Anda di halaman 1dari 10

Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No.

85, Desember 2014 ISSN : 0854-901X

FELINE INFECTIOUS PERITONITIS PADA KUCING LOKAL

(Feline Infectious Peritonitis in a Local Cat )

I. K. E. Supartika dan G. A. J. Uliantara

Balai Besar Veteriner Denpasar

ABSTRAK

Feline infectious peritonitis telah didiagnosa pada kucing local berdasarkan gejala klinis,
perubahan patologi anatomi dan histopatologi. Kucing sakit selama 27 hari dengan gejala
klinis: lemah, pilek, kesulitan bernafas dan diare. Kucing dieutanasia dengan alasan
kesejahteraan hewan dan diperiksa dilaboratorium untuk mengetahui penyebab penyakit.
Pada pemeriksaan patologi anatomi ditemukan banyak cairan pada rongga dada dan
abdomen. Paru-paru mengalami konsolidasi serta edema, jantung diselimuti masa
kehitaman, hati membengkak, pucat disertai adanya multifocal nekrosis. Ginjal
membengkak disertai adanya nekrosis multi fokal, usus diselimuti masa berfibrin. Pada
pemeriksaan histopatologi banyak ditemukan adanya reaksi radang bersifat kronis
berupa multifokal granulomatosa pada berbagai organ seperti: hati, ginjal, jantung serta
otak besar. Hasil pengujian di laboratorium Bakteriologi berhasil diisolasi kuman
Staphillococcus sp, Klesiella sp dan E. coli. Berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologi
berupa adanya reaksi granulomatosa pada berbagai organ merupakan ciri khas dari
penyakit feline infectious peritonis dan hasil isolasi kuman, oleh karena itu disimpulkan
bahwa kucing tersebut menderita penyakit feline infectious peritonitis disertai penyakit
bakterial.

Kata kunci: feline infectious peritonitis, ginjal, granulomatosa, hati, kucing

ABSTRACT

Feline infectious peritonitis had been diagnosed in a local cat based on clinical signs,
gross pathology, histopathology, and isolation and identification agent of the disease. Cat
sick for 27 days with clinical signs such as: weakness, nasal discharges, difficulty to
breath and diarrhea. Then cat was euthanized based on animal welfare. Laboratory
examination was carried out to know the etiology of the disease. At necropsy, the thorax
and peritoneal cavity contained transparent, viscous and yellowish fluid. Lungs were
consolidated and edematous, heart was covered by black mass, liver and kidney looked
pale, enlarged, multifocal necrosis was found on its surface. Intestine was covered by
fibrin mass.Histopathologically, multifocal granulomas consisting of necrotic foci,
neutrophil, lymphocytes, plasmacytes, macrophages, fibroblasts, were observed in the
liver, kidney, cerebrum and heart. The histopathological features in this cat were similar to
those in cats with feline infectious peritonitis (FIP), bacterial culture was successfully
isolated Staphillococcus sp, Klesiella sp and E. coli. Based on histopathology and
bacterial culture it was concluded that the sick cat due to feline infectious peritonitis with
secondary infection.

Key words: cat, feline infectious peritonitis, granuloma, kidney, liver.


Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 85, Desember 2014 ISSN : 0854-901X

I. PENDAHULUAN penurunan berat badan,


inkoordinasi, serta ascites.
Namun, muntah, diare serta
Feline infectious peritonitis ikterus juga sering ditemukan.
(FIP) atau peritonitis menular
pada kucing merupakan penyakit Penularan FIP umumnya
viral progresif, umumnya fatal per oral. Selanjutnya, feline
pada berbagai jenis kucing corona virus bereplikasi pada sel-
(Ressang, 1988), disebabkan sel enterosit beberapa bagian
oleh feline corona virus (FCoV) usus halus dan kolon (Kipar el
dari genus Alphacoronavirus, al., 2010). Virus menginfeksi dan
famili Coronaviridae (Woo et al., bereplikasi pada sel-sel
2010). Ada dua serotype FCoV makropag regional pada jaringan
yaitu serotipe I dan II (Pedersen usus kemudian bersirkulasi
et al., 1984). Serotipe I lebih dalam peredaran darah serta
umum menimbulkan penyakit menginfeksi sel-sel monosit,
pada kucing sedangkan serotipe menginduksi reaksi radang
II berpotensi sekitar 2-30% saja pyogranulomatosa kronis dan
(Benetka et al., 2004; Kummrow serositis pada berbagai organ
et al., 2005). (Kipar et al., 1998)

