ABSTRAK
Telah dilakukan nekropsi anjing lokal dengan nomor protokol 884/N/16
suspect parvo virus di Laboratorium Nekropsi Veteriner. Sampel organ yang
diambil berupa otak, trachea, jantung, paru-paru, hati, usus, limpa, dan ginjal yang
kemudian diperiksa di Laboratorium Patologi Veteriner. Anjing kasus
menunjukkan gejala klinis berupa anoreksia dan lemah hingga muntah dan
mengalami diare berdarah dengan bau busuk yang khas. Riwayat kasus, kajian
epidemiologi, dan sinyalemen mengenai umur, jenis kelamin, dan ras juga dicatat.
Perubahan patologi anatomi yang signifikan berupa perdarahan disepanjang
duodenum dan awal jejunum pada usus. Kongesti dan perdarahan epikardium.
Secara mikroskopis, pada usus halus mengalami nekrosis kripta liberkun,
hemoragika, dan infiltrasi limfosit. Kongesti miokardium pada jantung.
Berdasarkan gejala klinis, perubahan patologi antomi, dan histopatologi anjing
lokal terinfeksi Canine Parvo Virus tipe enteritis.
ABSTRACT
Has performed a necropsy local dogs with protocol number 884/N/16
suspect parvo virus at necropsy laboratory. The sample were taken such as brain,
trachea, heart, lungs, liver, intestine, spleen, and kidneys were then examined at
Pathology Laboratory. Dog case showed clinical symptoms of anorexia and feeble
vomit, dehydration and bloody diarrhea. The case history, epidemiological
studies, and signalement were observed including : age, sex, and dog breeds.
Pathological examination showed bleeding along duodenum and early jejunum.
Congestion and haemorrhagic were found on epicardium. Microscopic changes
of the small intestines showed necrotic of the crypts Lieberkuhn, haemorrhagic,
and lymphocytes infiltration. Congestion was found in myocardium. Based on
clinical symptoms, anatomic pathology, and histopathology local dog infected by
Canine Parvo Virus types of enteritis.
PENDAHULUAN
Penyakit parvovirosis pada anjing disebabkan oleh Canine Parvovirus tipe
2 (CPV-2) merupakan salah satu penyakit virus yang bersifat sangat kontagius
dan fatal. Canine Parvovirus termasuk dalam famili parvoviridae. Virus ini
menyerang saluran pencernaan pada anjing, sangat stabil pada pH 3 hingga 9 dan
pada suhu 60°C selama 60 menit. Karena virus ini tidak beramplop maka virus ini
sangat tahan terhadap pelarut lemak, tetapi virus CPV menjadi inaktif dalam
formalin 1%, beta- propiolakton, hidroksilamin, larutan hipoklorit 3%, dan sinar
ultra violet (Jhonson dan Spradbrow, 1979 : Purnamasari et al., 2015).
Derajat keparahan manifestasi klinis infeksi CPV sangat tergantung pada
umur anjing, infeksi parasit, stress, status imun, dan status vaksinasi. Makin muda
umur anjing yang terinfeksi makin parah klinis yang dihasilkan (Dharmojono,
2001). Infeksi oleh CPV-2 akan memperlihatkan gejala yang digolongkan menjadi
miokarditis dan enteritis (Purnamasari et al., 2015).
Pada hari jumat, 30 September 2016 sekitar pukul 16.00 WITA dilakukan
nekropsi pada anjing lokal berjenis kelamin jantan dengan umur 6 bulan dan berat
badan 14 kg. Pemilik bapak I Gede Darma yang beralamat di Jln Tukad Pulet No
32 Denpasar Selatan. Anjing yang dinekropsi dan diangkat sebagai kasus tersebut
dipelihara secara dilepas di dalam pekarangan rumah sehingga sangat mungkin
anjing dapat lepas keluar rumah dan berinteraksi dengan anjing liar. Sumber
pakan yaitu dogfood, sementara sumber air berasal dari air PDAM. Anjing kasus
sendiri belum pernah mendapatkan vaksinasi maupun pengobatan selama sakit.
Lama sakit anjing 7 hari dengan gejala klinis tidak ada kemampuan makan,
minum, lemas, tubuh kejang dan berakhir dengan kematian. Berdasarkan
keterangan dari bapak I Gede Darma banyak tetangga di lingkungan sekitar yang
memelihara anjing lokal maupun berbagai jenis anjing ras.
