SKRIPSI
Oleh:
SITI JUBAIDAH
135100301111084
SKRIPSI
Oleh:
SITI JUBAIDAH
NIM 135100301111084
v
Alhamdulillah..... Terima kasih Ya Allah
Karya kecil ini aku persembahkan kepada
Kedua Orang Tuaku, kakakku, dan semua orang yang telah
berjuang dan selalu mendoakanku..
vi
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
Menyatakan bahwa,
Siti JUbaidah
NIM. 135100301111084
vii
SITI JUBAIDAH. 135100301111084. Analisis Kinerja Rantai
Pasok Ikan Kakap Merah di PT. ILUFA, Pasuruan. TA.
Pembimbing: Dr. Panji Deoranto, STP, MP. dan Dr. Siti
Asmaul Mustaniroh, STP, MP.
RINGKASAN
ix
SITI JUBAIDAH. 135100301111084. Analysis of Red Snapper
Supply Chain Performance in PT. ILUFA. Minor Thesis.
Supervisor: Dr. Panji Deoranto, STP, MP. and Dr. Siti
Asmaul Mustaniroh, STP, MP.
Summary
xi
KATA PENGANTAR
xii
dapat bermanfaat bagi penyusun maupun semua pihak yang
membutuhkan.
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
xv
DAFTAR TABEL
xvi
DAFTAR GAMBAR
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
xviii
I PENDAHULUAN
3
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi proses rantai pasok ikan kakap merah
yang diterapkan pada PT. ILUFA
2. Menganalisis kinerja rantai pasok ikan kakap merah di
PT. ILUFA
3. Merumuskan strategi peningkatan kinerja rantai pasok
ikan kakap merah yang dapat diterapkan oleh PT. ILUFA
1.4 Manfaat
Manfaat yang didapat dari dilakukannya penelitian ini
adalah:
1. Bagi perusahaan, hasil dari analisis data dapat
digunakan sebagai acuan untuk meningkatkan kinerja
rantai pasok, khususnya ikan kakap merah
2. Bagi pihak lain, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai
informasi penerapan metode SCOR dan Fuzzy AHP
dalam mengukur dan meningkatkan kinerja rantai pasok
4
II TINJAUAN PUSTAKA
Pemasok Distributor
Aliran Produk
Aliran Biaya
Aliran Informasi
6
memfabrikasi, mengasembling, merakit, mengkonversikan, atau
menyelesaikan barang.
• Rantai 1-2-3: Pemasok – Perusahaan – Distributor
Barang yang telah dihasilkan oleh perusahaan selanjutnya
dikirim ke distributor sebagai lembaga penyalur barang ke
konsumen. Barang yang dikirim ke distributor ini biasanya dalam
jumlah besar yang kemudian dikirim ke retail dalam jumlah yang
lebih sedikit.
• Rantai 1-2-3-4: Pemasok – Perusahaan – Distributor –
Retail
Retail berfungsi sebagai lembaga terakhir dalam rantai
pasok, dimana fungsi retail adalah menyalurkan barang
langsung ke konsumen. Barang pada retail dapat dibeli dalam
jumlah satuan.
• Rantai 1-2-3-4-5: Pemasok – Perusahaan – Distributor –
Retail – konsumen
Konsumen melakukan pembelian pada retail dapat dikatakan
sebagai mata rantai yang terakhir. Tapi, perlu dipertimbangkan
bahwa mata rantai pasok benar-benar berakhir pada konsumen
yang menggunakan langsung barang tersebut.
11
adalah terkait dengan ketepatan waktu, ketepatan jumlah,
dan ketepatan kualitas.
b. Responsiveness
Kecepatan dalam melakukan tugas-tugas dalam rantai
pasok, seperti kecepatan dalam menyediakan bahan baku
dan produk untuk konsumen.
c. Agility
Kemampuan untuk merespon pengaruh dari luar,
kemampuan untuk merespon perubahan pasar dalam
memperoleh atau menangani kompetisi pasar. Dalam atribut
agility, termasuk flexibility dan adaptability dalam rantai
pasok.
d. Cost
Biaya operasional yang dikeluarkan untuk menjamin
kelancaran rantai pasok. Biaya ini termasuk biaya pekerja,
biaya material, serta biaya manajemen dan transportasi.
e. Asset management
Kemampuan untuk melakukan efisiensi pada asset utilitas.
Strategi asset management dalam rantai pasok termasuk
penurunan jumlah persediaan dan strategi in-sourcing vs
outsourcing.
12
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan oleh konsumen
dan dikirim pada lokasi yang tepat.
2. Kondisi barang sempurna
Persentase pesanan terkirim dalam keadaan utuh tidak
rusak dan sesuai dengan spesifikasi konsumen, memiliki
konfigurasi yang tepat, dan dapat diterima oleh konsumen.
3. Pemenuhan pengiriman pesanan
Persentase ketepatan jumlah barang yang dipesan dan
diterima oleh pelanggan. Jumlah barang yang diterima oleh
pelanggan sesuai dengan jumlah barang yang diterima oleh
pelanggan.
4. Akurasi dokumentasi
Persentase pengiriman yang didukung oleh dokumen-
dokumen yang akurat, meliputi slip pengiriman, bill of lading,
slip pembayaran, sertifikat jaminan mutu dll. Semua dokumen
ini harus selalu siap jika sewaktu-waktu terjadi inspeksi
mendadak dari pelanggan, pemerintah, dll.
b. Responsiveness
Metrik atribut responsiveness adalah siklus pemenuhan
pesanan. Siklus pemenuhan pesanan merupakan siklus rata-
rata yang dibutuhkan untuk memenuhi pesanan. Waktu siklus ini
dihitung mulai dari tanda terima pesanan sampai pesanan
diterima oleh pelanggan. Metrik ini memiliki level 2, yaitu:
1. Waktu Siklus Pengadaan
Rata-rata waktu yang berhubungan dengan proses-proses
pengadaaan. Proses pengadaan pada metrik ini dimulai dari
identifikasi pengadaan rantai pasok, pemilihan dan negosiasi
dengan pemasok, penjadwalan pengiriman produk,
penerimaan produk, verifikasi produk, transfer produk, sampai
pengesahan pembayaran pemasok.
2. Waktu Siklus Pembuatan
Rata-rata waktu yang berhubungan dengan proses
pembuatan. Proses pengadaan pada metrik ini dimulai dari
penjadwalan aktivitas produksi, persiapan bahan baku, proses
produksi dan pengujian kualitas, pengemasan produk,
penyelesaian produk, pengeluaran produk untuk dikirim.
13
3. Waktu Siklus Pengiriman
Rata-rata waktu yang berhubungan dengan proses
pengiriman. Proses pengiriman pada metrik ini dimulai dari
penerimaan, validasi pesanan; penentuan jadwal pengiriman;
pemilihan jenis transportasi pengiriman pesanan; persiapan
dan pengepakan produk yang akan dikirim; pemindahan
produk kedalam kendaraan dan persiapan dokumen
pengiriman; pengiriman produk; serta penerimaan verifikasi
produk dari konsumen.
c. Agility
Metrik pada atribut agility, yaitu:
1. Fleksibilitas rantai pasok atas
Jumlah hari yang dibutuhkan untuk mencapai peningkatan
pengiriman sebesar 20% yang tidak terencana. Metrik ini
dihitung dengan mempertimbangkan waktu terpendek yang
dibutuhkan untuk mencapai peningkatan tidak terencana.
2. Penyesuaian rantai pasok atas
Persentase maksimum peningkatan pengiriman secara
berkelanjutan dalam 30 hari. Metrik ini dapat dihitung dengan
mempertimbangkan jumlah terendah secara berkelanjutan.
3. Penyesuaian rantai pasok bawah
Penurunan jumlah pesanan berkelanjutan dalam 30 hari
sebelum pengiriman tanpa adanya persediaan yang sisa dan
biaya pinalti. Metrik ini membutuhkan perhitungan
berdasarkan penurunan terendah secara berkelanjutan.
d. Cost
Metrik dalam atribut ini, yaitu:
1. Biaya manajemen rantai pasok
Jumlah biaya total yang dilakukan untuk keperluan rantai
pasok untuk pengiriman produk dan layanan pelanggan. Biaya
ini meliputi biaya perencanaan, pengadaan, produksi,
pengiriman, perbaikan, pemeliharaan, dan pengembalian.
2. Harga pokok produk
Biaya ini mencakup biaya langsung maupun tak langsung.
Biaya langsung meliputi tenaga kerja, biaya bahan baku,
transportasi. Biaya tak langsung meliputi produksi produk
akhir dan umumnya dialokasikan berdasarkan kapasitas yang
diharapkan.
14
e. Asset management
Metrik dalam atribut ini, yaitu:
1. Siklus cash to cash
Waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk melakukkan
investasi kembali setelah proses pengadaan bahan baku.
2. Pengembalian pada asset rantai pasok
Mengukur pengembalian yang diterima perusahaan
terhadal modal investasi dalam asset rantai pasok tetap
termasuk perencanaan, pengadaan, produksi, penngiriman,
dan pengembalian.
