Anda di halaman 1dari 10

CANINE PARVO VIRUS PADA ANJING LOKAL

Wahyu Semadi Putra/1209006098


Laporan Koasistensi Laboratorium Patologi
Pendidikan Profesi Dokter Hewan
Gelombang 9/Kelompok D
Nomor Protokol 884/N/16

ABSTRAK
Telah dilakukan nekropsi anjing lokal dengan nomor protokol 884/N/16
suspect parvo virus di Laboratorium Nekropsi Veteriner. Sampel organ yang
diambil berupa otak, trachea, jantung, paru-paru, hati, usus, limpa, dan ginjal yang
kemudian diperiksa di Laboratorium Patologi Veteriner. Anjing kasus
menunjukkan gejala klinis berupa anoreksia dan lemah hingga muntah dan
mengalami diare berdarah dengan bau busuk yang khas. Riwayat kasus, kajian
epidemiologi, dan sinyalemen mengenai umur, jenis kelamin, dan ras juga dicatat.
Perubahan patologi anatomi yang signifikan berupa perdarahan disepanjang
duodenum dan awal jejunum pada usus. Kongesti dan perdarahan epikardium.
Secara mikroskopis, pada usus halus mengalami nekrosis kripta liberkun,
hemoragika, dan infiltrasi limfosit. Kongesti miokardium pada jantung.
Berdasarkan gejala klinis, perubahan patologi antomi, dan histopatologi anjing
lokal terinfeksi Canine Parvo Virus tipe enteritis.

ABSTRACT
Has performed a necropsy local dogs with protocol number 884/N/16
suspect parvo virus at necropsy laboratory. The sample were taken such as brain,
trachea, heart, lungs, liver, intestine, spleen, and kidneys were then examined at
Pathology Laboratory. Dog case showed clinical symptoms of anorexia and feeble
vomit, dehydration and bloody diarrhea. The case history, epidemiological
studies, and signalement were observed including : age, sex, and dog breeds.
Pathological examination showed bleeding along duodenum and early jejunum.
Congestion and haemorrhagic were found on epicardium. Microscopic changes
of the small intestines showed necrotic of the crypts Lieberkuhn, haemorrhagic,
and lymphocytes infiltration. Congestion was found in myocardium. Based on
clinical symptoms, anatomic pathology, and histopathology local dog infected by
Canine Parvo Virus types of enteritis.

