Skabiosis pada kucing adalah penyakit yang sangat menular (Reddy dan Sivajothi,
2014) disebabkan oleh tungau kecil bernama Notoedres cati. Parasit N. cati dapat
menginfeksi kucing pada segala usia, ras, dan warna, baik jantan maupun betina
dan paling sering menginfeksi anak kucing, Jika dalam rumah yang memiliki
berbagai jenis kucing, scabies dapat menginfeksi lebih dari satu kucing.
Cacing T. cati dapat menular pada kucing secara oral dengan menelan telur
infektif dan hospes paratenik (cacing tanah, kecoa dan rodensia) dan secara
transmammary. Telur cacing yang baru dikeluarkan bersama feses belum infektif. Larva
berkembang dengan kondisi lingkungan yang sesuai hingga mencapai stadium larva
dua yang infektif (Gillespie, 2006).
Larva infektif setelah tertelan oleh kucing akan bermigrasi melalui vena porta
menuju hati dan paru-paru, kemudian dibatukkan sehingga kembali ke saluran
pencernaan dan dewasa di usus halus. Tidak semua larva akan mencapai tahap dewasa
terutama pada hewan betina. Larva akan dormansi di otot dan saat kucing bunting,
larva akan kembali aktif dan ditularkan secara transmammary (Nealma et al., 2013).
Toksokariosis
Metode
Hasil pemeriksaan hematologi rutin menunjukkan peningkatan pada WBC yang mengindikasikan
adanya infeksi serta terjadinya anemia normositik hiperkromik.
Diagnosis
Diagnosis untuk kucing kasus diperoleh berdasarkan hasil anamnesis,
pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan laboratorium yang terdiri dari skin scraping,
hematologi, dan feses dengan metode natif adalah toksokariosis dan skabiosis.
Prognosis
Berdasarkan hasil diagnosis, prognosis kucing tersebut yaitu fausta.
Terapi
Terapi yang diberikan pada kucing kasus, yaitu dengan pemberian pyrantel pamoat
sebanyak 1 ml (25 mg/kg BB) serta injeksi ivermectin 0,02 ml (0,2 mg/kg BB)
secara subkutan. Selain itu, kucing kasus diberikan vitamin B kompleks sebanyak
1⁄2 tablet tiga kali sehari selama lima hari secara per oral.
PEMBAHASAN
• Agustin, Prayuani Dwi Agustin dan J. Mukono. 2015. GAMBARAN KETERPAPARAN TERHADAP
KUCING DENGAN KEJADIAN TOKSOPLASMOSIS PADA PEMELIHARA DAN BUKAN
PEMELIHARA KUCING DI KECAMATAN MULYOREJO, SURABAYA. Jurnal Kesehatan Lingkungan
Vol. 8, No. 1 . Universitas Airlangga Surabaya
• Reddy BS, Sivajothi S. 2014. Notoedric mange associated with malassezia in cats. International Journal of
Veterinary Health Science and Research 2 (01): 18-20.
• Nealma S, Dwinata IM, Oka, IBM. 2013. Prevalensi infeksi cacing toxocara cati pada kucing lokal di
wilayah. Indonesia Medicus Veterinus 2 (4): 428-436.
• Gillespie TR. 2006. Noninvasive assessment of gastrointestinal parasite infections in free ranging primates.
J. Primatol 27 (4): 1129-1143.●Sivajothi S, Sudhakara R, Rayulu VC, Sreedevi C. 2015. Notoedres cati in
cats and its management. J Parasit Dis 39 (2): 303–305.