3. Pengembalian modal kerja
Ukuran yang menilai besarnya investasi relative terhadap
posisi modal usaha perusahaan dengan pendapatan yang
dihasilkan oleh rantai pasok. Komponen membebani piutang,
hutang dagang, persediaan, pendapatan rantai pasok, biya
pokok penjualan, dan biaya pengelolaan
18
struktur hierarki. Nilai eigen fuzzy merupakan bilangan fuzzy
untuk menyelesaikan persamaan
𝐴̃ 𝑥̃ = 𝜆̃𝑥̃ 2.2
𝐴̃ merupakan (n x n) metrik fuzzy yang berisi bilangan fuzzy
𝑥̃ merupakan (n x 1) vektor fuzzy yang berisi bilangan fuzzy
Untuk melakukan perkalian dan penambahan dengan
menggunakan aritmetrik interval 𝛼 – 𝑐𝑢𝑡 , persamaan 𝐴̃ 𝑥̃ = 𝜆̃𝑥̃
selanjutnya diubah menjadi persamaan berikut:
𝑎 𝑎
[𝑎𝑖1Ɩ 𝑎 𝑎 ] 𝑎 𝑎 𝑎 𝑎 ] 𝑎 𝑎 ]
𝑥𝑖1Ɩ , 𝑎𝑖1𝑢 𝑥𝑖1𝑢 ⊕ … ⊕ [𝑎𝑖𝑛Ɩ 𝑥𝑖𝑛Ɩ , 𝑎𝑖𝑛𝑢 𝑥𝑖𝑛𝑢 = [𝜆𝑥𝑖1Ɩ , 𝜆𝑥𝑖1Ɩ 2.3
Dengan persamaan
𝐴̃ = [𝑎̃𝑖𝑗 ], 𝑥̃ 𝑡 = (𝑥̃1 , … , 𝑥̃𝑛 ) 2.4
𝑎 𝑎 𝑎 𝑎 𝑎 𝑎 ̃ 𝑎 𝑎 𝑎
𝑎̃𝑖𝑗 = [𝑎𝑖1Ɩ , 𝑎𝑖1𝑢 ], 𝑥̃1 = [𝑥𝑖Ɩ , 𝑥𝑖𝑢 ], 𝜆 = [𝜆𝑖Ɩ , 𝜆𝑖𝑢 ] 2.5
Untuk 0 < 𝛼 ≤ 1 dan seluruh i,j dengan i = 1,2, … , n, j=1,2, … ,n
Subscript ‘l’ dan ‘u’ menunjukkan nilai bawah dan nilai atas
himpunan fuzzy yang didefinisikan dalam fungsi keanggotaan
fuzzy.
Penentuan bobot prioritas dapat disederhanakan dengan
persamaan berikut:
𝑎𝑖𝑗
∑𝑛
𝑖=1[∑𝑛 𝑎𝑖𝑗 ]
𝑗=𝑖 2.6
𝑥𝑖 = 𝑛
𝛼 – 𝑐𝑢𝑡 merupakan tingkat kepercayaan pakar atau pengambil
keputusan pada penilaiannya. Derajat kepuasan penilaian
metriks 𝐴̃ diestimasikan oleh indeks optimisme 𝜔 . Semakin
besar nilai indeks 𝜔 menunjukkan tingkat optimisme merupakan
kombinasi konveks linier yang didefinisikan dengan persamaan
berikut:
𝑎 𝑎 𝑎
𝑎̃𝑖𝑗 = 𝜔𝑎𝑖𝑗𝑢 + (1- 𝜔) 𝑎𝑖𝑗𝑙 , ∀𝜔 ∈ [0,1] 2.7
Jika 𝛼 tetap, metriks berikut ini dapat diperoleh setelah
menetapkan indeks optimisme 𝜔 untuk mengestimasikan tingkat
kepuasan:
𝑎 𝑎
1 𝑎̃12 … … 𝑎̃1𝑛
𝑎 𝑎
𝑎̃21 1 … … 𝑎̃2𝑛
̃
𝐴= ⋮ ⋮ … … ⋮
⋮ ⋮ … … ⋮
𝑎 𝑎 2.8
[𝑎̃𝑛1 𝑎̃𝑛2 … … 1 ]
19
Vaktor eigen dihitung dengan memperbaiki nilai 𝜔 dan
melakukan identifikasi 𝛼 – 𝑐𝑢𝑡 maksimum yang akan
menghasilkan sekumpulan nilai bilangan fuzzy. Himpunan fuzzy
triangular yang didefinisikan dengan tingkat kepercayaan 𝛼 ,
indeks optimisme 𝜔, serta derajat fuzziness 𝛿. Jika 𝛿 =0 dan
𝛼=1, nilai fuzzy akan sama dengan nilai crisp. Operasi 𝛼 – 𝑐𝑢𝑡
dan indeks optimisme pada bilangan fuzzy triangular
ditunjukkan pada Gambar 2.2.
20
𝜆𝑚𝑎𝑥 : vektor konsistensi
𝑛 : jumlah alternatif
Rasio konsistensi digunakan untuk mengestimasikan
perbandingan berpasangan secara langsung. Rasio konsistensi
dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
𝐶𝐼
𝐶𝑅 = 2.10
𝑅𝐼
dengan
CR : rasio konsistensi
RI : indeks rata-rata bobot yang dibangkitkan secara
acak
4. Bobot prioritas pada setiap alternatif dapat diperoleh dengan
cara mengalikan matriks penilaian dengan vektor bobot atribut
dan menjumlahkan seluruh atribut dengan persamaan berikut:
(k = ∑𝑡𝑖=1(𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑡𝑖 𝑥 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑎𝑛𝑖𝑘 )) 2.11
Untuk i = 1,2, …, t
dengan
i: atribut
t: total jumlah atribut
k: alternatif
Setelah perhitungan bobot untuk setiap alternatif, seluruh indeks
konsistensi dihitung untuk meyakinkan bahwa penilaian tersebut
konsisten.
22
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu tentang Analisis Kinerja Rantai Pasok
Author Jurnal Hasil
Bukhori Agriculture and Dari penelitian di dapat bahwa hasil kinerja rantai pasok sebagai berikut (Plan)
dkk, Agricultural forecast innaccuracy sebesar 71,6; (Source) supply order fulfillment sebesar
2015 Science 58,5 dan supplier lead time sebesar 68,5; (Make) product cycle time sebesar
Procedia 68,5 dan make item flexibility sebesar 94,4; (Deliver) delivery order fulfillment
sebesar 100, delivery cycle time sebesar 74 dan transportation cost sebesar
94,4 serta (Return) customer complaint sebesar 94,4. Perhitungan AHP dari 3
kinerja dengan nilai terendah yaitu supply order fulfillment, supplier lead time dan
product cycle time. Nilai yang diperoleh adalah supply order fulfillment sebesar
0,391511 ; supplier lead time sebesar 0,352639 dan product cycle time sebesar
0,25585. Rekomendasi perbaikan kinerja yang harus dilakukan adalah proses
penyembelihan yang dimulai tepat waktu, penerapan standar jam kerja, standar
pemesanan ayam oleh konsumen dan peralatan yang digunakan.
Sucipta Jurnal BETA Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga pola distribusi jeruk siam
dkk, 2016 dengan mekanisme rantai pasok yang bersifat tradisional. Dalam rangka
meningkatkaan kinerja manajemen rantai pasokan jeruk siam, criteria
meningkatkan akses informasi, alternatif reliabilitas, dan indikator kinerja kualitas
produk menjadi prioritas yang paling berperan penting.
Prayoga Jurnal Albacore Hasil analisis peningkatan kinerja rantai pasok tuna segar di PPSNJZ
dkk, 2017 diutamakan pada beberapa matrik yang diutamakan pada realibitas, feksibiltas,
dan responsivitas. Rekomendasi pengelolaan rantai pasok yang dirancang untuk
peningkatan kinerja yang mampu menangani 30% metrik pemenuhan pesanan
sempurna, 70% untuk metrik penyesuaian rantai pasok atas, pengurangan 7 hari
metrik siklus pemenuhan pesanan, dan 3 hari metrik fleksibilitas rantai pasok
atas.
23
5
6
III METODE PENELITIAN
25
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan suatu proses penentuan
masalah yang sedang dihadapi oleh PT. ILUFA. Perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana proses rantai
pasok dan tingkat kinerja rantai pasok ikan kakap merah
beserta saran untuk strategi peningkatan kinerja rantai pasok
yang dapat diterapkan di PT. ILUFA untuk produk ikan kakap
merah.
26
3. Penentuan Tujuan Penelitian
Penentuan tujuan dilakukan untuk menjawab permasalah
yang diangkat dalam penelitian yaitu mengetahui kinerja rantai
pasok dan menentukan strategi peningkatan yang dapat
dilakukan oleh PT. ILUFA.
4. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk memperlajari teori dan ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan permasalahan yang
akan diteliti. Sumber literatur yang digunakan berasal dari
buku, jurnal, serta studi tehadap penelitian terdahulu dengan
topik utama analisis kinerja rantai pasok. Studi literatur
dilakukan untuk menyusun dan mendukung dasar teori yang
digunakan dalam penelitian.
