OLEH :
IDA AYU ARI ADNYANI
P07120213038
TINGKAT IV/ SMT VII
dan
buli-buli
neurogenik
merupakan
keadaan-keadaan
yang
3. Patofisiologi
nyeri berat pada punggung bagian bawah tepat di iga ke-2. Nyerinya akan
menjalar ke perut bagian bawah. Rasa nyeri itu akan bertambah hebat
apabila batu bergerak turun dan menyebabkan obstruksi.
Pada bagian ureter bagian distal (bawah) akan menyebabkan rasa nyeri di
sekitar testis pada pria atau labia mayora pada wanita. Apabila batu
terdapat dalam bladder, akan menyebabkan gejala iritasi dan bila
bersamaan dengan infeksi akan menyebabkan hematuria. Jika batu
mengobstruksi bladder neck, maka akan terjadi retensi urin.
b. Kristaluria, urin yang keluar disertai pasir atau batu
c. Infeksi, batu yang terdapat di saluran kemih menjadi tempat sarangnya
kuman yang tidak dapat dijangkau obat-obatan.
d. Demam, hal ini terjadi jika kuman sudah menyebar ke tempat lain. Tanda
demam yang disertai dengan hipotensi, palpitasi, vasodilatasi pembuluh
darah di kulit merupakan tanda terjadinya urosepsis
e. Adanya massa di daerah punggung akibat adanya hidronefrosis
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Urin analisis, pemeriksaan urin analisis pada pasien batu kandung kemih
dilakukan secara mikroskopis dan makroskopis. Pemeriksaan secara mikroskopis
dilakukan untuk menilai jenis batu dengan menilai pH, konsistensi dan komposisi
batu. Pemeriksaan makroskopis dilakukan untuk menilai warna dan kejernihan
urin. Pada pasien dewasa dengan jenis batu asam urat, secara mikroskopis lazim
didapatkan pH asam, sedangkan secara makroskopis didapatkan adanya hematuria
dan piuria. Hitung jumlah sel darah lengkap : pada pasien obstruksi dan infeksi
akakn didapatkan sel darah putih (WBC) meningkat.
b. USG
Ultrasonografi, menampilkan objek hyperechoic klasik dengan membayangi
posterior, efektif dalam mengidentifikasi baik radiolusen dan batu radio-opak.
c.
e. CT-Scan
CT-Scan biasanya diperoleh karena alasan lain (misalnya: sakit perut, masa
panggul, abses dicurigai), tetapi mungkin menunjukkan batu kandung kemih
ketika dilakukan tanpa kontras IVP.
f. Sistoskopi
Sistoskopi digunakan untuk mengonfirmasi keberadaan batu kandung kemih
dan rencana pengobatan. Prosedur ini memungkinkan untuk visualisasi batu,
ukuran, dan posisi. Selain itu, pemerksaan uretra, prostat, dinding kandung kemih
dan lubang saluran kandung kemih memumngkinkan untuk dilakukan identifikasi
striktur, obstruksi prostat, divertikula kandung kemih dan tumor kandung kemih.
6. Penatalaksanaan
Beberapa tindakan untuk mengatasi batu saluran kemih adalah observasi
konservatif (batu ureter yang kecil dapat melewati saluran kemih tanpa
intervensi), agen disolusi (larutan atau bahan untuk memecahkan batu),
mengurangi obstruksi (DJ stent dan nefrostomi), terapi non invasif (ESWL),
terapi invasif minimal : ureteroscopic stone extraction, URS, PCNL,
Cystolithotripsi/cystolitholapaxy,
terapi
bedah
(nefrolitotomi,
nefrektomi,
c. B2 (Blood / Kardiovaskuler)
Frekuensi denyut nadi meningkat, akral hangat, CRT < 3 detik, perfusi perifer
baik.
d. B3 (Brain / Persarafan)
Terdapat keluhan nyeri saat Bak ataupun nyeri suprapubik.
e. B4 (Bladder / Perkemihan)
Frekuensi berkemih yang meningkat, urine yang masih menetes setelah
berkemih, merasa tidak puas setelah berkemih, sering berkemih pada malam
hari, penurunan kekuatan, dan ukuran pancaran urine, mengedan saat
berkemih, tidak dapat berkemih sama sekali, nyeri saat berkemih, hematuria.
f. B5 (Bowel / Pencernaan)
Keluhan gastrointestinal seperti nafsu makan menurun, mual,muntah dan
konstipasi.
g. B6 (Bone / Muskuloskeletal)
Pasien mengalami kelemahan fisik.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cedera biologis (peningkatan frekuensi kontraksi uretral,
trauma jaringan)
2. Gangguan eliminasi urin b.d obstruksi anatomic, infeksi saluran kemih.
3. Resiko tinggi infeksi
C. Intervensi
1
Nyeri akut
NOC :
NIC :
Batasan karakteristik :
Pain Level,
Pain control,
Comfort level
Kriteria Hasil :
Pain Management
Lakukan
pengkajian
nyeri
secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
Observasi
reaksi
nonverbal
dari
ketidaknyamanan
Gunakan teknik komunikasi terapeutik
untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
Kaji kultur yang mempengaruhi respon
nyeri
Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan
lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri
masa lampau
Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
dan menemukan dukungan
Kontrol
lingkungan
yang
dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Pilih dan lakukan penanganan nyeri
Analgesic Administration
NOC :
NIC :
Urinary elimination
Urinary continuence
Kriteria hasil :
Resiko infeksi
NOC :
Faktor-faktor resiko :
Immune Status
Knowledge : Infection control
Risk control
Kriteria Hasil :
Prosedur Infasif
Ketidakcukupan pengetahuan untuk
menghindari paparan patogen
Trauma
Kerusakan jaringan dan peningkatan
paparan lingkungan
Ruptur membran amnion
Agen farmasi (imunosupresan)
Malnutrisi
Peningkatan paparan lingkungan
patogen
Imonusupresi
Ketidakadekuatan imum buatan
Tidak adekuat pertahanan sekunder
DAFTAR PUSTAKA
Wein et al. (2007). Campbell-walsh urology. 9th edition. Philadelphia: Saunders
Elseveir.
Wen Zhong et al. (2010). Minimally invasive percutaneous nephrolithotomy with
multiple mini tracts in a single session in treating staghorn calculi. Proquest.
Edha.2010.Batu
Staghorn
Pada
Ginjal.
Diakses
dari
From
Kidney
Stone.
Diakses
dari
http://www.livestrong.com/article/91839-complications-kidney-stones/ pada
tanggal 9 November 2016
Prince, Sylvia dan Lorrane ,Wilson. 2003. Gangguan Sistem Ginjal dalam
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.