1
Mahasiswa Koasistensi Interna Hewan Kecil Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada
2
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Gadjah Mada
Jl. Fauna No. 2, Karangmalang, Yogyakarta 55286
Corresponding author: alfariza.nururrozi@gmail.com
INTISARI
Kucing persia, jantan bernama Moki, umur 1 tahun dengan berat badan 4 kg
pada tanggal 15 Agustus 2019 diperiksa dan memiliki anamnesa urinasi sedikit-
sedikit sejak bulan lalu dengan frekuensi sering, dan mengejan serta pakan yang
diberikan yaitu pakan kering dan pakan basah. Frekuensi nafas 60 kali per menit,
frekuensi pulsus 132 kali per menit, dan panas badan 39,30C. Pada pemeriksaan
kelamin dan perkencingan palpasi ginjal tidak ada respon nyeri, palpasi vesica
urinaria teraba besar berisi urin dan tidak ada respon nyeri. Dilakukan pemasangan
kateter, pemeriksaan darah, pemeriksaan urine, pemeriksaan USG, dan urine kultur
untuk menentukan diagnosa dan pengobatan yang tepat. Hasil pemeriksaan darah
menunjukkan adanya leukositosis disertai neutrofilia dan limfostiopenia. Pada
pemeriksaan fisik urine terlihat warna orange pekat, saat pemeriksaan sedimentasi
terdapat kristal struvit. Pada pemeriksaan dipstik ditemukan adanya protein (+) dan
nitrit (+) di urin kemungkinan akibat adanya infeksi bakterial. Pada pemeriksaan
USG didapatkan adanya kristal pada vesika urinaria, serta terjadi hydronephrosis
pada ginjal kanan dan kiri. Hasil urin yang dikultur pada media Plat Agar Darah
(PAD) berdasarkan identifikasi morfologi koloni dan sel yaitu bakteri
Staphylococcus sp. Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis dan laboratoris, serta
proses perkembangan penyakit, kucing didiagnosa mengalami cystitis dengan
prognosa fausta. Terapi yang digunakan adalah antibiotik amoxicillin, antihistamin,
diuretik shilintong, obat antiradang dexametasone, serta dilakukan flushing melalui
kateter. Pergantian pakan juga dilakukan untuk mempercepat kesembuhan. Selama
proses terapi kucing menunjukkan perkembangan yang cukup berarti. Sedimentasi
kristal struvit yang ditemukan pada urin berkurang dan urine yang keluar sudah
banyak.
1
CASE REPORT: CYSTITIS IN PERSIAN CAT
1
Student Co-existence of Internal Medicine Faculty of Veterinary Medicine,
Gadjah Mada University
2
Department of Internal Medicine, Faculty of Veterinary Medicine, Gadjah Mada
University
Jl. Fauna No. 2, Karangmalang, Yogyakarta 55286
Corresponding author: alfariza.nururrozi@gmail.com
ABSTRACT
A persian cat, a male named Moki, aged 1 year old with weight 4 kg was
examined on August 15, 2019, Moki had an anamnesa that difficulty during
urination since last month, with frequent frequency and straining, the given feed is
dry food and wet food. Breath frequency 60 times per minute, pulsus frequency 132
times per minute, and body heat 39,30C. On genital examination and palpation of
the kidneys, there is no pain response, palpation of urinary vesica full of urine and
no pain response. Catheter installation, blood tests, urine examination, ultrasound
examination, bacteria cultur are performed to determine the appropriate treatment.
Blood examination result showed there is leucocytosys accompanied by
neutrophylia and limfositopenia. On physical examination of urine, the color looks
dark orange, during sedimentation examination there was struvite crystal. On
dipstick examination there is protein (+) and nitrite (+) is likely due to bacterial
infection. On ultrasound examination there is a crystal in the vesica urinaria and
hydronephrosis in the right and left kidneys. The results of urine were cultured on
Plat Agar Darah (PAD) based on identification of the colony and cell morphology
that is Staphylococcus sp. Based on the results of clinical and laboratory
examinations, as well as the process of developing the disease, cats were diagnosed
with cystitis with prognosis fausta. The therapies used are antibiotics amoxicillin,
antihistamine, shilintong diuretics, anti-inflammatory drugs dexametasone and
flushing through a catheter. Feed replacement is also done to accelerate recovery.