5. Identifikasi Variabel
Variabel yang digunakan dalam mengukur kinerja rantai pasok
adalah metrik kinerja rantai pasok berdasarkan metode
SCOR. Atribut yang dipilih hanya dua atribut, yaitu reliability
dan responsiveness. Tiap atribut tersebut memiliki satu atau
lebih metrik kinerja. Metrik kinerja merupakan indikator yang
digunakan dalam pengukuran kinerja. Metrik kinerja dari tiap
atribut, yaitu:
a. Reliability
Ikan kakap merah yang terkirim sempurna
Ikan kakap merah yang terkirim sempurna merupakan
persentase ikan kakap merah yang dapat dipenuhi oleh
seluruh supplier yang sesuai dengan spesifikasi dari PT.
ILUFA.
Ketepatan jadwal pengiriman ikan kakap merah
Ketepatan jadwal pengiriman ikan kakap merah
merupakan persentase ketepatan waktu supplier dalam
memenuhi permintaan ikan kakap merah PT. ILUFA.
Kondisi produk ikan kakap merah yang sempurna
Kondisi produk ikan kakap merah yang sempurna
merupakan persentase produk ikan kakap merah yang
dikirim oleh PT. ILUFA sesuai dengan spesifikasi dari
konsumen.
27
b. Responsiveness
Waktu siklus pengadaan ikan kakap merah dari supplier
Waktu siklus proses produksi produk ikan kakap merah
Waktu siklus pengiriman produk ikan kakap merah ke
buyer
6. Penentuan Responden
Penentuan responden dilakukan dengan menggunakan teknik
purposive sampling, yaitu penentuan responden dengan
beberapa pertimbangan. Responden yang dipilih adalah
beberapa orang yang terlibat dalam proses rantai pasok ikan
kakap merah di PT. ILUFA. Responden yang dipilih dalam
penelitian ini adalah plant manager, kepala quality assurance,
dan kepala produksi.
7. Penyusunan Kuesioner
Penyusunan kuesioner dilakukan untuk mengetahui strategi
peningkatan manakah yang baik untuk diterapkan di PT.
ILUFA. Terdapat dua macam kuesioner yang digunakan yaitu
kuesioner analisis SWOT dan kuesioner fuzzy AHP.
Kuesioner analisis SWOT bertujuan untuk mengetahui
bagaimana kondisi lingkungan internal dan eksternal
perusahaan. Kuesioner fuzzy AHP disusun untuk membantu
menentukan strategi peningkatan yang dapat diterapkan di
PT. ILUFA. Kuesioner dan struktur hierarki dapat dilihat pada
Lampiran 1, Lampiran 2, dan Lampiran 3.
8. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan dengan menggunakan metode
facevalidity yang dilakukan secara langsung saat responden
mengisi kuesioner. Kuesioner dinyatakan bersifat valid, jika
responden tidak mengalami kesulitan selama pengisian
kuesioner dan dapat memahami maksud dari setiap
pertanyaan. Apabila kuesioner tidak valid, maka perlu
dilakukan penyusunan ulang kuesioner dengan memperbaiki
pertanyaan pada kuesioner.
28
9. Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari:
a. Data Sekunder
Data sekunder yang dibutuhkan, yaitu profil PT. ILUFA,
proses produksi, struktur rantai pasok, data pemasok, data
buyer, data pemesanan ikan kakap, data pegiriman produk
ikan kakap merah, dan return produk ikan kakap merah.
b. Data Primer
Data primer yang dibutuhkan adalah hasil perhitungan
metrik kinerja, strategi peningkatan hasil analisis SWOT,
dan bobot dari tiap strategi.
30
Tabel 3.1 Rumus Perhitungan Metrik Kinerja Rantai Pasok
Berdasarkan SCOR
Atribut Metrik Kinerja Rumus Perhitungan
Reliability Ikan kakap merah (Total ikan kakap merah
yang terkirim yang terkirim sempurna/Total
sempurna ikan kakap merah yang
dipesan) X100%
Kinerja pengiriman (jumlah pengiriman dalam
produk ikan kakap setahun/ jumlah hari kerja
merah dalam setahun) X100%
Kondisi produk ikan (Total produk ikan kakap
kakap merah yang merah terkirim sempurna/
sempurna Total pesanan produk ikan
kakap merah) X100%
Responsiveness Waktu siklus Rata-rata jumlah hari yang
pengadaan ikan dibutuhkan untuk proses
kakap merah pengadaan ikan kakap
merah
Waktu siklus Rata-rata jumlah hari yang
proses produksi berkaitan dengan proses
produk ikan kakap produksi ikan kakap merah
merah
Waktu siklus Rata-rata jumlah hari yang
pengiriman produk berkaitan dengan pengiriman
ikan kakap merah produk ikan kakap merah
31
1. Faktor Internal
a. Strenghts (Kekuatan)
• Kualitas produk yang dihasilkan baik
• Menerapkan cold supply chain
• Menerapkan sistem treacebility
• Hubungan dengan anggota rantai pasok berjalan baik
b. Weaknesses (Kelemahan)
• Kurang Iuasnya daerah pemasaran
• Promosi produk tidak efektif
2. Faktor Ekstemal
a. Opportunities (Peluang)
• Adanya dukungan pemerintah
• Volume ekspor nasional meningkat
Peningkatan konsumsi ikan nasional
b. Threats (Ancaman)
• Kompetitor yang bermunculan
• Ketersediaan ikan tergantung pada kondisi alam
• Persaingan dalam mendapatkan bahan baku
32
IV PEMBAHASAN
33
Gambar 4.1 Struktur Rantai Pasok Ikan Kakap Merah di PT. ILUFA
34
a. Nelayan
Rantai pasok ikan kakap merah dimulai dari nelayan yang
menangkap ikan dilaut. Dapat dikatakan bahwa nelayan
merupakan mata rantai pertama yang bertugas dalam
penyedia bahan baku dalam rantai pasok ikan kakap merah.
Terdapat tiga jenis nelayan berdasarkan kapasitas ikan
tangkap yang selanjutnya mempengaruhi waktu nelayan
memancing ikan. Nelayan kecil yang memiliki kapasitas
tangkap sekitar 1 ton biasanya hanya memancing ikan selama
semalaman. Nelayan sedang dengan kapasitas sekitar 3 ton
dapat memancing sampai seminggu. Penyimpanan ikan
dilakukan pada box sterofoam yang telah diisi es. Nelayan
besar memiliki kapasitas sampai 5 ton karena dilengkapi
dengan freezer ikan hasil tangkapan akan Iangsung diawetkan.
Dengan adanya freezer ini memungkinkan nelayan besar
dapat memancing sampai sebulan. Kegiatan penangkapan
ikan yang dilakukan oleh nelayan ini sesuai dengan yang
kegiatan penangkapan yang didefinisikan dalam Undang
Undang Republik Indonesia nomor 7 Tahun 2016 tentang
Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudi Daya
Ikan, dan Petambak Garam. Kegiatan penangkapan ikan
merupakan kegiatan untuk memperoleh ikan diperairan yang
tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alta dan cara
yang mengedepankan asa keberlanjutan dan kelestarian,
termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat,
mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani,
mengolah, dan/atau mengawetkan.
Hasil tangkapan dari nelayan selanjutnya akan
dikumpulkan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang terletak
tepat di pelabuhan. Ikan hasil tangkapan ini selanjutnya dijual
dl TPI melalui proses pelelangan ikan. Dapat dikatakan bahwa
transaksi jual beli dan informasi antara nelayan dan supplier
terkait jenis ikan yang banyak diminati didapat dengan
bantuan TPI sebagai perantara diantara keduanya. Fungsi TPI
ini dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah
sebagai tempat yang secara khusus disediakan oleh
Pemerintah Daerah untuk melakukan pelelangan ikan, ternak
35
hasil bumi dan hasil hutan termasuk jasa pelelangan serta
fasilitas Iainnya yang disediakan ditempat pelelangan.
a. Supplier
Supplier merupakan mata rantai kedua dalam rantai pasok
ikan kakap merah yang berfungsi sebagai pemasok ikan
kakap merah ke PT. ILUFA. Para supplier ini tidak hanya
memasok satu jenis ikan, namun beberapa ikan yang
kemudian dikirim ke perusahaan-perusahaan pengolahan ikan
berdasarkan ikan yang dipesan. Dalam menjamin
ketersediaan ikan kakap merah, terdapat beberapa supplier
yang menjadi mitra PT. ILUFA yang dapat dilihat di Tabel 4.1.
Supplier ikan kakap merah berada disekitar TPI yang berada
tepat dipelabuhan nelayan. Hal ini memudahkan supplier
dalam membeli ikan melalui pelelangan ikan. Menurut
Triwikrama (2012), pelelangan ini dilakukan dengan cara
mencari harga yang idealis antara pemilik ikan (nelayan) dan
pembeli ikan (supplier) dengan cara melakukan tawar
menawar.
c. PT. ILUFA
PT. ILUFA merupakan mata rantai ketiga dalam rantai
pasok ikan kakap merah. PT. ILUFA berperan dalam
memproduksi ikan kakap merah sesuai dengan spesifikasi dari
36
konsumen. Selain Itu, PT. ILUFA juga berfungsi sebagai
eksportir produsen/pengolahan produk perikanan. Menururt
Pramono dkk (2014), eksportir produsen/pengolahan
merupakan salah satu pelaku utama dalam perdagangan
intemasional yang berperan rnemproduksi dan mengirimkan
produk untuk dijuaI ke luar negeri.
