Anda di halaman 1dari 16

TUGAS STUDY KASUS

“PENANGANAN KASUS BATU KANDUNG KEMIH PADA KUCING”

OLEH

ACH MOH ABD MUHSI

2009611067

KELOMPOK 17 D

LABORATORIUM BEDAH DAN RADIOLOGI VETERINER

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2020
1. Pendahuluan
Sistem urinari adalah sistem organ dalam tubuh yang terdiri dari
ginjal, vesica urinaria, ureter dan urethra. Organ-organ tersebut berperan
dalam produksi dan ekskresi urin, gangguan ataupun infeksi pada sistem
ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan hingga kematian. Infeksi pada
saluran urinaria dapat terbagi atas dua, yaitu infeksi saluran atas (upper
urinary tract), yang meliputi ginjal (pyelonephritis), dan infeksi saluran
bawah (lower urinary tract), yang meliputi VU (cystitis), urethra
(urethritis), dan prostat (prostatitis). Infeksi pada saluran urinaria dapat
disebabkan oleh bakteri, fungi, virus, dan parasit. Infeksi bakteri sering
ditemukan pada kasus cystitis. Cystitis merupakan adanya peradangan
pada VU. Infeksi dan terbentuknya urolith (cystolithiasis) telah dikaitkan
satu sama lain
Urolith atau disebut juga bladder stone merupakan batu yang
terbentuk akibat supersaturasi di urin dengan kandungan mineral-mineral
yakni kalsium, oksalat, dan fosfat yang dapat bergerak turun sepanjang
ureter dan masuk ke dalam vesika urinaria. Urolith ini terbentuk di dalam
saluran perkencingan dalam berbagai bentuk dan jumlah, tergantung pada
infeksi, pengaruh diet/konsumsi dan gentika (Koesharyono, 2008). Kristal
yang paling sering ditemukan adalah kalsium oksalat dengan presentase
kejadian 46,3% dan magnesium amonium fosfat sebanyak 42,4%, Adanya
urolit didalam saluran perkencingan dapat menyebabkan iritasi, akibatnya
saluran tersebut rusak dan ditemukan darah bersama urin yang dapat
menimbulkan rasa nyeri pada hewan.
Cystolit (batu kandung kemih) adalah konkresi dari mineral padat
dan senyawa organik yang menyebabkan penyakit melalui trauma
langsung pada saluran kemih dan terhalang aliran urin (kalim et al.,
2011).. Hewan dengan cystolithiasis perlu ditangani karena urolith dapat
menyebabkan obstruksi pada saluran kencing, dan jika ada kombinasi
dengan infeksi bakteri dapat terjadi sepsis dan mengakibatkan kematian.
Diagnosis dan evaluasi radiografi kalkuli yang tepat sangat bermanfaat
untuk untuk mendeteksi lokasi, jumlah, kepadatan dan bentuk batu yang
menghalangi kandung kemih dan pengobatan yang dilakukan.

2. Etiologi
Urolith yang terbentuk bervariasi tergantung pada tempat
pelekatannya dalam struktur anatomi sistem urinaria dan jenis kelamin
(Monsang et al., 2014). Kejadian terbentuknya urolit pada vesica urinaria
biasa terjadi pada hewan, terutama pada hewan domestik seperti anjing
dan kucing. Urolit ini terbentuk di dalam vesica urinaria dalam berbagai
bentuk dan jumlah tergantung pada infeksi, pengaruh diet/konsumsi, dan
genetik. Kadar kalsium yang tinggi di dalam ginjal juga dapat
mempengaruhi pembentukan urolith, sedangkan faktor-faktor lain yang
mendukung pembentukukan urolith adalah kurang minum, makanan yang
banyak mengandung purin, kalsium, oksalat dan fosfat serta penyakit ini
sering dijumpai pada hewan yang kurang bergerak atau kurang aktivitas
fisik (sedentary life). (Sastrowardoyo, 1997). Urolit dapat terbentuk pada
bagian manapun dari traktus urinari anjing dan kucing. Urolit dengan
berbagai komposisi mineral telah ditemukan pada kucing, termasuk
struvite, kalsium oksalat, kalsium fosfat, uric acid/urate, dan cystine.