The cat showed a progressive recovery as the sediment found in the urine keep
decreasing and the urination is good.
2
PENDAHULUAN
hematuria pada kucing baik jantan ataupun betina. Manifestasi dari penyakit ini
mineral calculi, 5) obstruksi urethra. Faktor predisposisi FUS yaitu umur kucing
dan musim. Kucing dengan umur antara 1-3 tahun berpotensi 79% menderita FUS
(Hanson & Morrison, 1984). Seperti yang dilaporkan Dorsch et al. (2014), dari 302
ekor kucing yang mengalami LUTD terdapat feline idiopathic cystitis (FIC) (55%),
infeksi bakterial saluran urinari (18,9%), uretral plug (10,3%) dan urolithiasis
(7%). Kojrys et al. (2017) juga melaporkan 385 kucing yang mengalami LUTD
terdapat 60,7% mengalami FIC, 17,4% obstruksi uretra akibat plug, 7,8% infeksi
buang air kecil, serta beberapa kasus dapat menyebabkan obstruksi aliran normal
urin keluar dari VU yang dapat menyebabkan kematian (Piney, 2009). Menurut
Apritya (2017), akumulasi kristal mineral pada saluran urinaria dapat menyebabkan
berbagai penyakit seperti: peradangan kandung kemih (cystitis) akibat iritasi dari
kristal pada dinding VU, urolithiasis yaitu pembentukan batu VU, pembentukan
sumbat pada uretra berupa pasir kristal mineral (blockade uretra), dan uremia yaitu
akumulasi zat kimia yang beracun pada aliran darah ketika blockade pada uretra.
Perubahan pH pada urin menjadi basa juga akan memicu munculnya kristal pada
3
urin. Beberapa penelitian terdahulu kristal urin yang sering dijumpai pada kasus
pada kucing. Gejala klinis dari penyakit cystitis yaitu disuria (hewan menunjukkan
tanda-tanda nyeri pada setiap usaha urinasi) dan hematuria. Tanda yang lain adalah
terjadi penebalan pada dinding vesika urinaria. Diagnosa penyakit cystitis dapat
ureum dan kreatinin, urin kultur, uroendoscopy dan pemeriksaan USG serta
radiografi (Widmer dkk., 2004). Gejala klinis lainnya depresi, lemah, muntah, nafsu
urethra), uremia (akumulasi produk toksik seperti nitrogen dan kreatinin dalam
frekuensi urinasi dengan volume urin yang keluar sedikit), periuria merupakan
urinasi tidak pada tempatnya (tidak di litter box), sering menjilati daerah genital
dan mengeong ketika urinasi, karena terasa sakit (Nelson dkk., 2003). Menurut
Eggertsdorttir dkk. (2007) dan DebRoy dkk. (2010) . Cystitis bacterial mungkin
dapat menjadi penyebab yang penting dari serangan yang berulang. Infeksi bakteri
berulang dapat menyebabkan resistensi antibiotik. Pada hewan anjing dan kucing
spesies bakteri yang umum ditemukan adalah Escherichia coli, Streptococci sp,
Staphylococci sp, dan Enterobacter spp. yang merupakan agen bakterial penyakit
4
LAPORAN KASUS
Persia, jantan, berumur 1 tahun yang memiliki berat badan 4 kg. Pemeriksaan
Hewan UGM. Berdasarkan anamnesa yang diperoleh dari pemilik, kucing Moki
urinasi sedikit-sedikit dengan frekuensi sering sejak bulan lalu, tidak ada bercak
darah dan saat urinasi terlihat mengejan, pakan yang diberikan yaitu selalu pakan
kering dan pakan basah, sebelumnya belum pernah dibawa ke dokter hewan dan
diobati, Kucing Moki sudah obat cacing dan belum pernah vaksinasi.
