Anda di halaman 1dari 12

PENYAKIT NEONATAL PADA KUCING

RHINOTRACHEITIS

Hidayanti Adillah (O 111 12 006) 1, Muhammad Iqbal Djamil (O 111 12 103) 2,


Elphan Augusta (O 111 12 253) 3, Andi Ainun Karlina (O 111 12 268) 4,
Suci Nurfitriani (O 111 12 273) 5

Bagian Bedah & Radiologi. Departemen Klinik, Reproduksi & Patologi


Program Studi Kedokteran Hewan (PSKH), Universitas Hasanuddin (UNHAS)
Korespondensi penulis: hidayantiadillah@ymail.co.id
Abstrak
Tujuan praktikum ini adalah memaparkan kasus penyakit neonatal pada kucing.
Seekor hewan dengan anamneses kitten hidup di lingkungan kotor, belum memiliki catatan
vaksin, terjadi penurunan nafsu makan, terlihat ucular dan nasal discharge, bersin-bersin dan
terlihat sering menyendiri. tempratur 40,5 oC, frekuensi nafas 48 x/menit, frekuensi nadi 100
x/menit, frekuensi jantung 220x/menit, berat badan 0,5 kg. Habitus/tingkah laku yang pasiv.
Hasil pemeriksaan klinis ditemukan ekspresi kepala lemas dan malas, terjadi peradangan
pada palpebrae dan conjunctiva, terdapat nasal dan ocular discharge, ritme pernafasan yang
tidak teratur dengan intensitas yang dalam, daerah sekitar anus kotor. Pemeriksaan lanjutan
sebaiknya dilakukan uji swab jamur/virus. Diagnosa FVR ( Feline Viral Rhinotracheitis ) dan
prognosa fausta. Terapi yang dilakukan ialah pemberian vitamin, decongestan, antibiotic,
lisin, terapi cairan. Kesimpulannya kucing tersebut didiagnosa sedang mengidap penyakit
FVR akan tetapi sangat perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk hasil yang lebih akurat.
Kata kunci: kucing domestik, nasal discharge, uji swab, FVR, decongestan nasal.

