Anda di halaman 1dari 25

BIOKIMIA KLINIS

Laporan kasus : Penanganan Toksokariosis dan


skabiosis pada kucing domestik betina berumur 6
bulan
Kelompok 1
AISYAH ROSMAULAYA
AMALIA WAHYU UTAMI
AMELIA SEFIANAWATI
ANISA SURYANIH
AULIA VEBBY ANANDA
AYIE LIANA LISTIANTY
AYU DIAN PUTRI UTAMI
AYU HASANA
Toksokariosis
Toksokariosis dan Skabiosis
Toksokariosis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing dari genus toxocara.
Cacing Toxocara cati merupakan salah satu spesies Toxocara yang dapat
menyerang kucing. Kelembapan yang cukup tinggi merupakan kondisi optimum
dalam perkembangan dan penyebaran berbagai jenis penyakit cacing (Nealma et
al., 2013).

Skabiosis pada kucing adalah penyakit yang sangat menular (Reddy dan Sivajothi,
2014) disebabkan oleh tungau kecil bernama Notoedres cati. Parasit N. cati dapat
menginfeksi kucing pada segala usia, ras, dan warna, baik jantan maupun betina
dan paling sering menginfeksi anak kucing, Jika dalam rumah yang memiliki
berbagai jenis kucing, scabies dapat menginfeksi lebih dari satu kucing.
Cacing T. cati dapat menular pada kucing secara oral dengan menelan telur
infektif dan hospes paratenik (cacing tanah, kecoa dan rodensia) dan secara
transmammary. Telur cacing yang baru dikeluarkan bersama feses belum infektif. Larva
berkembang dengan kondisi lingkungan yang sesuai hingga mencapai stadium larva
dua yang infektif (Gillespie, 2006).
Larva infektif setelah tertelan oleh kucing akan bermigrasi melalui vena porta
menuju hati dan paru-paru, kemudian dibatukkan sehingga kembali ke saluran
pencernaan dan dewasa di usus halus. Tidak semua larva akan mencapai tahap dewasa
terutama pada hewan betina. Larva akan dormansi di otot dan saat kucing bunting,
larva akan kembali aktif dan ditularkan secara transmammary (Nealma et al., 2013).
Toksokariosis
Metode

 Metode natif sederhana


Metode ini dilakukan dengan mengambil sedikit
suspensi feses menggunakan ujung gelas pengaduk
kecil, dan mengoleskannya diperiksa dengan gelas
obyek. Preparat ditutup dengan cover glass untuk
dapat diperiksa dengan mikroskop dengan pembesaran
100 kali (obyektif 10 kali). (Mumpuni dkk., 2007).
Toksokariosis
Metode
 Teknik pemeriksaan metode sedimentasi sederhana
1. membuat perbandingan 1 bagian feses dengan 10 bagian akuades
2. diaduk sampai tercampur kemudian disaring, hasil saringan
dimasukkan ke dalam tabung sentrifus kemudian disentrifus selama 3
menit dengan kecepatan 1500 rpm (diulang 3 kali atau sampai jernih)
3. Setelah jernih supernatan dibuang dan disisakan sedikit, endapan
diaduk
4. diambil sedikit dengan pipet pasteur kemudian diletakkan pada
obyek glass, tutup dengan cover glass dan diperiksa di mikroskop
dengan perbesaran 100 kali (Mumpuni dkk., 2007).
REKAM MEDIK
01
Sinyalemen

Kucing kasus dengan ras kucing


lokal berjenis kelamin betina berumur
enam bulan memiliki berat badan
satu kilogam dan rambut putih, coklat
dengan corak hitam. Bentuk postur
tubuh meringkuk, dengan behavior
pasif, jarang bergerak dengan
habitus suka beristirahat di sisi pojok
kandang