Ikan dari supplier yang sampai di PT. ILUFA selanjutnya
disortir untuk memastikan bahwa ikan sesuai dengan standar
yang ditetapkan oleh PT. ILUFA. Ikan yang tidak sesuai
standar akan kembalikan ke supplier asal. Sedangkan ikan
yang sesuai dengan standar PT. ILUFA selanjutnya akan
diproses menjadi produk ikan kakap merah sesuai pesanan
dari konsumen, yaitu ikan kakap merah utuh atau fillet ikan
kakap merah.
Pemesanan ikan dilakukan saat awal kesepakatan antara
PT. ILUFA dengan supplier. Ketika kesepatan berjalan, PT.
ILUFA akan menghubungi supplier setiap hari untuk
menanyakan ketersediaan ikan atau kendala yang tengah
dihadapi oleh supplier ketika pengiriman ikan kakap merah
tidak berjalan lancar. Hal ini dilakukan untuk menjaga
ketersedaan ikan dan menjalin hubungan kemitraan yang baik.
Upaya Iain yang dilakukan untuk menjaga hubungan
kemitraan adalah dengan menyegerakan pembayaran ikan
kakap merah. Transaksi pembayaran ikan kakap merah yang
dikirim oleh supplier dilakukan dengan cara membayarkan ke
rekening supplier sehari setelah kedatangan ikan.
d. Buyer
Buyer merupakan mata rantai keempat dalam rantai pasok
ikan kakap merah. Dapat dikatakan bahwa buyer berperan
sebagai distributor dan importir dalam rantai pasok ikan kakap
merah. Setiap negara tujuan ekspor, biasanya memiliki satu
atau lebih buyer. Para importir ini biasanya tidak hanya
memesan ikan kakap merah, namun ikan Iainnya yang
diminati oleh konsumen dinegara tersebut. Buyer selanjutnya
melakukan pemesanan ikan yang diminati oleh konsumen ke
PT. ILUFA. Pemesanan ini dilakukan dengan memanfaatkan
email, telepon, dan website milik PT. ILUFA. Daftar buyer
yang menjalin mitra dengan PT. ILUFA dapat dilihat pada
37
Tabel 4.2. Olahan ikan kakap merah selanjutnya diekspor
kebeberapa negara melalui buyer di negara tersebut.
Pembayaran dilakukan setelah dokumen bukti pengiriman
produk telah diterima oleh buyer. Pembayaran biasanya
dilakukan seminggu setelah dokumen bukti pengiriman
diterima oleh buyer. Pembayaran dilakukan dengan L/C.
Menurut Wibowo dan Kusrianto (2010), L/C (Letter of Credit)
adalah cara pembayaran berupa kesanggupan membayar dari
bank penerbit kepada bank penerima, yang pembayarannya
hanya dapat dilakukan oleh bank penerbit jika penerima
menyerahkan kepada bank penerbit dokumen-dokumen yang
sesuai dengan persyaratan pada L/C.
e. Ritel
Ritel merupakan mata rantai kelima dalam rantai pasok ikan
kakap merah. Ritel berfungsi sebagai penjual produk olahan
ikan kakap merah kepada konsumen akhir sehingga
mempermudah konsumen dalam mendapatkan produk. Ritel
dalam rantai pasok ikan kakap merah ini merupakan
supermarket dan restoran yang berada dinegara-negara
tujuan ekspor.
a. Konsumen
Konsumen merupakan mata rantai terakhir dalam rantai
pasok. Konsumen mendapatkan produk ikan kakap merah
dengan cara membeli produk pada ritel yang berada pada
negara-negara tujuan ekspor.
38
b. Anggota Rantai Pasok Sekunder:
1. Perusahaan Es
Perusahaan es berperan dalam menyediakan es untuk
menjaga suhu ikan tetap dingin selama proses
pengolahan sehingga kualitas ikan terjaga dan
meminimalkan terjadinya kontaminasi mikrobiologi. PT.
ILUFA telah menjalin kemitraan dengan salah satu
perusahaan es, sehingga pengiriman es dilakukan setiap
hari dan pembayaran dilakukan setiap seminggu sekali.
2. Perusahaan Kemasan
Perusahaan kemasan berperan dalam menyediakan
kemasan yang diperlukan oleh PT. ILUFA. Kemasan
yang digunakan adalah kemasan plastik sebagai
kemasan primer, kardus sebagai kemasan sekunder.
dan karung plastik sebagai kemasan tersier. Pengiriman
kemasan dilakukan setidaknya sebulan sekali dengan
pembayaran dilakukan sehari setelah kemasan diterima.
3. Perusahaan Jasa Pelayaran
Perusahaan jasa pelayaran berperan dalam menentukan
jadwal pengiriman, mengantarkan ikan ke negara tujuan,
dan menyewakan kontainer berpendingin untuk mejaga
kualitas ikan. Pembayaran dilakukan saat perusaan
mendapatkan jadwal pengiriman.
4. Pemerintah
Pemerintah yang dimaksud adalah Dinas Kelautan dan
Perikanan (DKP) yang berwenang dalam menetapkan
kebijakan terkait daerah penangkapan, jenis ikan yang
boleh ditangkap, serta regulasi mengenai alat tangkap
yang digunakan.
Ikan yang diolah oleh PT. ILUFA membutuhkan surat
keterangan dari DKP sebagai syarat ekspor. Surat
keterangan tersebut menyatakan bahwa ikan yang dijual
merupakan hasil tangakapan dari perairan Indonesia
yang dilakukan secara legal dan tidak merusak
lingkungan. DKP juga berperan dalam penjualan ikan
dari nelayan dengan menyediakan sarana pelelangan
ikan. Dengan adanya sarana pelelangan ini akan
mempermudah pihak-pihak yang berkepetingan dalam
39
memperoleh Ikan dalam jumlah yang besar. Dalam
urusan ekspor ikan, DKP membantu perusahaan dalam
mengurus administrasi lainnya yang diperlukan.
41
4.3 Pemetaan Aktivitas Rantai Pasok Berdasarkan SCOR
Pada tahapan dilakukan pemetaan aktivitas rantai pasok ikan
kakap merah untuk mempermudah analisis pengukuran kinerja.
Pada tahap ini, aktivitas-aktivitas anggota rantai pasok diuraikan
dalam proses SCOR leveI 2. Setelah penguraian aktivitas
anggota rantai pasok, selanjutnya gambarkan desain aliran
material. Desain aliran material digambarkan dengan
menggunakan notasi Iengkap, sehingga dapat diketahui
gambaran keseluruhan proses dan mempermudah dalam
menganalisis. Desain aliran material dapat dilihat pada Gambar
4.2. Aktivitas rantai pasok dengan pendekatan SCOR dijeIaskan
pada Tabel 4.3.
Berikut uraian aktivtas rantai pasok yang berkaitan dengan
proses plan, source, make, delivery, dan return:
a. Plan
Plan (perencanaan) yang dilakukan pada rantai pasok ikan
kakap merah di PT. ILUFA adalah sebagai berikut:
1) Supplier
Proses perencanaan yang diakukan oleh supplier daIam
rantai pasok ikan kakap merah dapat dinotasikan sebagai P2,
P3, dan P4. P2 merupakan perencanaan pengadaan yang
terkait dengan jumlah ikan yang akan beli saat proses
pelelangan ikan untuk menjaga ketersediaan ikan. P3
merupakan perencanaan proses penyimpanan dingin ikan
kakap merah sebelum dikirim ke PT. ILUFA untuk
mempertahankan kesegaran ikan. P4 merupakan
perencanaan pengiriman ikan kakap merah ke PT. ILUFA
setelah supplier mendapatkan ikan dari nelayan. Menurut
Ainia (2007), perencanaan pada produk pertanian yang
mudah rusak memerlukan sistem rantai pasok yang konstan,
salah satunya dengan melakukan penanganan pengiriman
sesegera mungkin agar proses produksi berjalan dengan
lancar.
