Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MATA KULIAH PENYAKIT INTERNAL GANGGUAN METABOLIK DAN GENETIK

CECAL DILATATION DAN VOLVULUS

Oleh: Amanda Vicki B. 105130107111003

Navilla Y. Afanin M. 115130100111035 Adi Setyabudi 115130100111037

M. Rizki Ramadhani 115130101111045 Virginia Anugrah Y. 115130101111049 Fachrian Dwi A. Nurul Ika Wardiana 115130101111050 115130107111023

PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar belakang Dewasa ini, persentasi kasus-kasus penyakit yang berdampak pada gangguan saluran

pencernaan mulai mengalami peningkatan. Kecukupan nutrisi tubuh berpengaruh besar terhadap produktivitas dan hal itu sangat berkaitan erat dengan fungsi kerja saluran pencernaan. Saluran pencernaan yang berfungsi secara optimal akan mampu memaksimalkan nilai pemanfaatan ransum melalui proses pencernaan dan penyerapan nutrisi. Kerugian utama adanya gangguan pada organ dan saluran pencernaan tentunya berupa terganggunya penyerapan nutrisi. Gangguan pencernaan akibat kesalahan makanan misalnya akan menyebabkan saluran pencernaan tidak dapat bekerja dengan baik. Saluran pencernaan pada hewan terdiri atas organ-organ yang meliputi mulut, tenggorokan, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum, dan anus. Namun, sistem pencernaan juga melibatkan organ-organ yang berada di luar saluran pencernaan, seperti hati, kantung empedu, dan pankreas. Penyebab terjadinya gangguan atau kelainan pada sistem pencernaan makanan dapat diakibatkan oleh beberapa hal, seperti pola makan yang salah, kurang

mengonsumsi sayuran,gaya hidup yang tidak sehat, dan lain-lain. 1.2 Tujuan 1. Mengidentifikasi gangguan metabolisme yang disebabkan oleh dilatasi cecal dan volvulus. 2. Mengetahui cara penanganan gangguan metabolisme akibat dilatasi cecal dan volvulus. 3. 1.3 Mengetahui cara pencegahan dilatasi cecal dan volvulus.

Manfaat 1. Memberikan informasi mengenai cara identifikasi penyakit gangguan metabolik akibat dilatasi cecal dan volvulus. 2. Memberikan informasi mengenai cara penanganan penyakit gangguan metabolik akibat dilatasi cecal dan volvulus. 3. Memberikan informasi mengenai cara pencegahan penyakit gangguan metabolik akibat dilatasi cecal dan volvulus.

BAB II PEMBAHASAN

2.1

Etiologi Meskipun kurang umum bila dibandingkan abomasal disorder, gangguan cecal cukup

umum menjadi penyebab disfungsi intestinal pada sapi perah. Banyak teori yang mengatakan bahwa abomasal disorder dapat digunakan untuk menjelaskan cecal dilatation atau kemudian volvulus. Produksi asam lemak volatil terjadi pada sekum seperti halnya pada abomasum. Diet modern menggunakan konsentrat dan silase tingkat tinggi menghasilkan substrat dalam jumlah besar untuk produksi asam lemak volatil pada saluran pencernaan sapi. Faktor lain seperti hypocalcemia, endotoxemia secondary hingga metritis atau mastitis, atau indigesti yang menyebabkan predisposisi lebih lanjut ke dilatasi cecal. Secara sederhana, dilatasi cecal adalah menggembungnya sekum dengan gas dan cairan hingga berbagai derajat sehingga bagian apex mulai naik pada abdomen dari posisi normalnya menuju pelvis inlet. Penggembungan lebih jauh dari organ ini menyebabkan rotasi sekum searah jarum jam. Meskipun dilatasi cecal-volvulus mungkin terjadi pada berbagai tahap laktasi atau kebuntingan, mayoritas kasus ini terjadi pada awal laktasi bersamaan dengan munculnya gangguan metabolik dan abomasal disorder. Cecal dilatation-volvulus juga dapat terjadi pada sapi potong dan kerbau, terutama ternak yang diberi pakan konsentrat yang sangat mudah difermentasi seperti jagung dengan kelembaban tinggi. Banyak catatan akan jumlah yang mengejutkan dari sapi perah yang sehat dan normal ketika dipalpasi selama pemeriksaan kebuntingan rutin yang memiliki cecal dilatation ringan hingga sedang, sehingga kondisi ini dapat menjadi subklinis pada beberapa individu (Divers, 2008). Sedangkan volvulus merupakan kelainan berupa puntiran dari segmen usus terhadap usus itu sendiri, mengelilingi mesenterium dari usus tersebut dengan mesenterium sebagai aksis longitudinal sehingga menyebabkan obstruksi saluran cerna. Sehingga cecal volvulus dapat diartikan sebagai gangguan metabolik akibat terpuntirnya sekum yang penyebabnya belum diketahui secara pasti, namun beberapa menyebutkan bahwa cecal volvulus merupakan predisposisi oleh dan kelanjutan dari cecal dilatation (Haskell, 2008).