Kucing Kasus sebelum pemberian terapi


REKAM MEDIK
02 03
Anamnesia Pemeriksaan Fisik
Kucing kasus mengalami diare selama Hasil pemeriksaan fisik dan
satu minggu, nafsu makan dan minum klinis secara inspeksi dan
bagus, diberi pakan nasi dan ikan palpasi menunjukkan
sesekali juga diberi pakan nasi dengan terjadinya pembesaran pada
hati yang telah di masak sebelumnya. bagian abdomen kucing. Kulit
Menurut pemilik feses kucing tersebut mengalami kelainan berupa
encer. Kucing kasus dikandangkan di adanya hiperkeratosis pada
depan rumah dan dipelihara oleh pemilik telinga serta adanya luka.
sedari lahir. Semenjak kucing sakit, Kucing menunjukkan gejala
belum pernah diberikan pengobatan pruritus dengan terus
sama sekali. Riwayat vaksinasi lengkap menggaruk daerah telinga.
tetapi belum pernah diberikan obat cacing
sebelumnya.
04 Pemeriksaan Feses
Pemeriksaan feses kucing menunjukkan hasil feses berwarna kuning dengan
konsistensi diare tipe enam, dan pada pemeriksaan feses dengan metode natif
ditemukan telur cacing T. cati

Fases Kucing Kasus Telur Cacing T.cati


05 Pemeriksaan Skin Scrapping

Pemeriksaan kerokan kulit dilakukan karena adanya gejala klinis seperti


hiperkeratosis pada kulit di bagian telinga dan kucing sering menggaruk
telinga.

Pemeriksaan kerokan kulit ditemukan Notoedres cati


Pemeriksaan hematologi rutin terhadap sampel darah kucing kasus menunjukkan hasil seperti
pada tabel berikut :
Pemeriksaan Hematologi Rutin
Hasil hematologi kucing kasus

Hematologi Rutin Hasil Nilai Rujukan Keterangan


White Blood Cell (WBC) (x103/µL) 28.2 5.5 – 19.5 Tinggi
Red Blood Cel (RBC) (x106/µL) 4.83 5.0 – 10.0 Rendah
Hematokrit (HCT) (%) 22.4 30.0 - 45.0 Rendah
Mean Corpuscular Volume (MCV) (fL) 52.5 39.0-55.0 Normal
Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) (pg) 20.8 13.0 – 17.0 Tinggi
Mean Corpuscular Hemoglobin concentration 44.7 30.0 – 36.0 Tinggi
(MCHC) (g/dL)

Hasil pemeriksaan hematologi rutin menunjukkan peningkatan pada WBC yang mengindikasikan
adanya infeksi serta terjadinya anemia normositik hiperkromik.
Diagnosis
Diagnosis untuk kucing kasus diperoleh berdasarkan hasil anamnesis,
pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan laboratorium yang terdiri dari skin scraping,
hematologi, dan feses dengan metode natif adalah toksokariosis dan skabiosis.

Prognosis
Berdasarkan hasil diagnosis, prognosis kucing tersebut yaitu fausta.

Terapi
Terapi yang diberikan pada kucing kasus, yaitu dengan pemberian pyrantel pamoat
sebanyak 1 ml (25 mg/kg BB) serta injeksi ivermectin 0,02 ml (0,2 mg/kg BB)
secara subkutan. Selain itu, kucing kasus diberikan vitamin B kompleks sebanyak
1⁄2 tablet tiga kali sehari selama lima hari secara per oral.
PEMBAHASAN

Berdasarkan anamnesis dan gejala klinis


seperti pembesaran pada bagian abdomen serta konsistensi feses seperti pasta dan berwarna kuning serta
adanya pruritus dan hiperkeratosis maka didapatkan diagnosis sementara yang mengarah ke penyakit
cacingan dan sakit kulit.

Pemeriksaan klinis dan pemeriksaan laboratorium


Dapat memperkuat diagnosis sementara maka didapatkan hasil diagnosis definitif bahwa kucing kasus positif
terkena toksokariosis dan skabiosis.

