Studi Pinjaman
Berlebih di Indonesia
Mengapa Nasabah Mikro
Mengambil Banyak Pinjaman?
w w w . p a k i n d o . o r g
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
Tentang PAKINDO
Perkumpulan Akses Keuangan Indonesia (PAKINDO) adalah perkumpulan lembaga keuangan
yang inklusif dan beranggotakan lembaga keuangan lintas badan hukum yang fokus pada penye-
diaan akses dan layanan keuangan kepada masyarakat. Didirikan oleh para praktisi industri keuan-
gan mikro, PAKINDO bertujuan untuk menjadi perkumpulan terkemuka dalam mempromosikan
prinsip-prinsip keuangan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan di Indonesia, khususnya dalam
pelaksanaan peraturan perlindungan nasabah dan edukasi keuangan, serta pengaturan-sendiri. Untuk
informasi lebih lanjut, kunjungi www.pakindo.org.
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
Kata Pengantar
PAKINDO merupakan asosiasi industri keuangan mikro inklusif yang memiliki tujuan untuk
meningkatkan akses keuangan bertanggung jawab di Indonesia. Salah satu kegiatan utama
PAKINDO adalah membangun kapasitas para anggota asosiasi di dalam menerapkan praktek-
praktek keuangan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan. Kami telah mempelajari bahwa
akibat dari pesatnya pertumbuhan kredit mikro di negara-negara lain, hal tersebut telah
menyebabkan nasabah memiliki beberapa pinjaman yang mengakibatkan terjadinya pinjaman
berlebih. Penetrasi yang tinggi dari kredit mikro telah mendorong terjadinya ketidakmampuan bayar
dan krisis keuangan bagi nasabah.
Penelitian ini dilakukan guna mengetahui kondisi di Indonesia. Hasil dari studi ini dapat dijadikan
referensi bagi lembaga keuangan dalam mengelola risiko dan meminimalisir dampak pinjaman
berlebih. Dari sisi organisasi, PAKINDO bekerjasama dengan IFC, anggota dari Kelompok Bank
Dunia dan didukung oleh SECO saat ini tengah merumuskan pedoman keuangan bertanggung
jawab yang nantinya dapat menjadi acuan bagi industri keuangan mikro di Indonesia.
Penelitian ini dapat terlaksana melalui kerjasama dengan MicroSave dan Biro Kredit KBIJ,
serta melalui dukungan dari Opportunity International Australia dan FMO, Bank Pembangunan
Wirausaha Belanda (Massif Fund). PAKINDO mengucapkan terima kasih atas kontribusi mereka
di dalam mendanai penelitian ini. Kami pun mengucapkan terima kasih kepada manajemen dan
karyawan Mitra Bisnis Keluarga, serta para individu dan organisasi yang telah memberikan
kontribusi aktif pada penelitian ini melalui wawancara dan diskusi, terutama para nasabah
perempuan anggota PAKINDO.
Akhir kata, semoga hasil studi ini dapat memberikan manfaat bagi kemajuan lembaga keuangan di
Indonesia.
5 Oktober 2016
Salam Hormat,
Slamet Riyadi
Ketua, PAKINDO
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
Daftar Isi
1.0 Latar Belakang Tujuan & Metodologi Studi................................................. 12
1.1 Metodologi Penelitian......................................................................................... 15
1.2 Instrumen Riset Pasar yang Digunakan dalam Penelitian.................................. 18
2.0 Temuan Tema................................................................................................... 20
2.1 Profil Nasabah..................................................................................................... 21
2.2 Sumber dan Penggunaan Pinjaman.................................................................... 23
2.3 Bukti Nasabah Memiliki Beberapa Pinjaman.................................................... 26
2.4 Penggunaan Pinjaman......................................................................................... 29
2.5 Analisis Arus Kas Nasabah................................................................................. 31
2.6 Pinjaman Joki yang Berkembang Luas.............................................................. 32
2.7 Pengalaman Nasabah Selama Meminjam dari Lembaga Keuangan.................. 33
2.8 Hal-Hal yang Tidak Disukai dalam Mendapatkan Pinjaman dari LK............... 34
2.9 Hal yang Diingat oleh Nasabah dari LK............................................................ 37
2.10 Pengelolaan Beberapa Pinjaman oleh Nasabah.................................................. 37
2.11 Analisis Nasabah Macet..................................................................................... 40
2.12 Pengalaman Nasabah dalam Aktivitas Penagihan Pinjaman............................. 44
3.0 Rekomendasi...................................................................................................... 46
Lampiran I Jumlah Cabang dari LK Terkemuka di Tiap Provinsi di Pulau Jawa....... 60
Lampiran II Studi Kasus Krisis Keuangan Mikro Andhra Pradesh............................. 64
Lampiran III Ringkasan dari Laporan KBIJ....................................................................... 66
Lampiran IV Kecamatan Lokasi Penelitian.......................................................................... 68
Lampiran V-X Petunjuk Wawancara untuk Penelitian.......................................................... 69
1
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
Daftar Tabel
Tabel 1 Jumlah Responden...................................................................................................... 7
Tabel 2 Tingkat Kepadatan Cabang Lembaga Keuangan di Pulau Jawa................................ 14
Tabel 3 Instrumen Riset Pasar yang Digunakan dalam Penelitian.......................................... 18
Tabel 4 Instrumen Riset untuk Mewawancarai Staf MBK dan Anggota PAKINDO............. 19
Tabel 5 Analisis Produk dari Penyedia Produk Pinjaman....................................................... 24
Tabel 6 Jumlah Rekening per Nasabah.................................................................................... 67
Tabel 7 Jumlah LK per Nasabah.............................................................................................. 67
2
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
Daftar Gambar
Gambar 1. Pertumbuhan 5 LK Terbesar di Indonesia (2012 - 2015) 13
Gambar 2. Metodologi yang Digunakan 15
Gambar 3. Lokasi Penelitian 17
Gambar 4. Lokasi Responden 21
Gambar 5. Umur Responden 21
Gambar 6. Jenjang Pendidikan Responden 21
Gambar 7. Pekerjaan Responden beserta Pasangannya 21
Gambar 8. Tingkat Pendapatan Rumah Tangga dari Responden 22
Gambar 9. Jumlah Pengeluaran Rumah Tangga dari Responden 22
Gambar 10 Jumlah Angsuran Responden per Bulan 22
Gambar 11 Jumlah Nominal Pinjaman Responden 22
Gambar 12 Sumber Pinjaman yang Ada di Masyarakat 23
Gambar 13 Sumber Pinjaman yang Diakses oleh Responden 23
Gambar 14 Jumlah LK dimana Responden Mengambil Pinjaman 26
Gambar 15 Alasan Nasabah Memiliki Beberapa Pinjaman 27
Gambar 16 Tujuan Mengambil Pinjaman 29
Gambar 17 Penggunaan/Utilisasi Pinjaman sesuai Tujuan 29
Gambar 18 Analisis Arus Kas 31
Gambar 19 Pengguna Pinjaman 32
Gambar 20 Pengalaman Nasabah Selama Meminjam dari LK 34
Gambar 21 Hal-Hal yang Tidak Disukai 35
Gambar 22 Bagaimana Nasabah Mengetahui tentang LK? 36
Gambar 23 Apakah Nasabah Mengetahui Nama LK Dimana Mereka Meminjam? 37
Gambar 24 Apakah Nasabah Mengenal Semua Anggota yang Ada di Dalam 37
Kelompoknya?
Gambar 25 Hal-Hal yang Tidak Disukai Dalam Membayar Beberapa Pinjaman 37
Gambar 26 Bagaimana Responden Mengelola Arus Kas untuk Membayar Angsuran 38
Pinjaman
Gambar 27 Prioritas Pembayaran Angsuran Apabila Nasabah Memiliki Uang yang 40
Terbatas
Gambar 28 Alasan Nasabah Memiliki Pinjaman yang Macet 40
3
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
Daftar Gambar
4
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
Daftar Singkatan
BAV : Bina Artha Ventura
BPR : Bank Perkreditan Rakyat
BTPN Syariah : Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah
DMS : Dana Mandiri Sejahtera
FGD : Focus Group Discussion/Diskusi kelompok dengan fokus pembahasan
terhadap 1 topik
IDI : In-Depth Interview/Wawancara intensif terhadap Responden secara
perorangan
IFC : International Finance Corporation, suatu bagian dari World Bank Group
PAKINDO : Perkumpulan Akses Keuangan Indonesia
IRT : Ibu Rumah Tangga
KBIJ : Kredit Biro Indonesia Jaya
Komida : Koperasi Mitra Dhuafa
KTP : Kartu Tanda Penduduk
LK : Lembaga Keuangan
LKM : Lembaga Keuangan Mikro/Microfinance Institutions (MFI)
LPG : Liquefied Petroleum Gas
MBK : Mitra Bisnis Keluarga
LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat/Non-Government Organisation (NGO)
LUC : Loan Utilisation Check, pemeriksaan yang dilakukan oleh LKM terhadap
penggunaan pinjaman
PNPM : Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat, sebuah program pemerintah
untuk mempercepat pengentasan kemiskinan dan memperluas kesempatan
bekerja di daerah pedesaan
PPT : Microsoft Power Point
PWK : Persiapan Wajib Kumpulan
Rp : Rupiah
RT : Rukun Tetangga
RW : Rukun Warga
SD : Sekolah Dasar
SMA : Sekolah Menengah Atas
SMP : Sekolah Menengah Pertama
TR : Tanggung Renteng, sebuah bentuk bertanggung jawab bersama
TV : Televisi
5
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
RINGKASAN EKSKLUSIF
6
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
7
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
Nasabah dipilih berdasarkan data informasi mudah dan hanya membutuhkan dokumen
pinjaman yang diberikan oleh KBIJ, biro yang minimal atau tanpa dokumen sama
kredit lokal. Kami melakukan wawancara sekali.
kepada nasabah MBK sebagai bagian dari
rencana penelitian ini. Penelitian dilakukan Terdapat Nasabah yang Memiliki Beberapa
di Kabupaten Subang, Sukabumi, Cianjur Pinjaman: Responden yang kami wawancarai
dan Bogor di Provinsi Jawa Barat, dimana adalah nasabah yang memiliki minimal
data KBIJ menyatakan bahwa kabupaten- tiga pinjaman mikro. Hampir 54% dari
kabupaten ini memiliki nasabah LK dalam responden memiliki tiga pinjaman atau lebih
jumlah yang besar. Kami juga mendapatkan dimana 16% di antaranya memiliki empat
masukan dari IFC dan PAKINDO juga dalam pinjaman. Sebagian besar responden enggan
finalisasi lokasi penelitian. mengungkapkan jumlah pinjaman mereka
yang sebenarnya karena mereka khawatir
Profil Responden: bahwa mereka tidak akan mendapatkan
Anggota tim melakukan penelitian dengan pinjaman lagi di masa yang akan datang
komposisi yang berimbang di daerah (MBK memiliki kebijakan internal untuk tidak
perkotaan (29%), pinggiran kota (25%) dan memberikan pinjaman kepada nasabah yang
pedesaan (46%). Sebagian besar responden sudah memiliki lebih dari dua pinjaman).
(43,9%) berada di kelompok usia 41-50 tahun. Selain itu, data kredit biro merupakan data per
Secara khusus, 14% dari responden memiliki November 2015 dan para responden mungkin
usia di atas 50 tahun. Hampir 82% dari total sudah melunasi sebagian pinjaman mereka.
responden memiliki usaha sendiri/wirausaha
seperti menjual makanan, kebutuhan pokok Alasan Nasabah Memiliki Beberapa
sehari-hari, baju dan sebagainya. Namun, Pinjaman: Memerlukan modal usaha (87%),
studi ini juga menemukan bahwa 14% dari pinjaman yang sudah ada tidak lagi mencukupi
responden adalah ibu rumah tangga (IRT) (59%) dan digunakan untuk membayar
atau tidak memiliki aktivitas ekonomi yang kebutuhan rumah tangga sehari-hari (31%)
produktif. muncul sebagai alasan utama para nasabah
ini memiliki beberapa pinjaman, dilihat dari
Temuan Utama perspektif sisi permintaan. Di sisi suplai,
alasan pengajuan pinjaman yang mudah dari
Sumber Pinjaman: LK (99%), Rentenir LK (39%) dan pengaruh dari teman, tetangga
(86%), dan Bank (47%) merupakan penyedia dan anggota kelompok (11%) muncul sebagai
utama pinjaman untuk anggota masyarakat. alasan yang menonjol.
