Anda di halaman 1dari 2

2.

1 Prolapse ani pada Kucing


2.8.1 Etiologi
Prolapsus merupakan konsekuensi dari gangguan akibat mengejan yang
parah. Prolapsus rektum merupakan suatu kondisi keluarnya satu atau lebih lapisan rektum
dari anus (Indra et al., 2019). Prolapsus umumnya disebabkan karena konstipasi, parasit,
dan diare. Selain itu, faktor keturunan, kehilangan daya spinchter ani, pelonggaran
selaput lendir rektum, pelonggaran antara rektum dengan jaringan perineal, gangguan
digesti lainnya (tenesmus, gangguan prostat, dan saluran urinaria bagian bawah yang
terjadi terus-menerus) dapat menjadi faktor penyebab terjadinya prolapsus pada hewan
muda (Muhadjir et al., 2019).
2.8.2 Patogenesis
Prolapsus pada rektum ini dapat terjadi secara parsial maupun komplit, tergantung dari
strukturnya yang terlibat. Prolapsus rektum parsial, hanya terjadi pengeluaran mukosa,
sedangkan pada prolapsus rektum komplit keluarnya semua lapisan mukosa. Prolapsus
rektum dapat terjadi baik pada hewan kecil maupun pada hewan besar dan tidak tergantung
dari jenis kelamin. Prolapsus rektum lebih banyak terjadi pada hewan yang berumur muda.
Hewan akan lebih mudah mengalami prolapsus rektum apabila hewan tersebut menderita
dyschezia dan tenesmus yang terjadi secara terus menerus dalam waktu yang lama (Muhadjir
et al., 2019).
2.8.3 Gejala klinis
Hewan yang menderita gangguan pencernaan seperti prolaps rektum umumnya akan
menunjukkan diskezia dan tenesmus yang berhubungan dengan penyakit anorektal atau
radang usus besar. Pada pemeriksaan fisik, tampak tonjolan massa rektal silindris keluar dari
anus. Prolaps yang terjadi dalam waktu lama akan menyebabkan mukosa yang terbuka
mengalami ulserasi atau nekrosis, kecuali pada awal prolaps tidak ada tenesmus (Indra et al.,
2019).

Gambar . Massa rektum nekrosis (Monsang et al., 2014).


2.8.4 Predisposisi
Prolapsus rektum dapat terjadi baik pada hewan kecil maupun pada hewan besar
dan tidak tergantung dari jenis kelamin (Muhadjir et al., 2019). Prolaps dapat terjadi pada
semua umur, tetapi paling sering terjadi pada hewan muda (Indra et al., 2019). Pada anak
kucing, paling sering dikaitkan dengan endoparasitisme parah, enteritis, dan tenesmus terkait.
Pada ratu yang lebih tua, prolaps rektum terjadi sekunder akibat distosia, sementara telah
dilaporkan obstruksi tourethral sekunder pada kucing jantan (Monsang et al., 2014).
2.8.5 Diagnosa banding
Menurut Tilley et al (2021), diagnosa banding dari prolaps rektum adalah prolaps
intussusception dan neoplasia.
2.8.6 Prognosis
Jika prolaps didiagnosis lebih awal, jaringan yang menonjol mungkin pendek dan
mukosa yang prolaps akan tampak merah cerah dan tidak ada ulserasi. Pada prolaps rektum
jangka panjang, rektum akan tampak lebih panjang dan mukosa akan tampak berwarna merah
atau hitam disertai ulserasi atau nekrotik. Untuk mencapai penyembuhan permanen,
penyebab utama harus didiagnosis dan diobati. Prolaps rektum kronis tanpa pengobatan
manual biasanya menghasilkan prognosis yang buruk. Prognosis kasus prolaps tergantung
pada penyebab, tingkat prolaps, durasi prolaps, dan viabilitas jaringan (Indra et al., 2019).
2.8.7 Pengobatan
Prolaps rektum pada hewan dapat diobati dengan melakukan pembedahan atau tanpa
pembedahan. Prosedur pembedahan dilakukan dengan mengamputasi dan reseksi rektum.
Reseksi rektum dilakukan jika prolaps terjadi sebagai nekrosis sedangkan reposisi rektum
dilakukan jika prolaps rektum terjadi dalam derajat ringan dan mukosa hanya sedikit rusak.
Kasus klinis yang muncul pada kejadian pertama bersama dengan tanda-tanda mukosa
rektum yang layak dapat diobati secara efektif dengan reduksi manual diikuti dengan
penerapan jahitan purse string (Indra et al., 2019).
Menurut Mosang et al (2014), Ceftriaxone plus tazobactum pasca operasi disarankan
selama 5 hari sementara DNS 5% (250 ml dua kali sehari) dan analgesik diberikan selama 3
hari. Istirahat diet ketat disarankan selama 4 hari berikutnya diikuti dengan pemberian susu
dan bubur dari hari ke-4 dan kemudian secara bertahap mengubah diet menjadi normal
makanan. Selain itu, pemberian pencahar oral (Cremaffin plus) dimulai setelah 4 hari pasca
operasi dan dilanjutkan selama 10 hari untuk memudahkan feses dan mencegah mengejan
saat buang air besar. Pembalut luka kulit secara teratur dilakukan dengan menggunakan
larutan povidone iodine 5% dua kali sehari untuk 7 hari.

Anda mungkin juga menyukai