Anda di halaman 1dari 9

TUTORIAL KLINIK

FROZEN SHOULDER

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik Bagian Syaraf

RS PKU Muhammadiyah Gamping

Disusun oleh :

Devi Annisa Putri

20190410057

Diajukan kepada :

dr. M. Ardiansyah, Sp. S.,M.Kes.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2019
KASUS

1) IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. S
Usia : 80 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Cokrobedog, Godean
2) ANAMNESIS
Keluhan Utama
Nyeri pada bahu kiri

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang RS PKU Muhammadiyah Gamping dengan keluhan nyeri pada bahu
kiri yang sudah dirasakan sejak 2 tahun, nyeri dirasakan tidak menjalar, nyeri semakin
bertambah berat pada saat pasien menggerakkan tangannya dan sulit melakukan aktivitas
seperti memakai dan melepas baju.

Riwayat Penyakit Dahulu


- Ssejak 1990 terdiagnosis DM
- Januari 2019 Stroke Non Hemoragic
-

Riwayat Penyakit Keluarga


- Ayah Hipertensi (+)
- DM disangkal

Riwayat Pribadi
Pasien adalah ibu rumah tangga, tinggal bersama anak dan cucunya, hubungan dengan
keluarga baik. Pasien tidak merokok atau minum alcohol.
3) PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis,
GCS : E4V5M6
Vital Sign
Tekanan Darah : 128 / 84 mmHg
Nadi : 76x / menit
Suhu : 36,5 oC
Respirasi : 20x / menit
VAS :7
ROM
Aktif : Keterbatasan gerak (+), nyeri (+)
Pasif : Keterbatasan gerak (+), nyeri (+)
Tes mossley :+
Tes appley :+
+5 │ 𝑠𝑢𝑙𝑖𝑡 𝑑𝑖𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑎𝑟𝑛𝑎 𝑛𝑦𝑒𝑟𝑖
Kekuatan Otot : Kekuatan
+5 │+5

4) DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis :
 Nyeri pada bahu kiri, nyeri dirasakan tidak menjalar dan nyeri bertambah berat
pada saat pasien menggerakkan tangannya dan sulit melakukan aktivitas seperti
memakai dan melepas baju.
Diagnosis Topik :
 Articulation glenohumeral sinistra
Diagnosis Etiologi :
 Frozen Shoulder
Diagnosis Banding :
 Tendinitis Bicipitalis

5) PENATALAKSANAAN
R/ Meloxcam 7,5 mg NO VII
S 1 DD 1
R/ Alpentin 100 mg NO VII
S 1 DD 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
FROZEN SHOULDER
A. Definisi Kasus

Frozen shoulder atau capsulitis adhesiva adalah suatu kondisi yang menyebabkan
keterbatasan gerak sendi bahu yang sering terjadi tanpa penyebab yang pasti. Frozen shoulder
menyebabkan kapsul yang mengelilingi sendi bahu menjadi mengkerut dan membentuk
jaringan parut (Cluett, 2007). Capsulitis adhesiva adalah suatu kondisi yang sangat nyeri
ditandai dengan keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS) bahu baik gerakan aktif maupun pasif
(Dogru, et al., 2008).

B. Klasifikasi Frozen Shoulder

 Primer/ idiopetik frozen shoulder

Yaitu frozen shoulder yang tidak diketahui penyebabnya. Frozen shoulder lebih
banyak terjadi pada wanita dari pada pria dan biasanya terjadi usia lebih dari 41 tahun.
Biasanya terjadi pada lengan yang tidak digunakan dan lebih memungkinkan terjadi
pada orang-orang yang melakukan pekerjaan dengan gerakan bahu yang lama dan
berulang.

 Sekunder frozen shoulder

Yaitu rozen shoulder yang diikuti trauma yang berarati pada bahu misal fraktur,
dislokasi, luka baker yang berat, meskipun cedera ini mungkin sudah terjadi beberapa
tahun sebelumnya.