Gejala klinis pada anak kucing tidak terlihat jelas


karena tidak terjadi migrasi larva ke trakea dan gejala batuk-batuk pun tidak tampak. Larva akan tumbuh
menjadi cacing dewasa sejalan dengan pertumbuhan anak kucing, oleh karena itu anak kucing tidak akan
memperlihatkan gejala klinis akibat infeksi Toxocara. Pada kucing dewasa yang terinfeksi Toxocara, bulu akan
terlihat kasar dan akan terjadi diare sehingga akan terlihat dehidrasi
PEMBAHASAN

Infeksi cacing yang berat menyebabkan gangguan


usus
Ditandai dengan sakit perut (obstruksi usus) persial
maupun total
• Terjadi perforasi usus hingga tampak gejala
peritonitis pada keadaan ekstrim
• Adanya cacing yang banyak menyebabkan
penurunan bahan makanan yang diserap, terjadi
hipoalbumenia, yang selanjutnya menyebabkan
kerusakan dengan busung perut (ascites).
PENGOBATAN
pemberian pyrantel pamoat dan injeksi ivermectin.

Mekanisme kerja pirantel sebagai agen depolarizing memblokir


neuromuskuler, yang menyebabkan parasit lumpuh sehingga tidak
dapat berpegangan pada dinding usus dan akan dikeluarkan bersama
dengan feses.

Pada pengobatan skabiosis digunakan ivermectine.


Mekanisme kerja ivermectine yaitu mengganggu aktivitas aliran ion
klorida pada sistem syaraf arthropoda.
PENGOBATAN

Terapi suportif digunakan vitamin B kompleks

Hasil pemeriksaan hematologi rutin menunjukkan kucing mengalami anemia normositik


hiperkromik. Hasil pengobatan selama satu minggu menunjukkan progres yang sangat baik.
Abdomen kucing kasus sudah tidak terlihat membesar dan hiperkeratosis yang ada pada telinga
berkurang
KESIMPULAN
Berdasarkan anamnesis, gejala klinis, dan hasil pemeriksaan laboratorium
maka kucing kasus didiagnosis menderita toksokariosis dan skabiosis.
Pengobatan yang diberikan yaitu dengan pyrantel pamoat dan injeksi
ivermectine serta pemberian vitamin B kompleks memberikan hasil yang
sangat baik. Abdomen kucing kasus sudah tidak terlihat membesar dan
hiperkeratosis yang ada pada telinga berkurang.
SARAN
Pencegahan untuk infeksi T.cati dan N. cati perlu memperhatikan
sanitasi dan kebersihan atau manajemen kendang termasuk
lingkungan yang baik serta pemeriksaan kesehatan secara rutin.
REFERENSI

• Agustin, Prayuani Dwi Agustin dan J. Mukono. 2015. GAMBARAN KETERPAPARAN TERHADAP
KUCING DENGAN KEJADIAN TOKSOPLASMOSIS PADA PEMELIHARA DAN BUKAN
PEMELIHARA KUCING DI KECAMATAN MULYOREJO, SURABAYA. Jurnal Kesehatan Lingkungan
Vol. 8, No. 1 . Universitas Airlangga Surabaya
• Reddy BS, Sivajothi S. 2014. Notoedric mange associated with malassezia in cats. International Journal of
Veterinary Health Science and Research 2 (01): 18-20.
• Nealma S, Dwinata IM, Oka, IBM. 2013. Prevalensi infeksi cacing toxocara cati pada kucing lokal di
wilayah. Indonesia Medicus Veterinus 2 (4): 428-436.
• Gillespie TR. 2006. Noninvasive assessment of gastrointestinal parasite infections in free ranging primates.
J. Primatol 27 (4): 1129-1143.●Sivajothi S, Sudhakara R, Rayulu VC, Sreedevi C. 2015. Notoedres cati in
cats and its management. J Parasit Dis 39 (2): 303–305.
GAMBARAN
KETERPAPARAN
MANUSIA
Toksoplasmosis

