Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS: CYSTITIS PADA KUCING PERSIA

Aditya Harinto Purbandaru1) dan Alfarisa Nururrozi2)

1
Mahasiswa Koasistensi Interna Hewan Kecil Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada
2
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Gadjah Mada
Jl. Fauna No. 2, Karangmalang, Yogyakarta 55286
Corresponding author: alfariza.nururrozi@gmail.com

INTISARI

Kucing persia, jantan bernama Moki, umur 1 tahun dengan berat badan 4 kg
pada tanggal 15 Agustus 2019 diperiksa dan memiliki anamnesa urinasi sedikit-
sedikit sejak bulan lalu dengan frekuensi sering, dan mengejan serta pakan yang
diberikan yaitu pakan kering dan pakan basah. Frekuensi nafas 60 kali per menit,
frekuensi pulsus 132 kali per menit, dan panas badan 39,30C. Pada pemeriksaan
kelamin dan perkencingan palpasi ginjal tidak ada respon nyeri, palpasi vesica
urinaria teraba besar berisi urin dan tidak ada respon nyeri. Dilakukan pemasangan
kateter, pemeriksaan darah, pemeriksaan urine, pemeriksaan USG, dan urine kultur
untuk menentukan diagnosa dan pengobatan yang tepat. Hasil pemeriksaan darah
menunjukkan adanya leukositosis disertai neutrofilia dan limfostiopenia. Pada
pemeriksaan fisik urine terlihat warna orange pekat, saat pemeriksaan sedimentasi
terdapat kristal struvit. Pada pemeriksaan dipstik ditemukan adanya protein (+) dan
nitrit (+) di urin kemungkinan akibat adanya infeksi bakterial. Pada pemeriksaan
USG didapatkan adanya kristal pada vesika urinaria, serta terjadi hydronephrosis
pada ginjal kanan dan kiri. Hasil urin yang dikultur pada media Plat Agar Darah
(PAD) berdasarkan identifikasi morfologi koloni dan sel yaitu bakteri
Staphylococcus sp. Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis dan laboratoris, serta
proses perkembangan penyakit, kucing didiagnosa mengalami cystitis dengan
prognosa fausta. Terapi yang digunakan adalah antibiotik amoxicillin, antihistamin,
diuretik shilintong, obat antiradang dexametasone, serta dilakukan flushing melalui
kateter. Pergantian pakan juga dilakukan untuk mempercepat kesembuhan. Selama
proses terapi kucing menunjukkan perkembangan yang cukup berarti. Sedimentasi
kristal struvit yang ditemukan pada urin berkurang dan urine yang keluar sudah
banyak.

Kata kunci: kucing persia, cystitis, kristal struvit.

1
CASE REPORT: CYSTITIS IN PERSIAN CAT

Aditya Harinto Purbandaru1) dan Alfarisa Nururrozi2)

1
Student Co-existence of Internal Medicine Faculty of Veterinary Medicine,
Gadjah Mada University
2
Department of Internal Medicine, Faculty of Veterinary Medicine, Gadjah Mada
University
Jl. Fauna No. 2, Karangmalang, Yogyakarta 55286
Corresponding author: alfariza.nururrozi@gmail.com

ABSTRACT

A persian cat, a male named Moki, aged 1 year old with weight 4 kg was
examined on August 15, 2019, Moki had an anamnesa that difficulty during
urination since last month, with frequent frequency and straining, the given feed is
dry food and wet food. Breath frequency 60 times per minute, pulsus frequency 132
times per minute, and body heat 39,30C. On genital examination and palpation of
the kidneys, there is no pain response, palpation of urinary vesica full of urine and
no pain response. Catheter installation, blood tests, urine examination, ultrasound
examination, bacteria cultur are performed to determine the appropriate treatment.
Blood examination result showed there is leucocytosys accompanied by
neutrophylia and limfositopenia. On physical examination of urine, the color looks
dark orange, during sedimentation examination there was struvite crystal. On
dipstick examination there is protein (+) and nitrite (+) is likely due to bacterial
infection. On ultrasound examination there is a crystal in the vesica urinaria and
hydronephrosis in the right and left kidneys. The results of urine were cultured on
Plat Agar Darah (PAD) based on identification of the colony and cell morphology
that is Staphylococcus sp. Based on the results of clinical and laboratory
examinations, as well as the process of developing the disease, cats were diagnosed
with cystitis with prognosis fausta. The therapies used are antibiotics amoxicillin,
antihistamine, shilintong diuretics, anti-inflammatory drugs dexametasone and
flushing through a catheter. Feed replacement is also done to accelerate recovery.
The cat showed a progressive recovery as the sediment found in the urine keep
decreasing and the urination is good.