Pendahuluan
Feline Herpes Virus-1 (FHV-1) merupakan penyakit yang paling serius, nama lainnya
adalah Feline Viral Rhinotracheitis (FVR) (Davison et al. 2009). Feline Herpes
Virus menginfeksi selaput mata, lapisan faring, hidung, sinus, dan tenggorokan (Tilley, 2010).
Ciri atau gejala yang paling umum dari infeksi FHV-1 adalah mempengaruhi membran mata,
conjunctivitis (mata bengkak, merah disertai adanya kotoran mata penuh dengan cairan kental
seperti nanah, hal ini di karenakan adanya infeksi sekunder), kadang-kadang bisa
berkembang menjadi corneal ulcer. Bersin, rhinitis (radang yang mengakibatkan keluarnya
cairan dari hidung, awalnya keluar cairan bening, kemudian berubah menjadi tebal dan hijau
seiring berkembangnya penyakit, bahkan sering kehilangan indera penciuman, demam,
depresi, kehilangan nafsu makan.
Sekitar 30% dari virus ini merupakan strain yang cukup ganas dan dapat
menyebabkan kematian pada kitten dan kucing tua. Komplikasi juga dapat terjadi bila
terdapat infeksi sekunder yang disebabkan bakteri. Sekitar 45-55% penyakit pada saluran
pernapasan disebabkan oleh FVR (Feline Virral Rhinotracheitis). FVR atau herpes virus
sangat mudah menular dari satu hewan ke hewan lainnya. Penyakit ini ditemukan di seluruh
dunia di mana ada kucing dipelihara.
Prevalensi FCR bervariasi tergantung pada lingkungan. Di perorangan, FCR terdapat
di sekitar 10% dari kucing (baik dalam keadaan aktif atau carrier), sementara prevalensi di
tempat penampungan atau catteries 25-40%. Penyakit ini dapat ditularkan melalui udara,
secara oral, dan pada sisa muntah. Kucing yang terinfeksi biasanya menyebarkan virus
selama dua minggu. Setelah periode ini, kucing yang terinfeksi tidak pernah melepaskan
virus lagi atau menjadi infeksi yang latent terinfeksi yang menyebarkan virus terus-menerus.
Co-infection dengan virus herpes atau feline immunodeficiency virus dapat menyebabkan
penyakit yang lebih parah. Pada anak kucing angka kematian dapat mencapai 30 % dan
angka kesakitan 100%. Anak kucing dapat terinfeksi pada umur 2-8 minggu, bahkan kadang
pada saat akan dilahirkan.
Tinjauan Pustaka
Kucing dalam praktikum ini adalah kucing yang ditemukan dipinggir jalan dan tidak
memiliki pemilik. Adapun hasil anamneses, yaitu kitten hidup di lingkungan kotor, belum
memiliki catatan vaksinasi, kucingnya tampak lesu dan lemas, kucingnya terlihat murung,
terjadi penurunan nafsu makan, bersin- bersin, terlihat sering menyendiri dan tidak bergerak
aktif. Signalment dari pasien, yaitu kitten dengan nama Cattie, spesiesnya kucing, termasuk
dalam rass/breed local/ domestik, warna bulu dan kulit yaitu campuran hitam, coklat dan
putih, memiliki jenis kelamin betina, berumur 1 bulan, memiliki berat badan 0,5 kg, dan
memiliki tanda khusus seperti telinga berbeda corak, di mana telinga kiri tampak dominan
hitam. Adapun keadaan umum dari pasien, yaitu tidak pernah melakukan perawatan apapun,
memiliki tingkah laku seperti lesu, diam, dan malas bergerak, gizi yang didapatkan termasuk
dalam kategori buruk, pertumbuhan badan berdasarkan kriteria penilaian BCS adalah buruk,
sikap berdirinya normal, memiliki suhu tubuh 40,5C, memiliki frekuensi nadi 100 x/menit,
dan frekuensi nafas 48 x/menit. Pada pemeriksaan secara inspeksi di bagian kepala dan leher
didapatkan hasil pemeriksaan, yaitu ekspresi kepala terlihat lesu dan murung, pertulangan
kepala terlihat normal, posisi tegak telinga terlihat normal, dan posisi kepala terlihat normal.
Pada pemeriksaan secara palpasi di bagian kepala dan leher didapatkan hasil pemeriksaan,