Toksoplasmosis adalah penyakit yang terdapat Gejala klinis yang pada umumnya dirasakan
pada hewan vertebrata dan mampu untuk oleh penderita adalah keluhan pada
menular ke manusia (zoonosis), disebabkan pencernaan seperti mual dan muntah, keluhan
oleh parasit protozoa Toxoplama gondii. pernapasan berupa sesak nafas, sakit kepala,
lemas, nyeri pada otot, serta anemia. Infeksi
toksoplasmosis pada individu dengan
Setelah terjadi infeksi Toxoplasma gondii ke dalam tubuh akan
permasalahan imunnodefi siensi akan
terjadi proses yang terdiri dari tiga tahap yaitu parasitemia, di mengakibatkan manifestasi penyakit dari
mana parasit menyerang organ dan jaringan serta stadium ringan hingga berat bergantung pada
memperbanyak diri dan menghancurkan sel inang. imunodefi siensi yang dirasakan (Ernawati,
Perbanyakan diri ini paling nyata terjadi pada jaringan 2012; Siregar, 2012; Chahaya, 2010;
retikuloendotelial dan otak, di mana parasit mempunyai afi
Gandahusada, 2008; Robert & Janovy, 2001).
nitas paling besar. Pembentukan antibodi merupakan tahap
kedua setelah terjadinya infeksi. Tahap ketiga rnerupakan fase
kronik, terbentuk kista yang menyebar di jaringan otot dan
saraf, yang sifatnya menetap tanpa menimbulkan peradangan
lokal (Chahaya, 2010).
Beberapa teknik yang digunakan untuk diagnosis serologi toksoplasmosis diantaranya adalah Dye test
(Sabin – Feldman dye test), CFT (complement fi xation test), MAT (modifi ed agglutination test), CAT
(card agglutination test), DAT (direct agglutination test), IHA (indirect hemagglutination test) dan LAT
(latex agglutination test), IFA (indirect fl uorescen assay) dan FA (fl uorescen assay), ELISA (enzyme
linked immunosorben assay) dan immunoblotting, serta PCR (polymerase chain reaction). Di Indonesia
penggunaan teknik diagnosis pada hewan saat ini masih terbatas pada CAT dan LAT, sebaliknya pada
manusia menggunakan DAT, IHA dan ELISA. Tujuan utama dari uji serologi adalah melihat reaksi
antibodi toksoplasmosis dalam tubuh penerita. Pada manusia, antibodi yang dilihat adalah
imunoglobulin M (IgM) dan imunoglobulin G (IgG) anti toksoplasmosis (Hanafiah, et al., 2010; Subekti, et
al., 2010; Subekti, 2004).
Apa gejala Toksokariasis pada manusia ?
Pada beberapa orang yang terinfeksi larva Toxocara dalam jumlah besar atau mengalami infeksi berulang,
larva bisa masuk ke berbagai bagian tubuh, misalnya hati, paru-paru, dan sistem saraf pusat, dan biasanya
menyebabkan gejala-gejala seperti demam, batuk, sesak nafas, dan pembesaran hati. Selain itu dapat juga terjadi
ruam pada kulit, pembesaran limpa, atau infeksi paru berulang. Larva juga dapat sampai ke mata, menyebabkan
peradangan dan jaringan parut pada retina. Gangguan ini hanya terjadi pada satu mata, tetapi bisa menyebabkan
kebutaan menetap.
Pada kebanyakan orang dengan toksokariasis, infeksi dapat sembuh dengan sendirinya dan tidak diperlukan
terapi. Obat anti-parasit bisa diberikan jika terjadi gejala yang berat atau infeksi mengenai mata. Adakalanya
dilakukan fotokoagulasi laser pada mata untuk membunuh larva.
Pertanyaan dari mahasiswa
• Toksokariasis berasal dari families ascaridae apakah toksocara mempunyai spesies lain dari famili yg sama?
(Lisa Hermawan)
Jawab : Terdapat tiga spesiesToxocara yang sangat penting yaitu Toxocara canis menyerang anak anjing dan
anjing dewasa, Toxocara T. cati menyerang anak kucing dan kucing dewasa, dan Toxocara vitulorum
menyerang anak sapi dan anak kerbau serta induknya.

• Apakah manusia dapat terkena toksokariasis? Jelaskan! ( Celia Yopita)


Jawab : bisa terkena , karena dengan tanah yang terkontaminasi dengan feses kucing dan anjing , lalu larva
akan menetas dan larva stadium du--rya akanbermigrasi dan menembus jaringan atau organ tubuhyang bisa
menyebabkan visceral larval migrans. Untuk itukita perlu waspada adanya penyakit toxocariasis pada hewan
yang memungkinkan bisa tertularnya Toxocara pada manusia .
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai