yaitu:
a. Reliability
 Ikan kakap merah yang terkirim sempurna
Ikan kakap merah yang terkirim sempurna merupakan
persentase ikan kakap merah yang dapat dipenuhi oleh
seluruh supplier yang sesuai dengan spesifikasi dari PT.
ILUFA.
 Ketepatan jadwal pengiriman ikan kakap merah
Ketepatan jadwal pengiriman ikan kakap merah
merupakan persentase ketepatan waktu supplier dalam
memenuhi permintaan ikan kakap merah PT. ILUFA.
 Kondisi produk ikan kakap merah yang sempurna
Kondisi produk ikan kakap merah yang sempurna
merupakan persentase produk ikan kakap merah yang
dikirim oleh PT. ILUFA sesuai dengan spesifikasi dari
konsumen.
27
b. Responsiveness
 Waktu siklus pengadaan ikan kakap merah dari supplier
 Waktu siklus proses produksi produk ikan kakap merah
 Waktu siklus pengiriman produk ikan kakap merah ke
buyer

6. Penentuan Responden
Penentuan responden dilakukan dengan menggunakan teknik
purposive sampling, yaitu penentuan responden dengan
beberapa pertimbangan. Responden yang dipilih adalah
beberapa orang yang terlibat dalam proses rantai pasok ikan
kakap merah di PT. ILUFA. Responden yang dipilih dalam
penelitian ini adalah plant manager, kepala quality assurance,
dan kepala produksi.

7. Penyusunan Kuesioner
Penyusunan kuesioner dilakukan untuk mengetahui strategi
peningkatan manakah yang baik untuk diterapkan di PT.
ILUFA. Terdapat dua macam kuesioner yang digunakan yaitu
kuesioner analisis SWOT dan kuesioner fuzzy AHP.
Kuesioner analisis SWOT bertujuan untuk mengetahui
bagaimana kondisi lingkungan internal dan eksternal
perusahaan. Kuesioner fuzzy AHP disusun untuk membantu
menentukan strategi peningkatan yang dapat diterapkan di
PT. ILUFA. Kuesioner dan struktur hierarki dapat dilihat pada
Lampiran 1, Lampiran 2, dan Lampiran 3.

8. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan dengan menggunakan metode
facevalidity yang dilakukan secara langsung saat responden
mengisi kuesioner. Kuesioner dinyatakan bersifat valid, jika
responden tidak mengalami kesulitan selama pengisian
kuesioner dan dapat memahami maksud dari setiap
pertanyaan. Apabila kuesioner tidak valid, maka perlu
dilakukan penyusunan ulang kuesioner dengan memperbaiki
pertanyaan pada kuesioner.

28
9. Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari:
a. Data Sekunder
Data sekunder yang dibutuhkan, yaitu profil PT. ILUFA,
proses produksi, struktur rantai pasok, data pemasok, data
buyer, data pemesanan ikan kakap, data pegiriman produk
ikan kakap merah, dan return produk ikan kakap merah.
b. Data Primer
Data primer yang dibutuhkan adalah hasil perhitungan
metrik kinerja, strategi peningkatan hasil analisis SWOT,
dan bobot dari tiap strategi.

Pengumpulan data untuk penelitian dilakukan dengan


beberapa teknik, yaitu:
a. Observasi
Observasi merupakan metode pengambilan data yang
dilakukan dengan cara mengamati secara langsung
kegiatan rantai pasok ikan kakap merah di PT. ILUFA
b. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara berkomunikasi secara langsung
dengan pihak-pihak terkait dengan rantai pasok ikan kakap
merah di PT. ILUFA. Wawancara dilakukan untuk
mendapatkan informasi-informasi terkait dengan metrik
kinerja rantai pasok yang diukur dan analisis lingkungan
internal dan eksternal PT. ILUFA
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara mempelajari dokumen-dokumen
yang berkaitan dengan rantai pasok ikan kakap merah di
PT. ILUFA. Dokumentasi juga dapat dilakukan dengan
cara pengambilan gambar yang diperlukan untuk
mendukung penelitian.
d. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberikan seperangkat
pernyataan atau pertanyaan kepada orang lain yang
dijadikan responden. Kuesioner bertujuan untuk
29
mengetahui posisi perusahaan dan menentukan prioritas
strategi alternatif untuk peningkatan kinerja rantai pasok.

10. Analisis Data dan Pembahasan


10.1 Identifikasi Proses Rantai Pasok
Identifikasi proses rantai pasok ini dilakukan untuk mengenal
sistem rantai pasok yang diterapkan PT. ILUFA pada ikan
kakap merah. Identifikasi proses rantai pasok dilakukan
dengan metode deskriptif-kualitatif terhadap kegiatan serta
anggota rantai pasok mulai dari pemasok, produsen, dan
buyer. Identifikasi proses rantai pasok dilakukan dengan
menggunakan metode SCOR.

10.2 Perhitungan Atribut Kinerja Rantai Pasok


Pengukuran kinerja rantai pasok dilakukan dengan
menghitung metrik kinerja rantai pasok dalam SCOR yang
telah dipilih. Rumus perhitungan metrik kinerja dapat dilihat
pada Tabel 3.1.

10.3 Analisis Pembahasan


Analisis pembahasan dilakukan dengan membahas kinerja
yang telah diukur dan melakukan benchmarking data aktual
hasil dari pengukuran kinerja rantai pasok dengan target yang
ingin dicapai oleh PT. ILUFA. Hal ini dilakukan untuk melihat
sejauh mana capaian kinerja rantai pasok ikan kakap merah
dan untuk melihat metrik kinerja manakah yang memiliki
kinerja rendah. Metrik kinerja yang dikatakan rendah adalah
metrik yang memiliki selisih antara hasil pengukuran dengan
target terbesar.

30
Tabel 3.1 Rumus Perhitungan Metrik Kinerja Rantai Pasok
Berdasarkan SCOR
Atribut Metrik Kinerja Rumus Perhitungan
Reliability Ikan kakap merah (Total ikan kakap merah
yang terkirim yang terkirim sempurna/Total
sempurna ikan kakap merah yang
dipesan) X100%
Kinerja pengiriman (jumlah pengiriman dalam
produk ikan kakap setahun/ jumlah hari kerja
merah dalam setahun) X100%
Kondisi produk ikan (Total produk ikan kakap
kakap merah yang merah terkirim sempurna/
sempurna Total pesanan produk ikan
kakap merah) X100%
Responsiveness Waktu siklus Rata-rata jumlah hari yang
pengadaan ikan dibutuhkan untuk proses
kakap merah pengadaan ikan kakap
merah
Waktu siklus Rata-rata jumlah hari yang
proses produksi berkaitan dengan proses
produk ikan kakap produksi ikan kakap merah
merah
Waktu siklus Rata-rata jumlah hari yang
pengiriman produk berkaitan dengan pengiriman
ikan kakap merah produk ikan kakap merah

10.4 Analisis Peningkatan Kinerja Rantai Pasok


Analisis peningkatan kinerja rantai pasok diIakukan dengan
mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhi rantai pasok ikan kakap merah di PT. ILUFA
dengan menggunakan analisis SWOT (Strengths,
Weaknesses, Opportunities, dan Threats). Dari faktor internal
dan eksternal tersebut kemudian dirumuskan strategi
peningkatan SO, WO, ST, dan WT. Pemilihan strategi yang
akan diterapkan oleh PT. ILUFA dilakukan dengan
menggunakan metode Fuzzy AHP. Berikut faktor internal dan
eksternal yang mempengaruhi peningkatan kinerja rantai
pasok PT.ILUFA, yaitu:

31
1. Faktor Internal
a. Strenghts (Kekuatan)
• Kualitas produk yang dihasilkan baik
• Menerapkan cold supply chain
• Menerapkan sistem treacebility
• Hubungan dengan anggota rantai pasok berjalan baik
b. Weaknesses (Kelemahan)
• Kurang Iuasnya daerah pemasaran
• Promosi produk tidak efektif
2. Faktor Ekstemal
a. Opportunities (Peluang)
• Adanya dukungan pemerintah
• Volume ekspor nasional meningkat
 Peningkatan konsumsi ikan nasional
b. Threats (Ancaman)
• Kompetitor yang bermunculan
• Ketersediaan ikan tergantung pada kondisi alam
• Persaingan dalam mendapatkan bahan baku

11 Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan dibuat dengan menjawab tujuan dari penelitian
dengan menulis secara singkat hasil-hasil penelitian. Saran
dibuat untuk meningkatkan kinerja rantai pasok dengan cara
memberikan usulan strategi peningkatan yang dapat diterapkan
pada perusahaan.

32
IV PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum


PT. Inti Luhur Fuja Abadi (PT. ILUFA) merupakan
perusahaan yang bergerak dalam bidang pengolahan hasil
perikanan khususnya dalam proses pembekuan ikan. Ikan yang
diolah oleh PT. ILUFA sebagian besar merupakan komoditas
laut. Komoditas laut tersebut antaranya, Iayur, kakap merah,
anggoli, kapasan. kerapu macan, sotong, dan gurita. Produk-
produk yang dihasilkan antara lain dalam bentuk fillet dan whole
round. Masing-masing bentuk olahan diproses berdasarkan
jenis ikan dan banyaknya permintaan konsumen. Kapasias
produksi perhari pada PT. ILUFA dapat mencapal 10 ton.
Semua produk yang diproduksi olah PT. ILUFA melalui uji
organoleptik, mikrobologi, formalin, dan metal untuk menaman
bahwa produk yang dihaslikan memiliki mutu sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan oleh buyer. Produk yang dikirim
ke buyer selanjutnya dikemas dengan plastik polyethylene
dalam keadaan vacuum dan disimpan pada suhu -18°C.
Orientasi pemasaran PT. ILUFA saat ini secara keseluruhan
(100%) untuk tujuan ekspor PT. ILUFA mendapat kepercayaan
untuk mengekspor ke beberapa negara, yaitu Hongkong,
Vietnam, Amerika, dan Uni Eropa melalui buyer selaku eksportir,
ikan selanjutnya ddistribusikan ke ritel- ritel negara tersebut.

4.2. Model Jaringan Rantai Pasok


4.2.1 Struktur Jaringan Rantai Pasok
Rantai pasok ikan kakap merah dimulai dari penangkapan
dilaut yang kemudian disalurkan ke beberapa anggota rantai
pasok sebelum akhirnya sampai ke konsumen akhir. Rantai
pasok ini kemudian membentuk struktur jaringan akibat adanya
koordinasi antar anggota rantai pasok dalam memenuhi
kebutuhan konsumen. Secara umum, struktur rantai pasok ikan
kakap merah di PT. ILUFA dapat dilihat pada Gambar 4.1

33
Gambar 4.1 Struktur Rantai Pasok Ikan Kakap Merah di PT. ILUFA

34
a. Nelayan
Rantai pasok ikan kakap merah dimulai dari nelayan yang
menangkap ikan dilaut. Dapat dikatakan bahwa nelayan
merupakan mata rantai pertama yang bertugas dalam
penyedia bahan baku dalam rantai pasok ikan kakap merah.
Terdapat tiga jenis nelayan berdasarkan kapasitas ikan
tangkap yang selanjutnya mempengaruhi waktu nelayan
memancing ikan. Nelayan kecil yang memiliki kapasitas
tangkap sekitar 1 ton biasanya hanya memancing ikan selama
semalaman. Nelayan sedang dengan kapasitas sekitar 3 ton
dapat memancing sampai seminggu. Penyimpanan ikan
dilakukan pada box sterofoam yang telah diisi es. Nelayan
besar memiliki kapasitas sampai 5 ton karena dilengkapi
dengan freezer ikan hasil tangkapan akan Iangsung diawetkan.
Dengan adanya freezer ini memungkinkan nelayan besar
dapat memancing sampai sebulan. Kegiatan penangkapan
ikan yang dilakukan oleh nelayan ini sesuai dengan yang
kegiatan penangkapan yang didefinisikan dalam Undang
Undang Republik Indonesia nomor 7 Tahun 2016 tentang
Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudi Daya
Ikan, dan Petambak Garam. Kegiatan penangkapan ikan
merupakan kegiatan untuk memperoleh ikan diperairan yang
tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alta dan cara
yang mengedepankan asa keberlanjutan dan kelestarian,
termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat,
mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani,
mengolah, dan/atau mengawetkan.
Hasil tangkapan dari nelayan selanjutnya akan
dikumpulkan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang terletak
tepat di pelabuhan. Ikan hasil tangkapan ini selanjutnya dijual
dl TPI melalui proses pelelangan ikan. Dapat dikatakan bahwa
transaksi jual beli dan informasi antara nelayan dan supplier
terkait jenis ikan yang banyak diminati didapat dengan
bantuan TPI sebagai perantara diantara keduanya. Fungsi TPI
ini dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah
sebagai tempat yang secara khusus disediakan oleh
Pemerintah Daerah untuk melakukan pelelangan ikan, ternak
35
hasil bumi dan hasil hutan termasuk jasa pelelangan serta
fasilitas Iainnya yang disediakan ditempat pelelangan.
a. Supplier
Supplier merupakan mata rantai kedua dalam rantai pasok
ikan kakap merah yang berfungsi sebagai pemasok ikan
kakap merah ke PT. ILUFA. Para supplier ini tidak hanya
memasok satu jenis ikan, namun beberapa ikan yang
kemudian dikirim ke perusahaan-perusahaan pengolahan ikan
berdasarkan ikan yang dipesan. Dalam menjamin
ketersediaan ikan kakap merah, terdapat beberapa supplier
yang menjadi mitra PT. ILUFA yang dapat dilihat di Tabel 4.1.
Supplier ikan kakap merah berada disekitar TPI yang berada
tepat dipelabuhan nelayan. Hal ini memudahkan supplier
dalam membeli ikan melalui pelelangan ikan. Menurut
Triwikrama (2012), pelelangan ini dilakukan dengan cara
mencari harga yang idealis antara pemilik ikan (nelayan) dan
pembeli ikan (supplier) dengan cara melakukan tawar
menawar.