yaitu turgor kulit dua detik sehingga dapat dinyatakan bahwa kitten ini mengalami sedikit
dehidrasi. Pada pemeriksaan mata dan orbita kiri dan kanan didapatkan hasil pemeriksaan,
yaitu palpebrae, conjuntiva dan membrana nictitans mengalami radang. Pada pemeriksaan
mulut dan rongga mulut didapatkan hasil yaitu tidak adanya luka pada bibir, mukosa pada
mulut normal, gigi geligi normal, dan lidah terlihat normal. Pada pemeriksaan telinga
didapatkan hasil, yaitu posisi telinga normal, bau pada lubang telinga normal, pada
permukaan telinga terdapat lesi dan tidak ditemukan adanya krepitasi. Pada pemeriksaan
leher didapatkan hasil, yaitu perototan leher normal, trachea dipalpasi pada permukaan leher
kitten mengalami reaksi sakit, dan esophagus yang dipalpasi pada permukaan leher terasa
normal.
Pada pemeriksaan sistem pernapasan secara inspeksi didapatkan hasil, yaitu kitten
memiliki tipe pernapasan abdominal, intensitas penapasan yang dalam, ritme cepat dan
memiliki frekuensi pernapasan 48 x/menit, terlihat ucular dan nasal discharge. Pada saat
pemeriksaan secara auskultasi di bagian sistem pernapasan didapatkan hasil yaitu suara
pernapasan yang terdengar berat, sangat bergemuruh, suara ikutan dalam pernapasan
didengarkan seperti suara dengkuran serta suara antara inspirasi dan ekspirasi sulit untuk
dibedakan. Pada saat pemeriksaan auskultasi di bagian abdomen dan organ pencernaan yang
berkaitan didapatkan hasil, yaitu hasil auskultasi peristaltic usus sulit didengarkan dengan
jelas karena mungkin umur hewan yang terlalu muda serta perutnya dalam kondisi kosong.
Kemudian dilakukan pemeriksaan inspeksi di sekitar anus didapatkan bahwa daerah sekitar
anus sedikit kotor. Pada pemeriksaan alat gerak yang dilakukan secara inspeksi didapatkan
hasil, yaitu perototan kaki depan dan kaki belakang normal, kitten mengalami sedikit tremor,
cara bergerak/berjalan terlihat normal, dan cara bergerak/berlari terlihat normal. Pada saat
pemeriksaan alat gerak yang dilakukan secara palpasi didapatkan hasil, yaitu struktur
pertulangan pada kaki kiri depan normal, struktur pertulangan kaki kanan depan normal,
struktur pertulangan kaki kiri belakang normal, struktur pertulangan kaki kanan belakang
normal, konsistensi pertulangan normal, tidak terjadi reaksi saat palpasi, dan tidak terdapat
letak reaksi yang menunjukkan rasa sakit. Pada pemeriksaan palpasi lymphonodus popliteus
didapatkan hasil, yaitu ukuran lymphonodus normal tidak mengalami pembengkakan.
Pemeriksaan Lanjutan. Pemeriksaan lanjutan yang sebaiknya dilakukan untuk lebih
menegakkan diagnosis penyakit apa yang sedang dialami oleh kitten ialah uji swab. Metode
tradisional untuk mendiagnosa FHV-1 atau FCV adalah mengisolasi virus dalam kultur sel.
Cara mendiagnosa kucing terkena Rhinotracheitis yang paling efektif adalah dikonfirmasi
melakukan swab pada tenggorokan kemudian di cek di laboratorium dengan menggunakan
teknik PCR (Polimerase Chain Reaction). Pemeriksaan antibodi dalam darah tidak begitu
efektif, karena banyak kucing yang mendapatkan antibodi dari vaksinasi (Little, 2010). Pada
kucing yang terkena gejala infeksi FHV primer, virus dapat dideteksi melalui isolasi dari
swab konjunctiva, nasal maupun pharyngeal atau scraping atau dari post mortem sampel
paru-paru.
Diagnosa dan Diagnosa Banding. Diagnosa didasarkan atas pemeriksaan klinis,
pemeriksaan histopatologi dan pemeriksaan laboratorium. Diagnosa penyakit berdasarkan
tanda-tanda berupa bersin, konjungtivitis, rhinitis, lakrimasi, salivasi, ulkus mulut dan
dispnoea. Diagnose banding untuk kasus penyakit Feline rhinotracheitis yaitu (1) Feline
calicivirus. FCV merupakan penyebab timbulnya infeksi upper respiratory. Gejala klinis
yang ditimbulkan berhubungan dengan tempat replikasi virus ini yaitu pada sel epitelial dari
konjunctiva, respiratori bagian atas, lidah dan sel paru-paru pada alveoli. Tanda klinis yang

paling khas dari FCV yaitu bersin, demam, nasal discharge, ulcer pada mulut, kongesti nasal,
dan dapat menyebabkan dehidrasi dan kematian (Norsworthy, et.al., 2011). FVR tidak dapat
dibedakan dari keadaan menular pada jalan pernafasan yang disebabkan oleh calicivirus.
Keduanya berlangsung dengan bersin, batuk-batuk, dan pengeluaran eksudat (Nelson, 2011)
(2) Feline chlamydiosis. Feline chlamydiosis merupakan infeksi pernafasan kronik
disebabkan oleh intracelular bakterium menciri pada gejala yang ditimbulkan yaitu
konjunctivitis, gejala mild upper respiratory, mild pneumonia (Scott, 2010).
Pada infeksi Calicivirus maka rhinitis biasanya bersifat mucus dan jarang berubah
menjadi purulen. Diferensiasi secara virologis dapat dilakukan (Tilley, 2010). Kejadian
infeksi virus yang umum menyerang saluran pernafasan bagian atas (Feline Viral Infection of
the Upper Respiratory Tract) biasanya disebabkan oleh Feline Herpesvirus (FHV)
dan Feline Calicivirus (FCV). FHV menyebabkan infeksi yang sangat fatal di banding FCV
terutama pada anak kucing berumur kurang dari 6 bulan dan kucing dewasa yang belum
pernah divaksinasi.FHV terutama menyerang membran mata (Conjunctivitis), hidung
(Rhinitis dan Sneezing), pharing dan sinus (Sinusitis) (Nelson, 2011).
Prognosa. Pada anak kucing infeksi dapat berkembang menjadi lebih buruk dan
mengakibatkan kematian hingga 50% (Norsworthy, et.al., 2011). Sedangkan menurut
Burgesser pada tahun 1999, pada anak kucing, FHV terkait kematian dapat melebihi 60%.
Pada kasus yang ditemukan prognosanya adalah fausta dengan tingkat kesembuhan lebih dari
50% dapat dilihat dari tanda dan gejala klinisnya yang masih dalam tahap ringan dan belum
terjadi penularan virus yang progresif.
Terapi. Antivirus yang lebih efektif untuk pengobatan FHV adalah Famciclovir.
Pengobatan terutama ditekankan untuk memperbaiki kondisi tubuh (terapi supportif) yaitu
dengan perbaikan nutrisi. Pengobatan dengan antibiotika berspektrum luas misalnya
pemberian tetrasiklin dapat melawan infeksi ikutan terhadap Chlamydia. Obat-obatan yang
diberikan biasanya tergantung gejala. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi sekunder
akibat bakteri. Obat tetes atau salep mata diberikan untuk mengurangi penyakit pada mata.
Salep mata yang mengandung antibiotik (tetrasiklin) diberikan 5-6 kali sehari untuk
mencegah iritasi kornea dari eksudat yang mongering. Dekongestan diberikan untuk
mengurangi lendir berlebihan pada saluran pernafasan. Pemberian Lysin dapat mengganggu
perkembangbiakan (replikasi virus) dan dapat meningkatkan nafsu makan serta mempercepat
kesembuhan. Untuk menghilangkan sekresi yang liat (tenacious) dapat dilakukan nebulisasi,
atau pemberian tetes hidung ephedrine sulfat dalam larutan 0,25 % yang dikombinasikan
dengan antibiotika mampu menurunkan leleran hidung. Vaksinasi rutin untuk pencegahan
dapat dilakukan untuk mencegah penyakit yang parah. Kitten sebaiknya divaksinasi pada
umur 8-10 minggu, kemudian diulang pada umur 12-14 minggu, setelah itu baru diulang
setiap tahun Vaksin FVR dapat dikombinasikan dengan pemberian vaksin untuk melawan
infeksi Calicivirus. Pencegahan dilakukan dengan melaksanakan vaksinasi dengan vaksin
FVR-FCV parenteral (Scott, 2010):
1. Pada kucing dengan kondisi dan gizi yang bagus, penyakit flu ini akan sembuh sendiri
dalam waktu 2-3 minggu. Meskipun kucing tidak mau makan, usahakan ada makanan
yang masuk ke dalam tubuh dengan cara disuapi, agar kucing tersebut tetap
mempunyai energi dan nutrisi yang baik untuk memerangi virus flu.

2. Berikan tempat tidur yang hangat untuk kucing, menjaga kebersihan tubuh kucing dan
kandang kucing serta mengkarantina kucing dari kucing-kucing lain supaya tidak
menular.
3. Pada anak kucing divaksin saat umur 3-4 minggu dan diulang 3-4 minggu kemudian
sampai di atas 2 minggu.
4. Sedangkan kucing di atas 9 minggu dilakukan imunisasi langsung dan diulang 3
minggu kemudian. Ulangan selanjutnya dilakukan setiap tahun.
5. Vaksin tetes FVR-FCV, diteteskan langsung ke dalam kantung konjuntiva dan lubang
hidung. Imunisasi di bawah umur 12 minggu biasanya menimbulkan bersin-bersin
setelah 4-7 hari imunisasi. Imunisasi diulang saat kucing berusia 12 minggu dan
imunisasi selanjutnya dilakukan setiap tahun.
6. Untuk mata yang berair atau mengeluarkan kotoran mata tanpa disertai nanah, basuh
mata dengan kapas yang dibasahi air hangat, kemudian dilap dengan tissue kering.
Sedangkan untuk mata yang mengalami ulcer diobati dengan menggunakan tetes mata
trifluridine, idoxuridine atau cidofovir.
Hasil Praktikum
(PHYSICAL EXAMINATION FORM)

Pemeriksaan Fisik Hewan

1. Anamnesis

2. Signalement hewan

Belum pernah divaksin


Belum pernah diberi obat
cacing
Hidup di lingkungan yang
kotor
Terjadi penurunan nafsu
makan
Bersin-bersin
Hidup terpisah dari induknya
Kitten
terlihat
suka
menyendiri

Nama
Jenis
Hewan
Spesies
Ras / Breed
Warna Bulu & Kulit

Jenis Kelamin
Umur
Berat Badan
Tanda Khusus

4.
4.2. Adaptasi Lingkungan : Lambat
4.3. Kepala & Leher

Cattie
Kucing
Domestik
Perpaduan
Hitam,
coklat, dan
putih
Jantan / Betina
1 Thn/bln
0,5 Kg
Telinga berbeda
corak,
telinga kiri
dominan
hitam

Status Present (lanjutan 1)

3. Status Present
3.1.
Keadaan Umum
Perawatan
Hewan liar
Habitus / tingkah
Lesu dan lemas
laku
Gizi
Baik / Sedang /
buruk
Pertumbuhan
Baik / Sedang /
badan
buruk

Sikap berdiri
Suhu tubuh
Frekuensi nadi
Frekuensi nafas

normal
40,5 C
100 X / menit
48 X / menit

Inspeksi
Ekspresi kepala
Pertulangan kepala
Posisi tegak telinga
Posisi kepala
Palpasi
- Turgor kulit
Mata & orbita kiri
- Palpebrae
- Cilia
- Konjunctiva
- Membrane nictitans
Bola Mata Kiri
- Sclera
- Cornea

:
:
:
:

Lemas dan malas


TAP
TAP
TAP

dehidrasi

:
:
:
:

radang
TAP
radang
Keluar cairan

Mata & orbita kanan


- Palpebrae
- Cilia
- Konjunctiva
- Membrane nictitans

:
:
:
:

radang
TAP
radang
Keluar cairan

:
:

:
:
:
:
:

TAP
Akumuasi
cairan,
radang
TAP
TAP
TAP
TAP
merah

:
:
:
:
:

TAP
TAP
TAP
TAP
TAP

Perkusi
- Lapangan paru-paru
- Gema perkusi

:
:

TAP
pekak

Auskultasi
- Suara Pernafasan
- Suara ikutan

:
:

TAP
Dengkuran

Bola Mata Kanan


TAP
- Sclera
Akumuasi
- Cornea
cairan,
radang
- Iris
:
TAP
- Iris
- Limbus
:
TAP
- Limbus
- Pupil
:
TAP
- Pupil
- Reflex pupil
:
TAP
- Reflex pupil
- Vasa injectio
:
merah
- Vasa injectio
Hidung & sinus-sinus :bersin, ada nasal discharge, kotor
Mulut & rongga mulut
Telinga
- Rusak / luka bibir
:
Ada / tidak ada
- Posisi
- Mukosa
:
TAP
- Bau
- Gigi geligi
:
TAP
- Permukaan
- Lidah
:
TAP
- Krepitasi
- Reflek panggilan
Leher
- Perototan
:
TAP
- Trachea
:
radang
- Esofagus
:
TAP
:
:

4.4. Thorak:
4.4.1. System Pernafasan
Inspeksi
- Bentuk Rongga thorax
- Type pernafasan
- Ritme

:
:
:

TAP

:
:

dalam
22 X4 / menit

Intensitas
Frekuensi

Abdominal

cepat

Palpasi
- Penekanan rongga thorax :
- Palpasi intercostal
:

- Antara ins & ekspirasi


Inspirasi dalam

TAP

:
:
:
:
:
:
:

25X4 / menit
Lambat
TAP
TAP
TAP
TAP
TAP

Ekspirasi cepat

4.4. Thorak
4.4.2. Sistem Peredaran darah
Inspeksi
- Ictus Cordis
:

TAP

Perkusi
- Lapangan jantung

Pekak

Auskultasi (lanjutan)
- Frekuensi
- Intensitas
- Ritme
- Suara systole & diastolic
- Ekstrasistolik
- Lapangan jantung
- Sinkron pulsus & jantung

