0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
111 tayangan2 halaman
Prolapsus rektum pada kucing disebabkan oleh konstipasi, parasit, dan diare yang parah yang menyebabkan gangguan pada otot sfingter ani. Prolapsus rektum ditandai dengan keluarnya lapisan mukosa atau semua lapisan dari rektum dari anus. Gejalanya berupa diskezia dan tenesmus beserta tonjolan massa silindris dari anus. Pengobatannya meliputi reduksi manual, jahitan purse string, atau pembedahan reseksi atau amput
Prolapsus rektum pada kucing disebabkan oleh konstipasi, parasit, dan diare yang parah yang menyebabkan gangguan pada otot sfingter ani. Prolapsus rektum ditandai dengan keluarnya lapisan mukosa atau semua lapisan dari rektum dari anus. Gejalanya berupa diskezia dan tenesmus beserta tonjolan massa silindris dari anus. Pengobatannya meliputi reduksi manual, jahitan purse string, atau pembedahan reseksi atau amput
Prolapsus rektum pada kucing disebabkan oleh konstipasi, parasit, dan diare yang parah yang menyebabkan gangguan pada otot sfingter ani. Prolapsus rektum ditandai dengan keluarnya lapisan mukosa atau semua lapisan dari rektum dari anus. Gejalanya berupa diskezia dan tenesmus beserta tonjolan massa silindris dari anus. Pengobatannya meliputi reduksi manual, jahitan purse string, atau pembedahan reseksi atau amput
2.8.1 Etiologi Prolapsus merupakan konsekuensi dari gangguan akibat mengejan yang parah. Prolapsus rektum merupakan suatu kondisi keluarnya satu atau lebih lapisan rektum dari anus (Indra et al., 2019). Prolapsus umumnya disebabkan karena konstipasi, parasit, dan diare. Selain itu, faktor keturunan, kehilangan daya spinchter ani, pelonggaran selaput lendir rektum, pelonggaran antara rektum dengan jaringan perineal, gangguan digesti lainnya (tenesmus, gangguan prostat, dan saluran urinaria bagian bawah yang terjadi terus-menerus) dapat menjadi faktor penyebab terjadinya prolapsus pada hewan muda (Muhadjir et al., 2019). 2.8.2 Patogenesis Prolapsus pada rektum ini dapat terjadi secara parsial maupun komplit, tergantung dari strukturnya yang terlibat. Prolapsus rektum parsial, hanya terjadi pengeluaran mukosa, sedangkan pada prolapsus rektum komplit keluarnya semua lapisan mukosa. Prolapsus rektum dapat terjadi baik pada hewan kecil maupun pada hewan besar dan tidak tergantung dari jenis kelamin. Prolapsus rektum lebih banyak terjadi pada hewan yang berumur muda. Hewan akan lebih mudah mengalami prolapsus rektum apabila hewan tersebut menderita dyschezia dan tenesmus yang terjadi secara terus menerus dalam waktu yang lama (Muhadjir et al., 2019). 2.8.3 Gejala klinis Hewan yang menderita gangguan pencernaan seperti prolaps rektum umumnya akan menunjukkan diskezia dan tenesmus yang berhubungan dengan penyakit anorektal atau radang usus besar. Pada pemeriksaan fisik, tampak tonjolan massa rektal silindris keluar dari anus. Prolaps yang terjadi dalam waktu lama akan menyebabkan mukosa yang terbuka mengalami ulserasi atau nekrosis, kecuali pada awal prolaps tidak ada tenesmus (Indra et al., 2019).
Gambar . Massa rektum nekrosis (Monsang et al., 2014).
2.8.4 Predisposisi Prolapsus rektum dapat terjadi baik pada hewan kecil maupun pada hewan besar dan tidak tergantung dari jenis kelamin (Muhadjir et al., 2019). Prolaps dapat terjadi pada semua umur, tetapi paling sering terjadi pada hewan muda (Indra et al., 2019). Pada anak kucing, paling sering dikaitkan dengan endoparasitisme parah, enteritis, dan tenesmus terkait. Pada ratu yang lebih tua, prolaps rektum terjadi sekunder akibat distosia, sementara telah dilaporkan obstruksi tourethral sekunder pada kucing jantan (Monsang et al., 2014). 2.8.5 Diagnosa banding Menurut Tilley et al (2021), diagnosa banding dari prolaps rektum adalah prolaps intussusception dan neoplasia. 2.8.6 Prognosis Jika prolaps didiagnosis lebih awal, jaringan yang menonjol mungkin pendek dan mukosa yang prolaps akan tampak merah cerah dan tidak ada ulserasi. Pada prolaps rektum jangka panjang, rektum akan tampak lebih panjang dan mukosa akan tampak berwarna merah atau hitam disertai ulserasi atau nekrotik. Untuk mencapai penyembuhan permanen, penyebab utama harus didiagnosis dan diobati. Prolaps rektum kronis tanpa pengobatan manual biasanya menghasilkan prognosis yang buruk. Prognosis kasus prolaps tergantung pada penyebab, tingkat prolaps, durasi prolaps, dan viabilitas jaringan (Indra et al., 2019). 2.8.7 Pengobatan Prolaps rektum pada hewan dapat diobati dengan melakukan pembedahan atau tanpa pembedahan. Prosedur pembedahan dilakukan dengan mengamputasi dan reseksi rektum. Reseksi rektum dilakukan jika prolaps terjadi sebagai nekrosis sedangkan reposisi rektum dilakukan jika prolaps rektum terjadi dalam derajat ringan dan mukosa hanya sedikit rusak. Kasus klinis yang muncul pada kejadian pertama bersama dengan tanda-tanda mukosa rektum yang layak dapat diobati secara efektif dengan reduksi manual diikuti dengan penerapan jahitan purse string (Indra et al., 2019). Menurut Mosang et al (2014), Ceftriaxone plus tazobactum pasca operasi disarankan selama 5 hari sementara DNS 5% (250 ml dua kali sehari) dan analgesik diberikan selama 3 hari. Istirahat diet ketat disarankan selama 4 hari berikutnya diikuti dengan pemberian susu dan bubur dari hari ke-4 dan kemudian secara bertahap mengubah diet menjadi normal makanan. Selain itu, pemberian pencahar oral (Cremaffin plus) dimulai setelah 4 hari pasca operasi dan dilanjutkan selama 10 hari untuk memudahkan feses dan mencegah mengejan saat buang air besar. Pembalut luka kulit secara teratur dilakukan dengan menggunakan larutan povidone iodine 5% dua kali sehari untuk 7 hari.