Feline infectious peritonitis Pada tulisan ini disajikan


telah tersebar di seluruh dunia. Di kasus dugaan FIP pada kucing
Indonesia, kasus dugaan FIP lokal yang peneguhan
pada kucing Angora pernah diagnosanya berdasarkan pada
dilaporkan di Surabaya yang perubahan patologi anatomi dan
didiagnosa berdasarkan gejala histopatologi berupa adanya
klinis, gambaran patologi anatomi peradangan kronis
dan histopatologi (Arimbi, 2010). granulomatosa pada berbagai
Penyakit ini umumnya organ.
menyerang kucing umur kisaran
3 bulan sampai 3 tahun, namum
kucing berumur 10 tahun pernah
dilaporkan menderita PIF (Wolfe II. MATERI DAN METODE
and Griesemen, 1966). Kasus
kebanyakan ditemukan pada Materi.
kucing jantan dari pada kucing
betina. Sampel berupa satu ekor
bangkai kucing lokal, di bawa
Kejadian FIP biasanya oleh Yayasan Bali Animal
bersifat sporadis dengan Welfare Association (BAWA)
prosentase kasus dan morbiditas beralamat di Banjar Kelingkung,
rendah serta infeksi cendrung Desa Lodtunduh, Kecamatan
berjalan subklinis dan berpotensi Ubud, Gianyar.
sebagai karier.. Kucing penderita
FIP menunjukkan gejala klinis Bahan yang digunakan
umum seperti; demam, kurang antara lain: neutral buffer formalin
nafsu makan, kelemahan, 10%, alkohol 70%, formalin buffer
Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 85, Desember 2014 ISSN : 0854-901X

10%, alkohol 70%, 98% dan


100%, toluol, akuades, xylol, Pemeriksaan Histopatologi
larutan Harris-hematoxylline, acid
alkohol, larutan amonium, Untuk pemeriksaan
permount, paraffin, larutan histopatologi, setelah semua
pengapung. sampel organ difiksasi dengan
10% buffer fosfat netral selama
Peralatan yang digunakan 24 jam, semua sampel organ
antara lain: tissue processor, dipotong dengan ukuran 0,5 X 1
mikrotom, pisau mikrotom kuas, cm dan dimasukkan ke dalam
jarum ose, inkubator (38-42°C), cassete selanjutnya didehidrasi
bak air (32-38°C), gelas preparat, dengan alkohol konsentrasi
gelas penutup, mikroskop meningkat dalam tissue
binokuler,pensil kaca, pinset, processor. Embeding dilakukan
skalpel No 22, satu set jar menggunakan paraplast.
(embedding cassette), wax Jaringan dipotong dengan
dispenser menggunakan mikrotum dengan
ketebalan 5 mikron selanjutnya
diwarani dengan pewarnaan rutin
Metode. hematoksilin & eosin (H&E)

Anamnesa Penyakit.

Data anamnesa penyakit


serta gejala klinis diperoleh dari
data yang tercatat pada
Epidemiologi, Balai Besar
Veteriner Denpasar.

Pemeriksaan Patologi
Anatomi
Nekropsi dilakukan secara
sistematis. Bagian abdomen,
thorak serta kepala kucing dibuka
dengan seksama, Organ-organ
dalam diamati secara sistematis
terhadap perubahan patologi
anatominya. Lesi-lesi yang
ditemukan dicatat. Sampel organ
sebagian diambil segar untuk
isolasi dan identifikasi agen
penyakit dan sebagian lagi
dimasukan ke dalam pot yang
berisi 10% buffer fosfat netral
untuk pemeriksaan histopatologi
Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 85, Desember 2014 ISSN : 0854-901X