PENDAHULUAN
Penyakit parvovirosis pada anjing disebabkan oleh Canine Parvovirus tipe
2 (CPV-2) merupakan salah satu penyakit virus yang bersifat sangat kontagius
dan fatal. Canine Parvovirus termasuk dalam famili parvoviridae. Virus ini
menyerang saluran pencernaan pada anjing, sangat stabil pada pH 3 hingga 9 dan
pada suhu 60°C selama 60 menit. Karena virus ini tidak beramplop maka virus ini
sangat tahan terhadap pelarut lemak, tetapi virus CPV menjadi inaktif dalam
formalin 1%, beta- propiolakton, hidroksilamin, larutan hipoklorit 3%, dan sinar
ultra violet (Jhonson dan Spradbrow, 1979 : Purnamasari et al., 2015).
Derajat keparahan manifestasi klinis infeksi CPV sangat tergantung pada
umur anjing, infeksi parasit, stress, status imun, dan status vaksinasi. Makin muda
umur anjing yang terinfeksi makin parah klinis yang dihasilkan (Dharmojono,
2001). Infeksi oleh CPV-2 akan memperlihatkan gejala yang digolongkan menjadi
miokarditis dan enteritis (Purnamasari et al., 2015).
Pada hari jumat, 30 September 2016 sekitar pukul 16.00 WITA dilakukan
nekropsi pada anjing lokal berjenis kelamin jantan dengan umur 6 bulan dan berat
badan 14 kg. Pemilik bapak I Gede Darma yang beralamat di Jln Tukad Pulet No
32 Denpasar Selatan. Anjing yang dinekropsi dan diangkat sebagai kasus tersebut
dipelihara secara dilepas di dalam pekarangan rumah sehingga sangat mungkin
anjing dapat lepas keluar rumah dan berinteraksi dengan anjing liar. Sumber
pakan yaitu dogfood, sementara sumber air berasal dari air PDAM. Anjing kasus
sendiri belum pernah mendapatkan vaksinasi maupun pengobatan selama sakit.
Lama sakit anjing 7 hari dengan gejala klinis tidak ada kemampuan makan,
minum, lemas, tubuh kejang dan berakhir dengan kematian. Berdasarkan
keterangan dari bapak I Gede Darma banyak tetangga di lingkungan sekitar yang
memelihara anjing lokal maupun berbagai jenis anjing ras.
Selanjutnya dilakukan survey di tempat tinggal bapak I Gede Darma dan
tercatat 20 ekor anjing. Tercatat kurang lebih 11 anjing yang dikandangkan dan
sisanya merupakan anjing liar. Terdata ada 16 anjing dewasa yang berumur > 6
bulan dan 4 ekor anjing muda berumur < 6 bulan. Dalam kurum waktu 1 bulan
terhitung dari bulan Agustus sampai September terdapat 3 anjing muda yang
menderita sakit dengan gejala yang hampir sama dan seluruhnya akhirnya
mengalami kematian.
Nekropsi dilakukan oleh penulis bersama anggota kelompok koas
didampingi oleh dosen piket di Laboratorium Nekropsi dengan nomor protokol
883/N/16. Proses nekropsi dilakukan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh
Laboratorium Patologi Veteriner FKH Unud. Tindakan nekropsi bertujuan untuk
melihat perubahan patologi anatomi dari organ dalam anjing tersebut. Patologi
anatomi yang ditemukan antara lain adalah otak terjadi perdarahan dan trachea
tidak terjadi perubahan, perdarahan disemua lobus pada paru-paru, perdarahan
epikardium pada jantung, warna merah kehitaman pada hati, mukosa usus terlihat
berlendir, limpa tampak membesar dan berwarna kehitaman, ginjal terlihat
perdarahan pada korteks dan medulanya.
Berdasarkan epidemiologi tingkat mortalitas dan morbiditas, gejala klinis,
dan patologi anatomi anjing lokal tersebut dengan nomor protokol 883/N/16
diagnosa sementara adalah Canine Distemper Virus. Untuk melihat perubahan
histopatologi maka spesimen dikirim ke Laboratorium Patologi Veteriner.

MATERI DAN METODE


Materi
Kasus ini menggunakan hewan yang sudah mati yaitu anjing lokal. Sampel
yang diambil dalam kasus ini adalah organ otak, trachea, paru-paru, jantung, hati,
usus, limpa, dan ginjal, lambung dan vesica urinaria. Sampel kemudian diambil
dengan ukuran 1x1x1 cm selanjutnya dimasukan ke dalam Neutral Buffer
Formalin 10% yang selanjutnya nanti akan dibuat preparat histopatologi.

Metode
Proses Pembuatan preparat histopatologi sampel jaringan disesuaikan
dengan metode pembuatan preparat menurut Kiernan (2010). Sampel dimasukkan
ke dalam Neutral Buffer Formalin 10%, kemudian diproses di dalam tissue
processor untuk dibuat preparat. Preparat diwarnai dengan pewarnaan
Hematoxilin-Eosin (HE). Pengamatan sediaan dilakukan menggunakan
mikroskop cahaya binokuler masing-masing dengan pembesaran 100X dan 400X.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Canine Parvo Virus dapat menginfeksi berbagai ras anjing, umur ataupun
jenis kelamin. Kejadian infeksi parvo virus lebih banyak ditemukan pada anjing
jantan dibandingkan dengan anjing betina dan lebih menyukai ras tertentu.
Pendapat ini berkaitan dengan temuan yang dilaporkan oleh Houston et al. (1996)
yang menyatakan bahwa ras anjing seperti Rottwailer, Doberman pincher,
American pit bull terrier, Labrador retriever, dan German shepherd memiliki
garis genetika sama dan sangat sensitif terhadap parvo virus. Resiko paling tinggi
terjadi pada anak anjing umur 6 minggu sampai 6 bulan (Glickrnan et al. 1985).
Dimana gejala dari penyakit tersebut dibagi dua yaitu tipe miokarditis
dimana pada tipe ini anjing tumbuh normal dan pada pemeriksaan umum, anjing
tidak menunjukkan adanya kelainan pada jantung dan paru-paru, tetapi beberapa
jam sebelum mati anak anjing tersebut terlihat lemas, sesak napas, menangis,
kadang-kadang muntah dan selaput lendir pucat. Namun, kasus CPV pada tipe ini
lebih banyak ditemukan pada anak anjing berumur di bawah 4 minggu (Kelly dan
Atwell, 1979; Mc. Candlish et al., 1979). Sedangkan tipe yang satunya lagi adalah
tipe enteritis dengan muntah yang diikuti demam, tidak napsu makan, lesu dan
diare mulai dari mencret berwarna kekuningan, abu-abu dengan bau yang khas
hingga berdarah berwarna kehitaman seperti warna aspal. Masa inkubasi tipe
enteritis 7–14 hari (Meunier et al., 1985).
Berdasarkan pengamatan organ anjing lokal hasil nekropsi pada hari
Jumat, 30 September 2016 dengan nomor protokol 883/N/16 diperoleh hasil
perubahan patologi antomi seperti yang disajikan pada tabel 1
Tabel 1. Perubahan patologi anatomi pada organ anjing lokal