C. Etiologi

Penyebab dari frozen shoulder belum diketahui pasti. Adapun faktor predisposisi yaitu
immobilisasi yang lama, akibat trauma, over use, cidera atau operasi pada sendi. Walaupun
banyak peneliti sependapat bahwa immobilisasi merupakan faktor penting dari penyebab
frozen shoulder sendi glenohumeral (Miharjanto et al., 2010). Menurut AAOS faktor
predisposisi frozen shoulder anatara lain : immobilisasi lama, trauma, over use, injuries, operasi
pada sendi, hipertitoidisme, penyakit kardiovaskuler dan depression.

D. Patofisiologi

Patofisologi kasus Frozen Shoulder melibatkan immobilisasi yang lama pada lengan
yang diakibatkan karena adanya nyeri dan ketakutan dari penderita untuk mengerakan bahu
merupakan awal dari terjadinya Frozen Shoulder. Peradangan berlebih yang melibatkan
sinovitis dengan diikuti fibrosis dari kapsul sendi dan hilangnya lipatan ketiak yang normal
serta lingkup gerak sendi, sehingga menyebabkan penurunan yang signifikan dari gerak sendi
bahu. Kontraktur pada kapsuler yang diperkirakan hasil dari perlengketan permukaan kapsul
atau fibroblastik proliferasi dalam menanggapi produksi sitokin. Dalam capsulitis adhesiva,
kapsul sendi bahu mengalami penebalan, dan inflamasi ringan infiltrasi kronis dan
kemungkinan terjadi fibrosis. Hal ini menyebabkan kekakuan pada coracohumeral ligament,
yang membatasi gerak passive movement pada sendi bahu, terutama pada gerakan eksternal
rotasi. Ini yang di sebut dengan Frozen Shoulder akibat Capsulitis Adhesiva ( Sunam dan
Zahangir, 2014).

Adapun beberapa teori yang dikemukakan American Academy of Orthopedic Surgeon


tahun 2000 mengenai frozen shoulder, teori tersebut adalah :

a. Teori hormonal.
Pada umumnya frozen shoulder terjadi 60% pada wanita bersamaan dengan
datangnya menopause.
b. Teori genetik.
Beberapa studi mempunyai komponen genetik dari frozen shoulder, contohnya
ada beberapa kasus dimana kembar identik pasti menderita pada saat yang sama.
c. Teori auto immuno.
Diduga penyakit ini merupakan respon auto immuno terhadap hasil-hasil
rusaknya jaringan lokal.
d. Teori postur.
Banyak studi yang belum diyakini bahwa berdiri lama dan berpostur tegap
menyebabkan pemendekan pada salah satu ligamen bahu.

Gejala Klinis

1. Nyeri

Pasien berumur 40-60 tahun, dapat memiliki riwayat trauma, seringkali ringan,
diikuti sakit pada bahu dan lengan nyeri secara berangsur-angsur bertambah berat dan
pasien sering tidak dapat tidur pada sisi yang terkena. Setelah beberapa lama nyeri
berkurang, tetapi sementara itu kekakuan semakin terjadi, berlanjut terus selama 6-12
bulan setelah nyeri menghilang. Secara berangsur-angsur pasien dapat bergerak
kembali, tetapi tidak lagi normal (Appley,1993).

2. Keterbatasan Lingkup gerak sendi (LGS)


Capsulitis adhesive ditandai dengan adanya keterbatasan luas gerak sendi
glenohumeral yang nyata, baik gerakan aktif maupun pasif. Ini adalah suatu gambaran
klinis yang dapat menyertai infark myokard, diabetes melitus, fraktur immobilisasi
berkepanjangan atau redikulitis cervicalis. Keadaan ini biasanya unilateral, terjadi
pada usia antara 45–60 tahun dan lebih sering pada wanita.
Nyeri dirasakan pada daerah otot deltoideus. Bila terjadi pada malam hari
sering sampai mengganggu tidur. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya
kesukaran penderita dalam mengangkat lengannya (abduksi), sehingga penderita akan
melakukan dengan mengangkat bahunya (srugging) (Heru P Kuntono,2004).
3. Penurunan Kekuatan otot dan Atropi otot
Pada pemeriksaan fisik didsapat adanya kesukaran penderita dalam mengangkat
lengannya (abduksi) karena penurunan kekuatan otot. Nyeri dirasakan pada daerah
otot deltoideus, bila terjadi pada malam hari sering menggangu tidur. Pada
pemeriksaan didapatkan adanya kesukaran penderita dalam mengangkat lengannya
(abduksi), sehingga penderita akan melakukandengan mengangkat bahunya
(srugging). Juga dapat dijumpai adanya atropi bahu (dalam berbagaoi tingkatan).
Sedangkan pemeriksaan neurologik biasanya dalam batas normal (Heru P Kuntono,
2004).