4.4. Thorak
4.4.3. uji-uji lain
- Uji alu
-

Uji Gumba

Sakit / tidak
sakit
Sakit / tidak
sakit

1.5.
Abdomen dan Organ Pencernaan yang Berkaitan
Inspeksi
Palpasi (Profundal hewan kecil)
- Besarnya
TAP
- Epigastricus
- Bentuknya
TAP
- mesogaastricus
- legok Lapar
TAP
- hypogastricus
- suara
peristaltic
TAP
- isi usus halus
lambung
- Isi usus besar
Palpasi (profundal ruminansia kecil)
- Epigastricus
Palpasi (hewan besar)
- Mesogastricus
- Tegangan isi perut
- hypogastricus
- sapi
- isi usus halus
- kuda
- isi usus besar
- frekuensi gerakan rumen

TAP
TAP
TAP
TAP
TAP

X
/ menit

frekuensi
rumen
(uji tinju)

gerakan

Auskultasi
ruminansia
- rumen
- peristaltic usus
Auskultasi
Hewan kecil

X/

(uji tinju)

menit

Anus
- sekitar anus
- reflex spinhter ani
- glandula perianalis-anjing
- Pembesaran kolon kucing
- Kebersihan daerah perneal
- Hubungan dengan vulva

TAP
TAP
TAP
TAP

betina
- Peristaltic usus
Alat Perkemihan dan
Kelamin
(Urogenitalis)
Jantan
- Perhatikan
preputium
- Perhatikan penis
- Kelauarkan glands
penis
- Besar
- Bentuk
- Sensitivitas
- Warna
- Kebersihan
- Scrotum
- Urethtra
- 4.6. Alat Gerak
- Inspeksi
- Perototan kaki depan
- Perototan
kaki
belakang
- Spasmus otot
- Tremor
- Sudut persendian
- Cara bergerak
berjalan
- Cara bergerak
berlari
Palpasi
-Lymphonodus
popliteus
- Ukuran
- Konsistensi

TAP

Betina
- Lakukan inspeksi dan palpasi

TAP
TAP
TAP
TAP
TAP
Koordinatif/tidak
koordinatif
Koordinatif/tidak
koordinatif

Mukosa vagina
Perhatikan kelenjar mamae

TAP

Besar
Letak
Bentuk
Kesimetrisan
Konsistensi kelenjar
Palpasi rectal

Palpasi
Struktur pertulangan
Kaki kiri depan

TAP
TAP

Kaki kanan depan


Kaki kiri belakang
Kaki kanan belakang
Konsistensi pertulangan

TAP
TAP
TAP
TAP

Reaksi saat palpasi

TAP

Letak reaksi sakit


Panjang kaki depan ka / ki
Panjang kaki belakang ka / ki

TAP
TAP
TAP

identifikasi kondisi dermatologi ekstremitas bawah


TAP
TAP

Palpasi kaki belakang pada posisi menahan beban dan


tidak menahan beban, bandingkan kemudahan
mengangkat kaki belakang terhadap kaki depan dan kaki
belakang berlawanan
Catatan:
1. Kaki belakang harus lebih mudah diangkat
daripada kaki depan

2.
-

Lobulasi
Perlekatan
/
pertautan
Panas
Kesimetrisan ka / ki
Kestabilan pelvis
konformasi
kesimetrisan

Kucing dan anjing


Tuber ischii
Tuber coxae

Curiga sakit kerangka jika tungkai terlalu


mudah diangkat

TAP
TAP
TAP
TAP
TAP
TAP
TAP
TAP

TAP
TAP

PEMERIKSAAN LANJUTAN
DIAGNOSA
DIFFERENSIAL DIAGNOSA

Catatan:
1. Palpasi anorectal dengan jari diperlukan pada
anjing yang lebih besar untuk menilai
kestabilan pelvis
2. Penekanan jari pada columna vertebralis harus
meluas dari persendian thoracolumbar melalui
segmen lumbosacral untuk mendeteksi
ketidakenakan atau keterbatasan pergerakan

:Uji Swab
:FVR
:Calicivirus dan Clamedia

PROGNOSA: Fausta
TERAPI : Decongestan
vitamin, Lisin,
Antibiotic,
obat tetes mata,
Dan Perbaikan
nutrisi

