Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN KASUS: INFESTASI Ancylostoma Caninum dan Trichuris

vulpis PADA ANJING

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Diagnostik Laboratorium Veteriner

Dosen Pengampu : Ita Krissanti, drh., M.Si


Dr. Sarasati Windria, drh

Disusun oleh:
Ajeng Puspitasari 130212200001

Rahmitiana Wuri 130212200009

Rifki Hizbullah Akbar 130212200011

Ayola Violenta 130212200032

PROGRAM PROFESI DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2021
A. Anamnesis, Signalemen, dan Gejala Klinis
- Signalemen dan Anamnesa
Nama Hewan : Diwul
Jenis Hewan : Anjing
Jenis Kelamin : Betina
Ras : Domestik
Warna Rambut : Coklat
Umur : 1 tahun
Berat Badan : 13,65 Kg

Anjing belum pernah diberikan obat cacing dan sudah di steril.

- Gejala Klinis dan Pemeriksaan Fisik


Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa anjing dalam keadaan normal,
namun rambut terlihat kusam dan ditemukan adanya ektoparasit. Berikut adalah
hasil pemeriksaan fisik anjing Diwul.
Gizi: BCS 4
Frekuensi Nadi: 96 kali / menit
Frekuensi Nafas: 36 kali / menit
Suhu tubuh: 38,7° C
CRT: < 2 detik

B. Teknik Koleksi Sampel dan Penanganan Sampel


Sampel yang diambil berupa feses segar dari anjing, selanjutnya feses
ditampung dalam wadah berupa pot. Untuk feses yang harus disimpan dalam
beberapa waktu, feses dapat ditambahkan formalin 4%.

C. Pemeriksaan Kualitatif Agen


- Metode Natif
Sampel feses diletakkan pada object glass kemudian ditetesi dengan aquades.
Sampel pada object glass ditutup dengan menggunakan cover glass.
Kemudian diamati dengan mikroskop 40x-400x.
- Metode Apung
1. Suspensi feses dicampur aqudes dengan perbandingan satu bagian feses
dan Sembilan bagian aquades.
2. Saring suspensi menggunakan alat saring dan masukkan suspensi
kedalam tabung.
3. Tabung disentrifus selama 3 menit dengan kecepatan 1500 rpm dan
dibuang supernatannya.
4. Tuangkan larutan garam jenuh diatas endapan sampai 1 cm dari mulut
tabung.
5. Kemudian di sentrifus kembali selama 3 menit dengan kecepatan 1500
rpm.
6. Tabung diletakkan di rak, kemudian diteteskan larutan garam jenuh
menggunakan pipet tetes sampai permukaan tabung terlihat cembung.
7. Letakkan cover glass diatas tabung , dibiarkan selama 1-2 menit lalu di
ambil cover glassnya dan diletakkan diatas object glass.
8. Amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 40x-400x.
Pada pemeriksaan kualitatif agen, ditemukan dua jenis telur cacing, yaitu
Ancylostoma Caninum dan Trichuris vulvis. Telur Ancylostoma Caninum
berbentuk bulat lonjong, berdinding tipis yang terdiri atas 2 lapisan, berukuran
56-75 x 34-47 μm, pada waktu dikeluarkan telur telah bersegmen yang terdiri
atas 8-16 sel. Telur Trichuris vulpis berukuran 50x25 μm, memiliki bentuk
seperti tempayan pada kedua kutubnya terdapat operkulum, yaitu semacam
penutup yang jernih dan menonjol. Dindingnya terdiri atas dua lapis bagian
dalam jernih dan bagian luar kecokelatan

Gambar 1. A. Telur cacing Ancylostoma Caninum. B. Telur cacing


Trichuris vulvis
D. Pemeriksaan Kualitatif Agen
Pemeriksaan Kuantitatif dilakukan dengan menggunakan Metode Mc. Master
Chamber.
- Feses ditimbang 4 mg dan ditambahkan 26 ml larutan garam jenuh pada
becker glass lalu aduk rata.
- Suspensi feses diaduk dengan pengaduk (magnetic stirrer) sampai rata.
- Suspensi feses disaring menggunakan saringan kawat ke dalam gelas piala.
- Lalu diiambil 0,5-1 ml filtrat mengunakan spuit ukuran 1 cc dimasukkan ke
dalam Mc Master Chamber hingga penuh.
- Jumlah telur dihitung dibawah mikroskop dengan perbesaran 100x dan
dilanjutkan dengan rumus perhitungan jumlah telur.
- Perhitungan dilakukan dengan rumus:

E. Diagnosa dan Diagnosa Differensial


Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium,
anjing tersebut mengalami helminthiasis yang disebabkan oleh dua jenis cacing,
yaitu Ancylostoma Caninum dan Trichuris vulvis. Berdasarkan jumlah telur yang
telah dihitung dengan metode McMaster Chamber, pada anjing ini klasifikasi
derajat keparahan infeksi termasuk ringan.