Paru-paru : perdarahan di semua


Otak : Perdarahan
lobus
Limpa : splenomegali dan berwarna
Hati : berwarna merah kehitaman
kehitaman

Ginjal : perdarahan pada korteks dan


Usus : mukosa usus terlihat berlendir
medula

Data pada tabel 1 menunjukkan perubahan patologi anatomi pada anjing


lokal berupa otak dan trachea tidak terjadi perubahan, perdarahan ekimosa lobus
diafragmatikus dan lobus kardiakus pada paru-paru, kongesti dan perdarahan
epikardium pada jantung, warna merah kehitaman pada hati, perdarahan
disepanjang duodenum dan awal jejunum pada usus, limpa tampak membesar dan
berwarna merah kehitaman, ginjal terlihat hiperemi pada medula dan korteks.
Menurut Winaya et al., (2014) menyatakan pada kasus CPV tipe enteritis,
perubahan patologi anatomi yang signifikan ditemukan pada usus halus berupa
edema dan hiperemi pada mukosa, selain itu nekrosis dan foci hemoragi. Pada
kasus CPV tipe miokarditis umumnya perubahan patologi berupa kongesti dan
nekrosis pada epikardium, kemerahan terlihat pada jaringan paru dan kekuningan
pada hati.
Pada pemeriksaan histopatologi kasus anjing dengan nomor protokol
884/N/16 menunjukan perubahan-perubahan seperti yang disajikan pada tabel 2.
Tabel 2. Perubahan histopatologi pada anjing lokal

Otak : Kongesti dan edema perivaskuler

Trachea : Erosi mukosa trachea dan tracheatitis

Jantung : kongesti otot jantung


Paru-paru : edema dan pneumonia hemoragika

Hati : hepatitis, hemoragika

Usus : necrosis kripta liberkun, hemoragika, infiltrasi limfosit

Limpa : hemoragi pada pulpa merah, proliferasi sel limfoid dalam folikel
Ginjal : Hiperplasia glomelurus, nekrosis tubulus, hemoragika

Pada pengamatan histopatologi terjadi perubahan kongesti dan edema


perivaskuler pada otak, erosi mukosa trachea dan tracheatitis pada trachea,
kongesti otot jantung, edema dan pneumonia pada paru-paru, hepatitis,
hemoragika pada hati, necrosis kripta liberkun, hemoragika, infiltrasi limfosit
pada usus, hemoragi pada pulpa merah, proliferasi sel limfoid dalam folikel pada
limpa, hiperplasia glomelurus, nekrosis tubulus, hemoragika pada ginjal.
Secara histopatologi CVP tipe miokarditis ditemukan kongesti pada
epikardium, nekrosis miokardium, dan intranuklear incluion bodies. Sementara
itu, perubahan signifikan pada usus halus. Mukosa usus terlihat hiperemi disertai
dengan infiltrasi limfosit, vili terlihat atropi dan nekrosis pada kriptus Lieberkuhn.
Target utama dari CPV adalah epitel usus halus, infeksi lisis mengakibatkan
deskuamasi, perdarahan dan pemendekan vili duodenum, yeyenum, dan ileum
(Winaya, et al, 2014). Dengan adanya infiltrasi sel radang limfosit pada
pemeriksaan histopatologi organ menunjukkan bahwa anjing tersebut diinfeksi
oleh agen virus (Tizard, 1987 ; Malole, 1988).