3. Tanda Klinis
Tanda klinis antara lain kesulitan urinasi (kucing sering buang air
kecil tidak pada tempatnya), sering menjilat daerah genital, merejan saat
buang air kecil (kadang disertai suara tangisan), serta darah pada urin.
Pada keadaan paling serius anjing jantan yang mengalami obstruksi uretra
komplit akan menunjukkan tanda muntah, kelemahan, serta perut yang
menegang dan sakit bila dipalpasi. Bila penyumbatan telah berlangsung
lama akan terlihat tanda depresi, lesu, anoreksia atau hilangnya nafsu
makan dan diikuti oleh tanda uremia (Sastrowardoyo, 1997).

4. Diagnosis
Diagnosis didasarkan pada anamesa, pemeriksaan fisik (inspeksi
dan palpasi) dan pemeriksaan klinis yang tampak serta pemeriksaan
penunjang dengan radiografi (Pluta et al., 2011). Pada kasus urolith
dilakukan pemeriksaan klinis dengan cara palpasi pada bagian abdomen
terasa adanya distensi kantong kencing serta dilakukan pemeriksaan
penunjang dengan pemeriksaan laboratorium dan radiologis dengan foto
rontgen serta ultrasonografi (USG). Pemeriksaan laboratorium bisa
dilakukan pada sampel urin yang diambil dari anjing penderita kemudian
dilakukan pemeriksaan urinalisis. Adapun penjelasan dari beberapa
metode dalam mendiagnosa :
a. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik pada hewan penderita urolith bisa
dilakukan dengan 2 cara yaitu palpasi abdominal dan katetrisasi:
 Palpasi abdominal

Palpasi abdominal dilakukan untuk merasakan adanya batu


yang terdapat di dalam vesika urinaria. Palpasi dapat dilakukan dengan
kedua tangan, dengan posisi tangan kanan dan kiri menekan bagian
vesica urinaria, sampai ujung jari dari kedua tangan saling
bersentuhan. Apabila anjing merasa kesakitan, kemungkinan terjadi
obstruksi di vesica tersebut, dan jika terdapat batu atau kalkuli maka
akan terasa adanya benda asing yang keras di vesica urinaria. Urolith
yang cukup besar biasanya dapat dipalpasi, sedangkan urolith yang
multiple biasanya dapat dikenali karena teraba kasar. Multipel urolith
juga sering terdapat di sepanjang traktus urinarius.

Katerisasi

Jika ada sumbatan pada urethra, vesica urinaria akan


menggembung dan menimbulkan rasa sakit (dinding vesika urinaria
jarang robek, tetapi jika robek maka tidak akan dapat dipalpasi). Letak
kalkuli yang menyebabkan sumbatan pada urethra dapat dideteksi
dengan melewatkan kateter ke dalam saluran urethralis. Biasanya
ditemukan urolit penyebab urolithiasis, dan pemeriksaan urin untuk
mengetahui adanya peradangan di kandung kencing, darah serta jenis
batu atau kristal yang menjadi sumbatan. Pada anjing jantan adanya
urolith dapat diketahui jika kateter yang dimasukkan lewat urethra,
tidak dapat mencapai vesica urinaria.

b. Pemeriksaan Radiografi

Pemeriksaan ini sangat membantu dalam mendiagnosa terhadap


anjing yang diduga menderita urolith, karena dapat memberikan
gambar yang sangat jelas tentang ada tidaknya batu dan lokasi dari
batu tersebut di saluran urinaria. Persiapan pasien yang memadai guna
pemeriksaan radiografi sangat penting untuk pengamatan terhadap
adanya kalkuli dan lesi pada traktus urinarius. Urolith kecil sering
tidak kelihatan, atau dapat terjadi kesalahan dalam interpretasi jika
persiapan pasien tidak memadai.

Gambar 1. Xray adanya kalkuli pada vesica urinaria dan ginjal

c. Pemeriksaan Ultrasonografi
Ultrasonografi (USG) merupakan teknik yang dapat dipergunakan
untuk menentukan ukuran ginjal dan mengevaluasi saluran saluran
pengumpul urin. Ginjal yang kecil biasanya menunjukkan penyakit
ginjal kronis, meskipun ukuran ginjal dapat tidak berkurang pada
beberapa proses menahun yang lazim. USG juga bermanfaat dalam
evaluasi kegagalan ginjal akut.

