Disusun Oleh:
Nama NIM Tanda Tangan
Desti Nurhayati B04140157
Nabillah Ananda Sakina B04140159
Albertus Rheza Deniswara B04140160
Ayu Setya Wardani B04140162
Tomi Ragil Didik Wiradika B04140163
DAFTAR ISI
Halaman
Cover................................................................................................... 1
Latar Belakang............................................................................... 3
Tujuan............................................................................................. 3
Prevalensi........................................................................................ 6
Diagnosis......................................................................................... 7
Patogenitas. .................................................................................... 7
Diagnosis......................................................................................... 8
Pencegahan .................................................................................... 9
Pengendalian................................................................................... 9
SIMPULAN.......................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 11
3
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Coccidiosis adalah salah satu penyakit parasitik yang menyerang saluran
gastrointestinal pada hewan – hewan ternak yang memiliki gejala terjadinya diare
berdarah dan hewan menjadi kurus. Coccidiosis disebabkan oleh Eimeria spp.,
atau disebut juga Coccidia spp., dan beberapa spesis lainnya seperti E. arloingi,
E. christenseni, dan E. ovinoidalis, bersifat sangat patogen pada hewan yang
masih muda. Eimeria merupakan salah satu genus protozoa, mikroorganisme
uniseluler yang secara alamiah banyak ditemukan di tanah (Campbell 2008).
Eimeria spp. termasuk parasit yng memiliki inang spesifik, yang berarti
kejadian coccidiosis pada kambing tidak dapat menular ke sapi maupun ayam,
namun coccidiosis pada kambing dapat menular ke domba (Bessay 1996).
Beberapa faktor penyebab terjadinya coccidiosis adalah kebersihan
kandang, kebersihan pakan, kebersihan pekerja atau peternak, serta kondisi
lingkungan dari hewan ternak. Banyak terjadi kasus masuknya Eimeria spp. ke
dalam pencernaan kambing karena buruknya tingkat sanitasi kandang dan
higieneitas pekerja. Kondisi lingkungan juga memiliki andil besar pada penyakit
ini, seperti stress yang terjad setelah hewan ditransportasikan dan berada di
lingkungan yang baru (Ibarra-Velarde & Alcala-Canto 2007).
Coccidiosis sendiri merupakan penyakit yang bersifat global dan hampir
terjadi di seluruh belahan bumi (Flynn 1973). Coccidiosis sangat berdampak
negatif pada peternak karena biaya pengobatan yang cukup mahal serta
tingginya angka mortalitas pada hewan ternak yang terserang penyakit ini.
Mortalitas coccidiosis pada berbagai jenis hewan mencapai angka 5-100% (Ruiz
et al. 2006).
Coccidiosis
Coccidiosis adalah penyakit parasitik di saluran pencernaan yang
disebabkan oleh protozoa koksidia. Protozoa koksidia meliputi genus Isospora,
Eimeria, Cryptosporidium, Hammondia, Besnoitia, Sarcocystis, Toxoplasma,
Neospora, dan Hepatozoon. Penyakit ini menyebar dari satu hewan ke hewan
lain melalui feses atau ingesti jaringan terinfeksi. Koksidia biasanya bersifat
spesifik terhadap spesies (Daugschies 2005).
Coccidiosis adalah penyakit yang ditakuti peternak. Coccidiosis
mempengaruhi pertumbuhan dan keberlangsungan hidup sapi-sapi di
peternakan dan berujung pada produksi dan keuntungan dari ternak sapi
(Lassen 2012). Pada peternakan ayam, obat-obatan anti-koksidia diaplikasikan
sebagai obat prophylaxis untuk meningkatkan pertumbuhan ayam, seperti
toltrazuril dan amprolium.
Infeksi coccidiosis biasanya bersifat akut. Gejala klinis meliput diare,
demam, tidak nafsu makan, kehilangan berat badan, kekurusan, bahkan
5
Taksonomi Eimeria
Taksonomi Eimeria adalah sebagai berikut:
Kingdom : Protista
Filum : Apicomplexa
Kelas : Coccidea
Ordo : Eucoccidiorida
Family : Eimeriidae
Genus : Eimeria
Spesies : Eimeria sp. (Duszinsky 2013)
Kingdom Protista mengkategorikan Eimeria sebagai eukariota uniseluler.