LK memiliki prosentase yang tinggi karena
responden utama kami adalah nasabah
pinjaman LK. Namun, ada yang perlu
diperhatikan yaitu adanya sumber informal
seperti rentenir (86%), teman/keluarga (31%)
dan Arisan (23%). Pinjaman dari sumber
informal ini dapat diperoleh dengan cepat,
1. Indeks Keuangan World Bank, 2014: http://datatopics.worldbank.org/financialinclusion/country/indonesia
2. Untuk tujuan penelitian ini, kami mendefinisikan Lembaga Keuangan sebagai sebuah institusi yang menggunakan
metodologi pinjaman grameen seperti pinjaman kelompok dengan konsep tanggung renteng. Perusahaan pembiayaan
usaha, koperasi, BPR, bank komersial dan bank syariah juga masuk ke dalam kategori ini.
3. Untuk tujuan penelitian ini, kami mendefinisikan nasabah yang memiliki beberapa pinjaman adalah nasabah yang memiliki
tiga pinjaman mikro atau lebih
8
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
9
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
10
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
11
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
12
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
13
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
14
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
10. http://finclusionlab.org/country/Philippines/analytics?title=Supply-and-Demand-Ratio
11. http://www.aljazeera.com/focus/2010/01/20101393659573655.html
12. https://www.cgap.org/sites/default/files/CGAP-Focus-Note-Andhra-Pradesh-2010-Global-Implications-of-the-Crisis-
in-Indian-Microfinance-Nov-2010.pdf dan http://www.microsave.net/files/pdf/AP_FI_Crisis_Report_MicroSave_CMF_
Ghiyazuddin_Gupta.pdf
13. http://www.finca.org/files/2014/05/Over-Indebtedness-in-Mexico-Its-Effect-on-Borrowers.pdf
14. http://www.cgap.org/publications/growth-and-vulnerabilities-microfinance
15
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
Hasil: Hasil:
- Ulasan dan analisis laporan - Rekaman sesi
penelitian kuantitatif - Foto sesi
- Rencana penelitian: desain
penelitian, metodologi,
sampel, lokasi, dan rencana
kegiatan lapangan
- Instrumen penelitian
16
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
17
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
18
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
Total 7 21
Hasil temuan dari studi kualitatif dan tren yang muncul selama
penelitian telah disajikan dalam bentuk grafik dan diGambarkan
sebagai persentase dari total respon yang diterima. Ini dilakukan
untuk mempresentasikan hasilnya secara visual dengan baik
dan kemudahan memahami tren utama. Untuk studi kualitatif,
fokus utama dari laporan ini adalah untuk memahami alasan
di balik tren yang muncul dan tidak menyimpulkan persentase
tanggapan yang diterima untuk setiap pertanyaan. Kesimpulan
yang diambil didasarkan pada tren kualitatif dan pengalaman
dari tim peneliti di pasar keuangan mikro lainnya. Demikian
pula, karena penelitian ini hanya dilakukan dengan nasabah
dan staf MBK, sebagai hasilnya, mungkin ada beberapa bias
dalam tanggapan yang diterima. Fokus dari penelitian ini adalah
Provinsi Jawa Barat dan temuan mungkin tidak mencerminkan
status keuangan mikro di provinsi lain
19
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
2. Temuan Utama
20
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
21
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
Gambar 8. Tingkat Pendapatan Rumah Tangga membayar antara Rp. 500.001 750.000 dan
dari Responden 24% responden membayar antara Rp. 750.001
1.000.000.
Gambar 10. Jumlah Angsuran Responden per
Bulan
22
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
Kami menemukan LK seperti BTPN Syariah dengan rumah dan memiliki jumlah angsuran
juga menawarkan nominal pinjaman yang yang kecil.
relatif besar meskipun calon nasabah adalah
anggota baru, misalnya lebih dari Rp. 10 juta
per siklus untuk anggota kelompok tertentu.
16. Kami mendefinisikan BTPN Syariah sebagai sebuah LK, bukan sebuah Bank dalam analisis kami.
23
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
Penyedia Produk Syarat dan Ketentuan Informasi dari Nasabah untuk Setiap Penyedia Produk
LK Nominal pinjaman: Rp. 1 15 juta Proses dan persyaratannya mudah seperti KTP,
(Termasuk LK Nominal pinjaman per siklus: dan/atau Kartu Keluarga, memiliki usaha,
dan bank yang o Siklus 1: Rp. 1 2,5 juta perempuan, sudah menikah, dan memiliki sebuah
menawarkan o Siklus 2: Rp. 2 3,5 juta rumah di lingkungan setempat.
pinjaman o Siklus 3: Rp. 3 4,5 juta Murah (tingkat suku bunga rendah), tidak ada
kelompok o Siklus 4: Rp. 4 5,5 juta biaya, pembayaran angsuran yang mudah secara
tanggung renteng) o Siklus 5: Rp. 5 6,5 juta mingguan/dua mingguan sehingga nominal
o Dan seterusnya, umumnya sampai dengan angsuran terasa kecil/rendah.
Rp. 10 juta Nasabah yang baru saja memulai usaha
Jangka waktu pinjaman: 1 1,25 tahun (atau 25 diperbolehkan untuk mengajukan pinjaman, dan
52 minggu. 25 minggu umumnya berlaku untuk hal ini adalah salah satu daya tarik bagi nasabah.
pembayaran angsuran secara dua-mingguan) Analisis pinjaman yang sederhana, proses yang
Pembayaran angsuran: mingguan / dua-mingguan cepat, umumnya membutuhkan waktu hanya
Tingkat suku bunga: 1,75% - 2,5% per bulan, 1 2 minggu.
tetap Pertemuan kelompok adalah sarana yang baik
Jaminan: tidak diperlukan untuk para nasabah bersosialisasi dengan teman-
Biaya administrasi/provisi: tidak ada teman mereka, namun juga bisa menyebabkan
Tujuan pinjaman: produktif (utama) mereka kurang nyaman apabila anggota
Dana tanggung jawab: 5 10% dari pinjaman kelompok mereka banyak.
(dapat ditarik setelah nasabah menutup/melunasi Tanggung Renteng (TR) adalah hal yang tidak
pinjaman) disukai, khususnya apabila ini terjadi lebih dari
Penalti: beberapa LK memberlakukan penalti 1 2 kali.
apabila nasabah tidak menghadiri pertemuan Sebagian besar layanan dilakukan di dekat atau
kelompok. di rumah nasabah.
Tidak semua LK menyediakan penambahan (top
up) pinjaman dan/atau menerima pembayaran
angsuran di muka/sebelum jadwalnya.
Rentenir Nominal pinjaman: Rp. 100.000 1,5 juta Prosesnya sangat cepat, hanya 1-2 hari. Ini
Jangka waktu pinjaman: 25 hari 1 bulan adalah jalan keluar tercepat apabila nasabah
Pembayaran angsuran: harian membutuhkan dana untuk keadaan darurat,
Jenis pinjaman: pinjaman perorangan dimana nominal pinjaman pada umumnya tidak
Tingkat suku bunga: umumnya sekitar 10% per besar.
bulan Dokumen yang dibutuhkan dan analisisnya
Jaminan: tidak diperlukan minimal.
Biaya administrasi/provisi: tidak ada Pembayaran angsuran dilakukan secara harian,
Tujuan pinjaman: dapat digunakan untuk semua dimulai pada satu hari setelah pinjaman cair,
kebutuhan nasabah tingkat suku bunga tinggi, dan stafnya tidak
profesional (dan terkadang berperilaku tidak
sopan).
Bank Nominal pinjaman: berdasarkan skala usaha Prosesnya membutuhkan waktu lama, umumnya
(pinjaman nasabah, nilai jaminan, dan kemampuan bayar dua minggu sampai dengan 1 bulan.
selain pinjaman nasabah Persyaratan umumnya lebih kaku, termasuk
kelompok) Jangka waktu pinjaman: 1 3 tahun untuk memerlukan jaminan, dimana banyak nasabah
pinjaman produktif kecil mungkin tidak memilikinya.
Pembayaran angsuran: bulanan Untuk pinjaman produktif, bank menentukan
Jenis pinjaman: pinjaman perorangan standard mengenai berapa lama usaha nasabah
Tingkat suku bunga: 1,5 2,0% per bulan sudah berjalan (misalnya minimal 2 tahun).
Jaminan: diperlukan, seperti tanah/rumah, Nominal pinjaman lebih besar namun angsuran
kendaraan, atau tabungan/uang tunai. Nasabah yang dibayarkan besar/tinggi karena dilakukan
harus memiliki dokumen kepemilikan yang legal. secara bulanan.
24
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
Penyedia Produk Syarat dan Ketentuan Informasi dari Nasabah untuk Setiap Penyedia Produk
Biaya administrasi/provisi: ada, umumnya sekitar Meskipun tingkat suku bunga yang diberlakukan
1% dari nominal pinjaman. umumnya lebih rendah daripada LK, namun
Tujuan pinjaman: produktif dan konsumtif provisi/biaya admin dan biaya untuk pengikatan
jaminan menyebabkan total biaya yang harus
dibayar oleh nasabah menjadi terlihat lebih besar/
tinggi.
Pemulihan nasabah macet umumnya lebih ketat
dengan menjual asset/jaminan nasabah.
Pencairan dan pembayaran angsuran pinjaman
harus dilakukan di cabang, yang dapat
menyulitkan nasabah.
Teman/ Keluarga Nominal pinjaman: berdasarkan kebutuhan Prosesnya cepat dan mudah karena berdasarkan
dan/atau ketersediaan uang tunai dari sumber hubungan dekat dan kerelaan untuk membantu.
pinjaman, namun secara umum nominalnya tidak Hal ini sudah menjadi kebiasaan di dalam
besar. masyarakat.
Jangka waktu pinjaman: tidak ditentukan, namun Pilihan pertama apabila ada kebutuhan darurat
umumnya beberapa hari atau 1 2 minggu. dan/atau kebutuhan musiman, di samping
Pembayaran angsuran: langsung dibayar tunai rentenir, seperti untuk biaya kesehatan,
sekaligus pada saat nasabah sudah memiliki uang pendidikan, upacara, acara keluarga, pengeluaran
atau berdasarkan perjanjian antara keduanya. kebutuhan rumah tangga, dan kadang untuk
Jenis pinjaman: pinjaman perorangan pembayaran angsuran LK apabila ada jeda waktu
Tingkat suku bunga: umumnya tidak ada bunga antara pendapatan usaha dan jadwal pembayaran
Jaminan: tidak diperlukan angsuran.
Biaya administrasi/provisi: tidak ada Pembayaran terlambat lebih mudah karena
Tujuan pinjaman: dapat digunakan untuk semua penyedia pinjaman adalah teman/keluarga yang
kebutuhan nasabah umumnya mengerti kondisi keuangan nasabah.
Leasing Nominal pinjaman: berdasarkan pendapatan Proses pinjaman cepat umumnya sekitar 1 2
nasabah dan nilai jaminan minggu.
Jangka waktu pinjaman: 1 3 tahun Analisis pinjaman umumnya tidak sekaku bank,
Pembayaran angsuran: bulanan namun lebih kaku dari LK.
Jenis pinjaman: pinjaman perorangan Jenis pinjaman ini lebih menarik bagi nasabah
Tingkat suku bunga: 1,5 2,0 % per bulan untuk membeli barang seperti kendaraan, dimana
Jaminan: diperlukan, umumnya berupa barang sebagian besar penjual (dealer) kendaraan
yang dibeli, misalnya kendaraan bekerjasama dengan leasing. Penyedia tertentu
Biaya administrasi/provisi: ada menawarkan kredit kendaraan di samping
Tujuan pinjaman: konsumtif leasing.
Pencairan dan pembayaran angsuran: di kantor Proses pinjaman mudah dan dengan tingkat suku
cabang atau transfer bunga tidak tinggi, dan umumnya menawarkan
berbagai program seperti pembayaran angsuran
menurun dan/atau memberikan hadiah. Dalam
kredit kendaraan: kendaraan tersebut yang
menjadi jaminan.
Pembayaran angsuran secara bulanan
menyebabkan nominal angsuran besar, tidak
semua orang mampu mengajukan pinjaman ini.