III. HASIL Pemeriksaan Patologi Anatomi.

Data anamnesa dan gejala Pada pemeriksaan


klinis penyakit. patologi anatomi ditemukan
adanya cairan di dalam rongga
Pada tanggal 4 September thorak dan abdomen, paru-paru
2013 Balai Besar Veteriner nampak kongesti dan hiperemia,
Denpasar menerima sampel satu jantung diselimuti oleh masa
ekor bangkai kucing lokal di bawa berfibrin serta hati nampak
oleh Yayasan Bali Animal adanya multi foki nekrosis
Welfare Association (BAWA) (Gambar 1). Ginjal nampak
beralamat di Banjar Kelingkung, membesar, kapsul ginjal sulit
Desa Lodtunduh, Kecamatan dilepas, serta terlihat adanya
Ubud, Gianyar. Anamnesa multi fokal nekrosis (Gambar 2).
menyebutkan bahwa kucing
tersebut berumur tiga bulan, Pemeriksaan Histopatologi.
betina, sudah divaksinasi
lengkap, keculai belum Pada pemeriksaan
divaksinasi rabies. Kucing mulai mikroskopis, ditemukan adanya
sakit pada tanggal 8 Agustus radang kronis granulomatosa
2013 dengan gejala klinis, lemah, pada berbagai organ seperti hati,
pilek, kesulitan bernafas serta jantung, ginjal, otak serta organ
diare. Lama penyakitnya tidak lainnya (Gambar 3, 4, 5, 6).
sembuh, pemilik berinisiatif untuk
melakukan eutanasia.
Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 85, Desember 2014 ISSN : 0854-901X

1 2

3 4

Gambar. 1.
1. Feline infectious peritonitis; pada pengamatan patologi anatomi
terlihat adanya akumilasi cairan pada rongga abdomen dan thorak.
Jantung diselimuti oleh masa berfibrin, paru-paru mengalami kongesti,
hiperemia, hati mengalami kebengkakan disertai adanya multi fokal
nekrosis. 2. Ginjal nampak membesar, kapsul ginjal sulit dilepas, serta
terlihat adanya multi fokal nekrosis. 3. Di bawah mikroskup, meningen
mengalami radang kronis dengan infiltrasi sel-sel polimorfonuklear, limfosit
dan makrofag (H&E 200X). 4. Pada hati ditemukan adanya multifokal
nekrosis, nekrosis koagulatif diinfiltrasi oleh sel-sel limfosit dam makrofag
(H&E, 400X).
Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 85, Desember 2014 ISSN : 0854-901X

5 6

Gambar. 2.
(5 dan 6) Feline infectious peritonitis, reaksi radang granulomatos dijumpai
pada perikardium dan jaringan interstisial ginjal (H&E; 100X)

Isolasi dan Identifikasi Bakteri. kuman Staphillococcus sp,


Klesiella sp dan E. coli.
Hasil pengujian di laboratorium
Bakteriologi berhasil diisolasi
Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 85, Desember 2014 ISSN : 0854-901X