Keywords: persian cat, cystitis, struvite crystal.

2
PENDAHULUAN

Feline Urologic Syndrome (FUS) dapat didefinisikan sebagai dysuria dan

hematuria pada kucing baik jantan ataupun betina. Manifestasi dari penyakit ini

antara lain 1) cystitits, 2) urethritis, 3) urethral plug mengandung mukoprotein, 4)

mineral calculi, 5) obstruksi urethra. Faktor predisposisi FUS yaitu umur kucing

dan musim. Kucing dengan umur antara 1-3 tahun berpotensi 79% menderita FUS

(Hanson & Morrison, 1984). Seperti yang dilaporkan Dorsch et al. (2014), dari 302

ekor kucing yang mengalami LUTD terdapat feline idiopathic cystitis (FIC) (55%),

infeksi bakterial saluran urinari (18,9%), uretral plug (10,3%) dan urolithiasis

(7%). Kojrys et al. (2017) juga melaporkan 385 kucing yang mengalami LUTD

terdapat 60,7% mengalami FIC, 17,4% obstruksi uretra akibat plug, 7,8% infeksi

bakterial saluran urinari, 13% mengalami urolitiasis, 1 % terjadinya hiperplasia.

Sindrom FUS/FLUTD ditandai dengan pembentukan kristal di dalam VU

yang kemudian akan menyebabkan inflamasi, pendarahan pada urin, kesulitan

buang air kecil, serta beberapa kasus dapat menyebabkan obstruksi aliran normal

urin keluar dari VU yang dapat menyebabkan kematian (Piney, 2009). Menurut

Apritya (2017), akumulasi kristal mineral pada saluran urinaria dapat menyebabkan

berbagai penyakit seperti: peradangan kandung kemih (cystitis) akibat iritasi dari

kristal pada dinding VU, urolithiasis yaitu pembentukan batu VU, pembentukan

sumbat pada uretra berupa pasir kristal mineral (blockade uretra), dan uremia yaitu

akumulasi zat kimia yang beracun pada aliran darah ketika blockade pada uretra.

Perubahan pH pada urin menjadi basa juga akan memicu munculnya kristal pada

3
urin. Beberapa penelitian terdahulu kristal urin yang sering dijumpai pada kasus

cystitis adalah kristal kalsium oksalat dan struvit (Nelson, 2003).

Cystitis merupakan peradangan pada vesika urinaria yang umum terjadi

pada kucing. Gejala klinis dari penyakit cystitis yaitu disuria (hewan menunjukkan

tanda-tanda nyeri pada setiap usaha urinasi) dan hematuria. Tanda yang lain adalah

terjadi penebalan pada dinding vesika urinaria. Diagnosa penyakit cystitis dapat

diperoleh melalui anamnesa, palpasi abdomen, pemeriksaan fisik, gejala klinis,

urinalisis dengan pemeriksaan sedimen, pemeriksaan kimia darah seperti kadar

ureum dan kreatinin, urin kultur, uroendoscopy dan pemeriksaan USG serta

radiografi (Widmer dkk., 2004). Gejala klinis lainnya depresi, lemah, muntah, nafsu

makan menurun, adanya sumbatan (debris dan kristal membentuk sumbatan di

urethra), uremia (akumulasi produk toksik seperti nitrogen dan kreatinin dalam

aliran darah), hematuria (adanya darah dalam urine), pollakiuria (peningkatan

frekuensi urinasi dengan volume urin yang keluar sedikit), periuria merupakan

urinasi tidak pada tempatnya (tidak di litter box), sering menjilati daerah genital

dan mengeong ketika urinasi, karena terasa sakit (Nelson dkk., 2003). Menurut

Eggertsdorttir dkk. (2007) dan DebRoy dkk. (2010) . Cystitis bacterial mungkin

dapat menjadi penyebab yang penting dari serangan yang berulang. Infeksi bakteri

tersebut memiliki potensi untuk peningkatan infeksi dengan sumbatan. Infeksi

berulang dapat menyebabkan resistensi antibiotik. Pada hewan anjing dan kucing

spesies bakteri yang umum ditemukan adalah Escherichia coli, Streptococci sp,

Staphylococci sp, dan Enterobacter spp. yang merupakan agen bakterial penyakit

pada kasus cystitis.