25
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
2.3 Bukti Nasabah Memiliki atau pekerjaan, antara nasabah yang memiliki
Beberapa Pinjaman minimal tiga (3) pinjaman dengan nasabah
yang hanya memiliki satu (1) atau dua (2)
Responden utama untuk penelitian ini adalah pinjaman.
nasabah yang memiliki minimal tiga (3)
pinjaman dari LK (per November 2015) Belum adanya mekanisme untuk berbagi
sesuai data dari KBIJ. Namun di lapangan, informasi kredit antarLK menyebabkan LK
banyak responden menyebutkan bahwa kesulitan untuk mengidentifikasi jumlah
mereka memiliki pinjaman kurang dari tiga. pinjaman yang sudah dimiliki oleh calon
Hal ini dapat terjadi karena data KBIJ adalah nasabah. Staf LK mendapatkan informasi ini
data November 2015 dan beberapa nasabah melalui wawancara dengan calon nasabah,
mungkin sudah menutup/ melunasi pinjaman dimana kemungkinan data ini tidak akurat dan
mereka. Di samping itu, banyak responden hasilnya sangat tergantung pada kemampuan
yang enggan mengungkapkan jumlah staf yang berbeda-beda. Faktanya, beberapa
pinjaman yang mereka miliki, karena khawatir responden mengkonfirmasi bahwa meskipun
MBK tidak akan memberikan pinjaman lagi staf sudah mengetahui jumlah pinjaman yang
kepada mereka. dimiliki nasabah, staf tetap menawarkan
pinjaman baru kepada nasabah untuk
memenuhi target bisnis mereka.
Gambar 14. Jumlah LK dimana Responden
Mengambil Pinjaman
26
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
Gambar 15. Alasan Nasabah Memiliki Dari sisi suplai, kenyataan bahwa kemudahan
Beberapa Pinjaman mendapatkan pinjaman dari LK (39%) muncul
sebagai alasan nasabah memiliki beberapa
pinjaman. Hal yang menarik, 30% dari
responden ini adalah IRT atau tidak bekerja,
dan 45% di antaranya memiliki tingkat
pendapatan kurang dari Rp. 3 juta.
27
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
28
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
Seperti yang ditunjukkan sebelumnya bahwa 54% dari total responden memiliki minimal
tiga (3) pinjaman. 47% dari responden tersebut menggunakan pinjaman LK untuk keperluan
konsumtif, dibandingkan dengan 29% dari responden yang memiliki pinjaman LK sebanyak
dua (2) atau kurang. Ini jelas menunjukkan bahwa memiliki beberapa pinjaman dapat
mengarah ke penggunaan pinjaman untuk keperluan konsumtif seperti makanan, acara sosial,
dan sebagainya.
29
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
30
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
2.5 Analisis Arus Kas Nasabah Gambar 18. menunjukkan bahwa mayoritas
responden (55%) berada di area hijau, ini
Untuk mengetahui beban atas kewajiban berarti angsuran bulanan mereka dapat dibayar
pinjaman, kami melakukan sebuah analisis secara mudah dari aktivitas ekonomi/bisnis
arus kas nasabah untuk memastikan mereka. 21% dari responden berada dalam
kemampuan bayar nasabah. Kami kategori oranye, ini berarti mereka dapat
membandingkan surplus (yaitu perbedaan mengelola pembayaran dengan taraf yang
pendapatan rumah tangga dan pengeluaran) cukup, dan 24% responden masuk dalam
dari rumah tangga responden secara bulanan kategori merah, yang berarti surplus bulanan
dengan nominal angsuran per bulan, dan mereka tidak dapat mencukupi pembayaran
membaginya ke dalam tiga kategori: angsuran bulanannya. Perhitungan di atas
- Hijau: mengacu pada nasabah yang menggunakan informasi yang disampaikan
masih memiliki surplus cukup untuk oleh responden dan kami tidak memverifikasi
memenuhi semua kewajiban pinjaman informasi yang diberikan sehingga kondisi
mereka dengan nyaman dan tidak rumah tangga yang berada di kelompok
memiliki beban keuangan yang berat. hijau mungkin dapat berbeda. Namun,
Untuk para nasabah ini, angsuran analisis tersebut menunjukkan bahwa sebuah
bulanan mereka kurang dari 50% surplus rumah tangga mungkin telah mencapai
rumah tangga bulanan. batas penyerapan kredit mereka dan LK
harus berhati-hati apabila akan memberikan
- Oranye: mengacu pada nasabah yang pinjaman baru/lebih lanjut untuk rumah tangga
dapat memenuhi kewajiban mereka ini.
secara cukup, namun apabila ada
pinjaman baru akan menyebabkan Bagaimana Nasabah Mengatasi Tekanan dari
mereka beban keuangan yang berlebih. Memiliki Beberapa Pinjaman?
Untuk nasabah ini, angsuran bulanan Seperti yang telah disebutkan di atas, 24%
mereka mencapai 50 80% dari surplus dari total rumah tangga mengalami tekanan,
rumah tangga. contohnya lebih dari 80% surplus bulanan
- Merah: mengacu pada nasabah yang rumah tangga mereka digunakan untuk
memiliki beban keuangan yang berat membayar angsuran pinjaman dari LK.
dan para nasabah ini memiliki angsuran Hal yang menarik, 50% dari responden
bulanan lebih dari 80% surplus. Nasabah memiliki pinjaman dari 4 LK atau lebih.
ini akan mengalami kesulitan untuk 54% responden memiliki pinjaman lebih dari
membayar angsuran bulanan mereka. Rp. 6 juta meskipun 72% di antara mereka
memiliki penghasilan kurang dari Rp. 3 juta.
Gambar 18. Analisis Arus Kas Hal ini mengindikasikan bahwa kombinasi dari
pendapatan yang rendah dan memiliki beberapa
pinjaman dapat mengarah pada krisis likuiditas.
Situasi ini menyebabkan 56% dari responden
mengandalkan pinjaman dari pihak lain untuk
membayar pinjaman mereka di LK. Hal yang
memprihatinkan adalah seperlima dari nasabah
yang mendapatkan pinjaman baru ini, telah
mengambil pinjaman dari rentenir atau LK lain
dengan bunga yang lebih tinggi.
31
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
32
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
Definisi pengalaman nasabah ini meliputi Mayoritas (58%) dari responden mengatakan
pengalaman nasabah terhadap seluruh bahwa pengalaman mereka dengan LK adalah
proses, yaitu mulai dari proses pengajuan Baik dan 36% dari responden mengatakan
pinjaman, pencairan dan pembayaran Cukup Baik. Berikut ini adalah beberapa
angsuran. Meskipun pengalaman ini bervariasi pengalaman positif dari LK yang dialami oleh
antara satu LK dengan yang lainnya, secara nasabah.
keseluruhan: pengalaman nasabah tergolong
positif.
33
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
34
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
35
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
Perilaku Staf: Responden menghargai hal yang kurang aman dan berisiko bagi
perilaku staf yang professional dan bahkan nasabah.
tidak menerima tawaran air minum saat
pertemuan kumpulan. Namun, dalam Frekuensi Pembayaran Angsuran:
16% sesi wawancara kami, responden Sekitar 9% dari responden merasa
menyampaikan bahwa perilaku staf adalah frekuensi pembayaran angsuran tidak
hal yang tidak disukai. Keluhan responden cocok dengan jadwal kapan mereka
di antaranya ketika staf datang terlambat memiliki uang tunai dari penghasilan
ke pertemuan kelompok dan menyebabkan usaha/rumah tangga mereka. Mereka
jadwal pertemuan menjadi mundur menginginkan adanya pilihan yang
melebihi jadwal seharusnya. Mereka juga fleksibel dimana mereka dapat memiliki
mengkritisi perilaku staf yang berubah pembayaran secara mingguan, dua
menjadi tidak sopan/tidak pantas saat mingguan atau bulanan.
mereka berhadapan dengan nasabah yang
terlambat membayar angsuran/macet.
Gambar 22. Bagaimana Nasabah Mengetahui
tentang LK?
Jika salah satu anggota kelompok
tidak mampu membayar dan anggota
kelompok lainnya tidak dapat melakukan
TR, si staf akan mengambil mesin
penanak nasi (rice cooker) atau peralatan
elektronik lain sebagai jaminan, sampai
anggota kelompok lainnya dapat
mengumpulkan TR Rizika, Cianjur
36
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
Sering kali mereka juga mengajak calon seperti India, dimana sebagian besar nasabah
nasabah yang prospektif untuk bergabung hanya mampu mengingat nama LK mereka
dengan mereka membentuk kelompok dan berdasarkan hari pembayaran angsuran (LK
mengajukan pinjaman ke LK. Senin, LK Selasa dan seterusnya).
Mereka juga merupakan orang yang berperan
penting dalam mempengaruhi calon nasabah
dalam mengajukan pinjaman ke LK dan yang 2.10 Pengelolaan Beberapa
akhirnya berubah menjadi pinjaman macet. Pinjaman oleh Nasabah
Dalam seksi ini, kami akan menyoroti
2.9 Hal yang Diingat oleh bagaimana memiliki beberapa pinjaman
Nasabah dari LK mempengaruhi nasabah dan persepsi/perilaku
mereka terhadap lembaga keuangan mikro.
Gambar 23. Apakah Nasabah Mengetahui Gambar 25. Hal-Hal yang Tidak Disukai
Nama LK Dimana Mereka Meminjam? Dalam Membayar Beberapa Pinjaman
37
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
Mengelola Arus Kas: Dengan arus kas jatuh sakit, selalu menjadi bebank pikiran
yang terbatas dan beban pengeluaran yang mereka.
banyak, 59% dari responden berpendapat
bahwa mengelola likuiditas terbatas untuk 12% dari responden menyatakan bahwa
memenuhi kewajiban pembayaran angsuran mereka tidak memiliki masalah dengan
merupakan suatu tantangan besar bagi mereka. memiliki beberapa pinjaman.
Fenomena ini terjadi khususnya pada nasabah
yang memiliki siklus pinjaman dan nominal Ibu Dasinah (46 tahun) adalah seorang
pinjaman yang besar. Kami akan membahas IRT dan petani paruh waktu di Dawuan,
berbagai cara nasabah mengelola arus kas Subang. Dia memiliki pinjaman dari
mereka dalam seksi berikutnya. 3 LK dengan total pinjaman Rp. 9
juta. Ibu Dasinah memberikan 2 dari
TR: Responden (30%) merisaukan mengenai
3 pinjamannya kepada anaknya yang
TR, baik saat mereka melakukan TR untuk
memiliki usaha menjual baju dan pulsa
anggota kelompok lain maupun sebaliknya.
HP. Ketika kami bertanya mengenai
Mereka mengalami tekanan kelompok dan
alasan anak-anaknya tidak mengajukan
dipermalukan secara sosial oleh anggota
pinjaman sendiri, dia menjawab
kelompok lain dan terkadang oleh staf LK.
Mereka sibuk dengan pekerjaan mereka
Untuk menghindari situasi ini, banyak nasabah
dan tidak dapat menghadiri pertemuan
yang memilih untuk meminjam kepada
kelompok. Jadi saya yang mengajukan
teman, keluarga dan kadang rentenir, daripada
pinjaman, untuk kepentingan mereka
meminta kelompok mereka untuk melakukan
TR. Nasabah yang melakukan pembayaran
tepat waktu juga menderita apabila ada Mengelola Arus Kas untuk Pembayaran
anggota kelompoknya yang tidak melakukan Angsuran
pembayaran angsuran. Salah satu responden
mengungkapkan Saya membayar pinjaman
saya tepat waktu dan membayar TR untuk Gambar 26. Bagaimana Responden Mengelola
orang lain. Meskipun demikian, pinjaman saya Arus Kas untuk Membayar Angsuran
untuk siklus berikutnya ditolak. Pinjaman
38
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
mereka untuk membayar angsuran pinjaman. secara bijaksana dan memangkas biaya yang
Hal ini muncul di 57% dari sesi. Hasil tidak
Ibu perlu
Nenahsemaksimal
(42 tahun) mungkin. Contohnya,
dari Cisaat,
penelitian menunjukkan bahwa suami ada nasabah yang menjual harta
meminjam uang dari keluarga dan benda
nasabah sangat mempengaruhi keputusan pribadi mereka
temannya seperti
untuk perhiasan
membayar emas, TV,
angsuran
untuk mengajukan, menggunakan dan kompor LPGLK.
pinjaman danSaat
sebagainya untuk membayar
ini dia meminjam
membayar angsuran pinjaman. Sebagian angsuran.
Rp. 200.000 dari rentenir, dimana
besar LK mewajibkan suami nasabah untuk separuh dari pinjaman ini dia gunakan
menandatangani formulir pengajuan pinjaman untuk membayar angsuran LK. Dia
sebagai bentuk persetujuan mereka. Hampir lebih memilih untuk meminjam dari
42% responden menyatakan bahwa pengguna sumber manapun yang memungkinkan
pinjaman sebenarnya adalah suami mereka, untuk membayar angsuran pinjaman
sehingga nasabah sangat bergantung pada LK karena dia tidak ingin anggota
suami mereka untuk membayar komitmen kelompoknya melakukan TR. Dia
angsuran. merasa malu apabila kelompoknya
melakukan TR untuknya.
39
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
40
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
Gambar 29. Pekerjaan Nasabah Macet pada usaha penambangan emas ilegal.