4. Gangguan aktifitas fungsional


Dengan adanya beberapa tanda dan gejala klinis yang ditemukan pada penderita
frozen shoulder akibat capsulitis adhesiva seperti adanya nyeri, keterbatasan LGS,
penurunan kekuatan otot dan atropi maka secara langsung akan mempengaruhi
(mengganggu) aktifitas fungsional yang dijalaninya

Menurut Kisner (1996) frozen shoulder dibagi dalam 3 tahapan, yaitu :

a. Pain (Freezing)

Ditandai dengan adanya nyeri hebat bahkan saat istirahat, gerak sendi bahu menjadi
terbatas selama 2-3 minggu dan masa akut ini berakhir ampai 10- 36 minggu.

b.Stiffness (Frozen)

Ditandai dengan rasa nyeri saat bergerak, kekakuan atau perlengketan yang nyata dan
keterbatasan gerak dari glenohumeral yang di ikuti oleh keterbatasan gerak scapula.
Fase ini berakhir 4-12 bulan.

c.Recovery (Thawing)

Pada fase ini tidak ditemukan adanya rasa nyeri dan tidak ada synovitis tetapi terdapat
keterbatasan gerak karena perlengketan yang nyata. Fase ini berakhir 6-24 bulan atau
lebih.

Tatalaksana
• Analgetik dan NSAID
• Tindakan Invasif minimal (atas indikasi):
-Injeksi intra artikuler kortikosteroid dengan 1 ml steroid dengan 1 ml Lidocain 2%
dalam spuit 2cc dan jarum 25 G diberikan dengan program 6 minggu, 4 bulan, 6 bulan
dan 1 tahun.
-Injeksi Prolotherapi : injeksi intra artikuler 5 ml dekstrose 25%, 5 ml lidocain 2%
dalam spuit 10cc.
• Fisioterapi.
Edukasi
 Menjelaskan tentang penyebab penyakitnya.
 Menyesuaikan intensitas dari mobilisasi pasien berdasarkan derajat iritasi nya.
 Menganjurkan untuk memodifikasi aktivitas (Range of Motion (ROM)).secara
bertahap, sampai ambang nyeri.

Prognosis
Ad vitam : ad Bonam
Ad sanationam : ad Bonam
Ad Fungsionam : ad Bonam
DAFTAR PUSTAKA

 William E Morgan DC, Sarah Patthof DC, Managing the frozen shoulder,Maryland;
2013.
 Martin J K,, Micheal A, Jhon EK, Lori AM, Amee L,Timothy L, Joseph L,et all,
Shoulder Pain and Mobility Deficits: Adhesive Capsulitis, ClinicalPractice
Guidelines Linked to the International Classification ofFunctioning, Disability, and
Health From the Orthopaedic Section of theAmerican Physical Therapy Association,
East Avenue South, may 2013.
 Nigel H, Lorna G, Jackie T, Tracy O’B, Dot, Christine R, et all, Evidencebased
clinical guidelines for the diagnosis, assessment and physiotherapy management of
contracted (frozen) shoulder Version 1.6, ‘Standard’ physiotherapy Endorsed by the
Chartered Society of Physiotherapy, UK, 2011.
 NZ Association of Musculoskeletal Medicine, The Diagnosis and Management of
Soft Tissue Shoulder Injuries and Related Disorders, Best practice evidence-based
guideline, New Zealand. 2003. William E Morgan DC, Sarah Patthof DC, Managing
the frozen shoulder, Maryland; 2013.

Anda mungkin juga menyukai