2.2

Patogenesa Patogenesis penyakit ini masih kurang dipahami. Akan tetapi di masa lalu, atoni atau

dismotilitas dari sekum dan proximal loop of ascending colon (PLAC) yang menyebabkan akumulasi gas dan digesta, serta diikuti oleh dilatasi dan perpindahan sekunder sekum diduga menjadi penyebab utama dalam patogenesis cecal dilatation (Stocker, 1997). Namun, hasil dari studi baru pada aktivitas myoelectric dari sekum dan PLAC selama periode pemulihan setelah operasi untuk koreksi cecal dilatation menunjukkan bahwa gangguan motilitas bukan dari sekum dan PLAC, tetapi sebagian banyak dari distal usus, yaitu usus spiral yang dapat terlibat dalam patogenesis penyakit. Dari beberapa penelitian yang menunjukkan penghambatan motilitas dengan peningkatan kadar VFAs (volatile fatty acids). Konsentrasi asam lemak volatil ditunjukkan meningkat pada isi usus besar sapi dengan cecal dilatation dibandingkan dengan sapi sehat dengan porsi makan seperti biasanya (Abegg, 1999). Ketika ternak diberi pakan tinggi konsentrat dan kurang serat, karbohidrat mudah terfermentasi dengan tingkat tinggi melalui lambung depan menuju usus di bawahnya. Flora usus di daerah tersebut mencerna kelebihan karbohidrat menjasi asam lemak volatil (VFAs), metan, dan karbon dioksida. Peningkatan VFAs pada sekum dan kolon ascenden dipercaya menjadi penyebab berkurangnya motilitas intentinal (Haskell, 2008). Menurunnya motilitas intestinal juga dapat berasal dari menurunnya kadar kalsium yang terion (Haskell, 2008). Hasil studi di SWISS menunjukkan peningkatan risiko pengembangan cecal dilatation tampak jelas selama tahap produksi sampai akhir laktasi dan sapi tanpa suplementasi garam saham dan/atau mineral (Eicher,1998). Sementara itu penyebab pasti volvulus cecal tidak diketahui, namun diyakini lebih cenderung karena kelanjutan dari terjadinya dilatasi cecal (Haskell, 2008). 2.3 Gejala klinis Ternak yang terkena penyakit ini biasanya memiliki suhu tubuh, frekuensi respirasi, dan frekuensi detak jantung yang normal. Pada kondisi cecal dilatation, manifestasi kolik ringan hingga sedang dapat diketahui dari perilaku hewan seperti menginjak kaki belakang atau menendang perut. Perlemahan kontraksi abdomen akan terus terjadi hingga frekuensinya menurun, dan motilitas intestinal juga menurun. Suara mendeding (ping) pada bagian kanan abdomen akan terdeteksi saat dilakukan auskultasi dan perkusi. Suara desingan ini akan berkembang pada fossa paralumbar dan memanjang hingga tulang rusuk 1-3. Pada kasus lebih kanjut suara desingan ini memanjang hingga pertengahan atau sebelah kanan ventral