Gambar 2. Hasil Pemeriksaan ultrasonografi terlihat bentukan masa


echogenitasnya hypoechoic pada vesica urinaria

d. Urinalisis
Urinalisis merupakan metode diagnose yang penting dapat
mengevaluasi gangguan pada system ini. Beberapa urolith dapat
mempengaruhi pH urin. Urolith struvite dapat menyebabkan urin
menjadi alkaline; kalsium fosfat merubah urin menjadi alkaline sampai
dengan netral; kalsium oksalat dan silica merubah urin menjadi netral
sampai dengan asidik; dan urat, xanthine, cysteine, dan brushite
menjadi asidik. Secara makroskopis, kalsium oksalat dan kristal
struvite dapat membentuk sedimen kristal pada urin yang telah
disimpan (didinginkan) selama 4 sampai dengan 6 jam. Urolith pada
saluran urin atas maupun bawah memungkinkan untuk terjadinya
infeksi sekunder. Jika dibutuhkan, kultur urin bisa dilakukan dengan
cara cystocentesis untuk mendeteksi infeksi tersebut.
Gambar 3. Urolit Struvite pada pemeriksaan sedimentasi urin.

5. Penanganan
Penanganan yang dilakukan pada cystolithiasis adalah dengan
cystotomy. Cystotomy adalah prosedur pembedahan dimana insisi pada
vesica urinaria (Diamond, 2012). Pembedahan cystotomy untuk
mengeluarkan batu (urolith) atau kristal-kristal mineral pada saluran
kencing, tujuannya agar tidak menghambat pengeluaran urin dan
menghentikan rasa sakit pada anjing saat urinasi. Dan bisa juga dilakukan
penganan tanpa pembedahan atau operasi, untuk mengatasi urotroliasis
tanpa operasi yaitu dengan pemberian obat-obatan yang dapat merelaksasi
muskulus. Tindakan-tindakan yang bisa dilakukan bila pasien dipastikan
terkena urolith adalah sebagai berikut :
1. Pemberian suntikan penenang guna memudahkan pengeluaran urine.
2. Evakuasi urin menggunakan kateter propylene dengan berbagai ukuran
sesuai dengan besar ukuran kucing.
Terapi untuk gangguan pada saluran urinaria seperti urolithiasis dapat
dilakukan kateter yang diameter lebih, mendorong urolit ke dalam vesika
urinaria, memasukkan larutan garam fisiologis ke traktus urinarius
sehingga terjadi pengeluaran urin dan kristal pada VU, pemberian obat
kolinergik seperti bethanechol dianjurkan untuk mengencangkan otot-otot
vesika urinaria yang mengendur. 
Pemberian antibiotik juga diperlukan untuk mencegah kemungkinan
terjadinya infeksi sekunder serta analgesik fenazopiridin untuk
mengurangi rasa nyeri pada hewan. Cairan infus yang perlu diberikan ialah
larutan Ringer Laktat 5%dengan dosis 20 – 40 cc/kgBB/hari. Bilamana
kucing banyak muntah (karena sudah terjadi uremia/gagal ginjal), maka
cairan yang diberikan ialah Ringer Dextrose 5%.
Premedikasi dan Anestesi
Premedikasi merupakan suatu tindakan pemberian obat sebelum
pemberian anestesi yang dapat menginduksi jalannya anestesi.
Premedikasi dilakukan beberapa saat sebelum anestesi di lakukan. Tujuan
premedikasi adalah untuk mengurangi kecemasan, memperlancar induksi,
mengurangi keadaan gawat anestesi, mengurangi timbulnya hipersalivasi,
bradikardia dan muntah selama anestesi. Premedikasi yang digunakan
adalah atropin sulfat dengan dosis 0,04 – 0,1 mg/kg bb secara SC. Sebagai
anestesi digunakan ketamin yang dikombinasikan dengan xylazin
disuntikkan 10 menit setelah atropin sulfat  dengan dosis 1 – 4 mg/kg bb
dan 2 – 4 mg/kg bb secara IM.
Selain itu anastesi perlu dijaga dengan memberikan isoflourance +
oksigen 100% melalui selang.
Teknik Operasi
Hewan disiapkan secara aseptik untuk pembedahan dengan pendekatan
insisi pada garis median posterior abdomen, tetapi pada anjing jantan bedah
dilakukan agak ke samping. Setelah hewan teranestesi, hewan dibaringkan dengan
posisi rebah dorsal, rambutnya dicukur dari perut dengan gunting, dan selanjutnya
dipasangi kain penutup operasi (drap). Insisi dilakukan pada garis median
posterior abdomen berturut-turut insisi pada kulit, jaringan subkutan, linea alba. 
Tepi linea alba kiri dan kanan dijepit dengan allis forcep dan sedikit diangkat
keatas untuk memudahkan identifikasi kantong kencing. Kantong kencing
diangkat ke permukaan dan direfleksikan ke caudal sehingga yang diinsisi
nantinya adalah permukaan bagian dorsal dari kantong kencing. Pasang jahitan
stay suture pada kedua sisi lateral dari kantong kencing untuk memudahkan insisi
pada kantong kencing
Setelah membuka kandung kemih, batu (uroliths) dikeluarkan dari
kandung kemih. Jika dicurigai mengalami tumor, sampel dari dinding kandung
kemih dapat dihilangkan (dipotong) dan dikirim ke laboratorium untuk diteliti. 
Ketika infeksi diduga bagian dari dinding kandung kemih dan sampel dari batu
yang telah dikeluarkan yang disiapkan untuk dikultur (untuk menentukan apa
bakteri yang tumbuh) dan kepekaan antibiotik (untuk menentukan antibiotik
bakteri yang paling sensitif terhadap bakteri). Apabila kantong kencing penuh
berisi urin perlu dilakukan aspirasi urin agar tidak tumpah kedalam rongga
abdomen. Insisi kantong kencing dibuka selanjutnya dilakukan sesuai dengan
tujuan operasinya.  Bilamana ada kalkuli lakukan pengeluaran kalkuli seluruhnya.
Kateterisasi perlu dilakukan dari urethra untuk mendorong kalkuli masuk kedalam
kantong kencing. Bilas kantong kencing sampai bersih dengan menggunakan
NaCl fisiologis.  Bila akibat trauma pada kantong kencing perlu dibuat luka baru
pada kantong kencing sebelum dilakukan penjahitan. 