Tabel 4.1 Daftar Supplier Mitra PT. ILUFA


Nama Supplier Asal
Alex Probolinggo
Ikhwan Probolinggo
Heru Probolinggo
H. Achmad Probolinggo
H. Labib Situbondo
H. Dino Ari Wijaya Situbondo
Agus Noven Sidoarjo
Fauzan Sumenep
H. Sirriyanto Sumenep
Aseng Pasuruan
Sandi Jakarta
Dody Lamongan
Sumber: PT. ILUFA (2016)

c. PT. ILUFA
PT. ILUFA merupakan mata rantai ketiga dalam rantai
pasok ikan kakap merah. PT. ILUFA berperan dalam
memproduksi ikan kakap merah sesuai dengan spesifikasi dari
36
konsumen. Selain Itu, PT. ILUFA juga berfungsi sebagai
eksportir produsen/pengolahan produk perikanan. Menururt
Pramono dkk (2014), eksportir produsen/pengolahan
merupakan salah satu pelaku utama dalam perdagangan
intemasional yang berperan rnemproduksi dan mengirimkan
produk untuk dijuaI ke luar negeri.
Ikan dari supplier yang sampai di PT. ILUFA selanjutnya
disortir untuk memastikan bahwa ikan sesuai dengan standar
yang ditetapkan oleh PT. ILUFA. Ikan yang tidak sesuai
standar akan kembalikan ke supplier asal. Sedangkan ikan
yang sesuai dengan standar PT. ILUFA selanjutnya akan
diproses menjadi produk ikan kakap merah sesuai pesanan
dari konsumen, yaitu ikan kakap merah utuh atau fillet ikan
kakap merah.
Pemesanan ikan dilakukan saat awal kesepakatan antara
PT. ILUFA dengan supplier. Ketika kesepatan berjalan, PT.
ILUFA akan menghubungi supplier setiap hari untuk
menanyakan ketersediaan ikan atau kendala yang tengah
dihadapi oleh supplier ketika pengiriman ikan kakap merah
tidak berjalan lancar. Hal ini dilakukan untuk menjaga
ketersedaan ikan dan menjalin hubungan kemitraan yang baik.
Upaya Iain yang dilakukan untuk menjaga hubungan
kemitraan adalah dengan menyegerakan pembayaran ikan
kakap merah. Transaksi pembayaran ikan kakap merah yang
dikirim oleh supplier dilakukan dengan cara membayarkan ke
rekening supplier sehari setelah kedatangan ikan.
d. Buyer
Buyer merupakan mata rantai keempat dalam rantai pasok
ikan kakap merah. Dapat dikatakan bahwa buyer berperan
sebagai distributor dan importir dalam rantai pasok ikan kakap
merah. Setiap negara tujuan ekspor, biasanya memiliki satu
atau lebih buyer. Para importir ini biasanya tidak hanya
memesan ikan kakap merah, namun ikan Iainnya yang
diminati oleh konsumen dinegara tersebut. Buyer selanjutnya
melakukan pemesanan ikan yang diminati oleh konsumen ke
PT. ILUFA. Pemesanan ini dilakukan dengan memanfaatkan
email, telepon, dan website milik PT. ILUFA. Daftar buyer
yang menjalin mitra dengan PT. ILUFA dapat dilihat pada
37
Tabel 4.2. Olahan ikan kakap merah selanjutnya diekspor
kebeberapa negara melalui buyer di negara tersebut.
Pembayaran dilakukan setelah dokumen bukti pengiriman
produk telah diterima oleh buyer. Pembayaran biasanya
dilakukan seminggu setelah dokumen bukti pengiriman
diterima oleh buyer. Pembayaran dilakukan dengan L/C.
Menurut Wibowo dan Kusrianto (2010), L/C (Letter of Credit)
adalah cara pembayaran berupa kesanggupan membayar dari
bank penerbit kepada bank penerima, yang pembayarannya
hanya dapat dilakukan oleh bank penerbit jika penerima
menyerahkan kepada bank penerbit dokumen-dokumen yang
sesuai dengan persyaratan pada L/C.

Tabel 4.2 Daftar Buyer PT. ILUFA


Nama Buyer Negara Asal
Quirch Amerika Serikat
IP Tranding LLC Amerika Serikat
Beaver Amerika Serikat
Hilo Fish Amerika Serikat
North Atlantic Amerika Serikat
Sarl Reunion Eropa
WGGS Eropa
Vietnam Vietnam
Hongkong Hongkong
Sumber: PT. ILUFA, (2016)

e. Ritel
Ritel merupakan mata rantai kelima dalam rantai pasok ikan
kakap merah. Ritel berfungsi sebagai penjual produk olahan
ikan kakap merah kepada konsumen akhir sehingga
mempermudah konsumen dalam mendapatkan produk. Ritel
dalam rantai pasok ikan kakap merah ini merupakan
supermarket dan restoran yang berada dinegara-negara
tujuan ekspor.
a. Konsumen
Konsumen merupakan mata rantai terakhir dalam rantai
pasok. Konsumen mendapatkan produk ikan kakap merah
dengan cara membeli produk pada ritel yang berada pada
negara-negara tujuan ekspor.
38
b. Anggota Rantai Pasok Sekunder:
1. Perusahaan Es
Perusahaan es berperan dalam menyediakan es untuk
menjaga suhu ikan tetap dingin selama proses
pengolahan sehingga kualitas ikan terjaga dan
meminimalkan terjadinya kontaminasi mikrobiologi. PT.
ILUFA telah menjalin kemitraan dengan salah satu
perusahaan es, sehingga pengiriman es dilakukan setiap
hari dan pembayaran dilakukan setiap seminggu sekali.
2. Perusahaan Kemasan
Perusahaan kemasan berperan dalam menyediakan
kemasan yang diperlukan oleh PT. ILUFA. Kemasan
yang digunakan adalah kemasan plastik sebagai
kemasan primer, kardus sebagai kemasan sekunder.
dan karung plastik sebagai kemasan tersier. Pengiriman
kemasan dilakukan setidaknya sebulan sekali dengan
pembayaran dilakukan sehari setelah kemasan diterima.
3. Perusahaan Jasa Pelayaran
Perusahaan jasa pelayaran berperan dalam menentukan
jadwal pengiriman, mengantarkan ikan ke negara tujuan,
dan menyewakan kontainer berpendingin untuk mejaga
kualitas ikan. Pembayaran dilakukan saat perusaan
mendapatkan jadwal pengiriman.
4. Pemerintah
Pemerintah yang dimaksud adalah Dinas Kelautan dan
Perikanan (DKP) yang berwenang dalam menetapkan
kebijakan terkait daerah penangkapan, jenis ikan yang
boleh ditangkap, serta regulasi mengenai alat tangkap
yang digunakan.
Ikan yang diolah oleh PT. ILUFA membutuhkan surat
keterangan dari DKP sebagai syarat ekspor. Surat
keterangan tersebut menyatakan bahwa ikan yang dijual
merupakan hasil tangakapan dari perairan Indonesia
yang dilakukan secara legal dan tidak merusak
lingkungan. DKP juga berperan dalam penjualan ikan
dari nelayan dengan menyediakan sarana pelelangan
ikan. Dengan adanya sarana pelelangan ini akan
mempermudah pihak-pihak yang berkepetingan dalam
39
memperoleh Ikan dalam jumlah yang besar. Dalam
urusan ekspor ikan, DKP membantu perusahaan dalam
mengurus administrasi lainnya yang diperlukan.

4.2.2 Manajemen Rantai Pasok


1. Pemilihan Mitra
a. Supplier
Upaya yang dilakukan oleh PT. ILUFA dalam memenuhi
pesanan ikan kakap merah adalah dengan menjalin
kemitraan dengan beberapa supplier. Namun pada musim-
musim tertentu dimana ketersediaan ikan kakap merah dari
mitra tidak dapat memenuhi jumlah permintaan, maka PT.
ILUFA akan bersaing memperebutkan ikan dengan
perusahaan sejenis. Persaingan dilakukan dengan
menawarkan harga lebih mahal dibandingkan dengan
perusahaan Iainnya. Hal ini hanya berlaku selama pasokan
ikan sedikit saat kondisi cuaca tidak memungkinkan untuk
melaut. Jika pasokan ikan telah kembali normal, maka PT,
ILUFA hanya memasok ikan kakap merah hanya dari supplier
mitra dengan harga normal. Ketika pasokan ikan melimpah,
PT. ILUFA membeli semua ikan dari supplier mitra sebagai
bentuk loyalitas PT. ILUFA pada supplier mitra.
Dalam memperolah bahan baku ikan kakap merah dari
supplier, PT. ILUFA memiliki beberapa pertimbangan dalam
memilih supplier yang akan dijadikan mitra, yaitu dari segi
kualitas, harga, sanitasi dan higiene, penanganan ikan, serta
kemudahan transportasi. Supplier yang menjalin kemitraan
dengan PT. ILUFA harus memasok ikan sesuai dengan
standar kualitas perusahaan, diantaranya ikan yang dikirim
masih dalam keadaan segar dan tidak dibekukan, memiliki
tekstur kenyal dan pada kulit ikan terdapat luka goresan.
Selain itu, PT. ILUFA juga menerima ikan beku kapal dari
nelayan besar, dimana ikan yang didapat dan laut langsung
dibekukan. Supplier juga harus menjamin bahwa ikan yang
dikirim terbebas dan cemaran mikrobiologi, cemaran logam.
bebas formalin, serta benda-benda asing sepeti paku, kayu,
kerikil, dll. Hal dilakukan terkait dengan Peraturan Menteri No
15 Tahun 2011 tentang Pengendalian Jaminan Mutu dan
40
Keamanan HasiI Perikanan dengan mengupayakan
pencegahan yang dilakukan sejak pra produksi untuk
menghaslikan hasil perikanan yang berkualitas dan aman
bagi kesehatan. Dalam aspek ketetapan harga, supplier dan
perusahaan akan melakukan negosiasi untuk menentukan
harga yang menguntungkan kedua belah pihak.
Pertimbangan sanitasi dan hiegene dilihat dari kebersihan
dari bak penampung, gudang, peralatan yang digunakan, dan
kebersihan kayawan. Penilaian sanitasi dan hiegene ini
dilakukan dengan cara melakukan survei langsung. Sanitasi
merupakan usaha menciptakan atau memelihara kondisi
yang mampu mencegah terjadinya kontaminasi pada
makanan yang disebabkan oleh mikroba (Saparinto, 2006).
Hiegiene sendiri merupakan upaya kesehatan dengan cara
memelihara dan melindungi kebersihan subyeknya (Murniyati
dkk, 2014). Penanganan ikan yang dimaksud adalah cara
supplier menjaga suhu ikan tetap 4°C untuk menjamin
kesegaran Ikan. Pertimbangan dalam kemudahan transpotasi
terkait dengan upaya PT. ILUFA agar dapat berproduksi tepat
waktu dan sebagai upaya untuk menjaga kualitas ikan. Batas
waktu pengiriman yang ditetapkan oleh PT. ILUFA adalah
maksimal 2X24 jam sejak penangkapan ikan. Selain itu
terdapat beberapa kriteria yang menjadi pertimbangan dalam
pemilihan supplier, yaitu kejujuran dari supplier yang dapat
memasok dalam jumah yang besar dengan kualitas terjamin.
b. Buyer
Upaya dalam menjalin kemitraan dengan buyer Iebih
sederhana, dimana hanya dilakukan negosiasi harga
sebelum melakukan pengiriman. Negosiasi merupakan
sebuah proses di mana dua pihak atau lebih melakukan
pertukaran barang atau jasa dan berupaya untuk
rnenyepakati nilai tukamya (Robbins dan Judge, 2008)
Namun, jika ada kasempatan buyer atau perusahaan akan
meIakukan survei Iangsung untuk melakukan negosiasi
langsung. Jika hasil dari negosiasi dirasa menguntungkan
kedua belah pihak maka akan dilakukan pengiriman.

41
4.3 Pemetaan Aktivitas Rantai Pasok Berdasarkan SCOR
Pada tahapan dilakukan pemetaan aktivitas rantai pasok ikan
kakap merah untuk mempermudah analisis pengukuran kinerja.
Pada tahap ini, aktivitas-aktivitas anggota rantai pasok diuraikan
dalam proses SCOR leveI 2. Setelah penguraian aktivitas
anggota rantai pasok, selanjutnya gambarkan desain aliran
material. Desain aliran material digambarkan dengan
menggunakan notasi Iengkap, sehingga dapat diketahui
gambaran keseluruhan proses dan mempermudah dalam
menganalisis. Desain aliran material dapat dilihat pada Gambar
4.2. Aktivitas rantai pasok dengan pendekatan SCOR dijeIaskan
pada Tabel 4.3.
Berikut uraian aktivtas rantai pasok yang berkaitan dengan
proses plan, source, make, delivery, dan return:
a. Plan
Plan (perencanaan) yang dilakukan pada rantai pasok ikan
kakap merah di PT. ILUFA adalah sebagai berikut:
1) Supplier
Proses perencanaan yang diakukan oleh supplier daIam
rantai pasok ikan kakap merah dapat dinotasikan sebagai P2,
P3, dan P4. P2 merupakan perencanaan pengadaan yang
terkait dengan jumlah ikan yang akan beli saat proses
pelelangan ikan untuk menjaga ketersediaan ikan. P3
merupakan perencanaan proses penyimpanan dingin ikan
kakap merah sebelum dikirim ke PT. ILUFA untuk
mempertahankan kesegaran ikan. P4 merupakan
perencanaan pengiriman ikan kakap merah ke PT. ILUFA
setelah supplier mendapatkan ikan dari nelayan. Menurut
Ainia (2007), perencanaan pada produk pertanian yang
mudah rusak memerlukan sistem rantai pasok yang konstan,
salah satunya dengan melakukan penanganan pengiriman
sesegera mungkin agar proses produksi berjalan dengan
lancar.