F. Patogenesis dan Faktor Risiko


- Ancylostoma Caninum
Siklus hidup cacing ini secara langsung tanpa hospes intermediet. Telur
yang keluar bersama feses anjing akan berkembang menjadi larva 3 di
lingkungan. Larva 3 merupakan stadium infektif yang bisa menular melalui
penetrasi kulit atau tertelan oleh anjing. Larva 3 akan berkembang selama 2-3
minggu untuk menjadi dewasa ditubuh anjing.
Patogenesa A. Caninum dibagi menjadi 3 kategori, yaitu:
1. Fase Penetrasi Kulit
Penetrasi larva melalui kulit anjing biasanya dapat menyebabkan
dermatitis pada anjing. Dermatitis tersebut biasanya terjadi di terjadi di
daerah interdigit, kaki dan kadang-kadang di daerah perut.
2. Fase Migrasi Larva
Larva Ancylostoma sp dapat bermigrasi melalui jaringan ke beberapa
organ, termasuk paru-paru. Akumulasi larva yang cukup banyak dapat
mengakibatkan gangguan paruparu termasuk saluran pernafasan hingga
terjadi batuk
3. Fase Intestinal
Larva Anyclostoma sp yang bermigrasi ke usus halus akan mencapai
berkembang menjadi cacing dewasa. Cacing dewasa akan menggigit
usus halus dan menghisap darah inang. Cacing Ancylostoma akan
bertelur di usus halus dan telur tersebut akan keluar bersama dengan
feses.
Anjing yang dipelihara di luar rumah lebih berisiko terkena
cacing Ancylostoma caninum. Anjing yang dipelihara di luar rumah
dapat terinfeksi dari lingkungan sekitar, baik tertular melalui penetrasi
kulit ataupun memakan larva infektif cacing tersebut.

- Trichuris Vulvis
Siklus hidup cacing ini diawali dari infeksi larva 1 yang menular dan
berkembang di dalam telur selama 1-2 bulan pada suhu diatas 4oC. Telur keluar
Bersama feses, berkembang menjadi larva infektif di lingkungan. Anjing dapat
terinfeksi Ketika menelan telur yang telah memasuki stadium infektif, telur
tertelan dan menetas di saluran pencernaan dan menjadi dewasa di tubuh anjing.
Anjing yang dipelihara di luar rumah lebih berisiko terkena cacing
Trichuris vulvis. Anjing yang dipelihara di luar rumah dapat terinfeksi dari
lingkungan sekitar.

G. Terapi dan Pencegahan


Terapi yang digunakan adalah obat-obatan antelmintik berspektrum luas
seperti mebendazol. Mebendazol bekerja sebagaai vermisid, larvisid, dan ovisid,
yang sangat efektif terhadap cacing kremi, gelang, pita, cambuk, dan cacing
tambang.
Pencegahan infeksi cacing dapat dilakukan dengan pemberian obat
cacing secara rutin. Pyrantel pamoate dapat diberikan untuk mencegah penularan
transmammary. Indukan yang terinfeksi dapat diobati dengan fenbendazole 50
mg/kg setiap hari sejak 40 hari kebuntingan sampai 14 hari masa laktasi
(Menealous, 2001). Selain pemberian obat cacing, pencegahan juga dapat
dilakukan dengan memperhatikan pemeliharaan kebersihan anjing dan
lingkungan tempat tinggalnya. Hal lain yang dapat dilakukan sebagai
pencegahan adalah pemberian pakan yang cukup memadai baik dari segi
kuantitas maupun kualitasnya. Selama beberapa tahun terakhir para peneliti
membuktikan bahwa keseimbangan nutrisi pada menu pakan anjing memegang
peranan penting untuk mengurangi resiko terserang penyakit (CAPC, 2012).
DAFTAR PUSTAKA

Ahada, A. H. U. (2020). LAPORAN KASUS: Investasi Parasit Ancylostoma caninum,


Trichuris vulpis dan Ctenocephalides canis Pada Anjing. Media Kedokteran
Hewan, 31(3).
Menealous LA. 2001. Ancylostomiasis in Dog.
http://scientia.zooparaz.net/2001_02_01/sp2001-pp15- 22%20%20Lefkaditis.pdf
The Companion Animal Parasite Council Veteriner [CAPCvet]. 2012. Intestinal
Parasites Hookworms.
http://www.capcvet.org/capcrecommendations/hookworms/.

Anda mungkin juga menyukai