Penutupan pada kantong kencing dilakukan dengan dua lapis jahitan yaitu
sederhana menerus dan dibantu dengan jahitan pola lembert menerus
menggunakan benang chromic cat gut.  Dinding abdomen ditutup berturut-turut
dari linea alba dengan benang vicryl 2-0 dengan pola sederhana terputus, jaringan
subkutan diijahit dengan pola sederhana menerus menggunakan benang plain cat
gut 3-0 atau 2-0 dan kulit luar dijahit dengan benang non absorbable pola
sederhana terputus.

Berikut merupakan gambar – gambar proses operasi cystotomy pada kucing: 


Dilakukan pencukuran pada bagian abdomen, kemudian dibersihkan dengan
antiseptic serta povidone iodine

Selanjutnya dilakukan pemasangan kain drape. Dilanjutkan dengan pembuatan


incisi pada kulit diatas vesica urinaria. Kemudian vesica urinaria dicari dengan
telunjuk tangan
Kemudian vesica urinaria dikuakkan keluar secara hati-hati

Dilakukan insisi pada dinding vesica urinaria, dan urin akan keluar memancar
dengan sendirinya
                       

Insisi diperbesar untuk mempermudah pengeluaran batu

      
Metode kuret digunakan untuk menghilangkan batu  
Batu dari pada vesica urinaria kucing
            

Kemudian dilakukan irigasi untuk menghilangkan batu kecil dan pembekuan


darah
                    

Digunakan kateter kecil untuk membuang setiap kristal kecil dalam vesica
urinaria yang tersisa agar keluar melalui uretra
       
          
   
Gambar-gambar di atas merupakan proses penjahitan. Pola jahitan yang dipakai :
1. Lapisan mukosa vesika urinaria dengan simple contionous
2. Lapisan serosa VU dengan lambert interrupted dengan menggunakan
benang catgut
3. Peritoneum dijahit dengan pola simple interuptted dengan benang
absorbable
4. Fascia muskulus dijahit dengan pola simple continous menggunakan
benang catgut
5. Lapisan kulit dijahit dengan pola simple interrupted menggunakan benang
nilon.