4
LAPORAN KASUS

Anamnesis dan Sinyalemen

Pada tanggal 15 Agustus 2019 dilakukan pemeriksaan pada kucing Moki,

Persia, jantan, berumur 1 tahun yang memiliki berat badan 4 kg. Pemeriksaan

dilaksanakan di Klinik Hewan Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran

Hewan UGM. Berdasarkan anamnesa yang diperoleh dari pemilik, kucing Moki

urinasi sedikit-sedikit dengan frekuensi sering sejak bulan lalu, tidak ada bercak

darah dan saat urinasi terlihat mengejan, pakan yang diberikan yaitu selalu pakan

kering dan pakan basah, sebelumnya belum pernah dibawa ke dokter hewan dan

diobati, Kucing Moki sudah obat cacing dan belum pernah vaksinasi.

Pemeriksaan Fisik

Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan ekspresi muka kucing Moki tenang

dengan kondisi tubuh gemuk. Frekuensi nafas 60x/menit, frekuensi pulsus

132x/menit dan suhu tubuh 39,3°C. Turgor kulit cepat, rambut tidak ada

kerontokan, dan terdapat lesi/luka dibelakang telinga dan punggung. Konjungtiva

dan ginggiva pink pucat. Pemeriksaan palpasi limfoglandula superfisial tidak ada

kebengkakan. Cermin hidung lembab, tipe nafas thoracoabdominal, auskultasi

pulmo bronchial. Capillary Refill Time (CRT) kurang dari dua detik, auskultasi

jantung ritmis dan sistole-diastole dapat dibedakan. Mulut bersih tidak ada lesi, bau

mulut khas pakan, peristaltik usus normal, anus bersih. Palpasi ginjal tidak ada

abnormalitas bentuk, ukuran dan respon nyeri, vesika urinaria teraba besar berisi

urine tanpa penebalan saat dipalpasi. Refleks pupil, palpebrae, dan pedal merespon

5
dengan baik. Respon pendengaran baik. Kucing dapat berdiri dan berjalan dengan

baik, serta tidak ada kepincangan.

Pemeriksaan ultrasonografi (USG)

Hasil pemeriksaan USG pada tanggal 15 Agustus 2019 didapatkan vesica

urinaria terlihat besar berisi urine tanpa ada penebalan dinding vesica urinaira serta

terlihat adanya kristal di dalam vesika urinaria (Gambar 1). Pada tanggal 22

Agustus 2019 dilakukan kontrol dan didapatkan vesica urniaria terlihat besar berisi

urine tanpa ada penebalan dinding, dan masih terdapat kristal di dalam vesika

urinaria (Gambar 2). Kemudian pada tanggal 28 Agustus 2019 dilakukan

pemeriksaan USG kembali dan didapatkan ginjal kucing moki mengalami

hydronephrosis kemudian vesica urinarianya terlihat kosong.

Gambar 1. Vesika urinaria berisi urin, serta adanya kristal di dalam vesika urinaria
(15 Agustus 2019)

6
Gambar 2. Vesika urinaria berisi urin, serta adanya kristal didalam vesika urinaria
(22 Agustus 2019)

Gambar 3. Ginjal dexter kucing Moki mengalami hydronephrosis (28 Agustus


2019)
Pemeriksaan urinalisis dengan urine dipstick

Pemeriksaan urinalisis menggunakan urine dipstick dilaksanakan pada

tanggal 15 Agustus 2019. Hasil pemeriksaan urinalisis dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil pemeriksaan urinalisis menggunakan urine dipstick.

Parameter Standar* Hasil Pemeriksaan


Berat Jenis 1.015-1.050 1.035
pH 6-6.5 7
Leukosit Negatif +1
Nitrit Negatif +
Protein Negatif +30
Glukosa Negatif -
Keton Negatif -
Urobilinogen ± 12
Bilirubin Negatif ++
Darah/Hb Negatif +10
*Anonim 2017

7
Pemeriksaan Hematologi`
Pemeriksaan hematologi dilakukan dua kali yaitu pada tanggal 15 Agustus

2019 sebelum dilakukan pengobatan dan tanggal 22 Agustus 2019 pasca dilakukan

pengobatan.