Filum Apicomplexa adalah kelompok organisme yang mempunyai organel yang
dikenal dengan apical complex. Eimeria masuk kelas Coccidea karena mampu
membentuk ookista, yaitu spora kecil yang resisten. Eimeria masuk family
Eimeriida karena gametnya berkembang secara independen tanpa syzygy.
6
Prevalensi
Prevalensi koksidiosis telah dilaporkan tertinggi terjadi pada sapi berumur
satu bulan sampai dengan satu tahun (Fraser 2006; Yakhchali dan Zareii 2008;
Rahmeto et al. 2008). Menurut Faber et al. (2002) anak sapi rentan terinfeksi
Eimeria spp. karena perkembangan sistem imun belum sempurna dibandingkan
sapi dewasa yang sudah terpapar Eimeria spp. Koksidiosis pada sapi umumnya
subklinis atau tidak terlihat gejala klinisnya. Gejala klinis yang sering timbul
misalnya diare, feses terlihat encer yang bercampur dengan darah kemudian
diikuti anemia, lemas, dehidrasi, nafsu makan berkurang dan kekurusan
(Daugschies dan Najrowski 2005). Hewan yang terinfeksi koksidiosis
produktifitas susu tidak lagi maksimal karena saluran pencernaan sudah
terganggu (Levine 1985). Hal ini memberi dampak buruk pada perekonomian
karena dapat menyebabkan kerugian jutaan dollar per tahun (Abebe et al. 2008).
Dawid et al. (2012) melaporkan bahwa prevalensi berdasarkan jenis
kelamin jantan dan betina didapatkan masing-masing sebesar 29.4% dan 20.7%.
Berbeda dengan Khan et al. (2013) melaporkan prevalensi tertinggi adalah sapi
betina sebesar 51.5% dibandingkan sapi jantan 44.5%. Sementara itu, di
Indonesia menurut Fitriastuti et al. (2011) dilaporkan bahwa sapi betina di
Indonesia sebagian besar terkena infeksi ringan koksidiosis. Variasi ini umumnya
dipengaruhi oleh keadaan fisiologis, stress, serta berhubungan dengan masa
kebuntingan dan kelahiran.
Eimeria spp. Jika tertelan oleh induk semang (sapi) sporozoit akan keluar dari
sporokista dan akan menembus sel epitel saluran pencernaan lalu menjadi
tropozoit. Tropozoit matang menjadi skizon melalui proses skizogoni. Skizon ini
selanjutnya akan membelah dan menghasilkan merozoit pertama, kedua, ketiga
bahkan ke empat. Merozoit yang dihasillkan akan berkembang menjadi salah
satu gamet jantan dan gamet betina. Levine (1985) menerangkan bahwa dalam
pembentukan beberapa gamet hanya sebagian kecil saja yang bertemu dan
berfertilisasi sehingga terbentuknya zigot. Kesatuan zigot dan dinding yang
mengelilinginya disebut ookista. Siklus hidup Eimeria sp dapat dilihat pada
Gambar 1 dan Gambar 2.
Patogenitas
Eimeria yang menginfeksi sapi terakhir diketahui terdapat 15 spesies
Eimeria. Namun, E. bovis dan E. zuernii yang mempunyai tingkat patogenisitas
8
Diagnosis
Diagnosis koksidiosis pada ayam didasarkan pada sejarah, gejala klinis,
lesion nekropsi, pemeriksaan feses dengan metode flotasi untuk melihat ookista
koksidia dan pemeriksaan mikroskopis untuk mencari koksidia dalam jaringan.
Namun, yang paling baik dilakukan adalah dengan pemeriksaan post mortem.