Pemeriksaan Fisik
132x/menit dan suhu tubuh 39,3°C. Turgor kulit cepat, rambut tidak ada
dan ginggiva pink pucat. Pemeriksaan palpasi limfoglandula superfisial tidak ada
pulmo bronchial. Capillary Refill Time (CRT) kurang dari dua detik, auskultasi
jantung ritmis dan sistole-diastole dapat dibedakan. Mulut bersih tidak ada lesi, bau
mulut khas pakan, peristaltik usus normal, anus bersih. Palpasi ginjal tidak ada
abnormalitas bentuk, ukuran dan respon nyeri, vesika urinaria teraba besar berisi
urine tanpa penebalan saat dipalpasi. Refleks pupil, palpebrae, dan pedal merespon
5
dengan baik. Respon pendengaran baik. Kucing dapat berdiri dan berjalan dengan
urinaria terlihat besar berisi urine tanpa ada penebalan dinding vesica urinaira serta
terlihat adanya kristal di dalam vesika urinaria (Gambar 1). Pada tanggal 22
Agustus 2019 dilakukan kontrol dan didapatkan vesica urniaria terlihat besar berisi
urine tanpa ada penebalan dinding, dan masih terdapat kristal di dalam vesika
Gambar 1. Vesika urinaria berisi urin, serta adanya kristal di dalam vesika urinaria
(15 Agustus 2019)
6
Gambar 2. Vesika urinaria berisi urin, serta adanya kristal didalam vesika urinaria
(22 Agustus 2019)
tanggal 15 Agustus 2019. Hasil pemeriksaan urinalisis dapat dilihat pada Tabel 1.
7
Pemeriksaan Hematologi`
Pemeriksaan hematologi dilakukan dua kali yaitu pada tanggal 15 Agustus
2019 sebelum dilakukan pengobatan dan tanggal 22 Agustus 2019 pasca dilakukan
pengobatan.
Tabel 2. Hasil pemeriksaan darah runtin Kucing Moki tanggal 15 Agustus 2019 dan
7 Agustus 2019.
Parameter Standar Hasil Ket Hasil Ket
15/8/19 22/8/19
Hematokrit 24.0 – 45.0 12 Menurun 44 Normal
(%)
Hemoglobin 9.0 – 15.0 7,2 Menurun 15 Normal
(g/dl)
Eritrosit 5.0 – 10.0 3,28 Menurun 9.15 Normal
(106/μL)
Protein total 6-8 6,9 Normal 7,6 Normal
(g/dl)
Fibrinogen 100-300 501 Meningkat 100 Normal
(mg/dl)
Leukosit 5.500-19.500 22.950 Meningkat 7.300 Normal
(sel/ μL)
Neutrofil 2.500-12.500 21.526 Meningkat 5.329 Normal
(sel/ μL)
Limfosit 1.500-7.000 687 Menurun 438 Menurun
(sel/ μL)
Monosit 0-850 458 Normal 219 Normal
(sel/ μL)
Eosinofil 0-1.500 229 Normal 1.314 Normal
(sel/ μL)
Basofil Rare 0 Normal 0 Normal
(sel/ μL)
Koleksi urin dilakukan dengan cara menampung urin yang keluar setelah
8
selama 1 minggu pengobatan, serta tanggal 29 Agustus 2019 selama 2 minggu
adanya kristal berupa struvit (Gambar 4). Sedangkan hasil uji sedimentasi urin
tanggal 22 Agustus 2019 menunjukan sampel urin masih terdapat kristal berupa
struvit, kemudian pada tanggal 29 Agustus 2019 sampel urine masih terdapat kristal
Gambar 4. Hasil uji sedimentasi urin tanggal 15 Agustus 2019 menunjukkan adanya
kristal struvit.
Gambar 5. Hasil uji sedimentasi urin tanggal 22 Agustus 2019 menunjukkan adanya
kristal struvit
9
Gambar 6. Hasil uji sedimentasi urin tanggal 29 Agustus 2019, menunjukkan masih
ditemukan kristal struvit, namun jumlahnya sedikit.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat keberadaan sel apa saja yang
terdapat pada urin. Hasil pemeriksaan sitologi urin yang dilakukan pada tanggal 15
Agustus 2019 dtemukan adanya pecahan kristal struvit dipreparat sitologi urin.
10
Pemeriksaan mikrobiologi
Sampel urin yang diperoleh selanjutnya dilakukan kultur pada media Plat
Agar Darah (PAD), kemudian di inkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. Setelah
Gambar 8. Morfologi koloni yang tumbuh pada media PAD, berwarna putih, tepi
reguler, bulat, halus, dan convex, serta terlihat zona hemolisa disekitar
koloni yang tumbuh.
Gambar 9. Morfologi sel bakteri pada media PAD dengan pengecatan Gram,
berbentuk coccus dan bergerombol berwarna ungu.