Sebagian besar penduduk desa memiliki
usaha seperti berjualan ikan/buah/sayur,
membuka bengkel kendaraan dan sebagainya
untuk melayani kebutuhan para penambang.
Mereka menggunakan pinjaman dari LK
untuk investasi dalam usahanya. Namun
aktivitas penambangan ilegal ini ditutup oleh
pemerintah, menyebabkan bisnis mereka mulai
surut dan akhirnya jumlah nasabah macet
mulai meningkat. Hal tersebut ditunjukkan
12 orang dari 20 nasabah macet adalah IRT, oleh Gambar 30 yang mengGambarkan tingkat
dimana 7 responden memiliki sebuah usaha pendapatan nasabah macet saat diwawancarai.
di saat awal mereka mengajukan pinjaman.
Namun, setelah bisnis mereka gagal/bangkrut,
mereka menjadi IRT. Sedangkan 5 responden Gambar 31: Pinjaman LK yang Dimiliki
memang IRT sejak awal mengajukan pinjaman Nasabah Macet
dan mereka menggunakan pinjaman tersebut
untuk membantu usaha suami mereka.
41
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
42
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
Ida Fitria (29 tahun) adalah seorang Ibu dari 3 anak yang tinggal di Pongkor Bogor, dekat
dengan pertambangan emas ilegal. Fitria berjualan otak-otak dan suaminya adalah penjual ikan
di pasar tradisional di dekat tambang emas.
Fitria memiliki pinjaman dari 5 LK dengan total pinjaman sebesar Rp. 15 juta dan angsuran
per bulan sebesar Rp. 1,56 juta. Semua pinjaman tersebut digunakan untuk membantu usaha
suaminya dan menutup pengeluaran rumah tangganya seperti sembako, biaya pendidikan anak,
dan sebagainya. Dia mampu memenuhi semua kewajiban dan melakukan pembayaran tepat
waktu saat usaha mereka berjalan dengan lancar.
Namun, setelah usaha penambangan ilegal ditutup, usaha mereka pun ikut surut. Semula
suaminya mampu memperoleh pendapatan Rp. 3 3,5 juta per bulan (atau sekitar US $228
266), namun sekarang penghasilan suaminya turun drastis menjadi hanya Rp. 1,25 1,5 juta
per bulan (atau sekitar US $95115). Dengan memiliki 3 orang anak yang masih kecil-kecil,
pendapatan suaminya ini lebih kecil daripada pengeluaran rumah tangganya yaitu sekitar Rp.
1,51,8 juta per bulan (atau sekitar US $115137).
Akhirnya Fitria mengambil beberapa pinjaman dari LK dan rentenir untuk membayar
pinjamannya yang sudah ada, dan terjebak dalam lilitan hutang yang banyak. Setelah semua
sumber keuangannya tidak lagi mampu membayar angsuran pinjamannya, dia mulai terlambat
membayar dan akhirnya mengalami kemacetan dalam pembayaran pinjaman.
Alasan Lainnya:
1. Anggota Kelompok Lainnya Juga Macet: Responden mengalami macet apabila ketua kelompok
atau anggota kelompok yang menerima pinjaman joki juga macet.
2. Masalah Kesehatan: Jika pencari nafkah utama di dalam keluarga jatuh sakit, hal ini dapat
menyebabkan pinjaman nasabah menjadi macet. Anggota masyarakat mengalami guncangan
likuiditas setiap kali ada masalah kesehatan. Mayoritas dari mereka tidak memiliki asuransi,
sehingga mereka lari harus bergerak cepat untuk mendapatkan dana darurat kesehatan.
3. Dipengaruhi oleh Anggota Kelompok Lain untuk Memacetkan Pinjaman Mereka: Beberapa
responden memacetkan pinjaman mereka karena anggota kelompok yang lain mendorong
mereka untuk melakukan hal tersebut. Pengaruh lokal, lembaga swadaya masyarakat/LSM
(Non Government Organisation/NGO) memainkan peranan kunci dalam menentang LK dan
mendorong anggota masyarakat untuk menolak pembayaran pinjaman kepada LK/macet.
Hal ini terjadi karena beberapa LSM ini merasa bahwa pinjaman dengan mengenakan bunga
bertentangan dengan prinsip agama Islam.
43
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
44
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
45
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
3. Rekomendasi
46
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
3.0 Rekomendasi
Berbagi Informasi Kredit: Pengalaman
LK Mikro di India
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
terdapat tanda-tanda peningkatan tekanan Pada Desember 2014, 299 LK Mikro
di LK, baik dari segi operasional (seperti berbagi informasi dengan 2 biro kredit
tetap memberikan pinjaman baru meskipun
Lebih dari 100 juta nasabah tercakup
telah mengetahui pinjaman sebelumnya,
oleh 2 biro kredit terbesar ini dengan
pertumbuhan yang agresif dan terlibat dalam
jangkauan 98% dari total industri.
praktek-praktek kompetisi tidak sehat)
maupun dari segi perilaku para nasabah Industri memperkirakan pinjaman
(meningkatnya ketidaksukaan terhadap sistem bermasalah 50% lebih rendah karena
TR, mengambil pinjaman lebih dari satu aktivitas berbagi informasi kredit ini
dan menggunakan pinjaman untuk tujuan
konsumtif karena mudah diperoleh). Pada Manfaat lainnya termasuk: penurunan
bagian ini, kami memberikan rekomendasi pinjaman berganda, peningkatan
untuk lembaga-lembaga keuangan di keterbukaan nasabah dan pembayaran
Indonesia untuk memastikan sektor keuangan tunggakan yang telah lama karena
mikro yang sehat. penolakan aplikasi pinjaman dari
nasabah.
Berbagi Informasi Kredit melalui Biro
Kredit Biro kredit telah meningkatkan
ketersediaan dan kualitas data di
Berbagi informasi kredit merupakan suatu sektor keuangan mikro yang kemudian
cara yang efektif dalam mengelola pinjaman meningkatkan transparansi
berlebih dan manajemen risiko kredit. Berbagi Sumber: Presentasi IFC, Lokakarya OJK 2015 (http://bit.
informasi kredit membawa berbagai manfaat ly/297mtcJ)
sebagai berikut:
Memahami posisi pinjaman nasabah dan
rumah tangga nasabah, Salah satu contoh yang tepat dari berbagi
informasi adalah di India dimana para LK
Memahami sejarah pinjaman nasabah pasca krisis keuangan mikro di tahun 2010
sebelumnya (identifikasi nasabah baik dan mulai berbagi informasi kredit melalui biro-
kurang baik), biro kredit yang terakreditasi (mengacu pada
Kotak Teks di atas).
Meningkatkan perilaku positif di tingkat
nasabah karena mereka mengetahui bahwa Inisiasi yang hampir sama diambil oleh para
pinjaman macet meskipun hanya sekali LK mikro di tingkat regional. Cambodia
akan menyebabkan tertutupnya akses ke Credit Bureau (Biro Kredit Kamboja),
lembaga-lembaga keuangan yang lain, sebagian dimiliki oleh Cambodia Microfinance
Association (Asosiasi Keuangan Mikro
Biro kredit juga menghasilkan laporan-
Kamboja), menyediakan pemeriksaan
laporan khusus di sektor tersebut misalnya
informasi kredit untuk lebih dari 30 LKM -
penetrasi lembaga keuangan di suatu
sehingga memungkinkan praktek-praktek
wilayah, pertumbuhan industri, pangsa
pinjaman
pasar, dan lain-lain. yang dapat membantu
lembaga-lembaga keuangan dan para
investor membuat keputusan strategis
mereka.
47
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
yang bertanggung jawab. Di Filipina, ada beberapa isu yang perlu dipertimbangkan
tujuh LK Mikro terbesar bekerja sama dalam konteks Indonesia:
untuk Microfinance Data Sharing System
(MiDAS) atau Sistem Berbagi Data Format umum untuk berbagi informasi
Keuangan Mikro suatu database umum dengan biro kredit (LK mungkin harus
dengan akses yang sama terhadap informasi memperkenalkan persyaratan KYC
kredit kepada semua lembaga keuangan yang minimum untuk nasabah dan ini dapat
berpartisipasi. berdampak pada perubahan SOP)
Sangat penting untuk memiliki mekanisme
berbagi data yang tepat waktu dan efektif
(seperti pengumpulan data yang teratur
dan berkala ke biro kredit) namun tidak
semua LK memiliki MIS dan sistem
internal yang diperlukan (terutama
lembaga keuangan yang lebih kecil seperti
koperasi atau BPR) untuk mengirimkan
data dengan frekuensi yang diinginkan
Membawa perubahan yang sistemik
bagi LK di bidang kebijakan operasional
dan SOP yang berkaitan dengan akuisisi
nasabah dan analisis kredit untuk
menggabungkan dan melembagakan
penggunaan informasi kredit sebelum
mengambil keputusan kredit.
Identifikasi dan mengajak LK dengan
skala kecil seperti BPR, koperasi kredit,
koperasi dan BMT yang aktif di tingkat
daerah dapat menjadi suatu tantangan
tersendiri. Tantangan yang sebelumnya
disebutkan sebelumnya terkait dengan
format yang diperlukan dapat menjadi
lebih menantang dengan lembaga-
lembaga tersebut karena hanya memiliki
LK di Indonesia telah menginisiasi proses kemampuan dan infrastruktur teknologi
berbagi informasi kredit dengan biro kredit yang sangat dasar.
swasta PT. Kredit Biro Indonesia Jaya
(KBIJ) dan 9 LK telah menyerahkan data
nasabah mereka dan beberapa LK lainnya
diharapkan untuk bergabung (mengacu pada
Lampiran III untuk rincian Analisis KBIJ).
Meskipun manfaat memiliki biro kredit cukup
substansial sehingga perlu membentuk kredit
biro yang berfungsi dengan baik dan efektif,
19. https://www.cma-network.org/en/news/signing-ceremony-of-FIs-with-credit-bureau-of-cambodia
48
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
49
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
50
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
MFIN merupakan suatu asosiasi IKNB (Institusi Keuangan Non Bank/Non-bank Finance
Companies - NBFC) LKM di India yang bertindak sebagai lembaga mandiri (self-regulating
organisation) untuk sektor keuangan mikro di India. Lembaga ini beranggotakan 48 IKNB
LKM terkemuka yang mencakup lebih dari 90% total nasabah lembaga keuangan komersial di
India. MFIN dibentuk segera pasca krisis keuangan mikro di India dan kemudian berkembang
menjadi asosiasi yang kuat yang telah meningkatkan keuangan yang bertanggung jawab
(responsible finance) di antara anggotanya. Tugas utama MFIN dikelompokkan sebagai berikut:
MFIN telah berhasil mencapai sukses besar dalam menegakkan pedoman kode etik antar
anggotanya dan meningkatkan keuangan yang bertanggung jawab (responsible finance) di India.
Pada 2014, MFIN diakui sebagai Organisasi Mandiri (Self- Regulating Organisation) oleh Bank
Sentral India (Reserve Bank of India). MFIN menikmati kredibilitas yang substansial di antara
para pembuat kebijakan dan regulators dan memainkan peran kunci sebagai penghubung antara
sektor dan regulator.