kaudal abdomen. Cairan mungkin ditemukan menjadi sebuah kekembungan pada buncit viskus pada kuadran kanan atas abdominal. Pada kasus awal, kebuncitan ini menyebabkan fossa prelumbar kanan terlihat penuh. Pada kasus lanjut, kedua kuadran kiri dan kanan atas terlihat buncit, dan terkadang terlihat garis luar dari sekum dan kadang-kadang kolon asending juga terlihat menonjol pada fossa paralumbar. Pada ternak akan terjadi lebih dari 24 jam pada kasus sedang, dehidrasi ringan hingga sedang dapat terdeteksi. Eksplorasi rektal merupakan kunci diagnosa penyakit ini karena dilatasi sekum sangat mudah dipalpasi pada sisi kanan kaudal abdomen, sering pada bagian permukaan sekum yang terhubung langsung pada pelvis inlet. Jika rotasi badan sekum dan kolon spiral dapat dipalpasi pada sisi kanan kaudal sentral abdomen. Konsentrasi serum chloride dapat digunakan dan sangat berguna. Ternak dengan kelainan abdomasal sebelah kanan merupakan tipikal hipoklasemia. Ternak dengan penyakit sekum biasanya memeliki perubahan dramatis pada serum chloride (Divers, 2008). Gejala klinis sama dengan obstruksi usus halus. Serangan nyeri perut yang bersifat kolik makin hebat disertai mual dan muntah yang timbul lebih cepat daripada gejala obstipasi. Nyeri biasanya ditemukan di sekitar pusat. Distensi abdomen tidak mencolok, tetapi gambaran hiperperistalsis amat jelas dan terdengar borborigmi. Gambaran klinis iniberlangsung singkat. Bisa terjadi tiga komplikasi besar. Dengan puntiran ketat mendadak pada mesenterium, volvulus bersifat akut dan dapat menyebabkan gangren dini dengan gambaran yang tak berbeda dari gambaran kedaruratan abdomen lain manapun. Jenis obstruksi volvulus tanpa gangren dini bisa menyebabkan obstruksi gelung tertutup yang ditandai oleh distensi jelas sekum. Akhirnya volvulus sekum berulang atau intermiten serta kolon kanan, bermanifestasi sendiri dengan berulangnya serangan nyeri, nyeri tekan dan distensi kuadran kanan bawah. Pasien merasa lebih nyaman dengan mengambil posisi menungging atau menggunakan enema. Nyeri abdomen kronis timbul dalam banyak pasien karena kecenderungan volvulus sekum sembuh spontan, tetapi kemudian kambuh dimasa yang akan datang (Divers, 2008). Pada kasus cecal volvulus, gejala akan lebih mudah diketahui dan jelas. Produksi susu, nafsu makan, dan frekuensi defekasi menurun. Ternak yang terkena penyakit ini mengalami dehidrasi sedang hingga berat, terjadi pembuncitan abdominal yang jelas, kebuncitan rumen, dan stasis. Memiliki detak jantung meningkt hingga 80-100 denyut/menit, dan memiliki suara desingan pada kanan kaudal abdomen yang menyebar dari fossa paralumbar cranial pada setidaknya 3 ruang tulang rusuk dan sering mengenaik ventral hingga fossa paralumbar, adanya cairan sangat mudah terdeteksi oleh ballottement dan

auskultasi. Pada beberapa kejadian, suara desingan sangat luas. Eksaminasi rektal menunjukkan dilatasi sekum dengan rotasi atau volvulus dan dilatasi dari kolon proksimal, dan mungkin terasa kebuncitan ileum karena cecal volvulus membelit bagian ileocecal. Eksaminasi rektal juga menandakan diagnosis banding dari AV. Eksaminasi ultrasound dapat membantu membedakan kasus ketika kasus ini terasa tidak jelas antara cecal volvulus atau AV. Kebengkakan usus kecil terlihat pada cecal volvulus. Sapi dengan penyakit ini akan sangat terlihat mulas (Divers, 2008). Pada pedet, kebengkakan abdominal bagian kanan, anoreksia, akan sangat menurunkan frekuensi defekasi, dehidrasi, dan menurunkan detak jantung (84-120 denyut/menit). Suara desingan yang sangat besar bisa terdeteksi pada kanan kaudal abdomen, termasuk fossa paralumbar kanan dan beberapa cranial rib space ke fossa. Cairan dapat terdengar seperti percikan pada viscus besar ketika abdomen kanan mengalami bloat. Kolik, merebah/ambruk, dan menendang bagian abdomen. Eksaminasi rectal sangat tidak mungkin karena ukuran dari pasien, dan kondisisnya akan sangat sulit untuk dibedakan dengan AV pada hewan seumuran. Eksaminasi ultrasound sangat membantu membedakan antara kedua penyakit tersebut. Pada beberapa kasus, demam dan nyeri abdominal akan terdeteksi sebagai tambahan gejala klinis (Divers, 2008). 2.4 Diagnosa