11
Diagnosa dan prognosa
Penanganan
Proses terapi kucing Moki berlangsung selama kurang lebih dua minggu.
Pada seminggu pertama kucing Moki dirawat jalan dengan pemberian obat injeksi
dan obat peroral berupa Amoxicillin dan CTM secara peroral dua kali sehari selama
5 hari, shilintong 2 tablet diberikan secara per oral dua kali sehari selama 15 hari.
Pengobatan minggu ke 2 kucing moki di rawat inap di Klinik Hewan UGM dengan
terapi berupa lanjutan pemberian shilintong dan flushing vesica urinaria dengan
NaCl fisiologis 0,9% dua kali sehari selama 5 hari dan sebelum pulang diberikan
tambahan obat peroral berupa Dexamethasone dan Vitamin C sehari sekali selama
5 hari.
12
PEMBAHASAN
kucing Moki, jenis persia, berjenis kelamin jantan, berumur 1 tahun dengan berat
bulan lalu, tidak ada bercak darah di urine dan saat urinasi terlihat
diobati, serta pakan yang diberikan yaitu selalu pakan kering dan pakan basah.
Menurut Eldredge (2008). Feline Urologic Syndrome (FUS) yang juga dikenal
sebagai Feline Lower Urinary Tract Disease (FLUTD) dapat didefinisikan sebagai
dysuria dan hematuria pada kucing baik jantan ataupun betina. Manifestasi dari
penyakit ini antara lain salah satunya adalah Cystitis yang dapat ditandai dengan
gejala periuria (urinasi tidak pada tempat seharusnya), hematuria (adanya darah
urinasi namun volume yang keluar sedikit) dengan atau tanpa obstruksi saluran
urinari. Gejala lain dari kucing yang menderita gangguan pada saluran urinasi
adalah adanya rasa sakit saat urinasi (stranguria) serta terjadi kenaikan tekanan pada
vesika urinaria sehingga kucing akan tampak gelisah dan kesakitan saat urinasi
Agustus 2019, 22 Agustus 2019 dan 28 Agustus 2019 untuk mengetahui kondisi
ginjal dan vesika urinaria. Hasil pemeriksaan ginjal dengan USG pada tanggal 15
Agustus dan 22 Agustus 2019 menunjukkan bahwa tidak ada abnormalitas bentuk
maupun ukuran pada ginjal. Kemudian pada pemeriksaan ginjal dengan USG pada
13
tanggal 28 Agustus 2019 menunjukkan terjadinya hydronephrosis pada ginjal
kucing Moki. Menurut Birchard dan Sherding (2000) adanya urolith dalam ginjal
akan terjadi diltasi diruangan pelvis renalis akibat kompresi atrofi jaringan ginjal.
Pada pemeriksaan vesika urinaria terlihat vesika urinaria besar terisi dengan urine
tanpa ada penebalan dinding, serta terdapat kristal dan serpihan – serpihan kristal
(urolith) yang bersifat hiperechoic pada USG (Gambar 3). Pada VU yang normal
tidak terdapat kristal yang bersifat hiperechoic melainkan hanya berisi urin yang
bertujuan untuk mengetahui adanya kristal dalam urin. Hasil kristal yang ditemukan
dalam urin kucing Moki adalah kristal struvit (magnesium ammonius fosfat).
Kristal struvit menyebabkan terjadinya obstruksi vesika urinaria dan luka pada
uretra dan ureter. Hal ini dapat menyebabkan vesika urinaria mengalami
menunjukan adanya leukosit, nitrit, protein, bilirubin, dan darah di dalam urin.
