Anda di halaman 1dari 5

Batu saluran kemih

1. BATU GINJAL DAN BATU URETER


Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum,
pelvis ginjal, dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal. Batu yang mengisi
pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal memberikan gambaran menyerupai tanduk rusa
sehingga disebut batu staghorn. Kelainan atau obstruksi pada sistem pelvikalises ginjal
(penyempitan infundibulum dan stenosis ureteropelvik) mempermudah timbulnya batu
saluran kemih.
Batu yang tidak terlalu besar didorong oleh peristaltik otot-otot sistem pelvikalises
dan turun ke ureter menjadi batu ureter. Tenaga peristaltik ureter mencoba untuk
mengeluarkan batu hingga turun ke buli-buli. Batu yang ukurannya kecil (<5mm) pada
umumnya dapat keluar spontan sedangkan yang lebih besar seringkali tetap berada di ureter
dan menyebabkan reaksi keradangan (periureteritis) serta menimbulkan obstruksi kronis
berupa hidroureter atau hidronefrosis
Batu yang terletak pada ureter maupun sistem pelvikalises mampu menimbulkan
obstruksi saluran kemih dan menimbulkan kelainan struktur saluran kemih sebelah atas.
Obstruksi di ureter menimbulkan hidroureter dan hidronefrosis, batu di pielum dapat
menimbulkan hidronefrosis, dan batu di kaliks mayor dapat menimbulkan kaliekstasis pada
kaliks yang bersangkutan. Jika disertai dengan infeksi sekunder dapat menimbulkan
pionefrosis, urosepsis, abses ginjal, abses perinefrik, abses paranefrik, ataupun
pielonefritis. Pada keadaan yang lanjut dapat terjadi kerusakan ginjal, dan jika mengenai
kedua sisi mengakibatkan gagal ginjal permanen.

A. Anamnesis
Diagnosis adanya kalkuli pada traktus urinarius dimulai dari wawancara
adanya keluhan klasik berupa kolik renalis. Bagaimana onset, kualitas dan durasi
dari kolik renalis tersebut. Nyeri pada kolik renalis ditandai nyeri akut dan berat
pada regio flank yang menjalar ke anterior dan inferior abdomen. Pasien terlihat
tidak bisa diam, selalu menggeliat berbeda dengan nyeri karena peritonitis dimana
pasien selalu diam dan berbaring. Pada saat wawancara juga ditanyakan adanya
riwayat urolitiasis sebelumnya dan juga adakah keluarga yang menderita urolitiasis.
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik vital sign jangan pernah lupa dilakukan. Demam juga
bisa dijumpai saat muncul kolik renalis, jika ada infeksi pada kasus hidronefrosis,
pienefrosis atau abses perinephritik. Adanya takikardia dan berkeringat juga bisa
dijumpai. Pada kasus dimana terjadi hidronephrosis yang disebabkan oleh obstruksi
pada ureter ditemukan adanya flank ternderness. Pemeriksaan abdomen dan
genetalia biasanya meragukan (harus hati-hati). Bila pasien merasakan nyeri
didaerah terebut, tapi tanda-tanda kelainan tidak ada dijumpai, maka kemungkinan
nyeri berasal dari batu ginjal.

C. Pemeriksaan Penunjang
 Foto Polos Abdomen
Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan
adanya batu radioopak di saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat
dan kalsium fosfat bersifat radio-opak dan paling sering dijumpai diantara
batu jenis lain, sedangkan batu asam urat bersifat non opak (radio-lusen)
 Pielografi Intra Vena (PIV)
Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal.
Selain itu PIV dapat mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non
opak yang tidak dapat terlihat oleh foto polos perut. Jika PIV belum dapat
menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi
ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograde
 Ultrasonografi USG
dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV, yaitu
pada keadaan-keadaan: allergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang
menurun, dan pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat
menilai adanya batu di ginjal atau di buli-buli (yang ditunjukkan sebagai
echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis, atau pengkerutan ginjal.
2. BATU BULI BULI
Batu buli-buli atau vesikolitiasis sering tejadi pada pasien yang menderita gangguan miksi
atau terdapat benda asing di buli-buli. Gangguan miksi terjadi pada pasien-pasien hiperplasia
prostat, striktura uretra, divertikel buli-buli, atau buli-buli neurogenik. Kateter yang terpasang
pada buli-buli dalam waktu yang lama, adanya benda asing lain yang secara tidak sengaja
dimasukkan ke dalam buli-buli seringkali menjadi inti untuk terbentuknya batu buli-buli. Selain itu
batu buli-buli dapat berasal dari batu ginjal atau batu ureter yang turun ke buli-buli.