51
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
52
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
20. https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1274
21. http://data.worldbank.org/indicator/SP.POP.TOTL
53
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
lain atau rentenir. Beberapa produk penting berbagai jenis tabungan, asuransi, pembayaran
yang dapat ditawarkan berdasarkan hasil tagihan, pengiriman uang, dll. Meskipun
penelitian kami adalah: peraturan masih melarang perusahaan modal
ventura untuk menawarkan produk tabungan,
Pinjaman darurat/Top-up berpotensi untuk bermitra dengan MNO/bank
Pinjaman perumahan/perbaikan rumah komersial (sebagai agen branchless banking/
laku pandai), menjual produk-produk asuransi
Pinjaman pendidikan untuk biaya sekolah/ dan menawarkan layanan tambahan seperti
pendidikan yang lebih tinggi pembayaran tagihan dan pengiriman uang
dapat dipertimbangkan. Cashpor, suatu LKM
Pinjaman perseorangan untuk modal kerja
besar di India, menjadi koresponden bisnis
yang lebih besar atau modal investasi
(agen branchless banking) untuk suatu bank
Meskipun beberapa produk pinjaman yang swasta komersial dan menawarkan layanan
disebutkan seperti pinjaman top-up atau tabungan berdasar biaya/fee dan pembayaran
perbaikan rumah sederhana (seperti pinjaman tagihan untuk nasabah-nasabahnya. Hal ini
untuk membangun toilet atau perbaikan merupakan solusi saling menang (win-win
sederhana di rumah) dapat dilakukan di bawah solution) untuk seluruh pihak. Untuk Cashpor,
metodologi pinjaman kelompok yang saat produk ini adalah pendapatan non-bunga
ini berjalan, namun untuk beberapa produk tanpa risiko; untuk bank komersial hal ini
lain seperti modal kerja yang lebih besar akan membuka pasar baru untuk memobilisasi
atau modal investasi LK perlu berpindah ke tabungan dan untuk nasabah mereka dapat
pinjaman individual menggunakan teknik memperoleh berbagai layanan keuangan
analisis pinjaman yang lebih kompleks seperti melalui satu lembaga saja
aliran arus kas/agunan fleksibel/skoring
Beberapa LK di India memperoleh 5-10%
berdasar psychometric.
pendapatan mereka dari menjual produk-
Seperti hasil observasi di lapangan, tekanan produk tambahan seperti asuransi, lentera
dalam kelompok meningkat ketika besaran surya, dll. Jenis-jenis produk yang dijual
pinjaman juga meningkat dan ada pinjaman tergantung dari kebutuhan dan permintaan
yang menunggak. Untuk pinjaman di atas setempat dan LK perlu melakukan riset
IDR 10 juta, LK direkomendasikan untuk mendalam terkait dengan produk-produk
melakukan analisis kredit lebih detail. Teknik asuransi dan menawarkan layanan tambahan
analisis kredit modern seperti pinjaman seperti pembayaran tagihan dan pengiriman
berdasar psychometric credit scoring dapat uang dapat dipertimbangkan. Cashpor, suatu
dieksplorasi oleh LK di Indonesia. LKM besar di India, menjadi koresponden
bisnis (agen branchless banking) untuk suatu
Diversifikasi Sumber Pendapatan
bank swasta komersial dan menawarkan
Sebagai tambahan atas diversifikasi produk layanan tabungan berdasar biaya/fee
pinjaman, LK dapat pula mempertimbangkan dan pembayaran tagihan untuk nasabah-
untuk mendiversifikasi sumber-sumber nasabahnya. Hal ini merupakan solusi saling
pendapatan sehingga dapat menurunkan menang (win-win solution) untuk seluruh
ketergantungan terhadap pinjaman untuk pihak. Untuk Cashpor, produk ini adalah
memperoleh pendapatan. Lembaga keuangan pendapatan non-bunga tanpa risiko; untuk
dengan skala yang besar, dengan nasabah bank komersial hal ini akan membuka pasar
lebih dari 100.000 memiliki kesempatan untuk baru untuk memobilisasi tabungan dan untuk
menjual berbagai produk keuangan. Rumah nasabah mereka dapat memperoleh berbagai
tangga berpendapatan rendah memerlukan layanan keuangan melalui satu lembaga saja.
lebih dari sekedar pinjaman untuk mengelola
kebutuhan keuangan mereka, yang mencakup
54
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
Beberapa LK di India memperoleh 5-10% membentuk sistem yang relatif kuat untuk
pendapatan mereka dari menjual produk- mengelola risiko keuangan dan operasional
produk tambahan seperti asuransi, lentera (seperti risiko likuiditas, penipuan, risiko
surya, dll. Jenis-jenis produk yang dijual suku bunga dll.). Semua LK terkemuka
tergantung dari kebutuhan dan permintaan telah memperkenalkan sistem audit internal
setempat dan LK perlu melakukan riset dan sistem monitoring untuk memeriksa
mendalam terkait dengan produk-produk kepatuhan dengan sistem dan proses.
potensial yang dapat memberikan pendapatan Tetapi sistem manajemen risiko yang lebih
non-bunga (fee-based income). Pengalaman komprehensif diperlukan untuk menghindari
kami bekerja di keuangan digital di Indonesia risiko kredit dan risiko politik. Di pasar
menunjukkan bahwa pembayaran tagihan keuangan mikro yang lebih matang, LK
dan pengiriman uang merupakan layanan memiliki tim manajemen risiko khusus yang
keuangan yang penting dan paling diminati terus memantau risiko yang muncul baik dari
oleh masyarakat. Demikian pula, penetrasi internal maupun eksternal dan mengambil
asuransi yang rendah membuat produk-produk langkah-langkah pro-aktif dalam mengelola
asuransi berpotensi untuk dijual bagi LK. risiko-risiko ini. Sebagai contoh: tim khusus
Diversifikasi pendapatan dapat memberikan manajemen risiko dapat melihat wilayah-
dampak yang positif pada pinjaman wilayah operasional LK dimana muncul tanda-
berlebih karena LK tidak hanya focus pada tanda peningkatan persaingan
pertumbuhan kredit sebagai sumber satu-
satunya pertumbuhan pendapatan. Langkah-langkah untuk memperlambat bisnis
di wilayah tersebut dan fokus pertumbuhan di
Menanamkan Prinsip-prinsip Keuangan daerah lain. Meskipun contoh yang disebutkan
Bertanggung Jawab pada Proses-proses terkait dengan pengelolaan pinjaman lebih dari
Operasional satu (multiple lending), peran manajer risiko
bisa jauh lebih luas dan juga dapat melihat ke
Menggabungkan prinsip-prinsip keuangan dalam berbagai aspek seperti peraturan, risiko
yang bertanggung jawab seperti prinsip- politik dan keuangan, dll.
prinsip perlindungan nasabah yang dianjurkan
oleh SMART campaign ke dalam proses-
proses operasional utama merupakan cara Pelatihan Pelanggan dan Literasi Keuangan
praktis yang terbukti mencegah pinjaman
berlebih. Progres telah nampak dibuat dalam Kami telah mengobservasi bahwa beberapa
aspek ini oleh beberapa LK di Indonesia. LK tidak menekankan adanya pelatihan
MBK telah mendapatkan sertifikasi dari setelah siklus pertama. Bahkan beberapa
SMART campaign dan dua LK lagi (BAV nasabah merasa tidak perlu melakukan
dan KOMIDA) tengah dalam proses pengulangan pelatihan pelanggan sebelum
memperoleh sertifikasi dalam waktu dekat. mulai siklus pinjaman selanjutnya. Namun
LK lainnya perlu diedukasi dan disadarkan untuk pinjaman siklus yang lebih tinggi, risiko
akan adanya isu-isu tersebut dan insentif perlu penyalahgunaan oleh nasabah atas jumlah
dikembangkan untuk adopsi oleh berbagai pinjaman atau membuat pilihan yang salah
lembaga. untuk bisnis menjadi lebih tinggi. Pelatihan
pelanggan khusus yang ditawarkan oleh LK
Tim Manajemen Risiko Khusus di Kantor sebagian besar berfokus pada pemahaman
Pusat produk seperti persyaratan pinjaman
(besaran pinjaman, suku bunga, dll.), kondisi
LK menghadapi risiko-risiko yang sama pembayaran (jumlah angsuran, jangka waktu
dengan sektor keuangan. LK terkemuka telah pinjaman, aturan pelunasan sebelum jatuh
55
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
tempo, dll.), penjelasan tentang konsep prinsip keuangan yang bertanggung jawab,
tanggung renteng, dll Untuk siklus yang memastikan diversifikasi wilayah dan produk,
lebih tinggi, pelatihan pelanggan dapat lebih dll. Insentif dalam bentuk dana hibah atau
ditekankan pada penggunaan pinjaman yang bantuan teknis mungkin juga diperlukan
efektif dan dapat mencakup topik-topik oleh beberapa LK untuk melaksanakan
seperti: rekomendasi di atas yang dapat disediakan
oleh investor dan donor.
1. Menganalisis arus kas rumah tangga dan
bisnis Meningkatkan Monitoring untuk Melacak
Pinjaman Joki
2. Dampak negatif dari pinjaman berlebih
terhadap arus kas bisnis dan rumah tangga Keberadaan pinjaman joki tidak
mengkhawatirkan tetapi kami mengamati
3. Mengantisipasi risiko-risiko bisnis bahwa staf secara diam-diam mendukung
dan merencanakan mitigasinya tanpa pinjaman tersebut di lapangan untuk
mempengaruhi hutang memastikan pencapaian target. Ini perlu
lebih diawasi sejak awal melalui sistem
LK perlu mempertimbangkan menggunakan
pengendalian internal yang lebih baik
video pendek dengan target pesan untuk (seperti kunjungan lapangan oleh Atasan dan
melatih nasabah. Video sangat efektif dan Auditor Internal) dengan fokus khusus untuk
menarik sebagai alat pendidikan/melek mengidentifikasi dan memberikan disinsentif
keuangan dibandingkan dengan pelatihan di bagi staf untuk terlibat dalam perilaku
kelas yang dapat membosankan dan terlalu tersebut.
bertele-tele. Staf lini depan (front liner) dapat
menggunakan ponsel pintar/Tabelt yang
semakin menyebar (tingkat penetasi pengguna
smartphone 40-45% ) untuk menjalankan
video ini selama pertemuan di kelompok.
56
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
57
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
58
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
Lampiran
59
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
Lampiran I
Jumlah Cabang dari LK Terkemuka di Tiap Provinsi di Pulau Jawa
Jumlah POPULASI
Cabang Cabang/ Cabang/ 100,000
POPULASI SYARAKAT
No Kabupaten 100,000 poor masyarakat
(2014) MISKIN
TOTAL populasi miskin
(2013)
Jawa Barat
1 Kab./Kota Bandung 35 5,941,195 0.59 390,900 8.95
2 Kab. Bandung Barat 7 1,609,512 0.43 209,900 3.33
3 Kab./Kota Bekasi 22 5,765,206 0.38 292,900 7.51
4 Kab./Kota Bogor 48 6,361,869 0.75 535,800 8.96
5 Kab. Ciamis 9 1,162,102 0.77 147,800 6.09
6 Kab. Cianjur 17 2,235,418 0.76 292,200 5.82
7 Kab./Kota Cirebon 8 2,414,172 0.33 344,500 2.32
8 Kab. Garut 26 2,526,186 1.03 315,800 8.23
9 Kab. Indramayu 5 1,682,022 0.30 257,300 1.94
10 Kab. Karawang 29 2,250,120 1.29 245,100 11.83
11 Kab. Kuningan 6 1,049,084 0.57 142,300 4.22
12 Kab. Majalengka 10 1,176,313 0.85 168,600 5.93
13 Kab. Pangandaran - 388,320 - - -
14 Kab. Purwakarta 9 910,007 0.99 85,000 10.59
15 Kab. Subang 15 1,513,093 0.99 185,400 8.09
16 Kab./Kota Sukabumi 26 2,737,114 0.95 260,600 9.98
17 Kab. Sumedang 13 1,131,516 1.15 132,900 9.78
18 Kab./Kota Tasikmalaya 16 2,383,381 0.67 324,500 4.93
19 Kota Banjar 1 180,515 0.55 13,900 7.19
20 Kota Cimahi - 579,015 - 37,700 -
21 Kota Depok - 2,033,508 - 47,000 -
BTPN Syariah 91
Total 393 46,029,668 0.85 4,430,100 8.87
Jawa Timur
1 Kab. Bangkalan - 945,821 - 218,300 -
2 Kab. Banyuwangi 6 1,588,082 0.38 152,200 3.94
3 Kab./Kota Blitar 2 1,277,696 0.16 130,400 1.53
4 Kab. Bojonegoro 8 1,232,386 0.65 196,800 4.07
24. Data collected from MBK, BAV, DMS, Koperasi BAIK, KOMIDA, KSB. For BTPN we do not have Kabupaten wise
distribution of branch offices, so we have just divided the total branches of BTPN (1832) with the total provinces where it
operates (20 provinces). This can be taken as a conservative estimate of the presence of BTPN branches in West java.