Diagnose dengan pemeriksaan tinja saja dapat menimbulkan kesalahan-
kesalahan. Terdapatnya ookista yang banyak dalam telur tidak selalu
menunjukan gejala patologis yang berat karena identifikasi ookista dari berbagai
spesies koksidia ayam tidak mudah. Lokasi lesion banyak memberikan petunjuk
mengenai spesies koksidia yang terlihat. Jika lesion hemoragi yang terjadi
dipertengahan usus diduga akibat infeksi E. necatrix sedangkan jika pendarahan
terjadi di sekum diduga akibat infeksi E. tenella, yang lokasi hemoragisnya ada
pada rectum maka diduga akibat infeksi E. brunetii. Diagnosis adanya koksidiosis
tidak cukup dengan melihat ookista saja, karena ookista tidak selalu dapat
ditemukan pada usus ayam. Jika belum ada ookista perlu ditunjukan adanya
skizon yang banyak terdapat pada jaringan sub epitel yang dapat menimbulkan
patogenitas (Tampubolon 20014).
9
Pencegahan
Sanitasi lebih baik dari pada pengobatan. Menjaga agar air minum tidak
tercemar ookista koksidia, dan menurunkan tingkat stress dengan mengurangi
kepadatan kandang (Sarwono B. 2002).
Pengendalian
Ternak penderita bias disembuhkan dengan obat sulfa misalnya AS
Supermed 2-3 gram untuk diberikan 3 kali sehari melalui air minum disertai
sanitas kandang (sarwono B. 2002)
10
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Allen PC, Fetterer RH. 2002. Recent advances in biology and immunobiology of
Eimeria species and in diagnosis and control of infection with these
coccidian parasites of poultry.
pada:
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0304401701006100.
Fitriastuti ER, Atikah N, Ria NM. 2011. Studi Penyakit Koksidiosis pada Sapi
Betina di 9 Provinsi di Indonesia Tahun 2011. Bogor (ID): Balai Besar
Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obar Hewan
Flynn RJ. 1973. Parasites of Medical Physiology. 9th Ed. California (US) : Lange
Medical Publications.
Fraser CM. 2006. The Merck Veterinary Manual, A Hand Book of Diagnosis
Therapy and Disease Prevention and Control for Veterinarians. Ed ke-7.
Amerika Serikat (US): NIT.
Khan MN, Rehman T, Sajid MS, Abbas RZ, Zaman MA, Sikandar A, Riaz M.
2013. Determinants influencing prevalence of coccidiosis in Pakistan
Buffaloes. Pak Vet J. [Internet] [diunduh 2015 Mei 29]; 33(3): 287-290.
Tersedia pada: http://www.pvj.com.pk/pdf-files/33_3/287-290.pdf.
Lassen B. Østergaard S. 2012. Estimation of the economical effects of Eimeria
infections in Estonian dairy herds using a stochastic model. Pre. Vet.
Med. 106 (3 – 4) : 258–265.
Levine N. 1985. Protozoologi Veteriner. Soekardono S, penerjemah; Brotowidjojo
MD, editor. Yogyakarta (ID): UGM Pr.
Mundt HC, Bangoura B, Mengel H, Keidel J, Daughschies A. 2005. Control of
clinical coccidiosis of calves due to Eimeria bovis and Eimeria zuernii with
toltrazuril under field conditions. J Parasitol Res. [Internet] [diunduh 2015
Mei 29]; 97(1): 134-142. Tersedia pada:
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0304401714005305.
Sarwono, B. (2008). Beternak Kambing Unggul. Jakarta(ID):Niaga Swadaya.
Ruiz A, González J, Rodríguez E, Martín S, Hernández YI, Almeida R, Molina
JM. (2006). Influence of climatic and management factors on Eimeria
13
Tampubolon MP. 2004. Protozoologi. Bogor(ID): Pusat Studi Ilmu Hayati Institut
Pertanian Bogor.
Vermeulen AN, Schaap DC, Schetters PM. 2001. Control of coccidiosis in
chickens by vaccination. Veterinary Parasitology. 100(1 – 2) : 13 – 2 .