2.4.1 Diagnosa banding RDA (Right Displaced Abomasun) atau abomasal volvulus, obstruksi usus halus, intussusception. Secara umum, gangguan abomasum menyebabkan suara ping lebih cranial dan distensi abdominal di bawah tulang rusuk daripada caudal abdomen. Adesi dan dilatasi spiral colon dan pada kasus yang jarang dilatasi omasum dapat dikenali sebagai cecal volvulus. Obstruksi usus kecil harus dipertimbangkan pada sapi yang tidak mengeluarkan feses dan menunjukkan gejala kolik. Palpasi rektal dapat membedakan masalah ini. 2.4.2 CBC/Biokimia/Urinalisis Analisa hematologi terdiri dari penentuan PCV, total leukocyte count, dan konsentrasi fibrinogen dan protein total pada sampel darah EDTA. Konsentrasi serum bilirubin, urea nitrogen, sodium, klorida, potassium, kalsium, fosfor inorganik dan magnesium (Braun et al, 2012). Profil biokimia serum, analisa gas darah, dan complete blood count tidak menciri, tetapi stress leukogram dapat ditemukan pada kasus cecal dilatation. Tergantung dari tingkat keberatan dan durasi cecal volvulu, sapi dapat dideteksi memiliki gangguan keseimbangan

elektrolit dan asam basa tingkat sedang hingga berat. Hypochloremic, hypokalemic metabolic alkalosis paling umum ditemukan, tetapi abnormalitas asam basa campuran (alkalosis dan asidodis metabolik yang terjadi bersamaan) juga dapat ditemukan (Haskell, 2008). 2.4.3 Imaging Ultrasonografi daerah dinding abdominal kanan pada level tuber coxae (Haskell, 2008). 2.4.4 Prosedur diagnosa Pemeriksaan kondisi dan sikap secara umum, suhu rektal, frekuensi denyut jantung, frekuensi pernapasan dan suara paru. Swinging dan/atau perkusi auskultasi pada kedua sisi abdomen, palpasi rektal, tes untuk reticular foreign body (Braun et al, 2012). 2.5 Penanganan Untuk pasien distensi cecal, klinisi harus memutuskan bahwa penanganan medis yang akan dilakukan penanganan medis saja atau diperlukan tindakan operasi. Pilihan paling baik untuk terapi medis bila: frekuensi denyut jantung normal, defekasi dan nafsu makan (biasa untuk serat kasar), dehidrasi ringan hingga tanpa dehidrasi, distensi abdominal ringan hingga sedang dengan cecal apex bisa dipalpasi pada pelvis inlet per rektal, kemungkinan hipokalsemia yang mudah ditangani (Divers, 2008). Untuk pasien tersebut, penanganan medis menggunakan laxative ruminotorics harian, cairan kalsium sebanyak yang diperlukan, dan penanganan gangguan yang terjadi bersamaan seperti ketosis, metritis, atau mastitis, laxative harian lebih efektif bila dicampur dengan air hangat menggunakan sonde lambung daripada bolus oral. Peningkatan nafsu makan, produksi kotoran, dan produksi susu merupakan pertanda positif dari terapi ini. Pakan mudah terfermentasi diberikan hanya dalam jumlah terbatas. Penanganan harus kontinyu selama 3-7 hari dan tidak boleh berhenti mengikuti peningkatan kondisi tubuh, dan agar tidak terjadi relaps. Distensi cecal diawasi dengan palpasi rektal atau ultrasound organ dan kadang-kadang kembali ke ukuran dan posisi normal kurang dari 5 hari. Tidak perlu menggunakan analgesik, karena dapat menutupi tanda-tanda abdominal pain (Divers, 2008). Cecal dilatation biasanya cukup ditangani dengan penanganan medis. Cairan oral dalam jumlah besar (20 liter) berisi elektrolit (8 oz NaCl, 2 oz KCl), kalsium (12 oz calcium