60
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
Jumlah Cabang/
Cabang Cabang/ POPULASI
POPULASI 100,000 poor
No Kabupaten 100,000 MASYARAKAT
(2014) masyarakat
TOTAL populasi MISKIN (2013)
miskin
5 Kab. Bondowoso 2 756,989 0.26 115,300 1.73
6 Kab. Gresik 5 1,241,613 0.40 171,600 2.91
7 Kab. Jember 9 2,394,608 0.38 278,500 3.23
8 Kab. Jombang 8 1,234,501 0.65 137,500 5.82
9 Kab,/Kota Kediri 9 1,817,001 0.50 225,500 3.99
10 Kab. Lamongan 7 1,187,084 0.59 192,000 3.65
11 Kab. Lumajang 4 1,026,378 0.39 124,400 3.22
12 Kab./Kota Madiun 7 848,361 0.83 92,400 7.58
13 Kab. Magetan 1 626,614 0.16 76,300 1.31
14 Kab./Kota Malang 3 3,373,060 0.09 329,600 0.91
15 Kab./Kota Mojokerto 9 1,195,205 0.75 124,900 7.21
16 Kab. Nganjuk 7 1,037,723 0.67 140,800 4.97
17 Kab. Ngawi 2 827,829 0.24 127,500 1.57
18 Kab. Pacitan - 549,481 - 91,700 -
19 Kab. Pamekasan - 836,224 - 153,700 -
20 Kab./Kota Pasuruan 6 1,762,836 0.34 190,300 3.15
21 Kab. Ponorogo 4 865,809 0.46 103,000 3.88
22 Kab./Kota Probolinggo 5 1,359,467 0.37 257,900 1.94
23 Kab. Sampang - 925,911 - 248,200 -
24 Kab. Sidoarjo 5 2,083,924 0.24 138,200 3.62
25 Kab. Situbondo 4 666,013 0.60 90,300 4.43
26 Kab. Sumenep - 1,067,202 - 225,500 -
27 Kab. Trenggalek 1 686,781 0.15 92,800 1.08
28 Kab. Tuban 7 1,147,097 0.61 196,900 3.56
29 Kab. Tulungagung 6 1,015,974 0.59 91,700 6.54
30 Kota Batu - 198,608 - 9,400 -
31 Kota Surabaya - 2,833,924 - 169,400 -
BTPN Syariah 91
Total 218 38,610,202.0 0.56 4,893,000 4.46
61
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
Jumlah Cabang/
Cabang Cabang/ POPULASI
POPULASI 100,000 poor
No Kabupaten 100,000 MASYARAKAT
(2014) masyarakat
TOTAL populasi MISKIN (2013)
miskin
Jawa Tengah dan Yogyakarta
1 Kab. Banjarnegara 1 895,986 0.11 166,800 0.60
2 Kab. Banyumas 7 1,620,918 0.43 296,800 2.36
3 Kab. Batang 4 736,397 0.54 87,500 4.57
4 Kab. Blora 1 848,369 0.12 123,800 0.81
5 Kab. Boyolali 1 957,857 0.10 126,500 0.79
6 Kab. Brebes 6 1,773,379 0.34 367,900 1.63
7 Kab. Cilacap 3 1,685,573 0.18 255,700 1.17
8 Kab. Demak - 1,106,328 - 172,500 -
9 Kab. Grobogan 6 1,343,960 0.45 199,000 3.02
10 Kab. Jepara 2 1,170,797 0.17 106,900 1.87
11 Kab. Karanganyar 2 848,255 0.24 114,400 1.75
12 Kab. Kebumen 10 1,181,006 0.85 251,100 3.98
13 Kab. Kendal 4 934,643 0.43 117,700 3.40
14 Kab. Klaten 5 1,154,040 0.43 179,500 2.79
15 Kab. Kudus 2 821,136 0.24 70,100 2.85
16 Kab./Kota Magelang 7 1,354,068 0.52 182,800 3.83
17 Kab. Pati 1 1,225,594 0.08 157,900 0.63
18 Kab./Kota Pekalongan 4 1,161,277 0.34 140,600 2.84
19 Kab. Pemalang 4 1,284,236 0.31 246,800 1.62
20 Kab. Purbalingga 2 889,214 0.22 181,100 1.10
21 Kab. Purworejo 2 708,038 0.28 109,000 1.83
22 Kab. Rembang 3 614,087 0.49 128,000 2.34
23 Kab./Kota Semarang 2 2,660,556 0.08 169,900 1.18
24 Kab. Sragen 4 875,600 0.46 139,000 2.88
25 Kab. Sukoharjo 4 856,937 0.47 84,100 4.76
26 Kab./Kota Tegal 5 1,665,130 0.30 171,400 2.92
27 Kab. Temanggung 2 738,915 0.27 91,100 2.20
28 Kab. Wonogiri - 945,817 - 132,200 -
29 Kab. Wonosobo - 773,280 - 170,100 -
30 Kota Salatiga 1 181,193 0.55 11,500 8.70
31 Kota Surakarta - 510,077 - 59,700 -
62
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
Jumlah Cabang/
Cabang Cabang/ POPULASI
POPULASI 100,000 poor
No Kabupaten 100,000 MASYARAKAT
(2014) masyarakat
TOTAL populasi MISKIN (2013)
miskin
32 Kab. Bantul 4 982,384 0.41 156,600 2.55
33 Kab. Gunungkidul 1 707,158 0.14 152,400 0.66
34 Kab. Kulonprogo 2 407,330 0.49 86,500 2.31
35 Kab. Sleman 2 1,162,412 0.17 110,800 1.81
36 Kota Yogyakarta - 407,249 - 35,600 -
BTPN Syariah 91
Total 195 37,189,196 0.52 5,353,300 3.64
Banten
1 Kab. Lebak - 1,259,305 - 118,600 -
2 Kab. Pandeglang 3 1,188,405 0.25 121,100 2.48
3 Kab./Kota Serang 4 2,094,195 0.19 109,500 3.65
4 Kab./Kota Tangerang 29 5,264,670 0.55 287,000 10.10
5 Kota Cilegon - 405,303 - 15,900 -
6 Kota Tangerang Selatan 1 1,492,999 0.07 25,400 3.94
BTPN Syariah 91
Total 128 11,704,877 1.09 677,500 18.89
63
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
Lampiran II: Studi Kasus Krisis yang koersif dan mengambil keuntungan dari
Keuangan Mikro Andhra Pradesh orang miskin, dalam rangka mengembangkan
usaha untuk tumbuh pesat . Krisis ini
Negara bagian Andhra Pradesh (AP) adalah sebelumnya terjadi di dalam geografi yang
pusat keuangan mikro di India pada tahun lebih kecil sehingga lebih mudah dikontrol
2000-2010 dan lima LK lembaga keuangan dan pelajaran dari kejadian ini dengan cepat
non bank (LKNB) terbesar di India berbasis dilupakan.
di sana. Pada bulan November 2010, LK
memiliki 9,7 juta orang nasabah dengan Situasi ini mulai memburuk setelah tahun
total pinjaman luar biasa yaitu Rs. 72 miliar 2007, dengan masuknya modal swasta ke
(sekitar Rp. 1,5 miliar). Pertumbuhan yang sektor keuangan mikro. Ambisi LK dan
tidak paralel dari LK, dikombinasi dengan ketersediaan investasi dalam ekuitas besar
upaya gerakan Self-Help Group (SHG) yang menyebabkan pertumbuhan lebih cepat lebih
merupakan program pemerintah memberikan dari 100% per tahun dalam beberapa kasus.
pinjaman kepada orang miskin melalui Para investor swasta juga memiliki ekspektasi
negara dipimpin sistem perbankan, CGAP pertumbuhan yang sangat tinggi (25-30%) dan
memperkirakan pada tahun 2010 bahwa rata- ini memberikan tekanan tambahan pada LK
rata pinjaman rumah tangga di AP adalah Rs. untuk tumbuh dan mempertahankan tingkat
65.000 (sekitar Rp. 20,3 juta) dibandingkan pertumbuhan .
dengan rata-rata nasional Rs. 7.700 (Rp.
Fokus pada pertumbuhan, menyebabkan LK
2,17 juta). Tingginya tingkat pinjaman di
mengabaikan isu-isu penting. Sebagai contoh:
negara bagian tersebut, sebagian besar adalah
ada staf yang diberikan pelatihan formal
hasil dari beberapa pinjaman yang terjadi di
hanya 2 hari dan diminta untuk mengelola
sektor ini. Di saat yang bersamaan, nasabah
1.000 nasabah dengan portofolio jutaan. LK
SHG seringkali menjadi nasabah LK, dan
menawarkan produk pinjaman sederhana,
sebaliknya. Banyak nasabah yang menjadi
yang akan meningkatkan nominal pinjaman
nasabah lebih dari 1 LK.
dalam siklus pinjaman berikutnya, dan
LK memiliki jadwal pembayaran secara mengabaikan arus kas rumah tangga nasabah.
mingguan, lebih disiplin dan sistem Tekanan untuk meminimalkan tingkat
pemantauan lapangan yang terorganisir pinjaman macet dalam rangka menyenangkan
dengan baik. Akibatnya, nasabah lebih investor, justru mendorong praktik penagihan
memilih untuk membayar angsuran pinjaman pinjaman pinjaman yang koersif. Kondisi ini
LK, bukan pinjaman SHG (yang biasanya dikombinasikan dengan persaingan yang ketat
memiliki frekuensi pembayaran bulanan dan dalam LK (internal) dan beberapa pinjaman
pemantauan lapangan yang minimal). Hal ini yang dihasilkan, menyebabkan hubungan
mulai memberikan efek buruk pada disiplin antara LK dengan nasabah mereka memburuk.
pinjaman di SHG, yang mendorong konflik Di tengah semua ini, LK terbesar di India
antara LK (sektor swasta) dengan pemerintah yaitu SKS meluncurkan IPO pada tahun 2010
negara bagian. Konflik ini dipicu di salah satu yang menyebabkan imbalan keuangan besar
distrik di AP pada tahun 2005-06. Pemerintah bagi promotor dan manajemen senior . Hal ini
distrik Krishna menutup 50 cabang dari empat menyebabkan LK kehilangan kredibilitasnya
LK terkemuka di sana karena tuduhan praktik di mata pemerintah dan muncul anggapan
yang tidak etis, seperti pemberian suku bunga bahwa sebagian besar LK hanya ingin
yang tinggi, menggunakan praktik penagihan mengambil keuntungan besar dari orang
25. http://www.microsave.net/files/pdf/IFN_55_The_Andhra_Pradesh_Crisis_3_dress_rehearsals_and_then_the_Full_Drama.pdf
26. http://www.microsave.net/files/pdf/IFN_42_Microfinance_in_India_Built_on_Sales_Targets_or_Loyal_Clients.pdf
27. http://www.cgap.org/blog/sks-ipo-success-and-excess
64
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
65
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
66
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
67
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
No Kabupaten Kecamatan
1 Subang Subang
Ciater
Pagaden
Dawuan
2 Sukabumi Cisaat
Kadudampit
Sukabumi
Sukaraja
3 Cianjur Cianjur
Karangtengah
4 Bogor Cibungbulang
Leuwiliang
68
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
Lampiran V- X: Petunjuk
Wawancara untuk Penelitian
Lampiran V: Petunjuk IDI Untuk
Nasabah yang Memiliki Beberapa
Pinjaman
Desa/Kota/Semi-Kota *)
Tanggal: Lokasi:
*) coret yang tidak perlu
Tujuan Riset:
1. Mendapatkan pemahaman yang mendalam akan alasan yang memicu nasabah untuk
mempunyai pinjaman yang banyak (lebih dari satu).
2. Dampak dari pinjaman yang banyak terhadapa kemampuan membayar nasabah.
Moderator:
Terima kasih untuk kesediaanya untuk diwawancarai
Nama Saya ..dan rekan saya .. Kami dari MicroSave Jakarta, saat ini sedang melakukan
riset untuk meningkatkan layanan keuangan kepada masyarakat.
Tujuan dari diskusi ini adalah untuk memahami akan penggunaan pinjaman dari berbagai
kreditur di daerah ini agar nantinya dapat memberikan layanan yang lebih baik kepada
nasabah/masyarakat di masa yang akan datang.
Informasi yang Ibu sampaikan sangatlah penting buat kami. Tidak ada jawaban salah
ataupun benar dari setiap pertanyaan yang akan diajukan. Jadi silahkan untuk dengan bebas
menyampaikan ide/informasi/pendapat Bapak.
Kami juga mohon kesediaannya untuk merekam pembicaraan ini agar nanti kami dapat
mengingat dan tidak melewatkan ide/informasi yang disampaikan. Detil dari diskusi ini dan
nama dari Ibu akan kami jaga kerahasiaannya jadi jangan khawatir dan silahkan untuk
terbuka menyampaikan informasi/pendapat apapun.
Sebelum kita mulai, apakah Ibu ada pertanyaan?
69
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
Profil Responden
Nama
Umur
Pendidikan terakhir
Pekerjaan utama
Pekerjaan Suami/Pasangan
70
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
II. Untuk tujuan apa saja 2. Gali alasan dari banyaknya pinjaman dari sisi:
Anda meminjam dari a. Kebutuhan (investasi bisnis, pinjaman saat ini masih kurang
banyak kreditur? (baik nilainya, kebutuhan keluarga/pengeluaran mendasar/rutin RT,
formal atau informal kebutuhan musiman/keadaan darurat, dll).
kreditur) b. Ketersediaan (kemudahan mendapatkan pinjaman [skala 1-5,
dimana 1 sangat mudah dan 5 sangat sulit], pengaruh dari staff
LKM, pengaruh dari anggota kelompok/teman, adanya promosi/
manfaat tambahan lainnya jika mendapat kredit, dll).
c. Juga observasi apakah pinjaman digunakan untuk kebutuhan
produktif (modal usaha) atau konsumtif (pembelian kendaraan,
elektronik, furniture, dll.).