Tabel 2. Hasil pemeriksaan darah runtin Kucing Moki tanggal 15 Agustus 2019 dan
7 Agustus 2019.
Parameter Standar Hasil Ket Hasil Ket
15/8/19 22/8/19
Hematokrit 24.0 – 45.0 12 Menurun 44 Normal
(%)
Hemoglobin 9.0 – 15.0 7,2 Menurun 15 Normal
(g/dl)
Eritrosit 5.0 – 10.0 3,28 Menurun 9.15 Normal
(106/μL)
Protein total 6-8 6,9 Normal 7,6 Normal
(g/dl)
Fibrinogen 100-300 501 Meningkat 100 Normal
(mg/dl)
Leukosit 5.500-19.500 22.950 Meningkat 7.300 Normal
(sel/ μL)
Neutrofil 2.500-12.500 21.526 Meningkat 5.329 Normal
(sel/ μL)
Limfosit 1.500-7.000 687 Menurun 438 Menurun
(sel/ μL)
Monosit 0-850 458 Normal 219 Normal
(sel/ μL)
Eosinofil 0-1.500 229 Normal 1.314 Normal
(sel/ μL)
Basofil Rare 0 Normal 0 Normal
(sel/ μL)

Pemeriksaan sedimentasi urine

Koleksi urin dilakukan dengan cara menampung urin yang keluar setelah

kucing dipasang kateter. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan sedimen dengan

sentrifugasi. Pemeriksaan dilakukan 3 kali yaitu pada tanggal 15 Agustus 2019

dengan menggunakan sampel urin sebelum pengobatan, tanggal 22 Agustus 2019

8
selama 1 minggu pengobatan, serta tanggal 29 Agustus 2019 selama 2 minggu

pengobatan. Hasil uji sedimentasi urin tanggal 15 Agustus 2019 menunjukan

adanya kristal berupa struvit (Gambar 4). Sedangkan hasil uji sedimentasi urin

tanggal 22 Agustus 2019 menunjukan sampel urin masih terdapat kristal berupa

struvit, kemudian pada tanggal 29 Agustus 2019 sampel urine masih terdapat kristal

berupa struvit, namun jumlahnya sedikit (Gambar 5).

Gambar 4. Hasil uji sedimentasi urin tanggal 15 Agustus 2019 menunjukkan adanya
kristal struvit.

Gambar 5. Hasil uji sedimentasi urin tanggal 22 Agustus 2019 menunjukkan adanya
kristal struvit

9
Gambar 6. Hasil uji sedimentasi urin tanggal 29 Agustus 2019, menunjukkan masih
ditemukan kristal struvit, namun jumlahnya sedikit.

Pemeriksaan sitologi urin

Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat keberadaan sel apa saja yang

terdapat pada urin. Hasil pemeriksaan sitologi urin yang dilakukan pada tanggal 15

Agustus 2019 dtemukan adanya pecahan kristal struvit dipreparat sitologi urin.

Gambar 7. Hasil sitologi urin tanggal 15 Agustus 2019, menujukkan adanya


pecahan kristal struvit dipreparat sitologi urin.

10
Pemeriksaan mikrobiologi

Sampel urin yang diperoleh selanjutnya dilakukan kultur pada media Plat

Agar Darah (PAD), kemudian di inkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. Setelah

koloni bakteri tumbuh diamati, kemudian dilanjutkan dengan pewarnaan gram

untuk mengidentifikasi morfologi sel bakteri tersebut.

Gambar 8. Morfologi koloni yang tumbuh pada media PAD, berwarna putih, tepi
reguler, bulat, halus, dan convex, serta terlihat zona hemolisa disekitar
koloni yang tumbuh.

Gambar 9. Morfologi sel bakteri pada media PAD dengan pengecatan Gram,
berbentuk coccus dan bergerombol berwarna ungu.

11
Diagnosa dan prognosa

Dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, dan laboratoris yang telah

dilakukan (USG, urinalisis, sedimentasi, sitologi, hematologi, dan mikrobiologi),

kucing Moki didiagnosa Cystitis dengan prognosa fausta.

Penanganan

Proses terapi kucing Moki berlangsung selama kurang lebih dua minggu.

Pada seminggu pertama kucing Moki dirawat jalan dengan pemberian obat injeksi

berupa Amoxicillin 10% (0,4 cc intramuskular), vetedryl (0,4 cc intramuskular),

dan obat peroral berupa Amoxicillin dan CTM secara peroral dua kali sehari selama

5 hari, shilintong 2 tablet diberikan secara per oral dua kali sehari selama 15 hari.

Pengobatan minggu ke 2 kucing moki di rawat inap di Klinik Hewan UGM dengan

terapi berupa lanjutan pemberian shilintong dan flushing vesica urinaria dengan

NaCl fisiologis 0,9% dua kali sehari selama 5 hari dan sebelum pulang diberikan

tambahan obat peroral berupa Dexamethasone dan Vitamin C sehari sekali selama

5 hari.