GAMBARAN
KETERPAPARAN
MANUSIA
Toksoplasmosis
Toksoplasmosis adalah penyakit yang terdapat Gejala klinis yang pada umumnya dirasakan
pada hewan vertebrata dan mampu untuk oleh penderita adalah keluhan pada
menular ke manusia (zoonosis), disebabkan pencernaan seperti mual dan muntah, keluhan
oleh parasit protozoa Toxoplama gondii. pernapasan berupa sesak nafas, sakit kepala,
lemas, nyeri pada otot, serta anemia. Infeksi
toksoplasmosis pada individu dengan
Setelah terjadi infeksi Toxoplasma gondii ke dalam tubuh akan
permasalahan imunnodefi siensi akan
terjadi proses yang terdiri dari tiga tahap yaitu parasitemia, di mengakibatkan manifestasi penyakit dari
mana parasit menyerang organ dan jaringan serta stadium ringan hingga berat bergantung pada
memperbanyak diri dan menghancurkan sel inang. imunodefi siensi yang dirasakan (Ernawati,
Perbanyakan diri ini paling nyata terjadi pada jaringan 2012; Siregar, 2012; Chahaya, 2010;
retikuloendotelial dan otak, di mana parasit mempunyai afi
Gandahusada, 2008; Robert & Janovy, 2001).
nitas paling besar. Pembentukan antibodi merupakan tahap
kedua setelah terjadinya infeksi. Tahap ketiga rnerupakan fase
kronik, terbentuk kista yang menyebar di jaringan otot dan
saraf, yang sifatnya menetap tanpa menimbulkan peradangan
lokal (Chahaya, 2010).
Beberapa teknik yang digunakan untuk diagnosis serologi toksoplasmosis diantaranya adalah Dye test
(Sabin – Feldman dye test), CFT (complement fi xation test), MAT (modifi ed agglutination test), CAT
(card agglutination test), DAT (direct agglutination test), IHA (indirect hemagglutination test) dan LAT
(latex agglutination test), IFA (indirect fl uorescen assay) dan FA (fl uorescen assay), ELISA (enzyme
linked immunosorben assay) dan immunoblotting, serta PCR (polymerase chain reaction). Di Indonesia
penggunaan teknik diagnosis pada hewan saat ini masih terbatas pada CAT dan LAT, sebaliknya pada
manusia menggunakan DAT, IHA dan ELISA. Tujuan utama dari uji serologi adalah melihat reaksi
antibodi toksoplasmosis dalam tubuh penerita. Pada manusia, antibodi yang dilihat adalah
imunoglobulin M (IgM) dan imunoglobulin G (IgG) anti toksoplasmosis (Hanafiah, et al., 2010; Subekti, et
al., 2010; Subekti, 2004).
Apa gejala Toksokariasis pada manusia ?
Pada beberapa orang yang terinfeksi larva Toxocara dalam jumlah besar atau mengalami infeksi berulang,
larva bisa masuk ke berbagai bagian tubuh, misalnya hati, paru-paru, dan sistem saraf pusat, dan biasanya
menyebabkan gejala-gejala seperti demam, batuk, sesak nafas, dan pembesaran hati. Selain itu dapat juga terjadi
ruam pada kulit, pembesaran limpa, atau infeksi paru berulang. Larva juga dapat sampai ke mata, menyebabkan
peradangan dan jaringan parut pada retina. Gangguan ini hanya terjadi pada satu mata, tetapi bisa menyebabkan
kebutaan menetap.
Pada kebanyakan orang dengan toksokariasis, infeksi dapat sembuh dengan sendirinya dan tidak diperlukan
terapi. Obat anti-parasit bisa diberikan jika terjadi gejala yang berat atau infeksi mengenai mata. Adakalanya
dilakukan fotokoagulasi laser pada mata untuk membunuh larva.
Pertanyaan dari mahasiswa
• Toksokariasis berasal dari families ascaridae apakah toksocara mempunyai spesies lain dari famili yg sama?
(Lisa Hermawan)
Jawab : Terdapat tiga spesiesToxocara yang sangat penting yaitu Toxocara canis menyerang anak anjing dan
anjing dewasa, Toxocara T. cati menyerang anak kucing dan kucing dewasa, dan Toxocara vitulorum
menyerang anak sapi dan anak kerbau serta induknya.