42
Gambar 4.2 Diagram Sederhana Proses Rantai Pasok
43
Tabel 4.3 Aktivitas Rantai Pasok dengan Pendekatan SCOR
Anggota Kode Aktivitas
Supplier P2 Perencanaan pengadaan ikan kakap merah
P3 Perencanaan proses penyimpanan ikan kakap merah
P4 Perencanaan pengiriman ikan kakap merah ke PT. ILUFA
S2 Pengadaan ikan kakap merah
M2 Proses penyimpanan ikan kakap merah
D2 Melakukan pengiriman ikan kakap merah ke PT. ILUFA
DR1 Penerimaan ikan kakap merah cacat
PT. P1 Perencanaan keseluruhan aktivitas pengadaan hingga pengiriman produk
ILUFA P2 Perencanaan pengadaan ikan kakap merah
P3 Perencanaan produksi sesuai dengan make to order
P4 Perencanaan pengiriman produk ikan kakap merah ke buyer
S2 Pengadaan ikan kakap merah
M2 Melakukan proses produksi
D2 Melakukan pengiriman produk ikan kakap merah ke buyer
DR1 Penerimaan produk ikan kakap merah cacat
SR1 Mengembalikan ikan kakap merah cacat ke supplier
Buyer P1 Perencanaan keseluruhan aktivitas pengadaan hingga pengiriman produk
P2 Perencanaan pengadaan produk ikan kakap merah
P3 Perencanaan proses penyimpanan produk
P4 Perencanaan pengiriman produk ikan kakap merah ke retail
S2 Memesan dan menerima produk ikan kakap merah
M2 Proses penyimpanan produk ikan kakap merah
D2 Melakukan pengiriman produk ikan kakap merah ke retail
DR1 Penerimaan produk ikan kakap merah cacat
SR1 Mengembalikan produk ikan kakap merah cacat ke PT. ILUFA
44
2) PT. ILUFA
Proses perencanaan yang dilakukan oleh PT. ILUFA
dinotasikan dengan P1, P2, P3, dan P4. Hal ini
memperlihatkan bahwa PT. ILUFA melakukan perencanaan
terhadap keseluruhan aktivitas dalam rantai pasok.
Perencanaan yang dilakukan oleh PT. ILUFA meliputi
pengadaan ikan kakap merah, proses produksi ikan kakap
merah, pengiriman produk, dan return ikan kakap merah.
Aktivitas perencanaan yang dilakukan oleh PT. ILUFA sangat
bergantung pada ketersediaan bahan baku yang bersifat
fluktuatif, karena bergantung pada ketersediaan alam. Selain
itu, perencanaan aktivitas rantai pasok yang dilakukan oleh PT.
ILUFA juga dipengaruhi oleh aktivitas dari supplier dan buyer.
Menurut Ainia (2007), peran perusahaan dibidang pertanian
memiliki perbedaan dengan perusahaan manufaktur terutama
pada perencanaan persediaan. Hal ini dikarenakan pada
perusahaan dibidang pertanian melakukan perencanaan
setelah mengetahui secara tepat kuantitas dan kualitas
sumber daya hasil panen. Dari informasi tersebut selanjutnya
perusahaan melakukan perencanaan aktivitas rantai pasok
dengan menyeimbangkan penawaran dan permintaan.
3) Buyer
Proses perencanaan yang dilakukan oleh buyer adalah P1,
P2, P3, dan P4. Hal ini menunjukkan bahwa perencanaan
yang dilakukan oleh buyer mulai dari proses pengandaan ikan
kakap sampai pengiriman. Proses perencanaan yang
dilakukan oleh buyer ini mempengaruhi proses perencanaan
rantai pasok pada PT. ILUFA. Menurut Ainia (2007),
perencanaan pada proses produksi perlu mengintegrasikan
informasi antara perusahaan dengan distributor agar
perusahaan dapat melakukan perencanaan produksi sesuai
dengan jenis permintaan.
a. Source
Source (pengadaan) yang dilakukan pada rantai pasok ikan
kakap merah di PT. ILUFA adalah sebagai berikut:
1) Supplier
Proses pengadaan yang dilakukan oleh supplier adaIah S2,
dengan membeli ikan hasiI tangkap nelayan di TPI. Biasanya
45
supplier membeli Iebih dari satu jenis ikan yang telah disortasi
saat bongkar muat. Menurut Triwikrama (2012), proses jual
beli ikan yang dipusatkan pada TPI bertujuan untuk
mengantisipasi perdagangan bebas yang dikhawatirkan akan
mempengaruhi kondisi sosial ekonomi nelayan.
2) PT. ILUFA
Proses pengadaan yang dilakukan oleh PT. ILUFA adalah
S2, yaitu dengan melakukan pembelian dan penerimaan
ikan kakap merah sesuai dengan spesifikasi dan buyer.
Spesifikasi yang ditetapkan, yaitu jenis produk, berat, dan
kuaIitas ikan. Upaya pengadaan ini dilakukan dengan
menjalin kemitraan dangan beberapa supplier. Menurut
Heizer dan Harry (2009), supplier yang telah menjalin
kemitraan oleh perusahaan dapat lebih memahami tujuan
perusahaan dan biasanya lebih berkomitmen dalam
menyediakan bahan baku sesuai dengan spesifikasi dari
perusahaan.
3) Buyer
Proses pengadaan yang dilakukan oleh buyer adalah S2,
dengan melakukan pembeliaan dan penerimaan produk ikan
kakap merah yang sebelumnya telah dipesan dari PT.
ILUFA. Menurut Dani (2016), peran pengadaan yang
dilakukan oleh buyer selaku distributor yang bersifat global
sangat penting. Hal ini dikarenakan buyer harus memenuhi
berbagai peraturan lokal agar dapat melakukan pengadaan
bahan.
b. Make
Make (pembuatan) yang dilakukan pada rantai pasok ikan
kakap merah di PT. ILUFA adalah sebagai berikut:
1) SuppIier
Proses make yang dilakukan oleh supplier adalah M2,
yaitu melakukan penangan ikan kakap merah sebelum
dikirim ke PT. ILUFA. Penangan ikan merupakan suatu
rangkaian kegiatan dan/atau perlakuan terhadap ikan tanpa
mengubah struktur dan bentuk dasar (Anonim, 2016).
Penanganan ini dilakukan dengan melalui dua tahapan
proses, yaitu granding dan penyimpanan. Berikut penjelasan
dari tahapan proses persapan ikan kakap merah, yaltu:
46
a) Granding
Pada proses ini dilakukan granding dengan cara
memisahkan ikan berdasarkan ukuran atau berat ikan. Ikan
yang dikirim ke PT. ILUFA hanya ikan yang memiliki berat
diatas 2 Kg. Menurut 4110 tahun 2014 tentang Ikan Beku,
proses granding dapat dilakukan sekaligus pada saat proses
sortasi. Proses sortasi ini dilakukan untuk mendapatkan
mutu, ukuran, dan jenis yang sesuai serta bebas dari
kontaminasi bakteri patogen.
b) Penyimpanan
Penyimpanan sebelum pengiriman Iakukan dengan
menyimpan ikan pada cold storage atau pada bak
penampung berisi es. Hal ini dilakukan untuk menjaga
kesegaran ikan dan mencegah terjadinya kontaminasi
biologi. Menurut 4110 tahun 2014 tentang Ikan Beku, suhu
ikan segar harus tetap dipertahankan maksimum 4,4 oC
untuk menghambat pembentukan histamine dan
mempertahankan kesegaran ikan.
2) PT. ILUFA
Proses make yang dilakukan oleh PT. ILUFA adalah M2,
yaitu produk ikan kakap merah sesuai dengan spesifikasi dan
buyer. Produk yang paling sering dipesan adalah ikan kakap
merah utuh yang sudah dibersihkan insangnya. Proses
produksi dan ikan kakap merah utuh dapat dilihat pada
Gambar 4.3.
Berikut penjelasan dan tahapan proses produksi ikan kakap
merah, yaitu:
a) Penerimaan bahan baku
Tahapan awal yang dilakukan sebelum memulai proses
produksi ikan kakap merah utuh adalah penerimaan bahan
baku. Pada tahap ini, ikan dari supplier dipindahkan dari truk
pengangkut ikan ke loading duck perusahaan. Pada tahap
penerimaan bahan baku juga dilakukan sortasi dengan
mengklasifikasikan ikan kedalam beberapa kelompok
menurut berat dan kualitas secara organoleptik. Menurut
4110 tahun 2014 tentang Ikan Beku, teknik penangan pada
proses penerimaan bahan baku di unit pengolahan terlebih
dahulu dilakukan uji organoleptik, dan kemudian ditangani
47
secara hati-hati, cepat, cermat dan menjaga suhu pusat
produk maksimal 4,4oC. Pada tahap ini, ikan yang tidak
memenuhi standar akan Iangsung dikembalikan pada
supplier.
b) Pencucian I
Tahap selanjutnya yaitu pencucian pertama. Proses
pencucian ini dilakukan dengan membersihkan sisik ikan
dan insang ikan dengan menggunakan sikat gigi. Pencucian
ini dilakukan di dalam bak pencucian yang berisi campuran
air dan es untuk menaga suhu air tidak Iebih dari 4°C.
Pengaturan suhu ini dilakukan untuk mencegah terjadinya
kontaminasi biologi yang dapat tumbuh pada suhu diatas
4°C. Menururt Ownes dkk (2010), penggunaan suhu 4 °C
48
terbukti secara signifkan dapat menurunkan jumlah bakteri-
bakteri pembusuk. Pada proses ini juga dilakukan
pengecekan kondisi insang ikan. Ikan yang telah dicuci
selanjutnya ditimbang.
c) Pencucian II
Pencucian kedua dilakukan dengan menggunakan air
mengalir untuk menghilangkan kotoran yang masih
menempel pada ikan. Pencucian ini dilakukan dengan
mencuci ikan satu persatu dan membersihkan insang ikan
dengan cara mengosok atau mengalirkan air pada bagian
insang. Air yang digunakan dalam proses pencucian adalah
air standar minum dengan suhu air tidak Iebih dan 4°C.