A. Anamnesis
Pada pasien dnegan batu buli ditemukan gejala berupa nyeri saat berkemih/
dysuria, perasaan tidak nyaman waktu berkemih, dan kencing tiba-tiba terhenti
kemudia lancar kembali dengan perubahan posisi tubuh, nyeri pada saat kencing
pada ujung penis, skrotum, perineum, pinggang sampai kaki. Pada anak-anak sering
terjadi enuresis nokturna.

B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada batu kandung kemih umumnya tidak didaptkan
temuan yang khas. Pada batu kandung kemih yang berukurang besar dapat teraba
pada pemerikasaan rektal, vagina atau abdomen. Apabila batu kemih menyebabkan
retansi urin maka akan dijumpai distensi buli dan nyeri tekan pada supprapubik.

C. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan otot polos abdomen batu buli–buli tidak tampak sebagai
bayangan opak padakavum pelvis, karena komposisi batu buli–buli terdiri atas
asam urat atau struvit (jika penyebabnya infeksi). Pemeriksaan IVP pada fase
sistogram memberikan gambaran sebagai bayangan negatif. Pemeriksaan USG
dapat digunakan untuk mendeteksi batu radiolusen pada buli–buli.
3. BATU URETRA
Batu uretra biasanya berasal dari batu ginjal/batu ureter yang turun ke buli-buli,
kemudian masuk ke uretra. Batu uretra yang merupakan batu primer terbentuk di uretra
sangat jarang, kecuali jika terbentuk di dalam divertikel uretra. Angka kejadian batu uretra
ini tidak lebih 1% dari seluruh batu saluran kemih.
A. Anamnesis
Pasien dengan batu uretra biasanya datang dengan keluhan saluran kemih
bawah akut karena impaksi mendadak, dapat berupa keluhan iritatif ataupun
obstruktif. Keluhan obstruktif berupa retensi urin akut merupakan keluhan utama
yang paling sering ditemukan, keluhan obstruktif lainnya berupa pancaran urin
melemah atau urin menetes. Keluhan iritatif dapat berupa stranguria,
makrohematuria, dan dysuria
Pada pasien perempuan, hampir sebagian besar disebabkan oleh divertikula
uretra. Gejala awal berupa pancaran urin intermiten, hematuria terminal,
dispareunia, dan infeksi. Gejala ini jarang menyebabkan pasien mencari
pengobatan, akibatnya dapat terbentuk fistula uretrokutaneus atau uretrorektal. Jika
terjadi obstruksi maka gejala berupa nyeri perut bawah, pelvis, atau perineal, urin
menetes, dan retensi akut. Pada perempuan, batu uretra dapat menyebabkan nyeri
pelvis kronis. Pada laki-laki nyeri dapat dirasakan menjalar hingga ke ujung penis
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik, teraba massa keras sepanjang uretra laki-laki atau
dinding anterior vagina pada perempuan. Selain itu, teraba massa keras di skrotum
menjadi petunjuk adanya batu uretra
C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk konfirmasi batu uretra adalah ultrasonografi
(USG) penis atau uretrografi retrograd (retrograde urethrogram/ RUG). Kelebihan
USG adalah tidak nyeri selama pemeriksaan dan dapat juga menggambarkan
kelainan sepanjang saluran uretra, seperti striktur atau divertikulum. PadaUSG,
batu ditunjukkan dengan gambaran hiperekoik disertai bayangan akustik. Pada
pemeriksaan RUG akan terlihat filling defect yang menandakan adanya obstruksi
oleh batu uretra.
DAFTAR PUSTAKA

1. Diagnosis and removal of urethral calculi using bedside ultrasound in the emergency
department. Society for Academic Emergency Medicine. 2009;10:1031.

2. Rivilla F, Luis A, Llanos D, Ruiz A. Giant urethral calculus in a 6-year-old-girl. J Pediatr


Urol. 2008;4:469-71.
3. Prakash J, Sharma P, Sankhwar S, Goel A. Large anterior urethral calculus presented as
scrotal mass with urethrocutaneous fistula. BMJ Case Rep. 2013;10:1-2.

4. Medical Definition of Urolithiasis. Medicine.Net.com.


https://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=6649 . Accessed Jan. 16, 2018

5. Kolik Ginjal. Catatan Urologi. https://urologynotes.wordpress.com/2009/06/21/kolik-


ginjal/. Accessed Jan. 16, 2018.

6. Sja’bani M, Batu saluran kemih dalam Buku ajar ilmu penyakit dalam,edisi
5.Jakarta:Internapublishing; 2009. hlm. 1025- 9

7. Purnomo, Basuki B., Dasar-Dasar Urologi. Edisi Ketiga. Jakarta: CV.Sagung Seto.
2011
8. Rusdidjas, Ramayati R. Infeksi Saluran Kemih. Dalam: Alatas H, Tambunan T, Trihono
PP,Pardede SO, editor. Buku Ajar Nefrologi Anak ed. 2. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2009; h. 142- 63.

Anda mungkin juga menyukai