12
PEMBAHASAN

Tanggal 15 Agustus 2019 dari hasil anamnesa diperoleh keterangan bahwa

kucing Moki, jenis persia, berjenis kelamin jantan, berumur 1 tahun dengan berat

badan 1 kg dengan keluhan urinasi sedikit-sedikit dengan frekuensi sering sejak

bulan lalu, tidak ada bercak darah di urine dan saat urinasi terlihat

mengejan/kesusahan, sebelumnya belum pernah dibawa ke dokter hewan dan

diobati, serta pakan yang diberikan yaitu selalu pakan kering dan pakan basah.

Menurut Eldredge (2008). Feline Urologic Syndrome (FUS) yang juga dikenal

sebagai Feline Lower Urinary Tract Disease (FLUTD) dapat didefinisikan sebagai

dysuria dan hematuria pada kucing baik jantan ataupun betina. Manifestasi dari

penyakit ini antara lain salah satunya adalah Cystitis yang dapat ditandai dengan

gejala periuria (urinasi tidak pada tempat seharusnya), hematuria (adanya darah

dalam urin), dysuria (kesakitan saat urinasi), pollakiuria (peningkatan frekuensi

urinasi namun volume yang keluar sedikit) dengan atau tanpa obstruksi saluran

urinari. Gejala lain dari kucing yang menderita gangguan pada saluran urinasi

adalah adanya rasa sakit saat urinasi (stranguria) serta terjadi kenaikan tekanan pada

vesika urinaria sehingga kucing akan tampak gelisah dan kesakitan saat urinasi

(Nelson dkk, 2003).

Pemeriksaan dengan ultrasonografi (USG) dilakukan pada tanggal 15

Agustus 2019, 22 Agustus 2019 dan 28 Agustus 2019 untuk mengetahui kondisi

ginjal dan vesika urinaria. Hasil pemeriksaan ginjal dengan USG pada tanggal 15

Agustus dan 22 Agustus 2019 menunjukkan bahwa tidak ada abnormalitas bentuk

maupun ukuran pada ginjal. Kemudian pada pemeriksaan ginjal dengan USG pada

13
tanggal 28 Agustus 2019 menunjukkan terjadinya hydronephrosis pada ginjal

kucing Moki. Menurut Birchard dan Sherding (2000) adanya urolith dalam ginjal

yang masuk ke ureter sehingga menyebabkan obstruksi dapat memicu terjadinya

hydronephrosis karena urolith dapat menghambat aliran urine sehingga nantinya

akan terjadi diltasi diruangan pelvis renalis akibat kompresi atrofi jaringan ginjal.

Pada pemeriksaan vesika urinaria terlihat vesika urinaria besar terisi dengan urine

tanpa ada penebalan dinding, serta terdapat kristal dan serpihan – serpihan kristal

(urolith) yang bersifat hiperechoic pada USG (Gambar 3). Pada VU yang normal

tidak terdapat kristal yang bersifat hiperechoic melainkan hanya berisi urin yang

bersifat anechoic. Pada kasus Feline Urologic Syndrome sering ditemukannya

kristal pada vesica urinaria. (Hanson and Morrison, 1984).

Pemeriksaan urin yang dilakukan adalah pemeriksaan fisik, mikroskopik,

dan urinalisis dengan menggunakan kertas dipstick. Pemeriksaan mikroskopik urin

bertujuan untuk mengetahui adanya kristal dalam urin. Hasil kristal yang ditemukan

dalam urin kucing Moki adalah kristal struvit (magnesium ammonius fosfat).

Kristal struvit menyebabkan terjadinya obstruksi vesika urinaria dan luka pada

uretra dan ureter. Hal ini dapat menyebabkan vesika urinaria mengalami

keradangan/kebengkakan. Obstruksi ini dapat menyebabkan disuria hingga

hematuria (Nelson, 2003). Hasil pemeriksaan urinalisis dengan menggunakan

dipstick dilaksanakan pada tanggal 15 Agustus 2019 ditunjukan pada Tabel 1,

menunjukan adanya leukosit, nitrit, protein, bilirubin, dan darah di dalam urin.

Leukosit dalam urin menunjukkan terjadi peradangan pada saluran urinaria, tetapi

pemeriksaan leukosit dipstick kurang sensitif untuk mendeteksi pyuria pada kucing

14
dan kurang spesifik, serta mempunyai tingkat positif palsu yang tinggi. Proteinuria

dan hematuria dapat terjadi karena adanya hemoragi atau inflamasi di saluran

urinaria, dimana terdapat protein plasma dalam urin. Sedangkan pemeriksaan nitrit

dipstick dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya bakteriuria, tetapi tidak

semua bakteri penyebab infeksi saluran urinaria dapat mereduksi nitrat menjadi

nitrit (Nugroho dan Majdawati, 2012; Chew dan Dibartola, 2004). Menurut Rotoro

(1992), bilirubin muncul ketika terjadi kasus hepatitis akut, kholesistitis akut,

kholestisiasis, dan nekrosa hati. Ikterus terjadi jika pigmen bilirubin terdapat

berlebihan di dalam plasma dan tertimbun di dalam jaringan lainnya, sehingga

memberikan warna kuning pada alat-alat tubuh. Secara umum, bilirubin akan

berikatan dengan albumin di dalam peredaran darah kemudian akan terurai di dalam

hati dan sebagian lagi disekresikan ke dalam urine.