Menurut 4110 tahun 2014 tentang Ikan Beku, proses
pencucian dilakukan dengan menggunakan air mengalir
secara cepat, cermat dan saniter dalam kondisi dingin.
Sebelum masuk ke tahap selanjutnya, dilakukan
pengecekan kualitas terakhir secara organoleptik untuk
memastikan bahwa kondsi ikan sempurna.
d) Pembekuan
Pembekuan ikan dilakukan setelah ikan terlebih dahulu
dikemas dengan plastik PE dan diletakkan loyang untuk
mempermudah penataan ikan saat pembekuan. Ikan
dibekukan dengan menggunakan Air Blast Freezer (ABF)
dengan suhu mencapai -35°C selama 6 jam. Pembekuan ini
dilakukan untuk mendapatkan ikan kakap merah beku
dengan suhu -20°C. Menurut 4110 tahun 2014 tentang Ikan
Beku, pembekuan ikan ini harus dilakukan hingga suhu
pusat produk maksimal -18oC.
f) Pelapsan es (Glazing)
Glazing rnerupakan poses pembenan Iapisan es tipis
pada permukaan ikan yang telah dibekukan. Hal ini
dilakukan untuk membuat kenampakan ikan lebih segar
karena kristal-kristal pada ikan tidak ada. Glazing dilakukan
untuk mencegah pelekatan antar produk, melindungi produk
dari kekeringan selama penyimpanan, mencegah
ketengikan akibat oksidasi, serta memperbaiki kenampakan
ikan beku (Suryaningrum dkk, 2015). Glazing dilakukan
49
dengan cara memasukkan ikan kakap merah pada air
dengan suhu -2°C sampai 2°C selama 0.5 menit.
g) Pengujian cemaran logam
Sebelum dikemas dengan kemasan sekunder, setelah
glanzing ikan kakap merah terlebih dahulu masuk ke
pengujian logam Pengujan ini diakukan untuk memastikan
bahwa ikan kakap merah tidak mengandung cemaran logam
yang melebihi batas toleransi. Pengujian ini dilakukan
dengan menggunakan metal detector dengan cara menguji
ikan satu persatu. Menurut Dwiloka dan Atmomarsono
(2010), pengujian ini dilakukan untuk meminimalkan
kemungkinan adanya cemaran logam pada produk. Bahaya
dari cemaran logam yang terakumuluasi dalam tubuh dapat
meracuni manusia.
h) Pengemasan sekunder dan tersier
Proses pengemasan pada ikan beku dilakukan dengan
menggunakan karton berwarna putih ataupun coklat
kemudian dibungkus lagi dengan karung putih yang
disesuaikan dengan permintaan buyer. Setelah poses
pengemasan selesai produk diberi label pada kemasan yang
berisi keterangan size, grade, dan jumlah ikan. Menurut
4110 tahun 2014 tentang Ikan Beku, tujuan dari
pengemasan sekunder dan tersier adalah untuk mencegah
terjadinya kerusakan fisik.
i) Penyimpanan cold storage
Setelah proses pengemasan selesai proses seIanjutnya
adalah penyimpanan produk pada cold storage.
Penyimpanan pada cold storage berfungsi sebagai
penyimpanan produk akhir sebelum produk diekspor. Pada
penyimpanan cold storage ini menggunakan suhu -20oC
untuk mempertahankan ikan beku agar tetap beku. Menurut
4110 tahun 2014 tentang Ikan Beku, suhu penyimpanan
beku ini harus mempertahankan suhu stabil maksimal -18oC.
3) Buyer
Proses make yang dilakukan oleh buyer adalah M2. M2
merupakan proses penyimpanan produk ikan kakap merah
sebelum dikirim ke retail atau konsumen. Proses
penyimpanan yang dilakukan sama dengan proses
50
penyimpanan yang dilakukan oleh PT. ILUFA untuk
mempertahankan rantai pasok dingin, sehingga kualitas ikan
kakap merah terjamin. Menurut 4110 tahun 2014 tentang
Ikan Beku, penyimpanan dingin ini dilakukan untuk
mencegah terjadinya susut bobot (driploss) karena fluktuasi
suhu penyimpanan.
c. Delivery
1) Supplier
Proses delivery yang dilakukan oleh supplier adalah D2,
yaitu pengiriman ikan kakap merah sesuai dengan pesanan
PT. ILUFA. Proses pengiriman dilakukan hampir setiap hari
jika supplier memiliki ikan kakap merah. Supplier akan
langsung mengirim ikan kakap merah yang dibeli dihari yang
sama dari proses pelelangan untuk menjaga kesegaran ikan.
Pengiriman ikan kakap merah dilakukan dengan
menggunakan mobil box untuk pengiriman ikan segar dan
mobil dengan box berpendingan untuk mengirim ikan beku.
Menurut Ainia (2007), hal yang perlu diperhatikan dalam
pengiriman produk adalah karakteristik sifat bahan untuk
menjaga kualitas produk akhir dengan cara mempertahankan
rantai pasok dingin.
2) PT. ILUFA
Proses deilvery yang lakukan oleh PT. ILUFA adalah D2,
yaitu pengiriman produk ikan kakap merah sesuai dengan
pesanan buyer. Proses pengiriman produk ikan kakap merah
disesuakan dengan kapasitas dari kontainer berpendingin
untuk ekspor yaitu sekitar 25 ton. Ketersediaan ikan kakap
merah yang tidak menentu menjadikan pengiriman ikan kakap
merah tidak menentu pula. Penggunaan kontainer
berpendingin ini terkait dengan upaya mempertahankan rantai
pasok dingin. Menurut Bianca (2016), rantai pasok dingin
merupakan gabungan dari kegiatan-kegiatan rantai pasok dan
pengendahan suhu. Pengendalian suhu ini dapat
meminimaIkan kerusakan selama penyimpanan dan
memperpanjang masa simpan produk perikanan.
3) Buyer
Proses deilvery yang lakukan oleh buyer adalah D2, yaitu
pengiriman produk ikan kakap merah sesuai dengan pesanan
51
ritel. Menurut Dani (2016), peran buyer sebagai distributor
bahan baku segar atau makanan olahan dari prosesor adalah
sebagai penghubung konsumen akhir melalui berbagai
saluran yang dapat menjangkau konsumen akhir.
d. Return
1) Supplier
Proses return yang dilakukan oleh supplier adalah DR1,
yaitu menerima ikan kakap merah cacat atau tidak sesuai
dengan spesifikasi PT. ILUFA. Ikan yang cacat ini akan
langsung dikembalikan saat proses penerimaan ikan. Menurut
Ainia (2007), penerimaan produk cacat dari pelanggan
merupakan bentuk sistem umpan balik yang baik dalam
penjualan dan menjaga hubungan dengan pelanggan.
2) PT. ILUFA
Proses return yang dilakukan oleh PT. ILUFA adalah
SR1dan DR1. SR1 merupakan pengembalian ikan kakap
merah cacat atau tidak sesuai dengan spesifikasi dari PT.
ILUFA. Ikan cacat ini akan Iangsung dikembalikan ke supplier
saat proses pengecekan pada penerimanaan ikan berakhir.
DR1 merupakan penerimaan produk ikan kakap merah yang
cacat atau tidak sesuai dengan spesifikasi dari buyer. Menurut
Ainia (2007), dengan adanya proses return dapat
meminimalkan kemerosotan dalam hubungan dengan
pelanggan dan juga untuk mengelola kembali hubungan
dengan supplier.
3) Buyer
Proses return yang dilakukan oleh buyer adalah SR1 dan
DR1. SR1, yaitu pengembalian produk ikan kakap merah yang
tidak sesuai dengan standar ke PT. ILUFA. Proses
pengembalian ini hampir sama dengan proses pengiriman
ikan, yaitu dilakukan dengan bantuan ekspedisi atau jasa
pelayaran. Proses pengembalian ini bisa berlangsung satu
sampai dua bulan. DR1 merupakan penerimaan produk ikan
kakap merah cacat yang berasal retail. Menurut Nugraha
(2008), proses return tidak hanya dilakukan pada produk yang
cacat namun juga pada kelebihan produk.
52
4.4 Pengukuran Metrik Kinerja Rantai Pasok
Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
kinerja rantai pasok ikan kakap merah di PT. ILUFA.
Pengukuran kinerja ini merupakan tahap awal untuk
merumuskan strategi peningkatan kinerja rantai pasok.
Perhitungan pengukuran metrik kinerja rantai pasok dapat dilihat
pada Lampiran 5. Berikut adalah hasil dari pengukuran kinerja
rantai pasok dengan menggunakan metrik kinerja rantai pasok
berdasarkan SCOR, yaitu:
1. Reliability
a. Ikan kakap merah yang terkirim sempuma
Dari hasil pengukuran didapatkan hasil dan persentase ikan
kakap merah yang terkirim sempurna pada tahun 2015
sebesar 97,49 dan mengalami peningkatan sebesar 1,26
menjadi 98,75 di tahun 2016. Hasil ini menujukkan bahwa
kualitas ikan kakap merah yang dikirim oleh supplier relatif
sempurna. Menurut Jacobs dan Richard (2015), kualitas dari
produk merupakan salah satu dimensi kompetitif utama yang
membentuk posisi kompetitif sebuah perusahaan. Berupaya
untuk memenuhi spesifikasi dari pelanggan adalah cara untuk
memastikan keandalan produk agar dapat bersaing dengan
produk kompetitor. Hal ini sekaligus menujukkan komitmen
supplier dalam menjaga hubungan kemitraan dengan PT.