I. PEMBAHASAN abdomen (Gambar 1).


Penyebaran FCoV ke susunan
saraf pusat (Gambar 3) dapat
Kasus FIP pada kucing menimbulkan gejala klinis berupa
lokal (Felis domesticus) ataksia dan inkoordinasi.
merupakan kasus pertama kali
didiagnosa di Bali berdasarkan Penularan FIP umumnya
anamnesa penyakit, gejala klinis, melalui per oral. FCoV bereplikasi
gambaran perubahan patologi pada sitoplasma epitel usus halus
anatomi dan histopatologi. menimbulkan kerusakan pada
Sebagai mana diketahui bahwa epitel mukosa usus halus
pemeriksaan histopatologi sehingga menimbulkan diare.
merupakan “gold standard” untuk Kemampuan untuk menginfeksi
diagnosa FIP (Andrew, 2000; sel-sel makropag merupakan
Hartmann et al, 2003; Giori et al., faktor virulensi dari FCoV. FCoV
2011). virulensi rendah utamanya
bereplikasi pada sel-sel epitel
Hasil anamnesa usus, sedangkan FCoV virulensi
didapatkan bahwa kucing yang tinggi mampu menginfeksi dan
sakit adalah kucing lokal, bereplikasi pada sel-sel
berumur tiga bulan, betina, sudah makropag regional pada jaringan
divaksinasi lengkap, kecuali usus selanjutnya bersirkulasi
belum divaksinasi rabies. dengan dalam peredaran darah serta
gejala klinis, lemah, pilek, menginfeksi sel-sel monosit. yang
kesulitan bernafas serta diare. memungkinkan virus menyebar
Feline infectious peritonitis umum luas secara cepat ke seluruh
terjadi pada pada berbagai jenis tubuh (Rottier et al., 2005). Virus
ras kucing. Namum demikian, antibodi komplek difagosit oleh
Gaffney et al., 2012 pernah makrofag terdeposit pada dinding
melaporkan kasus FIP pada pembuluh darah menimbulkan
cheetahs (Acinonyx jubatus) vaskulitis, perivaskulitis dan
pada kebun binatang di Amerika reaksi pyogranulomatosa yang
Serikat, sementara Stephenson terjadi pada membrana serosa
et al., 2013 pernah melaporkan dan parenkim berbagai organ
kasus FIP pada singa gunung seperti; ginjal, hati, otak, jantung
(Puma concolor) di California, serta organ lainnya ((Julian,
USA. Kisaran umur kucing 1985; Gelberg, 2007). Kerusakan
terserang FIP biasanya 3-16 dinding pembuluh darah
bulan dan jarang menyerang mengakibatkan akumulasi fibrin
kucing umur 3-5 tahun yang berlebihan pada permukaan
(Pedersen, 1984) dengan gejala organ dan cairan eksudat serous
klinis yang bervariasi. Gejala berwarna kekuningan pada
klinis awal yang muncul adalah, rongga thorak dan abdomen.
lesu, penurunan berat badan, Kerusakan yang lebih parah
suhu tubuh berfluktuasi serta dapat mengakibatkan
perut kelihatan membesar akibat abnormalitas pembekuan darah
adanya akumulasi cairan yang serta thrombositopenia. Radang
cukup banyak pada rongga kronis pyogranuloma merupakan
Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 85, Desember 2014 ISSN : 0854-901X

akumulasi dari pada neutrofil, tersebut dipelihara harus


limfosit dan makrofag serta dibersihkan dengan baik
beberapa sel-sel plasma disekitar menggunakan desinfektan.
pembuluh darah (Gambar 3 & 4) b. Jumlah kucing dalam satu
akibat adanya aktivasi dari FCoV. kandang juga dibatasi.
(Pedersen, 2014). c. Untuk mencegah FIP lakukan
vaksinasi secara teratur sesuai
Hasil pemeriksaan petunjuk dokter hewan.
laboratorium Bakteriologi berhasil
diisolasi kuman Staphillococcus
sp, Klesiella sp dan E. coli. Wolfe UCAPAN TERIMA KASIH
and Griesemer, 1966
menyebutkan bahwa bakteri tidak
berperan penting dalam kasus Ucapan terima kasih
FIP. Kucing tertular FIP disampaikan kepada seluruh staf
umumnya berakhir dengan paramedik veteriner Laboratorium
kematian. Sampai saat ini belum Patologi, Balai Besar Veteriner
ada obat antivirus yang efektif Denpasar yang telah melakukan
untuk menyembuhkan penyakit nekropsi dan menyiapkan
ini. Pengobatan yang diberikan preparat histopatologi dengan
hanya untuk mengurangi gejala baik .
dan mengurangi rasa sakit
kucing. Kucing yang sakit dapat
bertahan hidup 1 minggu-1 tahun III. DAFTAR PUSTAKA
tergantung kekebalan tubuh dan
keparahan penyakit.
Andrew, S.E. (2000). Feline
Infectious Peritonitis. Vet Clin
II. KESIMPULAN DAN SARAN North Am Small Anim Pract.
30(5):987-1000.
Kesimpulan.
Arimbi (2010). Studi Kasus;
Suspect Feline Infectious
Berdasarkan anamnesa, Peritonitis (FIP) pada Kucing Ras
gejala klinis, gambaran di Surabaya. Veterinaria Medika,
perubahan patologi anatomi, 3. 109-114.
histopatologi kucing diduga
menderita Feline Infectious Benetka, V., Kubber-Heiss, A.,
Peritonitis. Kalodziejek, J., Nowotny, N.,
Hofmann-Parisot, M., Mostl, K
Saran-Saran. (2004). Prevallence of Feline
Coronavirus Types I and II in
a. Kasus FIP umunya terjadi Cats with Histopathologically
pada kucing yang dipelihara Verified Feline Infectious
bersama pada lingkungan Peritonitis. Vet Microbiol, 99: 31-
yang kurang bersih, untuk 42.
kebersihan kandang dan
lingkungan dimana kucing
Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 85, Desember 2014 ISSN : 0854-901X