42
Gambar 4.2 Diagram Sederhana Proses Rantai Pasok

43
Tabel 4.3 Aktivitas Rantai Pasok dengan Pendekatan SCOR
Anggota Kode Aktivitas
Supplier P2 Perencanaan pengadaan ikan kakap merah
P3 Perencanaan proses penyimpanan ikan kakap merah
P4 Perencanaan pengiriman ikan kakap merah ke PT. ILUFA
S2 Pengadaan ikan kakap merah
M2 Proses penyimpanan ikan kakap merah
D2 Melakukan pengiriman ikan kakap merah ke PT. ILUFA
DR1 Penerimaan ikan kakap merah cacat
PT. P1 Perencanaan keseluruhan aktivitas pengadaan hingga pengiriman produk
ILUFA P2 Perencanaan pengadaan ikan kakap merah
P3 Perencanaan produksi sesuai dengan make to order
P4 Perencanaan pengiriman produk ikan kakap merah ke buyer
S2 Pengadaan ikan kakap merah
M2 Melakukan proses produksi
D2 Melakukan pengiriman produk ikan kakap merah ke buyer
DR1 Penerimaan produk ikan kakap merah cacat
SR1 Mengembalikan ikan kakap merah cacat ke supplier
Buyer P1 Perencanaan keseluruhan aktivitas pengadaan hingga pengiriman produk
P2 Perencanaan pengadaan produk ikan kakap merah
P3 Perencanaan proses penyimpanan produk
P4 Perencanaan pengiriman produk ikan kakap merah ke retail
S2 Memesan dan menerima produk ikan kakap merah
M2 Proses penyimpanan produk ikan kakap merah
D2 Melakukan pengiriman produk ikan kakap merah ke retail
DR1 Penerimaan produk ikan kakap merah cacat
SR1 Mengembalikan produk ikan kakap merah cacat ke PT. ILUFA

44
2) PT. ILUFA
Proses perencanaan yang dilakukan oleh PT. ILUFA
dinotasikan dengan P1, P2, P3, dan P4. Hal ini
memperlihatkan bahwa PT. ILUFA melakukan perencanaan
terhadap keseluruhan aktivitas dalam rantai pasok.
Perencanaan yang dilakukan oleh PT. ILUFA meliputi
pengadaan ikan kakap merah, proses produksi ikan kakap
merah, pengiriman produk, dan return ikan kakap merah.
Aktivitas perencanaan yang dilakukan oleh PT. ILUFA sangat
bergantung pada ketersediaan bahan baku yang bersifat
fluktuatif, karena bergantung pada ketersediaan alam. Selain
itu, perencanaan aktivitas rantai pasok yang dilakukan oleh PT.
ILUFA juga dipengaruhi oleh aktivitas dari supplier dan buyer.
Menurut Ainia (2007), peran perusahaan dibidang pertanian
memiliki perbedaan dengan perusahaan manufaktur terutama
pada perencanaan persediaan. Hal ini dikarenakan pada
perusahaan dibidang pertanian melakukan perencanaan
setelah mengetahui secara tepat kuantitas dan kualitas
sumber daya hasil panen. Dari informasi tersebut selanjutnya
perusahaan melakukan perencanaan aktivitas rantai pasok
dengan menyeimbangkan penawaran dan permintaan.
3) Buyer
Proses perencanaan yang dilakukan oleh buyer adalah P1,
P2, P3, dan P4. Hal ini menunjukkan bahwa perencanaan
yang dilakukan oleh buyer mulai dari proses pengandaan ikan
kakap sampai pengiriman. Proses perencanaan yang
dilakukan oleh buyer ini mempengaruhi proses perencanaan
rantai pasok pada PT. ILUFA. Menurut Ainia (2007),
perencanaan pada proses produksi perlu mengintegrasikan
informasi antara perusahaan dengan distributor agar
perusahaan dapat melakukan perencanaan produksi sesuai
dengan jenis permintaan.
a. Source
Source (pengadaan) yang dilakukan pada rantai pasok ikan
kakap merah di PT. ILUFA adalah sebagai berikut:
1) Supplier
Proses pengadaan yang dilakukan oleh supplier adaIah S2,
dengan membeli ikan hasiI tangkap nelayan di TPI. Biasanya
45
supplier membeli Iebih dari satu jenis ikan yang telah disortasi
saat bongkar muat. Menurut Triwikrama (2012), proses jual
beli ikan yang dipusatkan pada TPI bertujuan untuk
mengantisipasi perdagangan bebas yang dikhawatirkan akan
mempengaruhi kondisi sosial ekonomi nelayan.
2) PT. ILUFA
Proses pengadaan yang dilakukan oleh PT. ILUFA adalah
S2, yaitu dengan melakukan pembelian dan penerimaan
ikan kakap merah sesuai dengan spesifikasi dan buyer.
Spesifikasi yang ditetapkan, yaitu jenis produk, berat, dan
kuaIitas ikan. Upaya pengadaan ini dilakukan dengan
menjalin kemitraan dangan beberapa supplier. Menurut
Heizer dan Harry (2009), supplier yang telah menjalin
kemitraan oleh perusahaan dapat lebih memahami tujuan
perusahaan dan biasanya lebih berkomitmen dalam
menyediakan bahan baku sesuai dengan spesifikasi dari
perusahaan.
3) Buyer
Proses pengadaan yang dilakukan oleh buyer adalah S2,
dengan melakukan pembeliaan dan penerimaan produk ikan
kakap merah yang sebelumnya telah dipesan dari PT.
ILUFA. Menurut Dani (2016), peran pengadaan yang
dilakukan oleh buyer selaku distributor yang bersifat global
sangat penting. Hal ini dikarenakan buyer harus memenuhi
berbagai peraturan lokal agar dapat melakukan pengadaan
bahan.
b. Make
Make (pembuatan) yang dilakukan pada rantai pasok ikan
kakap merah di PT. ILUFA adalah sebagai berikut:
1) SuppIier
Proses make yang dilakukan oleh supplier adalah M2,
yaitu melakukan penangan ikan kakap merah sebelum
dikirim ke PT. ILUFA. Penangan ikan merupakan suatu
rangkaian kegiatan dan/atau perlakuan terhadap ikan tanpa
mengubah struktur dan bentuk dasar (Anonim, 2016).
Penanganan ini dilakukan dengan melalui dua tahapan
proses, yaitu granding dan penyimpanan. Berikut penjelasan
dari tahapan proses persapan ikan kakap merah, yaltu:
46
a) Granding
Pada proses ini dilakukan granding dengan cara
memisahkan ikan berdasarkan ukuran atau berat ikan. Ikan
yang dikirim ke PT. ILUFA hanya ikan yang memiliki berat
diatas 2 Kg. Menurut 4110 tahun 2014 tentang Ikan Beku,
proses granding dapat dilakukan sekaligus pada saat proses
sortasi. Proses sortasi ini dilakukan untuk mendapatkan
mutu, ukuran, dan jenis yang sesuai serta bebas dari
kontaminasi bakteri patogen.
b) Penyimpanan
Penyimpanan sebelum pengiriman Iakukan dengan
menyimpan ikan pada cold storage atau pada bak
penampung berisi es. Hal ini dilakukan untuk menjaga
kesegaran ikan dan mencegah terjadinya kontaminasi
biologi. Menurut 4110 tahun 2014 tentang Ikan Beku, suhu
ikan segar harus tetap dipertahankan maksimum 4,4 oC
untuk menghambat pembentukan histamine dan
mempertahankan kesegaran ikan.
2) PT. ILUFA
Proses make yang dilakukan oleh PT. ILUFA adalah M2,
yaitu produk ikan kakap merah sesuai dengan spesifikasi dan
buyer. Produk yang paling sering dipesan adalah ikan kakap
merah utuh yang sudah dibersihkan insangnya. Proses
produksi dan ikan kakap merah utuh dapat dilihat pada
Gambar 4.3.
Berikut penjelasan dan tahapan proses produksi ikan kakap
merah, yaitu:
a) Penerimaan bahan baku
Tahapan awal yang dilakukan sebelum memulai proses
produksi ikan kakap merah utuh adalah penerimaan bahan
baku. Pada tahap ini, ikan dari supplier dipindahkan dari truk
pengangkut ikan ke loading duck perusahaan. Pada tahap
penerimaan bahan baku juga dilakukan sortasi dengan
mengklasifikasikan ikan kedalam beberapa kelompok
menurut berat dan kualitas secara organoleptik. Menurut
4110 tahun 2014 tentang Ikan Beku, teknik penangan pada
proses penerimaan bahan baku di unit pengolahan terlebih
dahulu dilakukan uji organoleptik, dan kemudian ditangani
47
secara hati-hati, cepat, cermat dan menjaga suhu pusat
produk maksimal 4,4oC. Pada tahap ini, ikan yang tidak
memenuhi standar akan Iangsung dikembalikan pada
supplier.

Gambar 4.3. Tahapan Proses Produksi Ikan Kakap Merah

b) Pencucian I
Tahap selanjutnya yaitu pencucian pertama. Proses
pencucian ini dilakukan dengan membersihkan sisik ikan
dan insang ikan dengan menggunakan sikat gigi. Pencucian
ini dilakukan di dalam bak pencucian yang berisi campuran
air dan es untuk menaga suhu air tidak Iebih dari 4°C.
Pengaturan suhu ini dilakukan untuk mencegah terjadinya
kontaminasi biologi yang dapat tumbuh pada suhu diatas
4°C. Menururt Ownes dkk (2010), penggunaan suhu 4 °C
48
terbukti secara signifkan dapat menurunkan jumlah bakteri-
bakteri pembusuk. Pada proses ini juga dilakukan
pengecekan kondisi insang ikan. Ikan yang telah dicuci
selanjutnya ditimbang.
c) Pencucian II
Pencucian kedua dilakukan dengan menggunakan air
mengalir untuk menghilangkan kotoran yang masih
menempel pada ikan. Pencucian ini dilakukan dengan
mencuci ikan satu persatu dan membersihkan insang ikan
dengan cara mengosok atau mengalirkan air pada bagian
insang. Air yang digunakan dalam proses pencucian adalah
air standar minum dengan suhu air tidak Iebih dan 4°C.
Menurut 4110 tahun 2014 tentang Ikan Beku, proses
pencucian dilakukan dengan menggunakan air mengalir
secara cepat, cermat dan saniter dalam kondisi dingin.
Sebelum masuk ke tahap selanjutnya, dilakukan
pengecekan kualitas terakhir secara organoleptik untuk
memastikan bahwa kondsi ikan sempurna.
d) Pembekuan
Pembekuan ikan dilakukan setelah ikan terlebih dahulu
dikemas dengan plastik PE dan diletakkan loyang untuk
mempermudah penataan ikan saat pembekuan. Ikan
dibekukan dengan menggunakan Air Blast Freezer (ABF)
dengan suhu mencapai -35°C selama 6 jam. Pembekuan ini
dilakukan untuk mendapatkan ikan kakap merah beku
dengan suhu -20°C. Menurut 4110 tahun 2014 tentang Ikan
Beku, pembekuan ikan ini harus dilakukan hingga suhu
pusat produk maksimal -18oC.
f) Pelapsan es (Glazing)
Glazing rnerupakan poses pembenan Iapisan es tipis
pada permukaan ikan yang telah dibekukan. Hal ini
dilakukan untuk membuat kenampakan ikan lebih segar
karena kristal-kristal pada ikan tidak ada. Glazing dilakukan
untuk mencegah pelekatan antar produk, melindungi produk
dari kekeringan selama penyimpanan, mencegah
ketengikan akibat oksidasi, serta memperbaiki kenampakan
ikan beku (Suryaningrum dkk, 2015). Glazing dilakukan

49
dengan cara memasukkan ikan kakap merah pada air
dengan suhu -2°C sampai 2°C selama 0.5 menit.
g) Pengujian cemaran logam
Sebelum dikemas dengan kemasan sekunder, setelah
glanzing ikan kakap merah terlebih dahulu masuk ke
pengujian logam Pengujan ini diakukan untuk memastikan
bahwa ikan kakap merah tidak mengandung cemaran logam
yang melebihi batas toleransi. Pengujian ini dilakukan
dengan menggunakan metal detector dengan cara menguji
ikan satu persatu. Menurut Dwiloka dan Atmomarsono
(2010), pengujian ini dilakukan untuk meminimalkan
kemungkinan adanya cemaran logam pada produk. Bahaya
dari cemaran logam yang terakumuluasi dalam tubuh dapat
meracuni manusia.
h) Pengemasan sekunder dan tersier
Proses pengemasan pada ikan beku dilakukan dengan
menggunakan karton berwarna putih ataupun coklat
kemudian dibungkus lagi dengan karung putih yang
disesuaikan dengan permintaan buyer. Setelah poses
pengemasan selesai produk diberi label pada kemasan yang
berisi keterangan size, grade, dan jumlah ikan. Menurut
4110 tahun 2014 tentang Ikan Beku, tujuan dari
pengemasan sekunder dan tersier adalah untuk mencegah
terjadinya kerusakan fisik.
i) Penyimpanan cold storage
Setelah proses pengemasan selesai proses seIanjutnya
adalah penyimpanan produk pada cold storage.
Penyimpanan pada cold storage berfungsi sebagai
penyimpanan produk akhir sebelum produk diekspor. Pada
penyimpanan cold storage ini menggunakan suhu -20oC
untuk mempertahankan ikan beku agar tetap beku. Menurut
4110 tahun 2014 tentang Ikan Beku, suhu penyimpanan
beku ini harus mempertahankan suhu stabil maksimal -18oC.
3) Buyer
Proses make yang dilakukan oleh buyer adalah M2. M2
merupakan proses penyimpanan produk ikan kakap merah
sebelum dikirim ke retail atau konsumen. Proses
penyimpanan yang dilakukan sama dengan proses
50
penyimpanan yang dilakukan oleh PT. ILUFA untuk
mempertahankan rantai pasok dingin, sehingga kualitas ikan
kakap merah terjamin. Menurut 4110 tahun 2014 tentang
Ikan Beku, penyimpanan dingin ini dilakukan untuk
mencegah terjadinya susut bobot (driploss) karena fluktuasi
suhu penyimpanan.
c. Delivery
1) Supplier
Proses delivery yang dilakukan oleh supplier adalah D2,
yaitu pengiriman ikan kakap merah sesuai dengan pesanan
PT. ILUFA. Proses pengiriman dilakukan hampir setiap hari
jika supplier memiliki ikan kakap merah. Supplier akan
langsung mengirim ikan kakap merah yang dibeli dihari yang
sama dari proses pelelangan untuk menjaga kesegaran ikan.
Pengiriman ikan kakap merah dilakukan dengan
menggunakan mobil box untuk pengiriman ikan segar dan
mobil dengan box berpendingan untuk mengirim ikan beku.
Menurut Ainia (2007), hal yang perlu diperhatikan dalam
pengiriman produk adalah karakteristik sifat bahan untuk
menjaga kualitas produk akhir dengan cara mempertahankan
rantai pasok dingin.
2) PT. ILUFA
Proses deilvery yang lakukan oleh PT. ILUFA adalah D2,
yaitu pengiriman produk ikan kakap merah sesuai dengan
pesanan buyer. Proses pengiriman produk ikan kakap merah
disesuakan dengan kapasitas dari kontainer berpendingin
untuk ekspor yaitu sekitar 25 ton. Ketersediaan ikan kakap
merah yang tidak menentu menjadikan pengiriman ikan kakap
merah tidak menentu pula. Penggunaan kontainer
berpendingin ini terkait dengan upaya mempertahankan rantai
pasok dingin. Menurut Bianca (2016), rantai pasok dingin
merupakan gabungan dari kegiatan-kegiatan rantai pasok dan
pengendahan suhu. Pengendalian suhu ini dapat
meminimaIkan kerusakan selama penyimpanan dan
memperpanjang masa simpan produk perikanan.
3) Buyer
Proses deilvery yang lakukan oleh buyer adalah D2, yaitu
pengiriman produk ikan kakap merah sesuai dengan pesanan
51
ritel. Menurut Dani (2016), peran buyer sebagai distributor
bahan baku segar atau makanan olahan dari prosesor adalah
sebagai penghubung konsumen akhir melalui berbagai
saluran yang dapat menjangkau konsumen akhir.
d. Return
1) Supplier
Proses return yang dilakukan oleh supplier adalah DR1,
yaitu menerima ikan kakap merah cacat atau tidak sesuai
dengan spesifikasi PT. ILUFA. Ikan yang cacat ini akan
langsung dikembalikan saat proses penerimaan ikan. Menurut
Ainia (2007), penerimaan produk cacat dari pelanggan
merupakan bentuk sistem umpan balik yang baik dalam
penjualan dan menjaga hubungan dengan pelanggan.
2) PT. ILUFA
Proses return yang dilakukan oleh PT. ILUFA adalah
SR1dan DR1. SR1 merupakan pengembalian ikan kakap
merah cacat atau tidak sesuai dengan spesifikasi dari PT.
ILUFA. Ikan cacat ini akan Iangsung dikembalikan ke supplier
saat proses pengecekan pada penerimanaan ikan berakhir.
DR1 merupakan penerimaan produk ikan kakap merah yang
cacat atau tidak sesuai dengan spesifikasi dari buyer. Menurut
Ainia (2007), dengan adanya proses return dapat
meminimalkan kemerosotan dalam hubungan dengan
pelanggan dan juga untuk mengelola kembali hubungan
dengan supplier.
3) Buyer
Proses return yang dilakukan oleh buyer adalah SR1 dan
DR1. SR1, yaitu pengembalian produk ikan kakap merah yang
tidak sesuai dengan standar ke PT. ILUFA. Proses
pengembalian ini hampir sama dengan proses pengiriman
ikan, yaitu dilakukan dengan bantuan ekspedisi atau jasa
pelayaran. Proses pengembalian ini bisa berlangsung satu
sampai dua bulan. DR1 merupakan penerimaan produk ikan
kakap merah cacat yang berasal retail. Menurut Nugraha
(2008), proses return tidak hanya dilakukan pada produk yang
cacat namun juga pada kelebihan produk.

52
4.4 Pengukuran Metrik Kinerja Rantai Pasok
Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
kinerja rantai pasok ikan kakap merah di PT. ILUFA.
Pengukuran kinerja ini merupakan tahap awal untuk
merumuskan strategi peningkatan kinerja rantai pasok.
Perhitungan pengukuran metrik kinerja rantai pasok dapat dilihat
pada Lampiran 5. Berikut adalah hasil dari pengukuran kinerja
rantai pasok dengan menggunakan metrik kinerja rantai pasok
berdasarkan SCOR, yaitu:

1. Reliability
a. Ikan kakap merah yang terkirim sempuma
Dari hasil pengukuran didapatkan hasil dan persentase ikan
kakap merah yang terkirim sempurna pada tahun 2015
sebesar 97,49 dan mengalami peningkatan sebesar 1,26
menjadi 98,75 di tahun 2016. Hasil ini menujukkan bahwa
kualitas ikan kakap merah yang dikirim oleh supplier relatif
sempurna. Menurut Jacobs dan Richard (2015), kualitas dari
produk merupakan salah satu dimensi kompetitif utama yang
membentuk posisi kompetitif sebuah perusahaan. Berupaya
untuk memenuhi spesifikasi dari pelanggan adalah cara untuk
memastikan keandalan produk agar dapat bersaing dengan
produk kompetitor. Hal ini sekaligus menujukkan komitmen
supplier dalam menjaga hubungan kemitraan dengan PT.
ILUFA dengan cara mengirim ikan kakap merah yang sesuai
dengan standar.
b. Ketepatan Jadwal Pengiriman Ikan Kakap Merah
Dari hasil pengukuran didapatkan bahwa persentase jumlah
hari pengiriman ikan dalam setahun pada tahun 2015 sebesar
17.67 dan meningkat sebesar 30,66 pada tahun 2016 sampai
48.33. Hasil ini menunjukkan bahwa kinerja pengiriman
suppIier ini mengalami peningkatan yang signifikan. PT.
ILUFA mengharapkan supplier mitra dapat mengirim ikan
kakap merah setiap hari. Namun, pada kenyataanya hal ini
tidak dapat terpenuhi karena pengiriman ikan bergantung
pada ketersediaan ikan di laut dan hasil tangkapan nelayan.
Menurut Kementrian Perikanan dan Kelautan (2014), kondisi
ketersediaan sumberdaya ikan yang semakin terbatas
53
merupakan salah satu kendala yang tengah dihadapi pada
sektor perikanan tangkap. Sementara upaya melakukan
penangkapan ikan laut masih sangat terbatas sebagai akibat
terbatasnya kemampuan armada perikanan yang dimiliki oleh
nelayan Indonesia.
c. Kondisi Produk lkan Kakap Merah yang Sempurna
Kondisi produk ikan kakap merah yang dikirim oeh PT.
ILUFA 100% sempurna karena selama dua tahun terakhir
tidak pemah terjadi komplain dari buyer. Komplain terakhir
terjadi pada tahun 2012 yang disebabkan kandungan merkuri
pada ikan yang melebihi batas, yang diduga akibat adanya
kontaminasi selama proses pengemasan. Kondisi dari ikan
kakap merah yang sempuma ini didapatkan dengan
menerapkan HACCP (Hazard Analitycal Critical Control Point)
yang merupakan aspek penting dalam jaminan mutu produk.
Menururt Rahmawaty (2013), penerapan sistem HACCP
efektif untuk mengurangi jumlah mikroba atau cemaran
lainnya yang dapat menyebabkan kejadian penyakit atau
keracunan.

2. Responsiveness
a. Waktu Siklus Pengadaan Ikan Kakap Merah
Waklu siklus ini terhitung mulai dari supplier membeli ikan
dari proses pelelangan, persiapan pengiriman, dan pengiriman
ikan ke PT. ILUFA. Waktu total yang dibutuhkan oleh supplier
dalam proses pengadaan dan pengiriman ikan adalah 1 hari
untuk satu kali siklus. Menurut Anonim (2014), pengiriman
bahan baku ikan dilakukan secara cepat, agar pengolahan
ikan dilakukan sesegera mungkin sehingga dapat mencegah
kemunduran mutu akibat waktu penanganan yang terlambat.
b. Waktu Siklus Proses Produksi Produk Ikan kakap Merah
Waktu siklus proses produksi ini terhitung mulai dari
penerimaan bahan baku sampai pengemasan produk. Waktu
totaI yang dibutuhkan dalam memproduksi dan mengemas
produk ikan kakap merah adalah 2 hari untuk satu kali siklus.
Proses produksi membutuhkan waktu 1 hari dan pengemasan
produk rnembutuhkan waktu 1 hari. Waktu siklus proses
produksi ini merupakan standar waktu proses yang telah
54
ditetapkan oleh PT. ILUFA. Menurut Arisandra (2016), dengan
adanya standar waktu proses, pelaksanaan proses produksi
akan menjadi teratur sehingga dapat direncanakan dan
dilaksanakan dengan baik.
c. Waktu Siklus Pengiriman Produk Ikan Kakap Merah
Waktu siklus terhitung mulai dari waktu yang diperlukan
dalam penentapan jadwal ekspor dan pemesanan kontainer,
penyusunan ikan di kontainer, serta pengiriman. Waktu total
yang dibutuhkan dalam siklus ini adalah 38 hari untuk satu kali
siklus. PT. ILUFA biasanya memilih waktu 7 hari sebelum
pengiriman produk untuk mempersiapkan produk dan
dokumen-dokumen pengiriman sekaligus pemesanan
koatainer untuk pengiriman. Waktu yang dibutuhkan untuk
penyusunan ikan di kontainer adalah 1 hari, dan waktu yang
dibutuhkan untuk mengirim produk sampai ke buyer adalah 30
hari. Waktu pengiriman yang cukup lama ini terkait dengan
transportasi yang digunakan, yaitu angkutan laut. Menurut
Tampubolon (2014), angkutan laut merupakan sistem
distribusi yang dapat mencakup sekeliling dunia, maka dari itu,
angkutan laut sering digunakan untuk ekspor.

4.5 Bencmarking Metrik Kinerja


Benchmarking metrik kinerja dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana tingkat kinerja rantai pasok yang telah dicapai oleh
perusahaan. Benchmarking ini dilakukan dengan
membandingkan hasil dari pengukuran kinerja dengan target
dari kinerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Hasil dari
benchmarking ini dapat memberikan gambaran pada perushaan
mengenai kinerja manakah yang menjadi fokus perbaikan. Hasil
benchmarking kinerja rantai pasok ikan kakap merah di PT.
ILUFA dapat dilihat pada Tabel 4.4

55
Tabel 4.4 Benchmarking Kinerja Rantai Pasok Ikan Kakap Merah di PT. ILUFA
Atribut Metrik Kinerja Data Aktual Target PT. Gap Keterangan Keterangan
2015 2016 ILUFA target Pencapaian
Ikan kakap merah yang 97.49 98.75 100 1.75 Semakin besar, Tidak
terkirim sempurna (%) semakin baik tercapai
Ketepatan jadwal 17.67 48.33 69.33 21 Semakin besar, Tidak
Reliability

pengiriman ikan kakap semakin baik tercapai


merah (%)
Kondisi produk ikan 100 100 100 0 Semakin besar, Tercapai
kakap merah (%) semakin baik
Waktu siklus 1 1 1 0 Semakin cepat, Tercapai
pengadaan ikan kakap semakin baik
Responsiveness

merah (hari)
Waktu siklus proses 2 2 2 0 Semakin cepat, Tercapai
produksi ikan kakap semakin baik
merah (hari)
Waktu siklus 38 38 38 0 Semakin cepat, Tercapai
pengiriman produk ikan semakin baik
kakap merah (hari)
Sumber: Data diolah (2017)

56
Pada Tabel 4.4 terlihat bahwa sebagian besar dari metrik
kinerja rantai pasok ikan kakap merah di PT. ILUFA sudah
tercapai. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja rantai pasok ikan
kakap merah di PT. ILUFA sudah baik. Terdapat dua metrik
kinerja rantai pasok yang belum mencapai target dari PT.
ILUFA, yaitu ikan kakap merah yang terkirim sempurna dan
ketepatan jadwal pengiriman ikan kakap merah. PT. ILUFA
mengharapkan semua ikan yang dikirim oleh supplier dapat
diproses dan ekspor. Namun pada kenyataannya masih
terdapat beberapa ikan yang tidak memenuhi standar dari PT.
ILUFA. Untuk ketepatan jadwal pengiriman, PT. ILUFA
mengharapkan supplier dapat mengirimkan ikan selama 4 hari
dalam seminggu, sehingga ketersediaan ikan kakap merah
dapat terjaga. Kinerja pengiriman ini terkait dengan
ketersediaan ikan dari nelayan. Menurut Prayoga dkk (2017),
ketersediaan ikan dari para nelayan tidak dapat dipastikan
karena terkendala musim, dan ketikpastian keberadaan daerah
penangkapan ikan. Hal ini akan mempengaruhi jumlah ikan hasil
tangkapan nelayan sehingga menghambat kinerja pengiriman
supplier.

4.6 Analisis Peningkatan Kinerja Rantai Pasok


AnaIisis peningkatan kinerja rantai pasok bertujuan untuk
menyusun strategi peningkatan kinerja rantai pasok yang
memungkinkan untuk diterapkan oleh PT. ILUFA. Penentuan
strategi ini dilakukan dengan menganalis secara mendalam
terhadap lingkungan perusahaan secara intemal maupun
ekstemal. Perumusan strategi ini dilakukan dengan
menggunakan analisis SWOT. Menurut Assauri (2010), analisis
SWOT ini pada dasarnya dapat memberikan gambaran
bagaimana upaya yang harus dilakukan dalam membangun
pandangan mendasar bagi pengembangan kapabilitas dan
kompetensi sumber daya perusahaan.

4.6.1 Penentuan Posisi Perusahaan Melalui Analisis SWOT


Penentuan posisi perusahaan merupakan langkah awal
dalam analisis SWOT untuk penentuan strategi peningkatan
kinerja rantai pasok. Penentuan posisi ini dilakukan dengan
57
menganalisis kekuatan dan kelemahan perusahaan serta
peluang dan ancaman yang akan dihadapi oleh PT. ILUFA.
Penentuan ini dilakukan dengan menganalisis kondisi rantai
pasok dan kemudian dilanjutkan dengan memberikan nilai
disetiap faktor. Dengan mengetahui posisi perusahaan, maka
dapat disusun suatu pedoman untuk menentukan kearah mana
dan apa yang ingin dicapai dalam perusahaan atau rencana
strategis pengembangan (Yunus, 2016). Penilaian faktor internal
dapat dilihat pada Tabel 4.5

Tabel 4.5 Penilaian Faktor Internal


Faktor Bobot Rating Nilai
Strengths
Kualitas produk yang dihasilkan 0,128 4,00 0,511
Menerapkan cold supply chain 0,194 3,67 0,713
Menerapkan sistem treacebility 0,189 4,00 0,756
Hubungan antar rantai pasok berjalan baik 0,144 3,33 0,481
Weaknesses
Kurang luasnya area pemasaran 0,144 1,00 0,144
Promosi kurang efektif 0,2 2,33 0,467
Total 3,072
IFE 1,85
Sumber: Data Diolah (2017)

Berdasarkan hasil analisis faktor internal, didapat nilai total


faktor internal sebesar 3,072 yang menunjukkan bahwa PT.
ILUFA memiliki posisi internal yang sangat kuat (David, 2011)
dan nilai Internal Factor Evalution (IFE) sebesar 1,85. Faktor
strengths yang dinilai paling berpengaruh adalah menerapkan
treacebility, dengan nilai sebesar 0,756 dengan rata-rata rating
sebesar 4. Treacebility atau ketelurusan merupakan
kemampuan untuk menelusuri riwayat, aplikasi atau lokasi dari
suatu produk atau kegiatan untuk mendapatkan kembali data
atau informasi melalui suatu identifikasi terhadap dokumen yang
terkait (Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2010). Tujuan
utama dari treacebility adalah untuk mencatat dan
mendokumentasikan suatu produk termasuk seluruh bahan
yang digunakan dalam proses produksinya, hingga proses
pengolahan sampai produk terdistribusi kepada konsumen
58
(Dwiyitno, 2009). Penerapan sistem treacebility pada PT. ILUFA
dilakukan dengan memberikan kode-kode treacebility pada label
kemasan. Kode yang terdapat pada label kemasan berupa kode
supplier dan kode batch. Pada kode batch terdapat beberapa
informasi yaitu, bulan dan tahun produksi serta negara tujuan
ekspor. Penerapan sistem treacebility pada produk perikanan
merupakan faktor kunci untuk menjamin mutu dan keamanan
produk terutama untuk pasar ekspor. Sehingga dapat dikatakan
bahwa penerapan treacebility pada PT. ILUFA merupakan
kekuatan utama yang dimiliki oleh PT. ILUFA.
Faktor weaknesses yang dinilai paling berpengaruh adalah
promosi kurang efektif, dengan nilai sebesar 0,467 dengan rata-
rata rating sebesar 2,33. Menurut Hayati (2014), promosi ikut
memegang peranan penting dalam perencanaan rantai pasok.
Dengan mempertimbangkan ketidakpastian permintaan, nilai
tukar, dan persaingan promosi dapat memberikan pengaruh
dalam upaya memaksimalkan keuntungan dari rantai pasok.
Promosi yang selama ini dilakukan oleh PT. ILUFA adalah
dengan menawarkan produk-produk PT. ILUFA pada web
perusahaan yaitu, www.ilufaseafood.com.
Penentuan posisi perusahaan dalam analisis SWOT juga
perlu mempertimbangkan faktor-faktor eksternal. Penilaian
faktor eksternal dapat dilihat pada Tabel 4.6

Tabel 4.6 Penilaian Faktor Eksternal


Faktor Bobot Rating Nilai
Opportunities
Adanya dukungan pemerintah 0,194 2,33 0,454
Volume ekspor nasional meningkat 0,189 2,67 0,504
Peningkatan konsumsi ikan nasional 0,211 2,67 0,563
Treaths
Ketersediaan ikan yang bergantung pada
kondisi alam 0,122 1,33 0,163
Kompetitor yang bermunculan 0,156 1,67 0,259
Persaingan dalam mendapatkan bahan
baku 0,128 1,00 0,128
Total 2,070
EFE 0,971
Sumber: Data Diolah (2017)
59
Berdasarkan hasil analisis faktor eksternal, didapat nilai total
faktor eksternal sebesar 2,070 yang menunjukkan bahwa PT.
ILUFA memiliki posisi eksternal rata-rata (David, 2011) dan nilai
Eksternal Factor Evalution (EFE) sebesar 0,971. Faktor
opportunities yang dinilai paling berpengaruh adalah
peningkatan konsumsi nasional, dengan nilai sebesar 0,563
dengan rata-rata rating sebesar 2,67. Adanya peningkatan
konsumsi ikan nasional ini memperlihatkan bahwa terjadi
peningkatan permintaan ikan. Untuk menangkap peluang ini
dibutuhkan peran manajemen rantai pasok. Menurut Hayati
(2014), dalam menangkap adanya peningkatan permintaaan ini
diperlukan koordinasi yang baik antara anggota rantai pasok
dengan mempertimbangkan manajemen rantai pasok.
Manajemen rantai pasok ini dapat membantu dalam pengaturan
peningkatan permintaan secara cepat.
Faktor treaths yang dinilai paling berpengaruh adalah
kompetitor yang bermunculan, dengan nilai sebesar 0,259
dengan rata-rata rating sebesar 1,67. Menurut Hayati (2014),
tindakan dari kompetitor ini mempengaruhi strategi perusahaan
dalam menghadapi persaingan. Salah satu cara yang dapat
dipertimbangkan adalah pertukaran informasi dalam manajemen
rantai pasok. Munculnya kompetitor ini mengakibatkan
beberapa buyer mitra PT. ILUFA tidak memperpanjang kontrak
mitra dan menjalin kemitraan dengan perusahaan perikanan
ekspor lainnya.
Berdasarkan hasil perhitungan strategi internal dan eksternal
diperoleh nilai sebesar 3,072 dan 2,070. Hasil ini menunjukkan
bahwa posisi rantai pasok ikan kakap merah PT. ILUFA berada
pada sel IV. Menurut Rangkuti (2005), strategi bisnis yang dapat
diterapkan pada kondisi ini adalah grow dan build. Strategi yang
cocok diterapkan pada kondisi ini adalah pengembangan pasar,
pengembangan produk atau strategi integrasi. Menururt Pearce
dan Richard (2008), strategi pengembangan pasar merupakan
strategi penjualan produk saat ini yang dilakukan dengan cara
memasuki pasar-pasar baru atau menarik segmen pasar lainnya.
Strategi pengembangan produk merupakan strategi yang
dilakukan dengan cara mengembangkan produk-produk baru
untuk pasar saat ini dengan cara meningkatkan variasi mutu
60
produk. Strategi integrasi merupakan strategi yang dilakukan
dengan cara menambah kemitraan dengan anggota rantai
pasok yang terlibat atau dengan perusahaan sejenis yang
memiliki tujuan yang sama.
Posisi rantai pasok ikan kakap merah di PT. ILUFA secara grafis
dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Posisi Perusahaan Berdasarkan Analisis SWOT

4.6.2 Strategi Peningkatan Kinerja Rantai Pasok


Dari faktor internal dan eksternal perusahaan selanjutnya
dilakukan perumusan strategi peningkatan kinerja rantai pasok.
Perumusan strategi peningkatan kinerja rantai pasok ini
diharapkan dapat diterapkan di PT. ILUFA karena sesuai
dengan keadaan perusahaan. Strategi yang dapat diterapkan
oleh PT. ILUFA dirumuskan pada matrik SWOT yang dapat
dilihat pada Tabel 4.7.
Selain dengan melihat posisi perusahaan, pemilihan strategi
peningkatan kinerja rantai pasok ikan kakap merah di PT. ILUFA
dilakukan dengan meempertimbangkan pendapat orang-orang
yang terlibat dalam rantai pasok ikan kakap merah di PT. ILUFA.
Pemilihan strategi ini dapat dilakukan dengan menggunakan
metode Fuzzy AHP dengan mempertimbangkan analisis SWOT
dalam pembuatan struktur hierarki dan dinilai berdasarkan
pendapat pakar.

61
Tabel 4.7 Matrik SWOT
Strenghts-S Weaknesses-W
-Kualitas produk yang -Kurang luasnya
dihasilkan baik (S1) daerah pemasaran
-Menerapkan cold (W1)
supply chain (S2) -Promosi produk
-Menerapkan system tidak efektif (W2)
treacebility (S3)
-Hubungan dengan
anggota rantai pasok
(S4)
Opportunity-O Strategi SO Strategi WO
-Adanya dukungan Mempertahankan Memperluas pasar
pemerintah (O1) mutu produk (S1, S2, (W1, W2, O1, O2,
-Volume ekspor S3, S4, O1, O2, O3) O3)
nasional meningkat
(O2)
-Peningkatan
konsumsi ikan
nasional (O3)
Threats-T Strategi ST Strategi WT
-Kompetitor yang Menjaga kemitraan Meningkatkan
bermunculan (T1) pemasok (S1, S2, S3, promosi (W1, W2,
-Ketersediaan ikan S4, T1, T2, T3) T1, T2, T3)
tergantung pada
kondisi alam (T2)
-Persaingan dalam
mendapatkan bahan
baku (T3)
Sumber: Data primer (2017)

1. Perhitungan Subfaktor
Perhitungan subfaktor internal dan eksternal dilakukan untuk
mengetahui subfaktor manakah yang perlu dipertimbangkan
dalam penentuan strategi peningakatan kinerja rantai pasok di
PT. ILUFA. Perhitungan subfaktor internal dan eksternal
dilakukan dengan menggunakan Fuzzy AHP untuk
mendapatkan bobot dari tiap subfaktor. Perhitungan bobot
subfaktor dan hasil perhitungan CI dan CR subfaktor dapat
dilihat pada Lampiran 7 dan Lampiran 8. Subfaktor yang

62
memiliki bobot terbesar pada tiap faktor menunjukkan bahwa
subfaktor tersebut memiliki pengaruh yang cukup besar dalam
menentukan strategi peningkatan kinerja rantai pasok. Hasil
perhitungan bobot subfaktor dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Bobot Subfaktor


Faktor Subfaktor Bobot Rangking
Strenghts Kualitas produk yang dihasilkan 1
baik (S1) 0,332
Menerapkan cold supply chain 2
(S2) 0,273
Menerapkan sistem treacebility 3
(S3) 0,259
Hubungan dengan anggota rantai 4
pasok (S4) 0,143
Weaknesses Kurang luasnya daerah 1
pemasaran (W1) 0,655
Promosi produk tidak efektif (W2) 0,323 2
Opportunities Adanya dukungan pemerintah 2
(O1) 0,229
Volume ekspor nasional meningkat 3
(O2) 0,216
Peningkatan konsumsi ikan 1
nasional (O3) 0,452
Threats Kompetitor yang bermunculan (T1) 0,478 1
Ketersediaan ikan tergantung pada 3
kondisi alam (T2) 0,259
Persaingan dalam mendapatkan 2
bahan baku (T3) 0,397
Sumber: Data Primer Diolah (2017)

Berdasarkan Tabel 4.8, pada faktor strengths, subfaktor


yang memiliki bobot terbesar adalah kualitas produk yang
dihasilkan baik (S1), yaitu sebesar 0,332. Pada faktor
weaknesses, subfaktor yang memiliki bobot terbesar adalah
kurang luasnya daerah pemasaran (W1), yaitu sebesar 0,665.
Pada faktor opportunities, subfaktor yang memiliki bobot
terbesar adalah peningkatan konsumsi ikan nasional (O3), yaitu
sebesar 0,452. Pada faktor threats, subfaktor yang memiliki
bobot terbesar adalah kompetitor yang bermunculan (T1), yaitu
63
sebesar 0,478. Keempat subfaktor inilah yang dianggap paling
mempengaruhi penentuan dan pemilihan strategi untuk
meningkatkan kinerja rantai pasok di PT. ILUFA.
Terdapat perbedaan pada faktor-faktor internal yang memiliki
pengaruh utama dalam penentuan posisi perusahaan dengan
penentuan strategi alternatif. Pada penentuan strategi alternatif,
faktor internal yang mempengaruhi penentuan dan pemilihan
strategi adalah kualitas produk yang dihasilkan baik dan kurang
luasnya daerah pemasaran. Menurut Tsurayya (2015), upaya
untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan upaya untuk
memperluas daerah pemasaran merupakan sasaran utama
yang ingin dicapai dalam rantai pasok. Sehingga kedua faktor
internal ini berperan dalam pemilihan strategi alternatif untuk
meningkatkan kinerja rantai pasok.

2. Perhitungan Strategi Alternatif


Perhitungan strategi alternatif dilakukan untuk mengetahui
strategi manakah yang dianggap dapat meningkatkan kinerja
rantai pasok di PT. ILUFA. Perhitungan strategi alternatif
dilakukan dengan menggunakan Fuzzy AHP untuk
mendapatkan bobot dari tiap strategi alternatif. Perhitungan
bobot alternatif dan hasil perhitungan CI dan CR subfaktor dapat
dilihat pada Lampiran 7 dan Lampiran 8. Strategi alternatif
yang memiliki bobot terbesar pada tiap faktor menunjukkan
bahwa strategi tersebut dapat meningkatan kinerja rantai pasok.
Hasil perhitungan bobot strategi alternatif dapat dilihat pada
Tabel 4.9.

64
Tabel 4.9 Strategi Alternatif
Subfaktor Bobot Alternatif
ST WT SO WO
Kualitas produk yang dihasilkan baik 0,298 0,204 0,215 0,169
(S1)
Menerapkan cold supply chain (S2) 0,057 0,099 0,369 0,317
Menerapkan sistem treacebility (S3) 0,227 0,149 0,307 0,255
Hubungan dengan anggota rantai pasok 0,386 0,132 0,230 0,182
(S4)
Jumlah 0,968 0,584 1,121 0,923
Kurang luasnya daerah pemasaran 0,170 0,279 0,296 0,172
(W1)
Promosi produk tidak efektif (W2) 0,113 0,046 0,385 0,347
Jumlah 0,283 0,325 0,681 0,519
Adanya dukungan pemerintah (O1) 0,232 0,209 0,204 0,162
Volume ekspor nasional meningkat (O2) 0,129 0,065 0,349 0,449
Peningkatan konsumsi ikan nasional 0,217 0,029 0,340 0,297
(O3)
Jumlah 0,578 0,303 0,893 0,908
Kompetitor yang bermunculan (T1) 0,195 0,094 0,331 0,222
Ketersediaan ikan tergantung pada 0,179 0,069 0,138 0,204
kondisi alam (T2)
Persaingan dalam mendapatkan bahan 0,188 0,174 0,358 0,193
baku (T3)
Jumlah 0,562 0,337 0,827 0,619
Total 2,391 1,549 3,522 2,969
Rangking 3 4 1 2
Sumber: Data Primer Diolah (2017)

Berdasarkan Tabel 4.9 didapatkan nilai total bobot dari


masing-masing strategi peningkatan kinerja rantai pasok. Oleh
karena itu, diperlukan strategi yang tepat untuk meningkatkan
kinerja rantai pasok. Berikut penjelasan dari tiap-tiap strategi
alternatif, yaitu:
a. Strategi ST: Menjaga kemitraan dengan pemasok
Berdasarkan hasil perhitungan strategi alternatif didapatkan
nilai total bobot strategi menjaga kemitraan dengan pemasok
sebesar 2,391 dan menduduki peringkat ke-3. Strategi dengan
upaya PT. ILUFA untuk menjaga ketersediaan bahan baku
dengan cara menjalin kemitraan dengan banyak supplier. Selain
65
itu, bahan baku yang berasal dari supplier, menentukan mutu
dari produk yang dihasilkan oleh PT. ILUFA. Hal yang dapat
dilakukan adalah dengan menerapkan Supplier Relation
Management (SRM). SRM merupakan strategi yang dilakukan
untuk membangun kedekatan hubungan perusahaan dengan
para supplier strategisnya sehingga dapat terjadi ketersediaan
bahan baku yang dibutuhkan oleh pelanggan (Najib, 2007).
Model kemitraan yang dapat diterapkan adalah information
exchange yang memungkinkan adanya keterbukaan informasi
antara supplier dan perusahaan. Hal ini dilakukan adalah
dengan meningkatkan komunikasi dengan supplier. Pertukaran
informasi yang perlu dikembangkan adalah kondisi pasar dan
fluktuasi harga (Sucipta, 2016). Peningkatan komunikasi ini
dapat dilakukan dengan mengadakan gathering (pertemuan)
yang dilakukan secara berkala, sehingga hubungan antar
perusahaan dengan supplier tidak sebatas hubungan bisnis dan
menciptakan hubungan secara informal agar komunakasi bisnis
dapat berjalan dengan lancar.

b. Strategi WT: Meningkatkan promosi


Berdasarkan hasil perhitungan strategi alternatif didapatkan
nilai total bobot strategi meningkatkan promosi sebesar 1,549
dan menduduki peringkat ke-4. Peningkatan usaha pemasaran
yang menjadi fokus utama dalam peningkatan kinerja rantai
pasok adalah pada aspek promosi yang kelemahan pada
manajemen rantai pasok di PT. ILUFA. Menurut Sejati (2011),
promosi merupakan salah satu elemen yang dibutuhkan dalam
kelembagaan rantai pasok. Promosi yang efektif merupakan
salah satu aspek yang dapat menstabilkan dan memantapkan
kinerja dari perusahaan. Peningkatan upaya pemasaran produk
ikan kakap merah ini dilakukan untuk memperkenalkan produk
ke Iebih banyak buyer dan berbagai negara agar tertarik
membeli dan menjalin kerjasama dengan PT. ILUFA. Upaya
promosi yang dapat dilakukan adalah dengan
mempertimbangkan beberapa sistem promosi yang ditawarkan
oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan, (2014). peningkatan
promosi dapat dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan
lembaga-lembaga pemerintah yang membantu pemasaran
66
produk perikanan ekspor dan pengiriman surat perkenalan.
Lembaga pemerintah yang membantu dalam pemarasan produk
perikanan ekspor adalah Atase Perdagangan, Kamar Dagang
Indonesia, lndonesian Trade Promotion Centre (TPC), Badan
Pengembangan Ekspor Nasonal (BPEN). dan Lembaga
Penunjang Ekspor (LPE). Cara lain yang dapat dilakukan adalah
dengan mengirim surat perkenalan yang dikirim ke beberapa
lembaga, yaitu asosiasi impotir di negara tujuan, Atase
perdagangan asing yang ada di dalam negeri. Kantor pewakilan
badan promosi negara asing (JETRO, KOTRA, AMOHAM, dli).
Atase perdagangan di luar negeri. dan Trade Promotion Center
(TPC) di negara tujuan ekspor.

c. Strategi SO: Mempertahankan mutu produk


Berdasarkan hasil perhitungan strategi alternatif didapatkan
nilai total bobot strategi menjaga kemitraan dengan pemasok
sebesar 3,522 dan menduduki peringkat ke-1. Perumusan
strategi ini dilakukan dengan mengingat bahwa konsumen di
pasar internasional sangat memperhatikan mutu produk. Untuk
dapat bersaing dipasar intemasonaI, maka perusahaan harus
memproduksi produk yang berkualitas. Ikan kakap merah yang
diekspor harus sesuai dengan standar yang ditetapkan agar
tidak menyebabkan komplain dan return produk. Standar mutu
produk ikan kakap merah pada PT. ILUFA disesuaikan dengan
SNI 4110 tahun 2014 tentang Ikan Beku yang dapat dilihat pada
Tabel 4.10. Peningkatan mutu dapat dilakukan dengan
menerapkan TQM (Total Quality Management). Menurut
Hidayat (2007), TQM merupakan sebuah konsep manajemen
strategis pencapaian sukses jangka panjang yang berorientasi
pada kepuasan konsumen dengan dukungan dan partisipasi
dari seluruh anggota organisasi kerja internal maupun eksternal,
peningkatan proses, kinerja pelayanan, dan faktor-faktor kultural.
Hal utama yang perlu diperhatikan dalam mempertahankan
mutu produk ikan kakap merah adalah memastikan proses
produksi berjalan sesuai dengan SOP (Standart Operation
Procedure) agar dapat meminimalkan terjadinya kontaminasi
biologi. SOP ikan kakap merah di PT. ILUFA dapat dilihat pada
Lampiran 9. Poin utama yang perlu diawasi adalah personal
67
hygiene, mengingat proses produksi dilakukan secara manual
Pengawasan ini dapat dilakukan dengan pendampingan dan
pengawasan saat proses produksi yang dilakukan oleh staff dari
QC (Quality Control). Selain itu, juga perlu dilakukan
pembaharuan sertifikasi jaminan mutu seperti HACCP (Hazard
Analitycal Critical Control Poin), GMP (Good Manufacturing
Practice), dll.

Tabel 4.10 Standar Mutu Ikan Kakap Merah Beku di PT. ILUFA
Menurut SNI 4110 tahun 2014 tentang Ikan Beku
Faktor Mutu Tingkatan Mutu
Mutu I Mutu II Mutu III
Kenampakan Rata, bening, Tidak rata, Tidak rata,
pada seluruh bening, bagian bagian
permukaan permukaaan permukaan
dilapisi es produk yang yang tidak
dilapisi es dilapisi es 50%
kurang lebih
30%
Pengeringan Tdak ada Pengeringan Pengeringan
pengeringan pada pada
pada permukaan permukaan
permukaan produk kurang produk kurang
produk lebih 30% lebih 50%
Perubahan Belum Perubahan Perubahan
warna mengalami warna pada warna pada
perubahan permukaan permukaan
warna pada produk kurang
produk kurang
permukaan dari 30%
produk dari 50%

Sumber: Data Primer PT. ILUFA (2017)

d. Strategi WO: Memperluas pasar


Berdasarkan hasil perhitungan strategi alternatif didapatkan
nilai total bobot strategi menjaga kemitraan dengan pemasok
sebesar 2,696 dan menduduki peringkat ke-2. Memperluas
pasar dapat dilakukan dengan mulai memasuki pasar nasional
atau ke pasar intemasional dengan cara menambah negara
tujuan ekspor. Upaya memperluas pasar merupakan salah satu

68
sasaran strategis yang menjadi indikator suksesnya kinerja
perusahaan dan sekaligus dapat memberikan dampak pada
atribut reliability dan responsiveness. Beberapa provinsi yang
dapat dijadikan pertimbangan untuk memasuki pasar nasional.
yaitu Yogyakarta, Bengkulu, Jawa Timur, Bali, dan Nusa
Tenggara. Kelima provinsi tersebut merupakan provinsi yang
mengalami peningkatan petumbuhan konsumsi ikan tahun
2013-2014, sehingga berpotensi dalam meningkatkan konsumsi
komoditas ikan per tahunnya (Anonim, 2016). Negara yang
dapat dijadikan tujuan ekspor yang baru adalah Norwegia,
Rusia, Spanyol, Singapura, dan Filipina. Pemilihan negara-
negara tersebut didasarkan dengan pertimbangan dan
Kementrian Kelautan dan Perikanan (2014). yaitu adanya
hubungan kemitraan yang telah berlangsung dengan negara-
negara tersebut dan volume ekspor komoditas perikanan yang
mengaIami peningkatan tiap tahunnya pada negara-negara
tersebut .

4.7 Implikasi Manajerial


Berdasarkan evaluasi faktor eksternal dan internal
perusahaan serta perumusan strategi peningkatan kinerja rantai
pasok, didapatkan beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh
PT. ILUFA dalam upaya peningkatan kinerja rantai pasok ikan
kakap merah, yaitu:
1. Pengembangan pasar
Upaya yang dapat dilakukan oleh PT. ILUFA untuk
mengembangkan pasar adalah dengan cara memasuki pasar
baru. Pangsa pasar baru yang dapat dipertimbangkan untuk
pengembangan pasar adalah pasar nasional. Hal ini dilakukan
dengan mempertimbangkan bahwa biaya distribusi yang
dikeluarkan lebih murah dan administrasi yang dibutuhkan lebih
mudah dibandingkan dengan pemasaran di pasar internasional.
2. Pengembangan produk
Pengembangan produk yang dimaksud adalah dengan
menambah variasi mutu produk. Mutu produk dibagi menjadi
mutu produk untuk pasar ekspor dan mutu produk untuk pasar
nasional. Hal ini dilakukan karena pasar ekspor hanya
mengharapkan produk mutu I dengan berat diatas 2 Kg,
69
sehingga produk mutu II atau mutu I dengan berat kurang dari 2
Kg dapat dipasarkan di pasar nasional.
3. Menjamin produk yang dihasilkan berkualitas
Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pembaharuan
sertifikasi terkait jaminan mutu seperti HACCP perlu dilakukan
untuk membuktikan komitmen PT. ILUFA dalam menghasilkan
produk-produk yang berkualitas. Selalin itu, perlu dilakukan
pengawasan pada proses produksi untuk memastikan bahwa
proses produksi dilakukan sesuai dengan SOP (Standart
Operation Procedure) terutama pada proses produksi yang
merupakan CCP (Critical Control Point), yaitu penerimaan
bahan baku, pembekuan, dan penyimpanan. Poin utama dalam
pengawasan ketiga titik ini adalah pengaturan suhu yang tepat.
Suhu pada proses penerimaan bahan baku adalah minimal 4 oC,
pada proses pembekuan dan penyimpanan minimal -20oC.
Suhu pada ketiga proses ini sangat menentukan keamanan
pangan, sehingga perlu dilakukan pengecekan suhu secara
berkala setidaknya setiap jam.

70
V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1. Rantai pasok ikan kakap merah di PT. ILUFA dimulai dari
nelayan yang menangkap ikan di laut. Ikan hasil
tangkapan nelayan dibeli supplier melalui proses
pelelangan di TPI. Dari supplier, ikan dikirim ke PT. ILUFA
untuk diproduksi sesuai dengan pesanan. Produk akhir
diekspor ke beberapa negara mitra melalui buyer selaku
importir yang menyalurkan produk ke ritel dan konsumen
di negara mitra.
2. Kinerja rantai pasok ikan kakap merah di PT. ILUFA sudah
baik, terlihat bahwa sebagian besar dari metrik kinerja
rantai pasok ikan kakap merah di PT. ILUFA sudah
tercapai. Hasil pengukuran kinerja rantai pasok ikan kakap
merah, yaitu kondisi ikan kakap merah terkirim sempurna
pada tahun 2015 sebesar 97,49 % dan 98,75 % di tahun
2016, ketepatan jadwal pengiriman dalam setahun pada
tahun 2015 sebesar 17.67 % dan 48.33 % pada tahun
2016, kondisi produk ikan kakap merah yang dikirim oleh
PT. ILUFA sebesar 100, waktu siklus pengadaan selama 1
hari untuk satu kali siklus, waktu siklus produksi selama 2
hari untuk satu kali siklus, waktu siklus pengiriman 38 hari
untuk satu kali siklus.
3. Alternatif strategi untuk meningkatkan kinerja rantai pasok
ikan kakap merah, yaitu SO (mempertahankan mutu
produk) dengan total bobot sebesar 3,522; WO
(memperluas pasar) dengan total bobot sebesar 2,969;
ST (menjaga kemitraan dengan pemasok) dengan total
bobot sebesar 2,391; WT (meningkatkan promosi) dengan
total bobot sebesar 1,549.

71
5.2 Saran
Beberapa saran yang didapat pada penelitian ini adalah:
1. Peningkatkan kinerja rantai pasok ikan kakap merah di PT.
ILUFA dapat dilakukan dengan memperluas pangsa pasar,
menambah variasi mutu produk, dan mempertahankan mutu
produk.
2. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah melakukan analisis
kelembagaan rantai pasok dan upaya peningkatan kemitraan
dengan supplier.

72
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2001. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah.
Jakarta.

Anonim. 2010. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan


Republik Indonesia Nomor PER.19/MEN/2010 tentang
Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan.
Kementrian Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Anonim. 2011. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan


Republik Indonesia Nomor Per.15/MEN/2011 tentang
Pengendalian Mutu dan keamanan Hasil Perikanan
yang Masuk ke dalam Wilayah Negara Republik
Indonesia. Kementrian Kelautan dan Perikanan.
Jakarta.

Anonim. 2014. Pedoman Ekspor Perikanan ke Negara Mitra


(Norwegia, Rusia, Spanyol, Singapura, dan Filipina).
Kementrian Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Anonim. 2014. Standar Nasional Indonesia 4110:2014


tentang Ikan Beku. Badan Standarisasi Nasional
Indonesia. Jakarta.

Anonim. 2015. Analisis Data Pokok Kementrian Kelautan


dan Perikanan. Kementrian Kelautan dan Perikanan.
Jakarta.

Anonim. 2016. Statistik P2HP Tahun 2014. Dinas Kelautan dan


Perikanan Provinsi Jawa Timur. Online. Dilihat pada 17
Januari 2017. <
http://diskanlut.jatimprov.go.id/?p=1518>.

Anonim. 2016. Statistik P2HP Tahun 2015. Dinas Kelautan dan


Perikanan Provinsi Jawa Timur. Online. Dilihat pada 17

73
Januari 2017. <
http://diskanlut.jatimprov.go.id/?p=3196>.

Anonim. 2016. Undang Undang Republik Indonesia nomor 7


Tahun 2016 tentang Perlindungan dan
Pemberdayaan Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan
Petambak Garam. Jakarta.

Anonim. 2016. Konsumsi Ikan Naik dalam 5 Tahun Terakhir.


KKPNews. Jakarta.

Ainia. 2007. SCOR: Supply-Chain Reference Model. ILIM.


England.

Anatan, L., dan Lena, E. 2008. Supply Chain Management


Teori dan Aplikasi. Alfabeta. Bandung.

Arisandra, ML. 2016. Penetapan Standar Waktu Proses


dalam Meningkatkan Efektivitas dan Efisiensi pada
Perusahaan Batik Tulis Rusdi Desa Sumurgung
Kecamatan Tuban. Jurnal Ekonika. Vol 1 (1): 51.

Assauri, L. 2013. Strategic management Sustainable


Competitive Advantages. Rajagrafingo Persada.
Depok.

Bianca, L. 2016. Sistem Rantai Pasok Dingin (Cold Chain)


dalam implementasi Sistem Logistik Ikan Nasional
(SLIN). Supply Chain Indonesia. Bandung.

Bukhori, IB., Kuncoro, HW., and Dyah, I. 2015. Evaluation of


Poultry Supply Chain Performance in XYZ
Slaughtering House Yogyakarta using SCOR and
AHP Method. Agriculture and Agricultural Science
Procedia. Vol 3: 221-225.

74
Cetinkaya, B., Richard, C., Graham, E., Thorsten, K W.,
Wojciech, P., and Christoph, T. 2011. Sustainable
Supply Chain Management. Springer. London.

Chan, KY., Kwong CK., and Tharam, SD. 2012. Computional


Intelligence Techniques for New Product Design.
Springer. Australia.

Christien, J M O., Wijnands, J H M., Ruud, B M H., and Olaf, V


K. 2006. Quantifying the Agri-Food Supply Chain.
Springer. Netherlands.

Coniza, EB., Mae, RC., and Pedrita, AC. 2012. Grow-out


Culture of Mangrove Red Snapper (Lujatus
argentimaculatus Forsskal, 1775) in Ponds.
Southeast Asian Fisheries Development Center.
Philippines.

Dani, S. 2016. Food Supply Chain Management and


Logistic: From Farm to Fork. Kogan Page. UK.

David, FR. 2010. Strategic Management. Salemba Empat.


Jakarta.

____, 2011. Strategic Management. Pearson Prentice Hall.


USA

Dwiloka, B., dan Atmomarsono, U. 2010. Kandungan Logam


Berat pada Dada dan Paha Ayam Boiler yang
Dipelihara dengan Sistem Kandang Panggung
Setelah Direbus dan Dikukus. Prosiding Simposium
dan Pameran Teknologi Aplikasi Isotop dan Radiasi.
Bandung.

Dwiyitno. 2009. Implementasi Sistem Ketelusuran pada


Produk Perikanan. Jurnal Squalen. Vol 4 (3): 99.

75
Fajar, A. 2014. Analisis Rantai Pasok Jagung di Provinsi
Jawa Barat. Tesis Tidak Dipublikasikan. Sekolah Pasca
Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ghufran, M., dan Kordi, HK. 2010. Nikmat Rasanya, Nikmat


Untungnya – Pintar Budi Daya Ikan di Tambak
Secara Intensif. Andi. Yogyakarta.

Hayati, EN. 2014. Supply Chain Management (SCM) dan


Logistic Management. Jurnal Dinamika Teknik. Vol 18
(1): 33.

Heizer, J., dan Harry, R. 2009. Manajemen Operasi. Salemba


Empat. Jakarta.

Heizer, J., dan Barry, R. 2015. Manajemen Operasi:


Manajemen Keberlangsungan dan Rantai Pasokan.
Salemba Empat. Jakarta.

Hertz, HS. 2007. Malcolm Baldrige Criteria for Performance


Excellence 2007. IQAF. Jakarta.

Hidayat, A. 2007. Strategi Six Sigma. Elex Media. Jakarta.

Indrajit, RE., dan Richardus, D. 2002. Konsep Manajemen


Supply Chain: Cara Baru Memandang Mata Rantai
Penyediaan Barang. Grasindo. Jakarta.

Jacobs, FR dan Richard, BC. 2015. Manajemen Operasi dan


Rantai Pasokan. Salemba Empat. Jakarta.

Jacoeb, AM., Pipih, S., dan Widyana, AK. 2015. Komposisi


Asam Lemak, Kolesterol, dan Deskripsi Jaringan
Fillet Ikan Kakap Merah Segar dan Goreng. Jurnal
Masyarakat Pengolahan Hasil Peikanan Indonesia. Vol
18 (1):99.

76
Jinturkar, A., Sandip, D., Avinash, S., Vivek S., and Prakash, K.
2014. Supply Chain Management Under Fuzziness
Recent Developments and Techniques. Springer.
Turkey.

Junior, FRL., and Carpinetti, LCR. 2016. Combining SCOR


Model and Fuzzy TOPSIS for Supplier Evaluation and
Management. Journal Production Economic. 174: 132.

Kime, LF., and McGee, WM. 2008. SWOT Analysis: A Tool for
Making Better Business Decisions. USDA. Lebanon.

Lane, M., and Jerald, H. 2006. Angler’s Guide Fishes of the


Guilf of Mexico. Pelican Publishing. Mexico.

Lewick, D. 2011. Creating Innovative Attitudes in an


Organisation-Comparative Analysis Tools Applied in
IBM Poland and ZPAS Group. Journal of Asia Pacific
Business innovation and Technology Management. Vol 1
(1):2.

Marimin., Taufik, D., Suharjito., Syarif, H., Ditdit, NU., Retno, A.,
dan Sri, M. 2013 Teknik dan Analisis Pengambilan
Keputusan dalam Manajemen Rantai Pasok. IPB
Press. Bogor.

Murniyanti., Fera, RD., dan Rasmawati. 2014. Teknik


Pengolahan Tepung Kalsium dari Tulang Ikan Nila.
Penebar Swadaya. Bogor.

Najib, MF. 2007. Hubungan Pembeli dan Pemasok:


Kerjasama untuk Meningkatkan Kepuasan dan
Loyalitas Pelanggan. Jurnal Bisnis Strategi. Vol 16
(1):70.

Ownes, CM., Christine, ZA., dan Alan, RS. 2010. Poultry Meat
Processing. CRC Press. USA.

77
Pearce, JA., dan Richard, BR. 2008. Manajemen Strategis.
Salemba Empat. Jakarta.

Poluha, R G. 2007. Application of the SCOR Model in Supply


Chain Management. Cambria Press. New York.

Pramono, YE., Fathoni, M., Himelda., Wiropurnomo, H.,


Hanifah, T., Robiyanto, S., Aida, N., dan Marpaung, H.
2014. Pedoman Ekspor Perikanan ke Negara Mitra
(Norwegia, Rusia, Spanyol, Singapura, dan Filipina).
Kementrian Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Prayoga, MY., BUdhi, HI., dan Sugeng, HW. 2017.


Peningkatan Kinerja Manajemen Rantai Pasok Tuna
Segar di PPS Nizam Zachman Jakarta (PPSNZJ).
Jurnal Albacore. Vol 1 (1): 77-88.

Pujawan, N. 2005. Supply Chain Management. Guna Wijaya.


Surabaya.

Purhantara, W. 2010. Metode Penelitian Kualitatif untuk


Bisnis. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Rachmat, T. 2012. Pengukuran Kinerja SCM. Universitas Esa


Unggulan. Jakarta.

Rahmawaty, L., Rahayu, WP., dan Kusumaningrum, HD.


Pengembangan Strategi Keamanan Produk
Perikanan untuk Ekspor ke Amerika Serikat. Jurnal
Standarisasi. Vol 16 (2): 96.

Ramdhan, M., dan Taslim, A. 2013. Aplikasi Sistem Informasi


Geografis dalam Penilaian Proporsi Luas Laut
Indonesia. Jurnal Ilmiah Geomatika. Vol 19 (2): 141.

Rangkuti, F. 2005. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus


Bisnis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

78
Robbins, SP., dan Judge, TA. 2008. Perilaku Organisasi.
Salemba Empat. Jakarta.

Ross, D F. 2011. Introduction To Supply Chain Management


Technologies Second Edition. CRC Press. USA.

Saparinto, C. 2006. Introduction to Supply Chain


Management Technologies Second Edition. CRC
Press. USA.

Sarasby, A. 2016. SWOT Analysis. Spectars. USA.

SCC. 2010. Supply Chain Operation Reference Model


Version 10.0. Supply Chain Council. USA.

____. 2015. Quick Reference Guide SCOR Version 11


Supply Chain Operations Reference Model. Supply
Chain Council. USA.

Sejati, WK. 2011. Analisis Kelembagaan Rantai Pasok Telur


Ayam Ras Peternakan Rakyat di Jawa Barat. Jurnal
Analisis Pertanian. Vol 9 (2): 188.

Setiawan, A., Marimin, Arkaman, Y., dan Udin, F. 2009. Desain


Metrik Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Sayuran
Menggunakan Pendekatan SCOR dan Fuzzy AHP.
Kumpulan Makalah Seminar Ilmiah Perhoti. Bogor.

Siagian, SP. 2012. Manajemen Stratejik. Bumi Aksara. Jakarta.

Sinulingga, S. 2009. Perencanaan dan Pengendalian


Produksi. Graham Ilmu. Yogyakarta.

Steven, W dan Sum, CC. 2014. Manajemen Operasi


Perspektif Asia. Salemba Empat. Jakarta.

Sucipta, IM., Widia, IW., dan Supartha, U. 2016. Strategi


Peningkatan Kinerja Manajemen Rantai Pasokan
79
Jeruk Siam di Kelompok Tani Gunung Mekar
Kabupaten Gianyar. Jurnal BETA. Vol 4 (2): 27-34.

Sudrajat, A. 2015. Budidaya 26 Komoditas Laut Unggul.


Penebar Swadya. Jakarta.

Suryaningrum, D., Syamdidi., Ikasari, D., dan Muljanah, I. 2015.


Penanganan dan Pengolahan Baby Fish Nila.
Penebar Swadya. Jakarta.

Tampubolon, MP. 2014. Manajemen Operasi dan Rantai


Pemasok (Operation and Supply-Chain
Management). Mitra Wacana Media. Jakarta.

Tsurayya, S dan Lindawati K. Kelembagaan dan Strategi


Peningkatan Daya Saing Komoditas Cabai
Kabupaten Garut. Jurnal Manajemen dan Agribisnis.
Vol 12 (1) : 7.