Dan diberikan injeksi analgesik dan antiinflamasi


 Pasca operasi
1. Hewan di berikan obat antibiotik ciprofloxacin, obat supportive
biodine dan anti radang asam mefenamat selama 5 hari. Luka
jahitan operasi diberikan serbuk enbatik dan iodine, kemudian
ditutup dengan kasa steril agar mempermudah proses
penyembuhan.
2. Hewan dilakukan pemasangan Elizabeth collar.
6. Simpulan

Urolith atau disebut juga bladder stone merupakan batu yang


terbentuk akibat supersaturasi di urin dengan kandungan mineral-mineral
yakni kalsium, oksalat, dan fosfat yang dapat bergerak turun sepanjang
ureter dan masuk ke dalam vesika urinaria. Kasus ini harus benar-benar
diperhatikan karena pada keadaan kronis dapat menyebabkan kematian.

7. Saran
Perhatikan pola makan dan kandungan pakan yang akan diberikan
pada kucing, hindari pemberian pakan yang mengandung kalsium yang
berlebihan, perhatikan pula kesehatan kucing agar tidak mengalami
urolith atau batu kandung kemih.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. Urolithiasis Pada Kucing. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2016.
http://mydokterhewan.blogspot.com/2015/10/urolithiasispadakucingpersia.
html.
Diamond, D. 2012. Cystotomy in Dogs. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2012
http://www.petplace.com/dogs/cystotomy-in-dogs.

Dellman and Brown, 1992. Buku Teks Histologi Veteriner II. Universitas
Indonesia: Jakarta.

Fossum TW. 2000. Small Animal Surgery. 2nd Edition. Missouri: Elsevier.

Gegenbaur. 1981. Vergleich Anatomi der Wirbeltiere. Leipzig: Deutschlan.

Ghosh, C. K.,Subhasis, R., Pradip, S., Anil,S.2020. Surgical Management of


Urolithiasis in a Male Labrador. Indian Journal of Veterinary Scientific
and Biotechnology, 16 (1) : 77-79
Macmillan. 1987. Text Box of Zoology. English: London.
Martin, Corole. 2007. Textbook of Veterinary SurgicalNrsing. Elsivier

Monsang SW, Saumen KP, Kumar M, Roy J. 2014. Surgical Management of


Concurrent Umbilical Hernia and Intestinal Fecolith in a white Yorkshire
Piglet; Case Report. Research Journal for Veterinary Practitioners 2(4):
67-69
Pluta RM, Burke AE, Golub RM. 2011. Abdominal Hernia. JAMA 305(20):2130.
Sastrowardoyo, S. 1997. Urologi Penuntun Praktis. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. pp: 72.
Sigit, Koeswirnarning. 1980. Anatomi Veteriner II. Lab. Anatomi Fakultas
Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor: Bogor

Slatter, Douglas H. 2002. Textbook of Small Animal Surgery. Elsivier

Soewarsono, R. 1974. Anatomy Comparative. Fakultas Biologi: Yogyakarta


UGM

Sudisma I.Gst.Ngr, dkk. 2006. Ilmu Bedah Veteriner dan Teknik Operasi. Palawa
Sari. Denpasar.

Sudisma IGN, Pemayun IGAGP, Wardhita AAGJ, Gorda IW. 2016. Ilmu Bedah
Veteriner dan Teknik Operasi. Cetakan 2. Denpasar: Palawa Sari.
Tion MT, Dvorska J, Saganuwan SA. 2015. A review on urolithiasis in dogs and
cats. Bulgarian Journal of Veterinary Medicine 18(1): 1-18.
Tranquill, William J. 2004. Pain Management For SmallarumalnPractitioner.
Teton New Medica.

Anda mungkin juga menyukai