Pengecekan pH urin menunjukan hasil pH berkisar 7. Menurut Case dkk.

(2011) pH normal urin kucing yaitu berkisar 6,0 – 6,5. Hasil tersebut menunjukan

bahwa pH urin kucing Moki diatas normal atau basa. Menurut Nelson (2003)

kondisi pH urin basa, akan menjadi precursor pembentukan Kristal urolit. Kristal

yang terbentuk pada pH urin basa yaitu kalsium oksalat dan struvit. Kucing yang

diberi pakan kering secara terus-menerus akan meningkatkan terjadinya

penyerapan Mg dan mineral-mineral lainnya. Pada pakan kering terkandung ion-

ion MgO2 dan MgSO4 yang bersifat basa. Urine yang bersifat basa akan membuat

ion Mg, phospat, dan amonium akan mengkristal membentuk kristal struvit. Kristal

ini yang akan menyebabkan obstruksi vesica urinaria dan kelukaan pada uretra dan

ureter. Hal tersebut dapat menyebabkan keradangan pada vesica urinaria sehingga

15
membengkak. Obstruksi akibat kristal menyebabkan kucing mengalami disuria

hingga hematuria.

Hasil pemeriksaan hematologi rutin yang dilakukan sebanyak dua kali

pada tanggal 15 Agustus 2019 dan 22 Agustus 2019 terlihat pada Tabel 2. Hasil

pemeriksaan darah rutin pertama sebelum dilakukan pengobatan menunjukan

adanya anemia dan leukositosis disertai dengan neutrofilia serta limfositopenia.

Leukositosis dan neutrofilia merupakan indikasi adanya infeksi karena bakteri

karena berkaitan dengan fungsi neutrofil yang berperan melindungi tubuh melawan

infeksi bakteri dan mencerna benda asing sisa peradangan yang berhubungan

dengan fungsi primernya yaitu fagositosis dan bakterisidal. Penyebab

limfositopenia adalah peningkatan konsentrasi steroid darah yang berhubungan

dengan stres (Salasia dan Hariono, 2010). Hasil pemeriksaan darah rutin pada

tanggal 22 Agustus 2019/ seminggu setelah dilakukan pengobatan hanya

menunjukkan gambaran limfositopenia saja, sedangkan gambaran darah lainnya

normal.

Hasil pemeriksaan sitologi urin kucing Moki ditemukan adanya pecahan

kristal struvit. Menurut Nelson, dkk. (2013) akumulasi urolith pada vesica urinaria

dapat menyebabkan rupturnya dinding vesica urinaria dan rupturnya saluran pada

uretra. Pecahan urolith atau kalkuli yang terbawa melalui uretra juga akan

mengakibatkan radang sehingga pembuluh darah pada dinding saluran

perkencingan pecah dan memicu keluarnya darah yang terbawa pada urin. Kristal

tersebut akan menyebabkan inflamasi dan kelukaan pada saluran urin sehingga

bakteri akan masuk dan menginfeksi organ.

16
Kultur urin merupakan prosedur yang tepat untuk mengetahui diagnosa dari

penyakit Urinary Tract Infection (UTI). ). Menurut Eggertsdorttir dkk. (2007) dan

DebRoy dkk. (2010) Cystitis bacterial mungkin dapat menjadi penyebab yang

penting dari serangan yang berulang. Infeksi bakteri tersebut memiliki potensi

untuk peningkatan infeksi dengan sumbatan. Infeksi berulang dapat menyebabkan

resistensi antibiotik. Pada hewan anjing dan kucing spesies bakteri yang umum

ditemukan adalah Escherichia coli, Streptococci sp, Staphylococci sp, dan

Enterobacter spp. yang merupakan agen bakterial penyakit pada kasus cystitis..

Hasil isolasi mikroorganisme yang dikultur dari sampel urin kucing Moki pada

media Plat Agar Darah (PAD) adalah bakteri Staphylococcus sp. berdasarkan

morfologi koloni yaitu berwarna putih, tepi regular, bulat, halus dan convex. Selain

itu, terdapat zona hemolisa di sekitar pertumbuhan koloni (Gambar 6). Sedangkan

morfologi sel yang diamati setelah dilakukan pewarnaan Gram yaitu berbentuk

coccus dan bergerombol berwarna ungu yang bersifat Gram positif. Quinn dkk.

