Di susun oleh :
LIDIA NUGRAHA
ASHARI NATOSUSILO
2017
SINYALEMEN :
Ras/breed : layer
Umur : 1 tahun
ANAMNESA :
ALUR DIAGNOSA :
Hewan yang merupakan jenis ayam layer diduga sakit karena beberapa temuan klinis
pada saat inspeksi, maka dari itu dilakukan proses nekropsi untuk mengetahui adanya perubahan
patologi serta mengetahui ada tidaknya endoparasit dalam tubuh ayam. Pada saat nekropsi
ditemukan beberapa perubahan patologi yaitu : Air sac yang keruh dan ada hemoragi, nekrosa
pada hati dan rapuh, duodenum samapai ileum hemoragi, selain itu ditemukan juga adanya
endoparasit berupa cacing dalam usus ayam. Selanjutnya cacing dikoleksi dalam tabung untuku
identifikasi lebih lanjut mengenai cacing tersebut.
(a) (b)
Gambar (a) : kondisi ayam sebelum di nekropsi (b) : terdapat cacing nematoda pada organ usus.
C D
Setelah cacing dikoleksi dan identifikasi diketahui bahwa predileksi dan bentuk dari
cacing tersebut sama dengan cacing spesies ascaridia galli, sehingga dapat ditarik kesimpulan
ayam terinfeksi cacing nematoda ascaridia galli.
(c)
Gambar (c) : cacing (Ascaridia galli) yang dikoleksi dalam tabung berisi formalin
TINJAUAN PUSTAKA :
Pendahuluan
Ascariasis adalah penyakit cacing yang menyerang unggas dan disebabkan oleh
Ascaridia galli. Cacing ini terdapat di usus dan duodenum hewan unggas. Pada ternak ayam
sering menyerang baik tipe pedaging maupun tipe petelur, sedangkan pada ayam buras
kemungkinan tertular lebih besar karena sistem pemeliharaan yang bebas berkeliaran. Beberapa
faktor yang mempengaruhi infeksi cacing A. galli diantaranya adalah umur, jenis ayam, dosis
infeksi, tipe kandang, nutrisi, sistem pemeliharaan dan cuaca. Untuk melakukan pencegahan
terhadap infeksi cacing ini maka harus diketahui faktor yang mempengaruhi infeksi tersebut.
Unggas muda harus dipisahkan dari unggas dewasa dan tempat unggas berkeliaran harus
mempunyai saluran air yang baik sehingga tidak terjadi penumpukan air di tanah dan tanah tidak
menjadi becek. Tempat unggas dilepas harus sering dirotasi. Pemeliharaan ayam menggunakan
lantai litter, secara periodik litter di tempat pakan dan minum harus sering dicampur dengan
litter yang kering dari tempat lain. Infeksi yang berat dari cacing A.galli umumnya terjadi pada
kandang litter yang tebal dan sangat lembab. Setiap akan memasukkan ayam baru dalam
kandang litter, maka litter harus dibiarkan selama beberapa hari untuk penyuci hamaan dan
pemanasan sehingga diharapkan litter menjadi kering dan telur yang mengandung larva infektif
juga ikut mati (proses kering kandang). Secara berkala obat cacing dapat diberikan tergantung
derajat infeksinya (Pudjiatmoko,2014).
Etiologi
Ascariasis adalah penyakit cacing yang menyerang unggas dan disebabkan oleh cacing
A. galli. Sinonim spesies ini adalah A.lineata, A.perspicillum. Cacing ini merupakan cacing
nematoda yang ukurannya paling besar diantara jenis cacing pada unggas, berwarna putih,
berbentuk bulat, tidak berpigmen dan dilengkapi dengan kutikula yang halus. Cacing jantan
berukuran 50-76 mm, sedang yang betina 72-112 mm dengan diameter 0,5-1,2 mm, mempunyai
3 bibir yang besar. Telurnya berbentuk oval, berukuran 73-92m sampai 45-57m
(Pudjiatmoko,2014).
Siklus Hidup
Telur dikeluarkan melalui tinja dan berkembang di dalam udara terbuka dan mencapai
dewasa dalam waktu 10 hari atau bahkan lebih. Telur kemudian mengandung larva kedua yang
sudah berkembang penuh dan larva ini sangat resisten terhadap kondisi lingkungan yang jelek.
Infeksi terjadi bila unggas menelan telur tersebut bersama makanan atau minuman. Cacing tanah
dapat juga bertindak sebagai vektor mekanis dengan cara menelan telur tersebut dan kemudian
cacing tanah terbut dimakan oleh unggas. Telur yang mengandung larva dua kemudian menetas
di proventrikulus atau duodenum unggas. Setelah menetas, larva 3 hidup bebas di dalam lumen
duodenum bagian posterior selama 8 hari. Kemudian larva 3 mengalami ekdisis menjadi larva 4,
masuk ke dalam mukosa dan menyebabkan hemoragi. Larva 4 akan mengalami ekdisis menjadi
larva 5. Larva 5 atau disebut cacing muda tersebut memasuki lumen duodenum pada hari ke 17,
menetap sampai menjadi dewasa pada waktu kurang lebih 28-30 hari setelah unggas menelan
telur berembrio. Larva 4 dapat memasuki jaringan mukosa usus pada hari pertama dan menetap
sampai hari ke 8-17 Pada ayam yang berumur kurang dari 3 bulan setelah larva memasuki
duodenum kemudian mengalami perubahan (moulting) menjadi larva 3 dan larva 4 serta
berkembang menjadi dewasa lebih kurang 5-6 minggu setelah telur tertelan ayam, sedangkan
pada ayam yang berumur lebih dari 3 bulan periode tersebut sedikit lebih lama (Ruff dan Norton,
1997).