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Berdasarkan studi epidemiologi, gejala klinis, patologi antomi, dan
histopatologi anjing kasus dengan nomor protokol 884/N/16 terinfeksi Canine
Parvo Virus tipe enteritis.
Saran
Antivirus Canine Parvovirus hingga saat ini belum ditemukan sehingga
tindakan pencegahan berupa vaksinasi Parvovirus merupakan tindakan yang
paling efektif dilakukan sebagai pencegahan. Vaksinasi harus dilakukan sesuai
jadwal dan teratur. Sanitasi kandang, lingkungan tempat hewan, tempat makan
maupun pakaian pemilik dapat menjadi media kontaminasi penyebaran virus
maka dari itu harus dilakukan pengendalian. Untuk mencegah adanya penyebaran
penyakit yang meluas, sebaiknya anjing dipelihara dengan cara dikandangkan,
dirawat dan diperhatikan kesehatannya dengan baik.

UCAPAN TERIMA KASIH


Terima kasih kepada teman kelompok 9D, Dosen pembimbing Pendidikan
Profesi Dokter Hewan (PPDH), teknisi Laboratorium Patologi Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Udayana yang membantu selama pelaksanaan
proses pembuatan preparat histopatologi.
DAFTAR PUSTAKA

Dharmojono H. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Hewan Veteriner (Hewan


Kecil). Pustaka Populer Obor. Jakarta.

Glickman, L.T., Domanski, L.M., Patronek, G.J., Visintainer, F. 1985. Breed-


related Risk Factors for Canine Parvovirus Enteritis. Joud of the American
Veterinary Medical Association1 87(6):5 89-594.

Houston, D.M., Ribble, C.S., Wed, L.L. 1996. Risk Factors Associated with
Parvovirus Enteritis in Dogs: 283 cases (1982 – 1991). 1996. J. Am. Vet.
Med. Assoc. 208(4):542-546.

Johnson RH, Spradbrow PB. 1979. Isolation from Dogs with Severe Enteritis of a
Parvovirus Related to Feline Panleucopenia Virus. Aust J Vet, 55: 151

Kelly, W.R. and Atwell, AR.B. 1979. Diffuse Subacute Myocarditis of Possible
Viral Aetiology a Cause of Sudden Death in Pups. Aust. Vet. J., 55: 36–37.

Kiernan, J.A. 2010. General Oversight Stains for Histology and Histopatology,
Education Guide : Special Stains and H&E 2nd. North America, Carpinteria,
California : Dako. Page : 29-36

Malole, M.B.M. 1988. Virologi. Pusat Antar Universitas. Institut Pertanian Bogor.

Mc. Candlish, I.A. P., H. Thompson, H.J.C. Cornwell, H. Laird and B.N.G.
Wright. 1979. Isolation of a Parvovirus from Dogs in Britain. Vet. Rec. 105:
167–168.

Meunier, P.C., B.J. Cooper, M.J.G. Appel, D.O. Slauson. 1985. Pathogenesis of
Canine Parvovirus Enteritis. The Important Viraemia. Vet. Pathology. 22:
60–71

Purnamasari, I.A.A., Berata, I.K., Kardena, I.M. 2015. Studi Histopatologi Organ
Usus dan Jantung Anjing Terinfeksi Virus Parvo. Buletin Veteriner
Udayana. Vol. 7 No. 2: 107-113

Tizard. 1987. Pengantar Imunologi Veteriner. Edisi II. Introduction to Veterinary


Immunology. Airlangga University Press. Surabaya.

Winaya, I.B.O., Berata, I.K., Mirah, A.A.A., Kardena, I.M. 2014. Aspek Patologis
Infeksi Parvovirus pada Anak Anjing di Kota Denpasar. Jurnal Kedokteran
Hewan Vol 8. No 2 : 85-89

Anda mungkin juga menyukai