ILUFA dengan cara mengirim ikan kakap merah yang sesuai
dengan standar.
b. Ketepatan Jadwal Pengiriman Ikan Kakap Merah
Dari hasil pengukuran didapatkan bahwa persentase jumlah
hari pengiriman ikan dalam setahun pada tahun 2015 sebesar
17.67 dan meningkat sebesar 30,66 pada tahun 2016 sampai
48.33. Hasil ini menunjukkan bahwa kinerja pengiriman
suppIier ini mengalami peningkatan yang signifikan. PT.
ILUFA mengharapkan supplier mitra dapat mengirim ikan
kakap merah setiap hari. Namun, pada kenyataanya hal ini
tidak dapat terpenuhi karena pengiriman ikan bergantung
pada ketersediaan ikan di laut dan hasil tangkapan nelayan.
Menurut Kementrian Perikanan dan Kelautan (2014), kondisi
ketersediaan sumberdaya ikan yang semakin terbatas
53
merupakan salah satu kendala yang tengah dihadapi pada
sektor perikanan tangkap. Sementara upaya melakukan
penangkapan ikan laut masih sangat terbatas sebagai akibat
terbatasnya kemampuan armada perikanan yang dimiliki oleh
nelayan Indonesia.
c. Kondisi Produk lkan Kakap Merah yang Sempurna
Kondisi produk ikan kakap merah yang dikirim oeh PT.
ILUFA 100% sempurna karena selama dua tahun terakhir
tidak pemah terjadi komplain dari buyer. Komplain terakhir
terjadi pada tahun 2012 yang disebabkan kandungan merkuri
pada ikan yang melebihi batas, yang diduga akibat adanya
kontaminasi selama proses pengemasan. Kondisi dari ikan
kakap merah yang sempuma ini didapatkan dengan
menerapkan HACCP (Hazard Analitycal Critical Control Point)
yang merupakan aspek penting dalam jaminan mutu produk.
Menururt Rahmawaty (2013), penerapan sistem HACCP
efektif untuk mengurangi jumlah mikroba atau cemaran
lainnya yang dapat menyebabkan kejadian penyakit atau
keracunan.
2. Responsiveness
a. Waktu Siklus Pengadaan Ikan Kakap Merah
Waklu siklus ini terhitung mulai dari supplier membeli ikan
dari proses pelelangan, persiapan pengiriman, dan pengiriman
ikan ke PT. ILUFA. Waktu total yang dibutuhkan oleh supplier
dalam proses pengadaan dan pengiriman ikan adalah 1 hari
untuk satu kali siklus. Menurut Anonim (2014), pengiriman
bahan baku ikan dilakukan secara cepat, agar pengolahan
ikan dilakukan sesegera mungkin sehingga dapat mencegah
kemunduran mutu akibat waktu penanganan yang terlambat.
b. Waktu Siklus Proses Produksi Produk Ikan kakap Merah
Waktu siklus proses produksi ini terhitung mulai dari
penerimaan bahan baku sampai pengemasan produk. Waktu
totaI yang dibutuhkan dalam memproduksi dan mengemas
produk ikan kakap merah adalah 2 hari untuk satu kali siklus.
Proses produksi membutuhkan waktu 1 hari dan pengemasan
produk rnembutuhkan waktu 1 hari. Waktu siklus proses
produksi ini merupakan standar waktu proses yang telah
54
ditetapkan oleh PT. ILUFA. Menurut Arisandra (2016), dengan
adanya standar waktu proses, pelaksanaan proses produksi
akan menjadi teratur sehingga dapat direncanakan dan
dilaksanakan dengan baik.
c. Waktu Siklus Pengiriman Produk Ikan Kakap Merah
Waktu siklus terhitung mulai dari waktu yang diperlukan
dalam penentapan jadwal ekspor dan pemesanan kontainer,
penyusunan ikan di kontainer, serta pengiriman. Waktu total
yang dibutuhkan dalam siklus ini adalah 38 hari untuk satu kali
siklus. PT. ILUFA biasanya memilih waktu 7 hari sebelum
pengiriman produk untuk mempersiapkan produk dan
dokumen-dokumen pengiriman sekaligus pemesanan
koatainer untuk pengiriman. Waktu yang dibutuhkan untuk
penyusunan ikan di kontainer adalah 1 hari, dan waktu yang
dibutuhkan untuk mengirim produk sampai ke buyer adalah 30
hari. Waktu pengiriman yang cukup lama ini terkait dengan
transportasi yang digunakan, yaitu angkutan laut. Menurut
Tampubolon (2014), angkutan laut merupakan sistem
distribusi yang dapat mencakup sekeliling dunia, maka dari itu,
angkutan laut sering digunakan untuk ekspor.
55
Tabel 4.4 Benchmarking Kinerja Rantai Pasok Ikan Kakap Merah di PT. ILUFA
Atribut Metrik Kinerja Data Aktual Target PT. Gap Keterangan Keterangan
2015 2016 ILUFA target Pencapaian
Ikan kakap merah yang 97.49 98.75 100 1.75 Semakin besar, Tidak
terkirim sempurna (%) semakin baik tercapai
Ketepatan jadwal 17.67 48.33 69.33 21 Semakin besar, Tidak
Reliability
merah (hari)
Waktu siklus proses 2 2 2 0 Semakin cepat, Tercapai
produksi ikan kakap semakin baik
merah (hari)
Waktu siklus 38 38 38 0 Semakin cepat, Tercapai
pengiriman produk ikan semakin baik
kakap merah (hari)
Sumber: Data diolah (2017)
56
Pada Tabel 4.4 terlihat bahwa sebagian besar dari metrik
kinerja rantai pasok ikan kakap merah di PT. ILUFA sudah
tercapai. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja rantai pasok ikan
kakap merah di PT. ILUFA sudah baik. Terdapat dua metrik
kinerja rantai pasok yang belum mencapai target dari PT.
ILUFA, yaitu ikan kakap merah yang terkirim sempurna dan
ketepatan jadwal pengiriman ikan kakap merah. PT. ILUFA
mengharapkan semua ikan yang dikirim oleh supplier dapat
diproses dan ekspor. Namun pada kenyataannya masih
terdapat beberapa ikan yang tidak memenuhi standar dari PT.
ILUFA. Untuk ketepatan jadwal pengiriman, PT. ILUFA
mengharapkan supplier dapat mengirimkan ikan selama 4 hari
dalam seminggu, sehingga ketersediaan ikan kakap merah
dapat terjaga. Kinerja pengiriman ini terkait dengan
ketersediaan ikan dari nelayan. Menurut Prayoga dkk (2017),
ketersediaan ikan dari para nelayan tidak dapat dipastikan
karena terkendala musim, dan ketikpastian keberadaan daerah
penangkapan ikan. Hal ini akan mempengaruhi jumlah ikan hasil
tangkapan nelayan sehingga menghambat kinerja pengiriman
supplier.
61
Tabel 4.7 Matrik SWOT
Strenghts-S Weaknesses-W
-Kualitas produk yang -Kurang luasnya
dihasilkan baik (S1) daerah pemasaran
-Menerapkan cold (W1)
supply chain (S2) -Promosi produk
-Menerapkan system tidak efektif (W2)
treacebility (S3)
-Hubungan dengan
anggota rantai pasok
(S4)
Opportunity-O Strategi SO Strategi WO
-Adanya dukungan Mempertahankan Memperluas pasar
pemerintah (O1) mutu produk (S1, S2, (W1, W2, O1, O2,
-Volume ekspor S3, S4, O1, O2, O3) O3)
nasional meningkat
(O2)
-Peningkatan
konsumsi ikan
nasional (O3)
Threats-T Strategi ST Strategi WT
-Kompetitor yang Menjaga kemitraan Meningkatkan
bermunculan (T1) pemasok (S1, S2, S3, promosi (W1, W2,
-Ketersediaan ikan S4, T1, T2, T3) T1, T2, T3)
tergantung pada
kondisi alam (T2)
-Persaingan dalam
mendapatkan bahan
baku (T3)
Sumber: Data primer (2017)
1. Perhitungan Subfaktor
Perhitungan subfaktor internal dan eksternal dilakukan untuk
mengetahui subfaktor manakah yang perlu dipertimbangkan
dalam penentuan strategi peningakatan kinerja rantai pasok di
PT. ILUFA. Perhitungan subfaktor internal dan eksternal
dilakukan dengan menggunakan Fuzzy AHP untuk
mendapatkan bobot dari tiap subfaktor. Perhitungan bobot
subfaktor dan hasil perhitungan CI dan CR subfaktor dapat
dilihat pada Lampiran 7 dan Lampiran 8. Subfaktor yang
62
memiliki bobot terbesar pada tiap faktor menunjukkan bahwa
subfaktor tersebut memiliki pengaruh yang cukup besar dalam
menentukan strategi peningkatan kinerja rantai pasok. Hasil
perhitungan bobot subfaktor dapat dilihat pada Tabel 4.8.
64
Tabel 4.9 Strategi Alternatif
Subfaktor Bobot Alternatif
ST WT SO WO
Kualitas produk yang dihasilkan baik 0,298 0,204 0,215 0,169
(S1)
Menerapkan cold supply chain (S2) 0,057 0,099 0,369 0,317
Menerapkan sistem treacebility (S3) 0,227 0,149 0,307 0,255
Hubungan dengan anggota rantai pasok 0,386 0,132 0,230 0,182
(S4)
Jumlah 0,968 0,584 1,121 0,923
Kurang luasnya daerah pemasaran 0,170 0,279 0,296 0,172
(W1)
Promosi produk tidak efektif (W2) 0,113 0,046 0,385 0,347
Jumlah 0,283 0,325 0,681 0,519
Adanya dukungan pemerintah (O1) 0,232 0,209 0,204 0,162
Volume ekspor nasional meningkat (O2) 0,129 0,065 0,349 0,449
Peningkatan konsumsi ikan nasional 0,217 0,029 0,340 0,297
(O3)
Jumlah 0,578 0,303 0,893 0,908
Kompetitor yang bermunculan (T1) 0,195 0,094 0,331 0,222
Ketersediaan ikan tergantung pada 0,179 0,069 0,138 0,204
kondisi alam (T2)
Persaingan dalam mendapatkan bahan 0,188 0,174 0,358 0,193
baku (T3)
Jumlah 0,562 0,337 0,827 0,619
Total 2,391 1,549 3,522 2,969
Rangking 3 4 1 2
Sumber: Data Primer Diolah (2017)
Tabel 4.10 Standar Mutu Ikan Kakap Merah Beku di PT. ILUFA
Menurut SNI 4110 tahun 2014 tentang Ikan Beku
Faktor Mutu Tingkatan Mutu
Mutu I Mutu II Mutu III
Kenampakan Rata, bening, Tidak rata, Tidak rata,
pada seluruh bening, bagian bagian
permukaan permukaaan permukaan
dilapisi es produk yang yang tidak
dilapisi es dilapisi es 50%
kurang lebih
30%
Pengeringan Tdak ada Pengeringan Pengeringan
pengeringan pada pada
pada permukaan permukaan
permukaan produk kurang produk kurang
produk lebih 30% lebih 50%
Perubahan Belum Perubahan Perubahan
warna mengalami warna pada warna pada
perubahan permukaan permukaan
warna pada produk kurang
produk kurang
permukaan dari 30%
produk dari 50%
68
sasaran strategis yang menjadi indikator suksesnya kinerja
perusahaan dan sekaligus dapat memberikan dampak pada
atribut reliability dan responsiveness. Beberapa provinsi yang
dapat dijadikan pertimbangan untuk memasuki pasar nasional.
yaitu Yogyakarta, Bengkulu, Jawa Timur, Bali, dan Nusa
Tenggara. Kelima provinsi tersebut merupakan provinsi yang
mengalami peningkatan petumbuhan konsumsi ikan tahun
2013-2014, sehingga berpotensi dalam meningkatkan konsumsi
komoditas ikan per tahunnya (Anonim, 2016). Negara yang
dapat dijadikan tujuan ekspor yang baru adalah Norwegia,
Rusia, Spanyol, Singapura, dan Filipina. Pemilihan negara-
negara tersebut didasarkan dengan pertimbangan dan
Kementrian Kelautan dan Perikanan (2014). yaitu adanya
hubungan kemitraan yang telah berlangsung dengan negara-
negara tersebut dan volume ekspor komoditas perikanan yang
mengaIami peningkatan tiap tahunnya pada negara-negara
tersebut .
70
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1. Rantai pasok ikan kakap merah di PT. ILUFA dimulai dari
nelayan yang menangkap ikan di laut. Ikan hasil
tangkapan nelayan dibeli supplier melalui proses
pelelangan di TPI. Dari supplier, ikan dikirim ke PT. ILUFA
untuk diproduksi sesuai dengan pesanan. Produk akhir
diekspor ke beberapa negara mitra melalui buyer selaku
importir yang menyalurkan produk ke ritel dan konsumen
di negara mitra.
2. Kinerja rantai pasok ikan kakap merah di PT. ILUFA sudah
baik, terlihat bahwa sebagian besar dari metrik kinerja
rantai pasok ikan kakap merah di PT. ILUFA sudah
tercapai. Hasil pengukuran kinerja rantai pasok ikan kakap
merah, yaitu kondisi ikan kakap merah terkirim sempurna
pada tahun 2015 sebesar 97,49 % dan 98,75 % di tahun
2016, ketepatan jadwal pengiriman dalam setahun pada
tahun 2015 sebesar 17.67 % dan 48.33 % pada tahun
2016, kondisi produk ikan kakap merah yang dikirim oleh
PT. ILUFA sebesar 100, waktu siklus pengadaan selama 1
hari untuk satu kali siklus, waktu siklus produksi selama 2
hari untuk satu kali siklus, waktu siklus pengiriman 38 hari
untuk satu kali siklus.
3. Alternatif strategi untuk meningkatkan kinerja rantai pasok
ikan kakap merah, yaitu SO (mempertahankan mutu
produk) dengan total bobot sebesar 3,522; WO
(memperluas pasar) dengan total bobot sebesar 2,969;
ST (menjaga kemitraan dengan pemasok) dengan total
bobot sebesar 2,391; WT (meningkatkan promosi) dengan
total bobot sebesar 1,549.
71
5.2 Saran
Beberapa saran yang didapat pada penelitian ini adalah:
1. Peningkatkan kinerja rantai pasok ikan kakap merah di PT.
ILUFA dapat dilakukan dengan memperluas pangsa pasar,
menambah variasi mutu produk, dan mempertahankan mutu
produk.
2. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah melakukan analisis
kelembagaan rantai pasok dan upaya peningkatan kemitraan
dengan supplier.
72
DAFTAR PUSTAKA
73
Januari 2017. <
http://diskanlut.jatimprov.go.id/?p=3196>.
74
Cetinkaya, B., Richard, C., Graham, E., Thorsten, K W.,
Wojciech, P., and Christoph, T. 2011. Sustainable
Supply Chain Management. Springer. London.
75
Fajar, A. 2014. Analisis Rantai Pasok Jagung di Provinsi
Jawa Barat. Tesis Tidak Dipublikasikan. Sekolah Pasca
Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
76
Jinturkar, A., Sandip, D., Avinash, S., Vivek S., and Prakash, K.
2014. Supply Chain Management Under Fuzziness
Recent Developments and Techniques. Springer.
Turkey.
Kime, LF., and McGee, WM. 2008. SWOT Analysis: A Tool for
Making Better Business Decisions. USDA. Lebanon.
Marimin., Taufik, D., Suharjito., Syarif, H., Ditdit, NU., Retno, A.,
dan Sri, M. 2013 Teknik dan Analisis Pengambilan
Keputusan dalam Manajemen Rantai Pasok. IPB
Press. Bogor.
Ownes, CM., Christine, ZA., dan Alan, RS. 2010. Poultry Meat
Processing. CRC Press. USA.
77
Pearce, JA., dan Richard, BR. 2008. Manajemen Strategis.
Salemba Empat. Jakarta.
78
Robbins, SP., dan Judge, TA. 2008. Perilaku Organisasi.
Salemba Empat. Jakarta.
80
Yunus, E. 3016. Manajemen Strategis. Andi. Yogyakarta.
81
DAFTAR PUSTAKA
74
Cetinkaya, B., Richard, C., Graham, E., Thorsten, K W.,
Wojciech, P., and Christoph, T. 2011. Sustainable
Supply Chain Management. Springer. London.
75
Fajar, A. 2014. Analisis Rantai Pasok Jagung di Provinsi
Jawa Barat. Tesis Tidak Dipublikasikan. Sekolah Pasca
Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
76
Jinturkar, A., Sandip, D., Avinash, S., Vivek S., and Prakash, K.
2014. Supply Chain Management Under Fuzziness
Recent Developments and Techniques. Springer.
Turkey.
Kime, LF., and McGee, WM. 2008. SWOT Analysis: A Tool for
Making Better Business Decisions. USDA. Lebanon.
Marimin., Taufik, D., Suharjito., Syarif, H., Ditdit, NU., Retno, A.,
dan Sri, M. 2013 Teknik dan Analisis Pengambilan
Keputusan dalam Manajemen Rantai Pasok. IPB
Press. Bogor.
Ownes, CM., Christine, ZA., dan Alan, RS. 2010. Poultry Meat
Processing. CRC Press. USA.
77
Pearce, JA., dan Richard, BR. 2008. Manajemen Strategis.
Salemba Empat. Jakarta.
78
Robbins, SP., dan Judge, TA. 2008. Perilaku Organisasi.
Salemba Empat. Jakarta.
80
Yunus, E. 3016. Manajemen Strategis. Andi. Yogyakarta.
81