Gejala Klinis
Gejala yang terutama dari infeksi cacing ini terlihat selama masa prepaten, ketika larva
berada di dalam mukosa dan menyebabkan enteritis yang kataral, tetapi pada infeksi berat dapat
terjadi hemoragi . Unggas akan menjadi anaemia, diare, lesu, kurus, kelemahan secara umum dan
produksi telur menurun. Selain itu infeksi berat juga dapat menyebabkan kematian karena terjadi
penyumbatan usus. Pada pemeriksaan pasca mati terlihat peradangan usus yang hemoragik dan
larva yang panjangnya 7 mm ditemukan dalam mukosa usus. Selain itu kadang-kadang
ditemukan parasit yang sudah berkapur dalam bagian albumin dari telur (Soulsby, 1982).
Diagnosa
Diagnosa terhadap kemungkinan ascariasis dilakukan dengan melihat gejala klinis yang
muncul, pemeriksaan terhadap telur cacing di dalam feses (Pudjiatmoko,2014).
Metode yang paling sering digunakan dalam pemeriksaan endoparasit pada feses adalah
metode pemeriksaan langsung (natif). Umumnya metode tersebut dilakukan untuk kasus infeksi
berat. Pada pemeriksaan endoparasit dengan metode langsung digunakan larutan fisiologis, tetapi
dapat juga dilakukan dengan menggunakan akuades ataupun eosin .Metode pengapungan dengan
sentrifugasi juga umum digunakan untuk pemeriksaan endoparasit. Metode tersebut
menggunakan larutan garam jenuh yang kemudian dicampur dengan sampel feses dan
disentrifugasi. Cara kerja dari metode pengapungan dengan sentrifugasi berdasarkan berat jenis
parasit yang lebih ringan daripada berat jenis larutan sehingga parasit terapung dipermukaan dan
terpisah dari pengotor. Metode tersebut menggunakan larutan NaCl jenuh. Selain menggunakan
larutan NaCl jenuh, metode pengapungan dengan sentrifugasi juga menggunakan alat tambahan,
yaitu sentrifugasi (Natadisastra dan Agoes,2009).
- Feses segar,
- Larutan NaCl jenuh
- Aquades
Persiapan sampel :
Akuades sebanyak 600 ml ditambahkan NaCl secara terus menerus hingga NaCl
mengendap dan berhenti larut (Dryden dkk, 2005).
Akuades diteteskan digelas objek sebanyak dua tetes. Sampel feses diambil
menggunakan tusuk gigi dan oleskan di atas gelas objek yang telah ditetesi akuades. Sampel dan
akuades dihomogenkan menggunakan tusuk gigi. Setelah feses dan akuades homogeny,
campuran homogen tersebut ditutp dengan kaca penutup. Preparat diperiksa di bawah mikroskop
(Taylor dkk, 2007).
Gambar : skema pemeriksaan feses dengan metode natif
Dua gram sampel dicampurkan dengan 10 ml larutan NaCl jenuh dan dihomogenkan,
setelah homogen, larutan disaring menggunakan kain kasa berukuran 10x10 cm dan dituang ke
dalam tabung sentrifugasi. Tabung disentrifugasi selama 5 menit dengan putaran 100x permenit.
Setelah disentrifugasi, larutan yang terdapat pada permukaan diambil menggunakan ose dan
diteteskan di atas gelas objek, kemudian ditutup dengan gelas penutup dan perikasa keberadaan
dan jenis endoparasit di bawah mokroskop.
Dryden, M.W.,PA. Payne, R.K.Ridley & V.Smith. 2005. Comparison of common fecal flotation
techniques for the recovery of parasite eggs and oocysts. Veterinary theraupeutics.
Natadisastra, D & R. Agoes. 2009. Parasitologi kedokteran : ditinjau dari organ tubuh yang
diserang. Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta.
Pudjiatmoko dkk. Direktorat Kesehatan Hewan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan Kementerian Pertanian. 2014 . Manual Penyakit Unggas. Subdit Pengamatan
Penyakit Hewan. Jakarta.
Ruff, M.D. And R.A. Norton. 1997. Nematodes. Di Dalam: Diseases Of Poultry. Ed. Calneck,
W.B. H.J. Barnes, C.W. Beard Mc Dougald, Y.M. Saif. 10th Ed. Iowa: Iowa State
University Press
Soulsby, E. J. L. 1982. Helminths, Arthropods and protozoa of Domesticated Animals. 7th Ed.
Bailliere, Tindall, London.
Taylor, M.A., R.L. Coop & R.L. Wall. 2007. Veterinary parasitology. 3rd ed. Blackwell
Publishing Ltd. Oxford.
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Extremidad_anterior_a_galli.jpg
Urquhart GM et al.1987. Veterinary Parasitology. 2nd Ed. England: Longman Scientific and
Technical