propionate), dan cathartics (12 oz Mg-hydroxide, Mg-sulfate) diberikan satu hingga dua kali sehari. Cairan IV juga dapat diberikan. Transfaunation dengan rumen liqour (10-20 liter) dapat digunakan untuk stimuli motilitas rumen dan nafsu makan. Kemudian, cairan borogluconate IV atau SC (20 gram dalam 500 ml) dapat berguna untuk sapi laktasi (Haskell, 2008). Parameter yang perlu diperhatikan pada pasien dengan distensi cecal atau volvulus yang membutuhkan penanganan operasi: peningkatan frekuensi denyut jantung, produksi kotoran dan nafsu makan sedikit atau tidak ada, ditemukan dehidrasi, distensi abdominal sedang hingga berat dengan sekum dan proksimal kolis sangat menggembung ketika palpasi rektal, kolik (Divers, 2008). Terapi cairan IV dan flunixin meglumine IV (0.5-1.0 mg/kg sehari dua kali) diberikan sebelum operasi. Antibiotik preoperatif diperlukan. Penanganan operasi terdiri dari flank laparotomy diikuti dengan typhlotomy. Insisi panjang daerah flank diindikasikan karena diameter cecal dapat mencapai 18-30 cm pada kasus berat dan sulit melakukan insisi pada organ ini bila insisi yang dibuat terlalu kecil. Kemudian dilakukan gas decompressed in situ dengan sebuah jarum yang ditancapkan pada tabung dan suction apparatus pada sekum melalui entry menuju abdomen. Langkah ini mengurangi distensi. Ketika sekum telah dikeluarkan, typhlotomy pada daerah apex harus dilakukan, sekum dikosongkan, kolon proksimal dan ileum dikosongkan dari ingesta, dan double-layer closure digunakan untuk tyhplotomy (Divers, 2008). Pada kasus dengan nekrosis cecal atau pada pasien cecal dilatation-volvulus kumat, diperlukan typhlectomy parsial. Complete typhlectomy pada sapi adalah prosedur yang sulit karena posisi ileum yang dengan dengan basis cecal dan kemudian berlanjut ke kolon proksimal. Sehingga untuk alasan kepraktisan, typhlotomy parsial membuang apex sekum dan meninggalkan daerah ileocecal utuh untuk meminimalkan efek balon dan mengurangi kejadian kambuh. Pada cecal atau cecocolic necrosis lebih lanjut, complete typhlectomy and ileocolic anastomosis merupakan satu-satunya alternatif. Tetapi, typhlotomy, daripada typhlectomy yang lebih kompleks biasanya diindikasikan untuk pasien operasi pertama kali karena kambuh untuk cecal dilatation-volvulus hanya sebanyak 10% (Divers, 2008). Penanganan pasca operatif dengan terapi suportif dengan campuran laxative ruminotoric diberikan harian selama beberapa hari, dan palpasi rektal harus dilakukan pada interval 24-48 jam untuk mengetahui derajat distensi. Kotoran encer selama 48 jam pasca

operasi. Terapi antibiotik diindikasi selama 3-7 hari untuk pasien typhlotomy. Pakan mudah terfermentasi diberikan kembali secara bertahap (Divers, 2008). Pencegahan dengan pemberian pakan tinggi serat dan palatable, serta edukasi klien mengenai gangguan ini akibat diet tidak tepat (Haskell, 2008).

BAB III PENUTUP

3.1

Kesimpulan Cecal dilatation-volvulus adalah gangguan metabolik yang disebabkan menggembungnya sekum akibat adanya gas dan cairan hingga berbagai derajat sehingga bagian apex mulai naik pada abdomen dari posisi normalnya menuju pelvis inlet. Penggembungan lebih jauh dari organ ini menyebabkan rotasi sekum searah jarum jam. Gangguan ini dapat ditangani dengan penanganan medis atau tindakan operatif, tetapi biasanya penanganan medis sudah cukup untuk menangani kasus ini dan dengan alasan ekonomis, tindakan operatif tidak perlu dilakukan. Penyebab utamanya diduga oleh pemberian pakan mudah terfermentasi sehingga terjadi peningkatan asam lemak volatil sehingga pencegahan dilakukan dengan memperbaiki manajemen pakan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Abegg R, Eicher R, Lis J, et al. 1999. Concentration of volatile fatty acids in digesta samples obtained from healthy cows and cows with cecal dilatation and dislocation. Am J Vet Res;60:1540-1545. 2. Braun, U, et al. Clinical findings and Treatment in Cattle with Cecal Dilatation. BMC Veterinary Research 2012, 8:75. 3. Divers, TJ. 2008. Rehuns Diseases Of Dairy Cattle. Elsevier. 4. Eicher R, Audig L, Braun U, et al. 1998. " tiologie, Pathogenese, Diagnostik, Prognose, Therapie und Prophylaxe der Dislocatio abomasi" Epidemiologie und Risiko-Faktoren von Labmagenverlagerungen und Blinddarmdilatation bei der Milchkuh. Internationaler Workshop. 5. Haskell, SRR. 2008. Blackwell's Five-Minute Veterinary Consult: Ruminant. USA: Blackwell Publishing. 6. Stocker S, Steiner A, Geiser S, et al. 1997. Myoelectric activity of the sekum and proximal loop of the ascending colon in cows after spontaneous cecal dilatation/dislocation. Am J Vet Res;58:961-968.

Anda mungkin juga menyukai