(2002), menerangkan bahwa morfologi koloni bakteri Staphylococcus sp. berwarna

putih dengan tepi regular, bulat, halus, opaque, convex dan diameter koloni bisa

mencapai 4 mm setelah 48 jam inkubasi. Bakteri ini bersifat non motil, non

sporulasi, sebagian besar spesies merupakan fakultatif anaerob dengan metabolism

fermentative. Menurut Markey dkk. (2013), bakteri Staphylococcus sp. mampu

menghemolisa eritrosit pada media Plat Agar Darah (PAD) sehingga membentuk

zona hemolisa di sekitar pertumbuhan koloni.

17
Proses terapi kucing Moki berlangsung lama, kurang lebih selama dua

minggu. Penjelasan pemberian terapi untuk kasus FLUTD kucing Moki adalah

sebagai berikut;

Amoxicillin adalah jenis antibiotik berspektrum luas yang bekerja dengan

cara menghambat sintesis dinding sel bakteri. Penghambatan dilakukan dengan cara

menghambat sintesis mucoptide yang terdapat pada dinding sel bakteri sehingga

barrier dan osmolaritas sel tergangu. Amoxicillin termasuk dalam golongan beta-

laktam yang bekerja dengan cara mengikat enzim carboxypeptidase,

transpeptodase, dan endopeptidase yang berfungsi dalam proses sintesis dinding

sel bakteri. Dosis yang digunakan pada kucing untuk melawan infeksi bakteri Gram

positif 10mg/kg BB dapat diberikan secara peroral, intramuskular, maupun

subkutan sehari dua kali (q12h), sedangkan untuk melawan infeksi bakteir Gram

negatif dosis yang digunakan adalah 20 mg/kg BB peroral, tiga kali sehari (q18)

dan dua kali sehari apabila diberikan secara intramuskular atau subkutan (Plumb,

2008).

Chlorpheniramine maleate (CTM) merupakan senyawa antihistamin yang

dapat mereduksi efek histamin tubuh. Histamin dapat mengakibatkan munculnya

kemerahan pada kulit, kebengkakan, rasa sakit, peningkatan denyut jantung, dan

penurunan tekanan darah saat berikatan dengan reseptor H1 tubuh. Histamin

merupakan mediator reaksi alergi dan radang yang penting bagi tubuh. Penggunaan

CTM pada hewan dapat menyebabkan efek tenang sehingga dapat digunakan

sebagai trankuilais sedang, dan dapat dimanfaatkan untuk mengurangi kegelisahan

pasien akibat reaksi radang yang berlangsung. Dosis CTM adalah 0,25 mg\kg BB

18
(Plumb, 2008). Pemberian CTM pada kucing Moki ditujukan untuk mengurangi

ketidaknyamanan akibat inflamasi yang berlangsung (Anonim, 2016).

Dexamethasone diberikan secara peroral selama 5 hari (28 Agustus 2019-

1 September 2019) Dexamethasone digunakan sebagai immunosupressant,

antiradang, dan terapi simtomatik untuk adanya inflamasi. Dosis yang digunakan

0,125mg/KgBB q24h IM (Plumb, 2008). Pemberian Dexamethasone

dikombinasikan dengan vitamin C sebagai terapi suportif untuk mebantu proses

penyembuhan dari penyakit dan meningkatkan kekebalan tubuh dari kucing.

Obat berikutnya adalah shilintong yang diberikan per oral sehari 2 kali

sebanyak dua tablet selama 15 hari. Shilintong merupakan obat herbal yang

mengandung Desmodium styracifolium. Kandungan tersebut dapat menghambat

ekskresi kalsium urin, meningkatkan sitrat pada urin dan secara signifikan

mengurangi pembentukan urolith (Huang 1998). Menurut Huang (1998), aksi dari

Desmodium styracifolium ini yaitu sebagai agen koleretik yang dapat merelaksasi

ductus biliverus dan meningkatkan sekresi empedu. Selain itu, kandungan ini juga

memiliki sifat sebagai antibakterial.

Selama proses terapi perkembangan kucing Moki cukup signifikan

meskipun prosesnya sangat lama. Pemeriksaan urin tanggal 29 Agustus 2018

menunjukkan bahwa kristal yang terdapat pada urin masih namun jumlahnya sudah

sedikit dan sudah terpecah-pecah. Kucing Moki menunjukkan peningkatan kondisi

tubuh ditunjukkan dengan nafsu makan-minum yang masih tetap baik dan urinasi

sudah mulai lancar dan volume urinenya banyak.