Triwikrama, G. 2012. Administrasi Pemungutan Retribusi


Tempat Pelelangan Ikan di TPI Muara Angke Provinsi
DKI Jakarta. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Indonesia. Depok.

Wang, YM., and Kwai, SC. 2010. Fuzzy Analytic Hierarchy


Process: A Logarithmic Fuzzy Preference
Programming Methodology. International Journal of
Approximate Reasoning. 52: 551.

Wahyudi, DP. 2010. Pola Adaptasi Nelayan Terhadap


Perubahan Iklim dan Cuaca pada Perikanan Payang
di Pelabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi
Tidak Dipublikasikan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Wibowo, B dan Kusrianto. 2010. Menembus Pasar Ekspor,


Siapa Takut. Elex Media Komputindo. Jakarta.

80
Yunus, E. 3016. Manajemen Strategis. Andi. Yogyakarta.

81
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2001. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah.
Jakarta.

Anonim. 2010. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan


Republik Indonesia Nomor PER.19/MEN/2010 tentang
Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan.
Kementrian Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Anonim. 2011. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan


Republik Indonesia Nomor Per.15/MEN/2011 tentang
Pengendalian Mutu dan keamanan Hasil Perikanan
yang Masuk ke dalam Wilayah Negara Republik
Indonesia. Kementrian Kelautan dan Perikanan.
Jakarta.

Anonim. 2014. Pedoman Ekspor Perikanan ke Negara Mitra


(Norwegia, Rusia, Spanyol, Singapura, dan Filipina).
Kementrian Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Anonim. 2014. Standar Nasional Indonesia 4110:2014


tentang Ikan Beku. Badan Standarisasi Nasional
Indonesia. Jakarta.

Anonim. 2015. Analisis Data Pokok Kementrian Kelautan dan


Perikanan. Kementrian Kelautan dan Perikanan.
Jakarta.

Anonim. 2016. Statistik P2HP Tahun 2014. Dinas Kelautan dan


Perikanan Provinsi Jawa Timur. Online. Dilihat pada 17
Januari 2017. <
http://diskanlut.jatimprov.go.id/?p=1518>.

Anonim. 2016. Statistik P2HP Tahun 2015. Dinas Kelautan dan


Perikanan Provinsi Jawa Timur. Online. Dilihat pada 17
73
Januari 2017. <
http://diskanlut.jatimprov.go.id/?p=3196>.

Anonim. 2016. Undang Undang Republik Indonesia nomor 7


Tahun 2016 tentang Perlindungan dan
Pemberdayaan Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan
Petambak Garam. Jakarta.

Anonim. 2016. Konsumsi Ikan Naik dalam 5 Tahun Terakhir.


KKPNews. Jakarta.

Ainia. 2007. SCOR: Supply-Chain Reference Model. ILIM.


England.

Anatan, L., dan Lena, E. 2008. Supply Chain Management


Teori dan Aplikasi. Alfabeta. Bandung.

Arisandra, ML. 2016. Penetapan Standar Waktu Proses


dalam Meningkatkan Efektivitas dan Efisiensi pada
Perusahaan Batik Tulis Rusdi Desa Sumurgung
Kecamatan Tuban. Jurnal Ekonika. Vol 1 (1): 51.

Assauri, L. 2013. Strategic management Sustainable


Competitive Advantages. Rajagrafingo Persada.
Depok.

Bianca, L. 2016. Sistem Rantai Pasok Dingin (Cold Chain)


dalam implementasi Sistem Logistik Ikan Nasional
(SLIN). Supply Chain Indonesia. Bandung.

Bukhori, IB., Kuncoro, HW., and Dyah, I. 2015. Evaluation of


Poultry Supply Chain Performance in XYZ
Slaughtering House Yogyakarta using SCOR and
AHP Method. Agriculture and Agricultural Science
Procedia. Vol 3: 221-225.

74
Cetinkaya, B., Richard, C., Graham, E., Thorsten, K W.,
Wojciech, P., and Christoph, T. 2011. Sustainable
Supply Chain Management. Springer. London.

Chan, KY., Kwong CK., and Tharam, SD. 2012. Computional


Intelligence Techniques for New Product Design.
Springer. Australia.

Christien, J M O., Wijnands, J H M., Ruud, B M H., and Olaf, V


K. 2006. Quantifying the Agri-Food Supply Chain.
Springer. Netherlands.

Coniza, EB., Mae, RC., and Pedrita, AC. 2012. Grow-out


Culture of Mangrove Red Snapper (Lujatus
argentimaculatus Forsskal, 1775) in Ponds. Southeast
Asian Fisheries Development Center. Philippines.

Dani, S. 2016. Food Supply Chain Management and Logistic:


From Farm to Fork. Kogan Page. UK.

David, FR. 2010. Strategic Management. Salemba Empat.


Jakarta.

____, 2011. Strategic Management. Pearson Prentice Hall.


USA

Dwiloka, B., dan Atmomarsono, U. 2010. Kandungan Logam


Berat pada Dada dan Paha Ayam Boiler yang
Dipelihara dengan Sistem Kandang Panggung
Setelah Direbus dan Dikukus. Prosiding Simposium
dan Pameran Teknologi Aplikasi Isotop dan Radiasi.
Bandung.

Dwiyitno. 2009. Implementasi Sistem Ketelusuran pada


Produk Perikanan. Jurnal Squalen. Vol 4 (3): 99.

75
Fajar, A. 2014. Analisis Rantai Pasok Jagung di Provinsi
Jawa Barat. Tesis Tidak Dipublikasikan. Sekolah Pasca
Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ghufran, M., dan Kordi, HK. 2010. Nikmat Rasanya, Nikmat


Untungnya – Pintar Budi Daya Ikan di Tambak
Secara Intensif. Andi. Yogyakarta.

Hayati, EN. 2014. Supply Chain Management (SCM) dan


Logistic Management. Jurnal Dinamika Teknik. Vol 18
(1): 33.

Heizer, J., dan Harry, R. 2009. Manajemen Operasi. Salemba


Empat. Jakarta.

Heizer, J., dan Barry, R. 2015. Manajemen Operasi:


Manajemen Keberlangsungan dan Rantai Pasokan.
Salemba Empat. Jakarta.

Hertz, HS. 2007. Malcolm Baldrige Criteria for Performance


Excellence 2007. IQAF. Jakarta.

Hidayat, A. 2007. Strategi Six Sigma. Elex Media. Jakarta.

Indrajit, RE., dan Richardus, D. 2002. Konsep Manajemen


Supply Chain: Cara Baru Memandang Mata Rantai
Penyediaan Barang. Grasindo. Jakarta.

Jacobs, FR dan Richard, BC. 2015. Manajemen Operasi dan


Rantai Pasokan. Salemba Empat. Jakarta.

Jacoeb, AM., Pipih, S., dan Widyana, AK. 2015. Komposisi


Asam Lemak, Kolesterol, dan Deskripsi Jaringan
Fillet Ikan Kakap Merah Segar dan Goreng. Jurnal
Masyarakat Pengolahan Hasil Peikanan Indonesia. Vol
18 (1):99.

76
Jinturkar, A., Sandip, D., Avinash, S., Vivek S., and Prakash, K.
2014. Supply Chain Management Under Fuzziness
Recent Developments and Techniques. Springer.
Turkey.

Junior, FRL., and Carpinetti, LCR. 2016. Combining SCOR


Model and Fuzzy TOPSIS for Supplier Evaluation and
Management. Journal Production Economic. 174: 132.

Kime, LF., and McGee, WM. 2008. SWOT Analysis: A Tool for
Making Better Business Decisions. USDA. Lebanon.

Lane, M., and Jerald, H. 2006. Angler’s Guide Fishes of the


Guilf of Mexico. Pelican Publishing. Mexico.

Lewick, D. 2011. Creating Innovative Attitudes in an


Organisation-Comparative Analysis Tools Applied in
IBM Poland and ZPAS Group. Journal of Asia Pacific
Business innovation and Technology Management. Vol 1
(1):2.

Marimin., Taufik, D., Suharjito., Syarif, H., Ditdit, NU., Retno, A.,
dan Sri, M. 2013 Teknik dan Analisis Pengambilan
Keputusan dalam Manajemen Rantai Pasok. IPB
Press. Bogor.

Murniyanti., Fera, RD., dan Rasmawati. 2014. Teknik


Pengolahan Tepung Kalsium dari Tulang Ikan Nila.
Penebar Swadaya. Bogor.

Najib, MF. 2007. Hubungan Pembeli dan Pemasok:


Kerjasama untuk Meningkatkan Kepuasan dan
Loyalitas Pelanggan. Jurnal Bisnis Strategi. Vol 16
(1):70.

Ownes, CM., Christine, ZA., dan Alan, RS. 2010. Poultry Meat
Processing. CRC Press. USA.

77
Pearce, JA., dan Richard, BR. 2008. Manajemen Strategis.
Salemba Empat. Jakarta.

Poluha, R G. 2007. Application of the SCOR Model in Supply


Chain Management. Cambria Press. New York.

Pramono, YE., Fathoni, M., Himelda., Wiropurnomo, H.,


Hanifah, T., Robiyanto, S., Aida, N., dan Marpaung, H.
2014. Pedoman Ekspor Perikanan ke Negara Mitra
(Norwegia, Rusia, Spanyol, Singapura, dan Filipina).
Kementrian Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Prayoga, MY., BUdhi, HI., dan Sugeng, HW. 2017.


Peningkatan Kinerja Manajemen Rantai Pasok Tuna
Segar di PPS Nizam Zachman Jakarta (PPSNZJ).
Jurnal Albacore. Vol 1 (1): 77-88.

Pujawan, N. 2005. Supply Chain Management. Guna Wijaya.


Surabaya.

Purhantara, W. 2010. Metode Penelitian Kualitatif untuk


Bisnis. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Rachmat, T. 2012. Pengukuran Kinerja SCM. Universitas Esa


Unggulan. Jakarta.

Rahmawaty, L., Rahayu, WP., dan Kusumaningrum, HD.


Pengembangan Strategi Keamanan Produk
Perikanan untuk Ekspor ke Amerika Serikat. Jurnal
Standarisasi. Vol 16 (2): 96.

Ramdhan, M., dan Taslim, A. 2013. Aplikasi Sistem Informasi


Geografis dalam Penilaian Proporsi Luas Laut
Indonesia. Jurnal Ilmiah Geomatika. Vol 19 (2): 141.

Rangkuti, F. 2005. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus


Bisnis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

78
Robbins, SP., dan Judge, TA. 2008. Perilaku Organisasi.
Salemba Empat. Jakarta.

Ross, D F. 2011. Introduction To Supply Chain Management


Technologies Second Edition. CRC Press. USA.

Saparinto, C. 2006. Introduction to Supply Chain


Management Technologies Second Edition. CRC
Press. USA.

Sarasby, A. 2016. SWOT Analysis. Spectars. USA.

SCC. 2010. Supply Chain Operation Reference Model


Version 10.0. Supply Chain Council. USA.

____. 2015. Quick Reference Guide SCOR Version 11


Supply Chain Operations Reference Model. Supply
Chain Council. USA.

Sejati, WK. 2011. Analisis Kelembagaan Rantai Pasok Telur


Ayam Ras Peternakan Rakyat di Jawa Barat. Jurnal
Analisis Pertanian. Vol 9 (2): 188.

Setiawan, A., Marimin, Arkaman, Y., dan Udin, F. 2009. Desain


Metrik Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Sayuran
Menggunakan Pendekatan SCOR dan Fuzzy AHP.
Kumpulan Makalah Seminar Ilmiah Perhoti. Bogor.

Siagian, SP. 2012. Manajemen Stratejik. Bumi Aksara. Jakarta.

Sinulingga, S. 2009. Perencanaan dan Pengendalian


Produksi. Graham Ilmu. Yogyakarta.

Steven, W dan Sum, CC. 2014. Manajemen Operasi


Perspektif Asia. Salemba Empat. Jakarta.

Sucipta, IM., Widia, IW., dan Supartha, U. 2016. Strategi


Peningkatan Kinerja Manajemen Rantai Pasokan
79
Jeruk Siam di Kelompok Tani Gunung Mekar
Kabupaten Gianyar. Jurnal BETA. Vol 4 (2): 27-34.

Sudrajat, A. 2015. Budidaya 26 Komoditas Laut Unggul.


Penebar Swadya. Jakarta.

Suryaningrum, D., Syamdidi., Ikasari, D., dan Muljanah, I. 2015.


Penanganan dan Pengolahan Baby Fish Nila.
Penebar Swadya. Jakarta.

Tampubolon, MP. 2014. Manajemen Operasi dan Rantai


Pemasok (Operation and Supply-Chain
Management). Mitra Wacana Media. Jakarta.

Tsurayya, S dan Lindawati K. Kelembagaan dan Strategi


Peningkatan Daya Saing Komoditas Cabai
Kabupaten Garut. Jurnal Manajemen dan Agribisnis.
Vol 12 (1) : 7.

Triwikrama, G. 2012. Administrasi Pemungutan Retribusi


Tempat Pelelangan Ikan di TPI Muara Angke Provinsi
DKI Jakarta. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Indonesia. Depok.

Wang, YM., and Kwai, SC. 2010. Fuzzy Analytic Hierarchy


Process: A Logarithmic Fuzzy Preference
Programming Methodology. International Journal of
Approximate Reasoning. 52: 551.

Wahyudi, DP. 2010. Pola Adaptasi Nelayan Terhadap


Perubahan Iklim dan Cuaca pada Perikanan Payang
di Pelabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi
Tidak Dipublikasikan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Wibowo, B dan Kusrianto. 2010. Menembus Pasar Ekspor,


Siapa Takut. Elex Media Komputindo. Jakarta.

80
Yunus, E. 3016. Manajemen Strategis. Andi. Yogyakarta.

81

Anda mungkin juga menyukai