Hartmann, K., Binder, C., Expression and Production of


Hirschberger, J., Cole, D., Sepcific Antibodies in Feline
Reinacher, M., Schroo, S., Front, Infectious Peritonitis. Vet
J., Egberink, H., Lutz, H and Immunol Immunopathol. 65; 243-
Hermannns, W. (2003) 257.
Comparison of Different Tests to
Diagnose Feline Infectious Kipar, A., Meli, M.L., Baptiste,
Peritonitis. J. Vet. Int. Med. 17: K.E., Bowker, L.J and Lutz, H.
781-790. (2010). Sites of Feline
Coronavirus Persistence in
Gaffney, P.M., Kennedy, M., Healthy Cats. J. Gen. Virol. 91:
Terio, K., Gardner, I., Lothamer, 1698-1705.
C., Coleman, K., Munson, L
(2012). Detection of Feline Kummrow, M., Meli, M.L.,
Coronavirus in Cheetah Haessig, M., Goersczi, E.,
(Acinonyx Jubatus) Feces by Poland, A., Pedersen, N.C.,
Reverse Transcription-Nested Hotmann-Lehmann, R., and Lutz,
Polymerase Chain Reaction in H (2005). Feline Coronavirus
Cheetahs with Variable Serotypes I and II:
Frequency of Viral Shedding. Seroprevallences and
Association with Disease in
Gelberg, H.B. (2007). Alimentary Switzerland. Clin Diag Lab
System. In: Pathobiologic Basis immunol. 12;1209-1215.
of Veterinary Diseases. 4th Ed.
Editor: M.D MacGavin & J.F. Pedersen, N.C., Black, J.W.,
Zachary. Mosby; 380-381. Boyle, J.F, Evermann, J.F,
McKeirnan, A.J., and Ott, R.L.
Giori L., Giordano, A., Giudice, (1984). Patogenic Differences
C.,, Grieco V, Paltrinieri S (2011) Between Various Feline
Performances Of Different Coronavirus Isolates. Adv. Exp.
Diagnostic Tests for Feline Med. Biol. 173: 365-380.
Infectious Peritonitis in
Challenging Clinical Cases. J Pedersen, N. C (2014). An
Small Anim Pract. 52(3):152-157. Update on Feline Infectious
J Zoo Wildl. Med. 43(4):776-86. Peritonitis: Virology and
Immunopathogenesis. Vet. J.
Julian, R.J (1985). The 201(2); 123-132
Peritoneum, Retroperitoneum
and Mesentery. In: Pathology of Ressang, A.A (1988). Peritonitis
Domestic Animals. 3rd Ed. Editor : Menular Pada Kucing. Dalam:
K.V.F. Jubb, P.C. Kennedy and Penyakit Viral Pada Hewan.
N. Palmer. Academic Press Inc. Penerbit Universitas Indonesia.
336-338. 316-320.

Kipar, A., Bellmann, S., Rottier PJ, Nakamura K, Schellen


Kremendahi, J., Kohler, K and P, Volders H, Haijema BJ (2005).
Reinacher, M (1998). Celullar Acquisition of Macrophage
Composition Coronavirus Antigen Tropism During The
Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 85, Desember 2014 ISSN : 0854-901X

Pathogenesis of Feline Infectious Wolfe, L.G and Griesemen, R.A


Peritonitis is Determined by (1966). Feline Infectious
Mutations in The Feline Peritonitis. Path. Vet. 3; 255-270
Coronavirus Spike Protein.
J.Virol; 79(22),14122-14130. Woo, P.C.Y., Huang, Y., Lau,
S.K.P and Yuen, K.Y. (2010).
Stephenson, N., Swift, P., Coronavirus Genomics and
Moeller, R.B., Worth, S. J and Informatics Analysis. Viruses 2.
Foley, J (2013). Feline Infcetious 1804-1820.
Peritonitis in A Mountain Lion
(Puma concolor), California, USA.
J. Wild. Dis. 49(2); 408-412

Anda mungkin juga menyukai