Leukosit dalam urin menunjukkan terjadi peradangan pada saluran urinaria, tetapi
pemeriksaan leukosit dipstick kurang sensitif untuk mendeteksi pyuria pada kucing
14
dan kurang spesifik, serta mempunyai tingkat positif palsu yang tinggi. Proteinuria
dan hematuria dapat terjadi karena adanya hemoragi atau inflamasi di saluran
urinaria, dimana terdapat protein plasma dalam urin. Sedangkan pemeriksaan nitrit
dipstick dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya bakteriuria, tetapi tidak
semua bakteri penyebab infeksi saluran urinaria dapat mereduksi nitrat menjadi
nitrit (Nugroho dan Majdawati, 2012; Chew dan Dibartola, 2004). Menurut Rotoro
(1992), bilirubin muncul ketika terjadi kasus hepatitis akut, kholesistitis akut,
kholestisiasis, dan nekrosa hati. Ikterus terjadi jika pigmen bilirubin terdapat
memberikan warna kuning pada alat-alat tubuh. Secara umum, bilirubin akan
berikatan dengan albumin di dalam peredaran darah kemudian akan terurai di dalam
(2011) pH normal urin kucing yaitu berkisar 6,0 – 6,5. Hasil tersebut menunjukan
bahwa pH urin kucing Moki diatas normal atau basa. Menurut Nelson (2003)
kondisi pH urin basa, akan menjadi precursor pembentukan Kristal urolit. Kristal
yang terbentuk pada pH urin basa yaitu kalsium oksalat dan struvit. Kucing yang
ion MgO2 dan MgSO4 yang bersifat basa. Urine yang bersifat basa akan membuat
ion Mg, phospat, dan amonium akan mengkristal membentuk kristal struvit. Kristal
ini yang akan menyebabkan obstruksi vesica urinaria dan kelukaan pada uretra dan
ureter. Hal tersebut dapat menyebabkan keradangan pada vesica urinaria sehingga
15
membengkak. Obstruksi akibat kristal menyebabkan kucing mengalami disuria
hingga hematuria.
pada tanggal 15 Agustus 2019 dan 22 Agustus 2019 terlihat pada Tabel 2. Hasil
karena berkaitan dengan fungsi neutrofil yang berperan melindungi tubuh melawan
infeksi bakteri dan mencerna benda asing sisa peradangan yang berhubungan
dengan stres (Salasia dan Hariono, 2010). Hasil pemeriksaan darah rutin pada
normal.
kristal struvit. Menurut Nelson, dkk. (2013) akumulasi urolith pada vesica urinaria
dapat menyebabkan rupturnya dinding vesica urinaria dan rupturnya saluran pada
uretra. Pecahan urolith atau kalkuli yang terbawa melalui uretra juga akan
perkencingan pecah dan memicu keluarnya darah yang terbawa pada urin. Kristal
tersebut akan menyebabkan inflamasi dan kelukaan pada saluran urin sehingga
16
Kultur urin merupakan prosedur yang tepat untuk mengetahui diagnosa dari
penyakit Urinary Tract Infection (UTI). ). Menurut Eggertsdorttir dkk. (2007) dan
DebRoy dkk. (2010) Cystitis bacterial mungkin dapat menjadi penyebab yang
penting dari serangan yang berulang. Infeksi bakteri tersebut memiliki potensi
resistensi antibiotik. Pada hewan anjing dan kucing spesies bakteri yang umum
Enterobacter spp. yang merupakan agen bakterial penyakit pada kasus cystitis..
Hasil isolasi mikroorganisme yang dikultur dari sampel urin kucing Moki pada
media Plat Agar Darah (PAD) adalah bakteri Staphylococcus sp. berdasarkan
morfologi koloni yaitu berwarna putih, tepi regular, bulat, halus dan convex. Selain
itu, terdapat zona hemolisa di sekitar pertumbuhan koloni (Gambar 6). Sedangkan
morfologi sel yang diamati setelah dilakukan pewarnaan Gram yaitu berbentuk
coccus dan bergerombol berwarna ungu yang bersifat Gram positif. Quinn dkk.
putih dengan tepi regular, bulat, halus, opaque, convex dan diameter koloni bisa
mencapai 4 mm setelah 48 jam inkubasi. Bakteri ini bersifat non motil, non
menghemolisa eritrosit pada media Plat Agar Darah (PAD) sehingga membentuk
17
Proses terapi kucing Moki berlangsung lama, kurang lebih selama dua
minggu. Penjelasan pemberian terapi untuk kasus FLUTD kucing Moki adalah
sebagai berikut;
cara menghambat sintesis dinding sel bakteri. Penghambatan dilakukan dengan cara
menghambat sintesis mucoptide yang terdapat pada dinding sel bakteri sehingga
barrier dan osmolaritas sel tergangu. Amoxicillin termasuk dalam golongan beta-
sel bakteri. Dosis yang digunakan pada kucing untuk melawan infeksi bakteri Gram
subkutan sehari dua kali (q12h), sedangkan untuk melawan infeksi bakteir Gram
negatif dosis yang digunakan adalah 20 mg/kg BB peroral, tiga kali sehari (q18)
dan dua kali sehari apabila diberikan secara intramuskular atau subkutan (Plumb,
2008).