Selanjutnya dilakukan survey di tempat tinggal bapak I Gede Darma dan
tercatat 20 ekor anjing. Tercatat kurang lebih 11 anjing yang dikandangkan dan
sisanya merupakan anjing liar. Terdata ada 16 anjing dewasa yang berumur > 6
bulan dan 4 ekor anjing muda berumur < 6 bulan. Dalam kurum waktu 1 bulan
terhitung dari bulan Agustus sampai September terdapat 3 anjing muda yang
menderita sakit dengan gejala yang hampir sama dan seluruhnya akhirnya
mengalami kematian.
Nekropsi dilakukan oleh penulis bersama anggota kelompok koas
didampingi oleh dosen piket di Laboratorium Nekropsi dengan nomor protokol
883/N/16. Proses nekropsi dilakukan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh
Laboratorium Patologi Veteriner FKH Unud. Tindakan nekropsi bertujuan untuk
melihat perubahan patologi anatomi dari organ dalam anjing tersebut. Patologi
anatomi yang ditemukan antara lain adalah otak terjadi perdarahan dan trachea
tidak terjadi perubahan, perdarahan disemua lobus pada paru-paru, perdarahan
epikardium pada jantung, warna merah kehitaman pada hati, mukosa usus terlihat
berlendir, limpa tampak membesar dan berwarna kehitaman, ginjal terlihat
perdarahan pada korteks dan medulanya.
Berdasarkan epidemiologi tingkat mortalitas dan morbiditas, gejala klinis,
dan patologi anatomi anjing lokal tersebut dengan nomor protokol 883/N/16
diagnosa sementara adalah Canine Distemper Virus. Untuk melihat perubahan
histopatologi maka spesimen dikirim ke Laboratorium Patologi Veteriner.
Metode
Proses Pembuatan preparat histopatologi sampel jaringan disesuaikan
dengan metode pembuatan preparat menurut Kiernan (2010). Sampel dimasukkan
ke dalam Neutral Buffer Formalin 10%, kemudian diproses di dalam tissue
processor untuk dibuat preparat. Preparat diwarnai dengan pewarnaan
Hematoxilin-Eosin (HE). Pengamatan sediaan dilakukan menggunakan
mikroskop cahaya binokuler masing-masing dengan pembesaran 100X dan 400X.
Limpa : hemoragi pada pulpa merah, proliferasi sel limfoid dalam folikel
Ginjal : Hiperplasia glomelurus, nekrosis tubulus, hemoragika
Houston, D.M., Ribble, C.S., Wed, L.L. 1996. Risk Factors Associated with
Parvovirus Enteritis in Dogs: 283 cases (1982 – 1991). 1996. J. Am. Vet.
Med. Assoc. 208(4):542-546.
Johnson RH, Spradbrow PB. 1979. Isolation from Dogs with Severe Enteritis of a
Parvovirus Related to Feline Panleucopenia Virus. Aust J Vet, 55: 151
Kelly, W.R. and Atwell, AR.B. 1979. Diffuse Subacute Myocarditis of Possible
Viral Aetiology a Cause of Sudden Death in Pups. Aust. Vet. J., 55: 36–37.
Kiernan, J.A. 2010. General Oversight Stains for Histology and Histopatology,
Education Guide : Special Stains and H&E 2nd. North America, Carpinteria,
California : Dako. Page : 29-36
Malole, M.B.M. 1988. Virologi. Pusat Antar Universitas. Institut Pertanian Bogor.
Mc. Candlish, I.A. P., H. Thompson, H.J.C. Cornwell, H. Laird and B.N.G.
Wright. 1979. Isolation of a Parvovirus from Dogs in Britain. Vet. Rec. 105:
167–168.
Meunier, P.C., B.J. Cooper, M.J.G. Appel, D.O. Slauson. 1985. Pathogenesis of
Canine Parvovirus Enteritis. The Important Viraemia. Vet. Pathology. 22:
60–71
Purnamasari, I.A.A., Berata, I.K., Kardena, I.M. 2015. Studi Histopatologi Organ
Usus dan Jantung Anjing Terinfeksi Virus Parvo. Buletin Veteriner
Udayana. Vol. 7 No. 2: 107-113
Winaya, I.B.O., Berata, I.K., Mirah, A.A.A., Kardena, I.M. 2014. Aspek Patologis
Infeksi Parvovirus pada Anak Anjing di Kota Denpasar. Jurnal Kedokteran
Hewan Vol 8. No 2 : 85-89