Tanggal: 1 September 2015

Hidayanti Adillah
-------------------------------------Mahasiswa/Praktikan

drh. Dini Kurnia, I. M.Sc


------------------------------Tanda Tangan Dokter

Diskusi
Kasus ini sangat khas dan banyak dijumpai pada kucing baik itu domestik maupun
eksotik. Menyerang pada berbagai tingkatan umur namun sangat berbahaya jika menyerang
anak kucing khususnya pada anak kucing yang belum divaksin. Feline rhinotracheitis
merupakan tipe virus DNA, menurut ekperimental dan infeksi natural gejala yang
diitmbulkan oleh penyakit ini antara lain: depresi, bersin, nafsu makan menurun, pyrexia

serta terdapat ocular serous dan nasal discharge. Kucing pada berbagai umur, jenis kelamin,
ras dapat terjangkit namun sindrom yang parah biasanya menyerang anak kucing diatas umur
6 bulan. Diperkirakan lebih dari 90% kucing merupakan seropositiv dari infeksi FVR. Dan
minimal 80% tetap laten terinfeksi selama hidupnya (Henzel, 2012).
Feline Viral Rhinotracheitis (FVR) baru dikenal sebagai penyakit sendiri sewaktu
banyak kucing dipelihara bersama. Infeksi diduga terjadi per inhalasi. Virus bereplikasi dalam
epitel jalan hawa muka, konjunctivita dan mengakibatkan nekrosa lokal. Pengeluaran virus
terjadi antara lain melalui sekret hidung, konjunktivita dan urin. Hewan yang sembuh masih
dapat peka lagi terhadap infeksi virus ini. Perubahan lingkungan diduga dapat mengaktifkan
infeksi.
Via nasal, oral, konjunctiva merupakan rute alami dari FVR. Transmisi utamanya
muncul melalui kontak langsung antara kucing yang terinfeksi dan kucing yang rentan (Little,
2010).
Untuk mencegah penyakit ini dapat dilakukan vaksinasi terhadap kucing. Vaksinasi
dilakukan secara intranasal atau intramuskuler pada umur 9-12 minggu. Vaksin FVR dapat
dikombinasikan dengan pemberian vaksin untuk melawan infeksi Calicivirus
Kesimpulan
Kasus ini sedikit sulit jika terlambat ditangani dengan prognosa fausta. Tindakan
terapi dapat dilakukan dengan memperbaiki nutrisi kitten untuk meningkatkan sistem imun
tubuh, pemberian antibiotic dan anti inflamasi yang tepat untuk gejala klinisnya.

Pustaka Acuan
Davison AJ, Eberle R, Ehlers B, Hayward GS, McGeoch DJ, Minson AC, Pellett PE,
Roizman B, Studdert MJ, Thiry E. 2009. The order Herpesvirales. Arch Virol.154:
171177.
Henzel, Andreia. 2012. Isolation And Identification Of Feline Calicivirus And Feline
Herpesvirus In Southern Brazil. Brazilian Journal of Microbiology (2012): 560-568.
Little S. 2010. Feline Herpevirus and Calicivirus. The Winn Feline Foundation.
Norsworthy, et.al. 2011. The Feline Patient 4th Edition. USA : Blackwell Publishing.
Scott, Fred. 2010. The 5 Minutes Veterinary Consult. USA : Blackwell Publishing.
Tilley LP, Smith FWK. 2010. The 5 Minutes Veterinary Consult. Maryland: Lippocott
Williams and Wilkins.
Nelson RW, Couto CG. 2011. Small Animal Internal Medicine 4th Edition : Missouri: Misoby.

LAMPIRAN

Penghitungan berat badan kitten

Pemeriksaan nafas kitten

Pemeriksaan Thoraks

Pemeriksaan suhu tubuh

Pemeriksaan turgor kulit

Pemeriksaan Mata

Pemeriksaan kepala kitten

Pemeriksaan Mata

secara langsung

Pemeriksaan hidung
dan sinus-sinus

Pemeriksaan mulut

Pemeriksaan lapangan
paru-paru

Pemeriksaan lapangan
jantung

dengan penlight

Pemeriksaan thrakea
dan oesophagus

Pemeriksaan jantung

Anda mungkin juga menyukai