kemerahan pada kulit, kebengkakan, rasa sakit, peningkatan denyut jantung, dan
merupakan mediator reaksi alergi dan radang yang penting bagi tubuh. Penggunaan
CTM pada hewan dapat menyebabkan efek tenang sehingga dapat digunakan
pasien akibat reaksi radang yang berlangsung. Dosis CTM adalah 0,25 mg\kg BB
18
(Plumb, 2008). Pemberian CTM pada kucing Moki ditujukan untuk mengurangi
antiradang, dan terapi simtomatik untuk adanya inflamasi. Dosis yang digunakan
Obat berikutnya adalah shilintong yang diberikan per oral sehari 2 kali
sebanyak dua tablet selama 15 hari. Shilintong merupakan obat herbal yang
ekskresi kalsium urin, meningkatkan sitrat pada urin dan secara signifikan
mengurangi pembentukan urolith (Huang 1998). Menurut Huang (1998), aksi dari
Desmodium styracifolium ini yaitu sebagai agen koleretik yang dapat merelaksasi
ductus biliverus dan meningkatkan sekresi empedu. Selain itu, kandungan ini juga
menunjukkan bahwa kristal yang terdapat pada urin masih namun jumlahnya sudah
tubuh ditunjukkan dengan nafsu makan-minum yang masih tetap baik dan urinasi
19
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
dilakukan (USG, urinalisis, sitologi, hematologi, dan kultur bakteri), kucing Moki
Saran
dengan pemilik dan hewan lain dapat memengaruhi stres pada kucing yang dapat
kalsium yang tinggi dapat menyebabkan terbentuknya urolit sedangkan stres dapat
munculnya gangguan.
20
DAFTAR PUSTAKA
Apritya, D., Yunani, R.,dan Widyawati, R. 2017. Analisis Urin Kasus Urolithiasis
Pada Kucing Tahun 2017 di Surabaya. J. Agroveteriner (2017) Vol. 6 No.
1: 82-85.
Birchard SJ dan Sherding RG. 2000. Saunders Manual of Small Animal Practice.
Edisi ke-2. Pennsylvania: W. B. Saunders Company. Hlm. 913-957.
Case, L., Daristottle, L., Hayek, M., & Raasch, M. 2011. Canine and Feline
Nutrition-E Book: A Resource for Companion Animal Professionals 3rd
Edition. Missouri: Elsevier.
Chew, D., & Dibartola, S. 2004. Interpretation of Canine and Feline Urinalysis.
USA: Nestle Purina.
DebRoy C, Sidhu MS, Sarker U, Jayarao BM, Stell AL, Bell NP, dan Johnson TJ.
2010. Complete sequence of pEC14_114, a highly conserved IncFIB/FIIA
plasmid associated with uropathogenic Escherichia coli cystitis strains.
Jour Plasinid. 63(1):53-60.
Eggrtsdoritir AV. Lund HS, Krontveit R, dan Sorum H. 2007. Bacteriuria in cats
with feline lower urinary tract disease: a clinical study of 134 cases in
Norway. J felin med surg. 9(6): 458-465.
Eldredge, D.M., Carlson, D.G., Carson, L.D., dan Giffin, J.M. 2008. Cats owners
Home Veterrinary Hanbook Third Edition. USA : Blackwell Publishing.
Hal : 276.
Hanson, P.R., and W.B. Morrison. 1984. Feline Urologic Syndrome in the Male
Cat. Iowa State UniversityVeterinarian Vol. 46 (1): 10-15.
21
Rotoro, S. 1992. Tinjauan Beberapa Manfaat Klinik dari Analisa Urine Anjing
Melalui Pemahaman Proses Pembentukan Urine dan Penetapan Nilai
Urine Sehat. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
Salasia, S. I., & Hariono, B. 2010. Patologi Klinik Veteriner Kasus Patologi Klinis.
Yogyakarta: Penerbit Samudra Biru
Widmer WR, Biller DS dan Larry GA. 2004. Ultrasonography of the Urinary
Tract in Small Animals. Journal of the American Veterinary Medical
Association. 225(1): 46-54.
22