19
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, dan laboratorium yang

dilakukan (USG, urinalisis, sitologi, hematologi, dan kultur bakteri), kucing Moki

didiagnosa Cystitis dengan prognosa fausta.

Saran

Edukasi pemilik hewan mengenai perawatan dan manajemen pakan sangat

diperlukan. Manajemen perawatan kucing, termasuk di dalamnya pemilihan pakan,

kondisi lingkungan pemeliharaan, kebersihan kandang dan litterbox, interaksi

dengan pemilik dan hewan lain dapat memengaruhi stres pada kucing yang dapat

berdampak pada kesehatannya juga. Pakan dengan kandungan magnesium dan

kalsium yang tinggi dapat menyebabkan terbentuknya urolit sedangkan stres dapat

memperparah keadaan kucing tersebut. Kejelian pemilik untuk mengetahui

kebiasaan hewan peliharaannya juga diperlukan untuk mewaspadai gejala awal

munculnya gangguan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Apritya, D., Yunani, R.,dan Widyawati, R. 2017. Analisis Urin Kasus Urolithiasis
Pada Kucing Tahun 2017 di Surabaya. J. Agroveteriner (2017) Vol. 6 No.
1: 82-85.
Birchard SJ dan Sherding RG. 2000. Saunders Manual of Small Animal Practice.
Edisi ke-2. Pennsylvania: W. B. Saunders Company. Hlm. 913-957.
Case, L., Daristottle, L., Hayek, M., & Raasch, M. 2011. Canine and Feline
Nutrition-E Book: A Resource for Companion Animal Professionals 3rd
Edition. Missouri: Elsevier.
Chew, D., & Dibartola, S. 2004. Interpretation of Canine and Feline Urinalysis.
USA: Nestle Purina.
DebRoy C, Sidhu MS, Sarker U, Jayarao BM, Stell AL, Bell NP, dan Johnson TJ.
2010. Complete sequence of pEC14_114, a highly conserved IncFIB/FIIA
plasmid associated with uropathogenic Escherichia coli cystitis strains.
Jour Plasinid. 63(1):53-60.
Eggrtsdoritir AV. Lund HS, Krontveit R, dan Sorum H. 2007. Bacteriuria in cats
with feline lower urinary tract disease: a clinical study of 134 cases in
Norway. J felin med surg. 9(6): 458-465.
Eldredge, D.M., Carlson, D.G., Carson, L.D., dan Giffin, J.M. 2008. Cats owners
Home Veterrinary Hanbook Third Edition. USA : Blackwell Publishing.
Hal : 276.
Hanson, P.R., and W.B. Morrison. 1984. Feline Urologic Syndrome in the Male
Cat. Iowa State UniversityVeterinarian Vol. 46 (1): 10-15.

Huang, Kee C. 1998. The Pharmacology of Chinese Herbs: Second Edition.


Washington: CRC Press.
Markey, B.K., Leonard, F.C., Archambault, M., Cullinane, A., Maguire, D. 2013.
Clinical Veterinary Microbiologi 2nd edition. China: Mosby Elsevier
Nelson, R.W. and Couto, C.G. 2003. Small Animal Internal Medicine 3rd Edition.
London : Mosby Inc. Missoury. Hal :630

Nugroho, P.S. dan Majdawati, A. 2012. Hubungan Penebalan Dinding Kandung


Kemih pada Ultrasonografi dengan Nitrit Urin pada Penderita Klinis
Sistitis. Jurnal Kedpkteran Yarsi 20 (1) : 023-028 (2012).

Pinney CC. 2009. Feline Lower Urinary Tract Disease. http://maxshouse.com/

Plumb, D. C 2008. Plumb’s Veterinary Drug Handbook Sixth Edition. Blackwell


Publishing: USA

21
Rotoro, S. 1992. Tinjauan Beberapa Manfaat Klinik dari Analisa Urine Anjing
Melalui Pemahaman Proses Pembentukan Urine dan Penetapan Nilai
Urine Sehat. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

Salasia, S. I., & Hariono, B. 2010. Patologi Klinik Veteriner Kasus Patologi Klinis.
Yogyakarta: Penerbit Samudra Biru

Widmer WR, Biller DS dan Larry GA. 2004. Ultrasonography of the Urinary
Tract in Small Animals. Journal of the American Veterinary Medical
Association. 225(1): 46-54.

22

Anda mungkin juga menyukai