3. Gali apakah pinjaman digunakan sesuai dengan tujuan awal (cek
tujuan pinjaman awal pada kartu pinjaman jika ada)
4. Gali apakah pengecekan realisasi penggunaan pinjaman dilakukan
oleh LKM (ditanyakan jika proses ini ada dalam kebijakan LKM
tersebut).
5. Gali apakah pinjaman digunakan sendiri oleh nasabah atau oleh
keluarga lainnya atau orang lain? {Tujuan dari pertanyaan ini adalah
untuk mengetahui pengguna dari pinjaman tersebut, missal untuk
mengidentifikasi kemungkinan adanya Joki pinjaman}
III. Bagaiman pengalaman 6. Catat semua kredit dimana responden memperoleh pinjaman. Dalam
Anda dalam mendapat skala 1-5 tanyakan kepada responden untuk memberikan penilaian
pinjaman dari Kreditu? atas pengalaman mereka akan kreditur yang paling buruk (1) dan
How was your experience paling baik (5).
of borrowing money from 7. Apa saja persoalan yang dirasakan dalam mendapatkan pinjaman dari
providers? (List down all LKM? (suku bunga, tingkahlaku staff, limit pinjaman, lamanya proses
the sources the respondent kredit, cara pembayaran angsuran, fleksibilitas angsuran, jaminan,
has taken loan from. On a dll).
scale of 1-5 ask the 8. Gali informasi bagaimana responden mengetahui LKM:
respondent to score each a. Apakah Anda tahu nama LKM dimana Anda meminjam?
of the provider with 1 b. Siapa yang membantu Anda untuk mendapatkan pinjaman
being worst experience tersebut?
and 10 being best c. Siapa yang menghubungi Anda atau yang Anda hubungi untuk
experience) menjadi anggota kelompok (untuk mendapatkan pinjaman).
d. Apakah Anda kenal anggota lain dalam kelompok Anda? (Ya/
Tidak) {Pertanyaan ini untuk mendapatkan masukan tentang
hubungan/perpaduan dalam kelompok}
71
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
IV. Bagaimana Anda mengatur 10. Untuk memahami persoalan yang dirasakan dalam mengatur
pembayaran/ pemenuhan pembayaran kewajiban yang banyak seperti kewajiban menghadiri
semua kewajiban dari pertemuan kelompok, mengatur arus kas, dokumentasi, tekanan
seluruh pinjaman yang kelompok (tanggung renteng), banyaknya biaya-biaya, tingkahlaku
banyak tersebut? staf, konsekuensi dari ketidakhadiran dalam pertemuan kelompok,
dll.
11. Bagaimana/Kepada siapa Anda membayar angsuran setiap waktu
pembayaran? (Gali apakah nasabah membayar langsung kepada staf
atau melalui orang lain).
V. Bagaimana Anda mengatur 12. Gali bagaimana responden mengatur arus kas/keuangan untuk
arus kas/keuangan untuk pembayaran angsuran dan kendala yang dirasakan untuk pemenuhan
pemenuhan pembayaran kewajiban tersebut. Contoh, dengan mengajukan pinjaman lain
angsuran? untuk membayar pinjaman yang ada, menjual aset, dibayarkan
dahulu oleh anggota kelompok, mengurangi pengeluaran RT,
mengatur jadwal pembayaran angsuran tiap pinjaman sedemikian
rupa, atau tidak ada kendala karena pendapatan RT masih cukup
membayar semua kewajiban. Selanjutnya juga gali bagaimana
responden mengatur keuangan dalam hal ada kebutuhan keadaan
darurat.
13. Gali lebih dalam akan adanya praktik pengajuan pinjaman lain
yang bertujuan untuk menutupi kebutuhan pembayaran pinjaman
lain/sebelumnya.
14. Apakah ada keterlambatan dalam pembayaran angsuran? Ya/Tidak.
15. Apa alasan keterlambatan tersebut?
16. Jika Anda mempunyai uang terbatas dan saat itu Anda harus
membayar angsuran kepada semua kreditur, tetapi uang yang ada
hanya cukup untuk membayar satu pinjaman, pinjaman mana yang
Anda prioritaskan? Kenapa? (Bandingkan seluruh formal atau
informal kreditur).
17. Gali jika anggota lain dalam kelompok membayar angsuran yang
tidak dapat/terlambat dibayar oleh responden (sebagai bagian
tanggung renteng).
72
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
73
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
Desa/Kota/Semi-Kota *)
Tanggal: Lokasi:
*) coret yang tidak perlu
Tujuan Riset:
1. Mendapatkan pemahaman yang mendalam akan alasan yang memicu nasabah untuk
mempunyai pinjaman yang banyak (lebih dari satu).
2. Dampak dari pinjaman yang banyak terhadapa kemampuan membayar nasabah.
Moderator:
74
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
Respondents Profile
10
75
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
76
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
77
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
78
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
Desa/Kota/Semi-Kota *)
Tanggal: Lokasi:
*) coret yang tidak perlu
Tujuan Riset:
1. Mendapatkan pemahaman yang mendalam akan alasan yang memicu nasabah untuk
mempunyai pinjaman yang banyak (lebih dari satu).
2. Dampak dari pinjaman yang banyak terhadapa kemampuan membayar nasabah.
Moderator:
79
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
Profil Responden
Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Posisi dalam Masyarakat :
Pengenalan akan MFI (punya pinjaman/tidak) : Ya/Tidak
Jika Punya, Jumlah MFI yang terlibat dan sejak kapan :
Nomor Telepon/HP :
Panduan Wawancara
80
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
Panduan Wawancara
81
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
Panduan Wawancara
82
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
Desa/Kota/Semi-Kota *)
Tanggal: Lokasi:
*) coret yang tidak perlu
Tujuan Riset:
1. Mendapatkan pemahaman yang mendalam akan alasan yang memicu nasabah untuk
mempunyai pinjaman yang banyak (lebih dari satu).
2. Dampak dari pinjaman yang banyak terhadapa kemampuan membayar nasabah.
Moderator:
83
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
Profil Responden
Nama :
Umur :
Pendidikan terakhir :
Pekerjaan utama :
Pekerjaan Suami/Pasangan :
Rata-rata total pendapatan rumah tangga (RT) per bulan :
Rata-rata pengeluaran RT per bulan :
Jumlah tanggungan :
Jumlah Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yg diikuti :
Total pinjaman dari semua LKM (catat jumlah pinjaman dari :
masing-masing LKM)
Total angsuran per bulan :
Siklus pinjaman (catat siklus tiap pinjaman) :
84
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
85
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
IV. Bagaimana Anda 10. Untuk memahami persoalan yang dirasakan dalam
mengatur pembayaran/ mengatur pembayaran kewajiban yang banyak seperti
pemenuhan semua kewajiban menghadiri pertemuan kelompok,
kewajiban dari seluruh mengatur arus kas, dokumentasi, tekanan kelompok (
pinjaman yang banyak tanggung renteng), banyaknya biaya-biaya, tingkahlaku
tersebut? staf, konsekuensi dari ketidakhadiran dalam pertemuan
kelompok, dll.
11. Bagaimana/Kepada siapa Anda membayar angsuran
setiap waktu pembayaran? (Gali apakah nasabah
membayar langsung kepada staf atau melalui orang
lain).
86
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
87
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
Desa/Kota/Semi-Kota *)
Tanggal: Lokasi:
*) coret yang tidak perlu
Tujuan Riset:
1. Mendapatkan pemahaman yang mendalam akan alasan yang memicu nasabah untuk
mempunyai pinjaman yang banyak (lebih dari satu).
2. Dampak dari pinjaman yang banyak terhadapa kemampuan membayar nasabah.
Moderator:
88
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
Profil Responden
Nama LKM :
Nama Responden :
Jenis Kelamin :
Usia :
Pendidikan :
Jabatan :
Sejak :
Jabatan Sebelumnya :
Pengalaman di LKM ini : tahun/bulan
Jumlah Bawahan :
No. Telepon/HP :
89
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
Panduan Wawancara
2. Bagaimana pendapat Persepsi Kacab atas target bisnis yang diberikan (bisa dicapai/
Anda terkait terlalu tinggi/terlalu rendah/dll)? Mengapa Anda berkata
pertumbuhan target demikian?
pinjaman di cabang
Anda ini?
4. Apa strategi Anda untuk Gali informasi seperti fokus pada segmen/pasar yang baru,
mencapai target Anda? mengakuisisi nasabah LKM lain, menurunkan persyaratan
kredit, dll.
90
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
Panduan Wawancara
8. Apa pendapat Anda Pendapat Kacab akan risiko dengan banyaknya pinjaman
tentang kepemilikan yang dimiliki?
pinjaman yang berlipat/ Alasan kenapa nasabah punya pinjaman yang banyak
banyak oleh nasabah? diberbagai tempat?
Mengapa Anda berkata demikian?
9. Apa alasan utama dari 3-5 alasan yang umum terjadi dari kredit macet atau
kredit macet (biasanya)? tunggakan oleh nasabah?
10. Apa pendapat Anda Apakah ada contoh-contoh kasus kredit macet karena
tentang pinjaman kelebihan pinjaman?
yang berlebihan/ Risiko dari kelebihan pinjaman?
melebih kapasitas Mengapa Anda berkata demikian?
nasabah?
11. Apa yang Anda Untuk memahami kebijakan penyelesaian tunggakan oleh
lakukan dalam LKM dan implementasi & cara cabang mengatasi kredit
mengatasi tunggakan? bermasalah (untuk mencari tahu jika ada indikasi praktik
(pengaruh dari LKM) pengajuan pinjaman baru untuk
penyelesaian kredit bermasalah anggota dari kreditur lain, dll)
91
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
Panduan Wawancara
20. Apa pendapat Anda Untuk memahami kualitas MIS dalam menyediakan
akan kualitas sistem/ informasi nasabah seperti untuk analisis kredit, memantau
MIS dan mekanisme kredit & eveluasi, dll.
pelaporan kredit/bisnis?
92
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
Detil Sesi
Desa/Kota/Semi-Kota *)
Tanggal: Lokasi:
*) coret yang tidak perlu
Tujuan Riset:
1. Mendapatkan pemahaman yang mendalam akan alasan yang memicu nasabah untuk
mempunyai pinjaman yang banyak (lebih dari satu).
2. Dampak dari pinjaman yang banyak terhadapa kemampuan membayar nasabah.
Moderator:
93
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
Profil Responden
Panduan Wawancara
2. Bagaimana pendapat Persepsi Kacab atas target bisnis yang diberikan (bisa dicapai/
Anda terkait terlalu tinggi/terlalu rendah/dll)? Mengapa Anda berkata
pertumbuhan target demikian?
pinjaman di cabang
Anda ini?
94
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
Panduan Wawancara
7. Apa pendapat Anda Pendapat Kacab akan risiko dengan banyaknya pinjaman
tentang kepemilikan yang dimiliki?
pinjaman yang berlipat/ Alasan kenapa nasabah punya pinjaman yang banyak
banyak oleh nasabah? diberbagai tempat?
Mengapa Anda berkata demikian?
8. Apa alasan utama dari 3-5 alasan yang umum terjadi dari kredit macet atau
kredit macet (biasanya)? tunggakan oleh nasabah?
9. Apa pendapat Anda Apakah ada contoh-contoh kasus kredit macet karena
tentang pinjaman kelebihan pinjaman?
yang berlebihan/melebih Risiko dari kelebihan pinjaman?
kapasitas nasabah? Mengapa Anda berkata demikian?
10. Apa yang Anda Untuk memahami kebijakan penyelesaian tunggakan oleh
lakukan dalam LKM dan implementasi & cara cabang mengatasi kredit
mengatasi tunggakan? bermasalah (untuk mencari tahu jika ada indikasi praktik
(pengaruh dari LKM) pengajuan pinjaman baru untuk
penyelesaian kredit bermasalah anggota dari kreditur lain, dll)
95
Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia
Panduan Wawancara
14. Bagaimana pendapat Untuk memahami apa yang memotivasi staf untuk mencapai
Anda atas skema target.
insentif Anda? Untuk memahami jika ada control risiko dalam skema
insentif, dan juga apakah hal tersebut dipertimbangkan oleh
staf atau tidak.
15. Apakah Anda Untuk memahami pelatihan yang diberikan kepada mereka
mendapatkan pelatihan (frekuensi, selama awal masuk, topik/materi pelatihan,
saat bergabung dengan kualitas pelatihan, dll.)
LKM ini?
96
Sebuah penilaian terhadap
pinjaman berganda dan
pinjaman di lembaga
keuangan mikro di
Indonesia dengan
menggunakan data biro
kredit.
Studi Kasus
Studi Kasus
Pinjaman Berlebih
di Indonesia
Pinjaman Berlebih di
(Ringkasan)
Indonesia
(Ringkasan)
Dilaporkan kepada Perkumpulan Akses
Keuangan Indonesia (PAKINDO)
Dilaporkan kepada Perkumpulan Akses
Keuangan Indonesia (PAKINDO)
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................................... 2
METODOLOGI.......................................................................................................................................................... 2
KARAKTERISTIK KESELURUHAN LKM YANG BERPARTISIPASI ........................................................... 3
RINGKASAN PENELITIAN .................................................................................................................................... 4
MANFAAT DARI MEMBAGIKAN INFORMASI KREDIT ................................................................................ 5
REKOMENDASI........................................................................................................................................................ 6
PENDAHULUAN
Industri keuangan mikro telah mengalami pertumbuhan yang baik dalam beberapa tahun
terakhir. Hanya dalam waktu 4 tahun, portofolio pinjaman bruto dari lembaga keuangan
mikro (LKM) papan atas tumbuh pada tingkat rata-rata 57,84% dan jumlah klien meningkat
rata-rata 39,75%. Secara global keuangan mikro meningkat pesat, terutama di pasar yang
sedang tumbuh dan negara-negara berkembang.
Di seluruh dunia, biro kredit yang dikelola dengan baik telah terbukti berkontribusi langsung
terhadap pembangunan ekonomi melalui kemitraan dengan lembaga keuangan mikro.
Transparansi keuangan dan pengetahuan kredit meningkatkan akses terhadap kredit dan
secara bersamaan menjaga peminjam dan pemberi pinjaman menjaga akuntabilitasnya
masing-masing.
PT. Kredit Biro Indonesia Jaya (KBIJ) percaya dengan kekuatan informasi. Kami berupaya
untuk menggunakan informasi multi dimensi untuk mengidentifikasi masalah-masalah dan
menciptakan peluang bagi para organisasi.Penelitian ini mengeksplorasi pola peminjaman
silang di antara LKM yang turut serta dalam studi ini dengan menggunakan analisis
kuantitatif yang dilakukan oleh sistem pelaporan biro kredit PT. Kredit Biro Indonesia Jaya
(KBIJ).
METODOLOGI
Pada awalnya proyek ini dimulai dengan 12 lembaga keuangan mikro. Sembilan LKM
kemudian memberikan data mereka untuk dianalisis secara kuantitatif. Sayangnya, kami
harus mengeliminasi tiga LKM karena permasalahan data sehingga hanya tersisa enam LKM
yang datanya dimasukkan ke dalam studi.
LKM yang berpartisipasi dalam studi ini adalah berikut (diurutkan menurut jumlah terbanyak
pinjaman konsumen): PT. Mitra Bisnis Keluarga Ventura, PT. Bina Artha Ventura, PT. Dana
Mandiri Sejahtera, PT. BPR Dana Mandiri Bogor, Koperasi Kasih Indonesia, dan Tadbiirul
Ummah.
Data dikumpulkan dalam bentuk tiga berkas dengan menggunakan format standar antarmuka
(interface) yang biasa digunakan dalam pelaporan sistem informasi debitur (SID).
Data dari tiga LKM, yakni Koperasi Sejahtera Bangsaku, Koperasi Mitra Dhuafa, dan
Koperasi Baytul Ikhtiar tidak dapat disertakan ke dalam studi. Beberapa masalah utama
terkait data dari lembaga-lembaga ini:
2
o Tidak ada fasilitas yang disediakan di antara debitur X referensi - sehingga tidak
bisa menghubungkan fasilitas dengan debitur terkait.
! Tidak ada kredit/x informasi referensi yang tersedia
! Identitas (ID) debitur tidak tersedia
! Identitas (ID) yang tidak unik untuk nomor fasilitas
o Isu-isu struktur berkas/data
! Berkas tidak memiliki kolom bagian atas
! Isu-isu Limiter/delimiter
! Format: kombinasi bulan/tahun yang tidak konsisten
! Kekurangan data standar secara signifikan menyulitkan dilakukannya
analisis kuantitatif
(a) Jangkauan
(B) Partisipasi dalam Biro Kredit dan Penggunaan Sistem Perbankan Inti
3
Koperasi Kasih Indonesia N N
Koperasi Tudbirul Ummah N N
RINGKASAN PENELITIAN
(a) Rintangan
4
Tabel di atas menunjukkan ketumpangtindihan menurut LKM:
13.949 entitas tidak memiliki satupun akun (2%)
674.877 entitas memiliki satu akun dengan satu LKM (92%)
43.337 entitas memiliki akun-akun dengandua LKM (6%)
927 entitas memiliki akun-akun dengantiga LKM (0.1%)
Dapat dilihat dari hasil-hasil sebelumnya bahwa ada bukti beberapa persentase yang cukup
tinggi dari pinjaman berganda di antara partisipan studi, dengan nilai kurang dari 1% hingga
26,6% untuk partisipan sekarang.
Jika persentase tersebut direplikasi ke industri yang lebih luas, hal ini dapat memberikan
pemahaman terkait risiko dari peminjaman silang di antara konsumen LKM merujuk
kepada catatan di bawah terkait dampak peminjaman silang dan sugesti untuk mengatasi isu
ini.
Dengan jumlah sampel yang terbatas, direkomendasikan untuk mengadakan investigasi lebih
lanjut untuk mengkonfirmasi penemuan dari laporan ini untuk industri LKM yang lebih luas.
Pelaporan Kredit atau Pembagian Informasi Kredit adalah sebuah proses di mana penyedia
kredit, seperti LKM, menukar informasi tentang jumlah uang muka (advances) dan pinjaman,
termasuk limit pinjaman dan baik pengembalian terkini maupun keterlambatan dari para
peminjam mereka.
5
Secara teoritis, Pelaporan Kredit atau Pembagian Informasi Kredit meningkatkan
pengetahuan LKM terhadap karakteristik peminjaman aplikan dan memberikan prediksi yang
lebih akurat atas peluang pengembalian pinjaman. Pelaporan Kredit atau Pembagian
Informasi Kredit juga menghapuskan insentif (kemampuan?) peminjam untuk terjerat utang
melalui pengajuan pinjaman secara simultan dari banyak LKM tanpa sepengetahuan mereka.
LKM di Indonesia biasanya merupakan bagian dari komunitas dan secara umum memiliki
pengetahuan yang baik atas klien mereka. Mereka tidak menggunakan Pelaporan Kredit atau
Pembagian Informasi Kredit secara formal, tetapi mereka mengumpulkan informasi terkait
sejarah kredit klien melalui jejaring sosial dan hubungan pribadi dengan para peminjam.
Mereka juga menggunakan kode etik tertentu untuk tidak meminjamkan calon peminjam
yang sedang berutang kepada LKM.
Manfaat dari ikut serta dalam Pelaporan Kredit atau Pembagian Informasi Kredit seringkali
tidak terlihat jelas sampai peminjaman silang di antara konsumen LKM menjadi nyata. Hal
ini telah menjadi bukti di beberapa negara secara global.
Bila LKM di Indonesia tidak belajar dari sejarah di pentas dunia, mereka akan
mengulanginya kembali. Industri keuangan mikro di beberapa negara, seperti di India,
Bosnia, dan Guatemala telah mengalami berbagai masalah utang dan keterjeratan utang.
Krisis Bosnia:
Sebelum terjadinya krisis di Bosnia, tidak ada LKM yang diwajibkan untuk melapor kepada
biro kredit. Bagaimanapun, saat terjadi krisis di tahun 2008, Bank Sentral mewajibkan semua
lembaga kuangan yang diatur, termasuk LKM, untuk mengaplikasikan sistem biro kredit. Di
bulan Desember 2008, terdapat 392.703 pinjaman aktif dan 554,6 juta euro dalam
portofolio.Untuk saat ini, ada 12 LKM di Bosnia dengan 249.000 kliendan kurang lebih 265
juta euro di portofolio. Portofolio 30 hari memiliki risiko 5,8%. Krisis pun berakhir.
Krisis Guatemala:
REKOMENDASI
Klien dari LKM di Indonesia khususnya terancam terhadap peminjaman silang dan berujung
pada pinjaman berlebih karena latar belakang sosial-ekonomi mereka, dan oleh karena itu
LKM memiliki tanggung jawab untuk melindungi klien tersebut dan menghindari untuk
mendorong mereka ke posisi yang lebih buruk, terutama terhadap peminjaman berganda dan
menghindari pinjaman berlebih.
6
LKM di Indonesia perlu untuk mempertimbangkan pengurangan terjadinya pinjaman
berganda, terutama di pasar yang sudah jenuh. LKM di Indonesia harus memastikan bahwa
implementasi alat-alat manajemen risiko diperlukan untuk menilai risiko kredit perorangan.
Saat ini berkembang sebuah konsensus terkait praktik untuk mengurangi risiko pinjaman
berganda dan/atau pinjaman berlebih melalui praktik Pelaporan Kredit atau Pembagian
Informasi Kredit dengan biro-biro kredit yang berfungsi baik. Biro-biro Kredit Swasta atau
beberapa bentuk lainnya dari Pelaporan Kredit atau Pembagian Informasi Kredit adalah
esensial untuk mencegah terjadinya pinjaman berganda menjadi pinjaman berlebih dengan
cara memberikan sinyal kepada LKM terkait potensi pinjaman berganda dan/atau pinjaman
berlebih dari klien-klien prospektif.
LKM di Indonesia perlu mengubah operasional mereka. Mereka akan memperlukan sistem
baru atau terbarukan yang membuat mereka mampu untuk menukar informasi dengan Biro-
biro Kredit. Staf khusus perlu dipekerjakan ataudiberikan pelatihan menggunakan Sistem
Pelaporan Kredit dan mampu mengkomunikasikan data dengan pantas. LKM perlu untuk
mematuhi standar kualitas, karena menyerahkan data dengan kualitas buruk akan berdampak
besar. Dengan bergantung kepada rencana LKM menggunakan produk dan jasa biro kredit,
mereka mungkin perlu mengganti metodologi pemberian pinjaman dan operasional lainnya.
Data dari Pelaporan Kredit atau Pembagian Informasi Kredit harus disediakan secara runtut
waktu. Keruntutan waktu ini mewajibkan LKM untuk memperbarui database secara teratur
dan sering (misalnya dalam waktu beberapa hari setelah munculnya sebuah peristiwa tertentu
yang relevan, atau pada saat akhir siklus pembukuan). Data yang terbarukan wajib disediakan
secara sistematis, biasanya sesusai dengan jadwal yang disepakati.
LKM-LKM tersebut haruslah cukup besar dan canggih untuk menjalankan program
perbankan inti sekaligus memiliki sistem informasi managemen (SIM) yang diperlukan dan
sumber daya manusia (SDM) terlatih untuk ambil bagian dalam Pelaporan Kredit atau
Pembagian Informasi Kredit. LKM-LKM itu dengan SIM termuktahir dan staf untuk
mengoperasikannya, mungkin membutuhkan sedikit lebih banyak penyesuaian kembali agar
mampu ikut serta dalam Pelaporan Kredit atau Pembagian Informasi Kredit. Akan tetapi,
diperlukan pemeriksaan substansial dari sistem mereka sebelumnya dan pembaruan
mekanisme pemrosesan back-end, hardware dan software agar mereka memiliki kapasitas
dan kecepatan pemrosesan yang dibutuhkan untuk ikut serta di dalam sebuah kredit biro.
Untuk LKM-LKM yang bekerja secara semi otomatis atau masih menggunakan sistem
manual, diperlukan investasi tambahan di dalam SIM dan SDM untuk pengoperasiannya.
Bagaimanapun, hal ini akan menghasilkan peningkatan operasi LKM secara keseluruhan
terkait efisiensi, produktivitas, efektifitas biaya, analisis risiko, dan jangkauan klien.
7
Teknologi front-end menyertakan penggunaan alat yang nyaman digenggam untuk mengubah
arus informasi menjadi bentuk digital dan memperbarui pencatatan langsung kepada solusi
perbankan inti.
Teknologi back-end dan front-end ini telah meningkat menjadi mudah diperoleh akhir-akhir
ini. Beberapa vendor sering menawarkan produk mereka dengan shared-basis untuk
teknologi back-end. LKM tidak harus berinvestasi besar untuk peralatan. Mereka juga
menawarkan klien mereka teknologi front-end dengan basis Pay As You Grow.
8
Publikasi ini disusun oleh: