Anda di halaman 1dari 5

KUCING KASUS SUSPECT FELINE HERPES

VIRUS TIPE 1 (FeVR 1)

Miftahuddin Azis1, Amay Preskilla R1, Sulisyantari Retno P1, Jonathan


Suryo A1, Falih Prenata S1, Gabriella Dwi V1, Cresensia Rara H1, Citra
Ayu A1, Niesa A1, Nazmi Zaini1, Ashley Anand1, Setyo Widodo2

1
Program Pendidikan Profesi Dokter Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan IPB
2
Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran Hewan IPB

ABSTRAK: Feline viral rhinotracheitis adalah infeksi pada saluran pernafasan bagian atas yang
disebabkan oleh Feline herpes virus tipe 1 (FeHV 1) dari famiy Herpesviridae. Kasus kucing
Motty berdasarkan pemeriksaan fisik dan penunjang diagnosa adalah suspect feline herpes virus
tipe 1 dan otitis interna. Gejala klinis yang terlihat adalah flu, lethargi, tidak mau makan,
penurunan bobot badan, nystagmus, dan terdapat discharge berupa pus di bagian dalam telinga.
Hasil hematologi menunjukkan hewan mengalami anemia normositik normokromik, dan
trombositopenia. Otitis interna biasanya terkait dengan sindrom vestibular perifer yang
menyebabkan kemiringan kepala, horizontal atau rotary nystagmus.

PENDAHULUAN yang dapat disebabkan oleh virus dan


bakteri. Klasifikasi dari cat flu ini adalah
feline viral rhinotracheitis (FVR), feline
Penyakit flu sering terjadi pada calcivirus (FCV), feline pneumonitis
kucing, terutama pada kucing yang belum (chlamidia), reovirus dan mycoplasma
divaksinasi dan mudah sekali menular (Nelson dan Couto 2009). Penyebab flu
kepada kucing lainnya. Penyakit ini jarang pada kucing bisa juga karena terserang
menyebabkan kematian pada kucing dewasa bakteri yaitu bakteri bordetella
tetapi dapat fatal bila menyerang anak bronchiseptica. Feline viral rhinotracheitis
kucing. Oleh kerena itu pencegahan dengan (FVR) adalah infeksi pada saluran
vaksinasi rutin merupakan tindakan terbaik. pernafasan bagian atas yang disebabkan oleh
(Little 2008). Feline herpesvirus tipe 1 (FeHV 1) dari
Flu kucing (cat flu) merupakan family Herpesviridae. FVR penyebab
penyakit saluran respirasi bagian atas pada penyakit saluran pernapasan berkisar 45-
kucing atau sering dikenal dengan feline 55% pada kucing, sangat mudah menular
upper respiratory tract disease (FURTD) dari satu hewan ke hewan lainnya.
KASUS penyakit ini adalah feline calici virus (FCV),
feline pneumonitis (Clamidia), reovirus dan
Anamnesa: micoplasmaa. Prognosa pada kasus ini
adalah infausta.
Seekor kucing betina mengalami flu,
demam, tidak mau makan, berat badan
menurun dan lethargi. Kucing pada kasus PEMBAHASAN
ini bernama Motty, jenis kelamin betina, ras
persia, warna bulu calico, umur sekitar 1 Berdasakan hasil anamnesa, gejala
tahun dengan bobot badan 2.63 kg. Saat klinis dan penunjang diagnosa, kucing
ditemukan kondisi nafas tersendat-sendat, bernama Motty di diagnosa mengalami
bersin, keluar discharge dari hidung yang suspect feline herpesvirus tipe 1 (FeHV 1)
berwarna bening lalu lama kelamaan dan otitis interna. Diagnosa ini didasarkan
menjadi hijau kekuningan, serta terkadang pada gangguan pernapasan yang terlihat
batuk. Kucing tersebut belum pernah di serta kelainan pada daerah hidung dan
vaksin sebelumnya. Diagnosa awal kucing tenggorokan, serta terjadi konjungtivitis.
tersebut terkena cat flu. Virus ini biasa menyerang organ secara
sistemik pada saluran pernafasan sehingga
Pemeriksaan Fisik timbul gejala klinis berupa bersin, rhinitis,
sinusitis, dan keluarnya discharge pada
Pemeriksaan kondisi umum, hidung yang bersifat serous sampai dengan
didapatkan laju pernapasan 50 kali permenit purulent. Mata akan tampak keratitis dan
dan tarikan nafas dangkal. Suhu tubuh diatas konjungtivitis dengan konsistensi kental
normal 39.8oC. Frekuensi nadi 136 kali sampai bernanah (Kahn 2005).
permenit. Peluang persembuhan penyakit ini
mencapai 80% jika segera ditangani. Terapi
Penunjang Diagnosa:
terbaik untuk kasus ini yaitu dengan
Pemeriksaan dilanjutkan dengan memberikan antibiotik, mucolytik agent,
pemeriksaan hematologi dan kimia darah. vitamin peningkat daya tahan tubuh, dan
Hasil hematologi menunjukan bahwa hewan pemberian vitamin C secara intravena.
mengalami anemia normositik Penguapan (nebulizer) dengan normo saline
normokromik. Sebelumnya Motty di yang dicampur dengan brochodilatator
diagnosa terkena Feline Infectious (salbutamol) juga memberikan efek positif
Peritonitis (FIP) karena menunjukkan gejala pada kasus ini (Kahn 2005).
FIP. Namun setelah dilakukan Rappid Test
FIP hasilnya negatif.

Diagnosa dan Prognosa:

Setelah dilakukan pemeriksaan fisik


dan diagnosa penunjang. Motty di diagnosa
terkena suspect feline herpesvirus tipe 1
(FeHV 1) dan otitis interna. Diagnosa pada
kasus ini sulit karena banyaknya gejala
klinis yang ditunjukkan oleh kucing yang Gambar 1 Motty mengalami nystagmus pada mata
sakit sehingga banyak pula diferensial kanan, konjungtivitis mata kiri dan
diagnosanya. Diferensial diagnosa pada tortikolis.
Pada tanggal 2 pukul 05.00, motty Gambar 2 bagan pathogenesis feline herpes virus 1.
mengalami nystagmus pada mata kanan, Menurut Maggs (2005), kucing yang
konjungtivitis pada mata kiri dan tortikolis. sudah pernah terinfeksi FeHV dan dianggap
Menurut Cole (2006), gejala klinis otitis sembuh, akan tetap memiliki virus FeHV
interna yaitu ditemukannya discharge berupa secara laten. Sewaktu-waktu penyakit akan
pus pada bagian dalam telinga. Kucing muncul kembali. Infeksi virus dalam bentuk
tersebut mengalami otitis interna corneoconjuctival dapat bersifat persisten.
berdasarkan gejala yang didapatkan. Otitis
interna biasanya terkait dengan sindrom Virus FeHV-1 masuk melalui
vestibular perifer yang menyebabkan membrane mukosa konjunktiva, nasal dan
kemiringan kepala, horizontal atau rotary oral. Pada hewan bunting, virus dapat
nystagmus. Tanda otitis interna tergantung menyerang vulva dan menyebabkan
pada keparahan infeksi. Sebagian kucing vaginitis dan infeksi pada fetus yang
terinfeksi tidak menunjukkan gejala otitis, menyebabkan keguguran. Namun, hal itu
akan tetapi menunjukkan rasa sakit apabila jarang terjadi dalam kasus FeHV-1.
mengunyah ataupun membuka mulut. Suka Virus masuk dan akan bereplikasi
menggaruk-garuk dan menggoyangkan secara akut didaerah mukosa septum nasal,
kepalanya ke arah telinga yang terinfeksi. turbinate, nasopharynx dan tonsil. Virus
Gejala yang bisa terlihat adalah; juga bisa bereplikasi di kelenjar limfa
memiringkan kepala ke arah telinga yang mandibula dan saluran pernafasan atas.
terinfeksi. Apabila infeksi semakin parah, Virus dapat bertahan hidup selama tiga
kucing akan kehilangan keseimbangan minggu. Pengambilan sampel untuk
tubuh. Ini menyebabkan kucing susah mendeteksi keberadaan virus adalah dengan
berjalan atau berjalan dalam putaran ke arah swab oropharyngeal dan nasal. Kejadian
telinga yang terinfeksi. Jika kedua telinga viremia jarang terjadi karena virus suka
terinfeksi kucing akan terlihat bereplikasi di saluran pernafasan, tetapi
menggoyangkan kepalanya dari kiri ke viremia dapat terjadi apabila virus tersebut
kanan. Apabila otitis interna semakin parah, menyerang sistem pertahanan tubuh yaitu
kucing tidak bisa mendengar pada bagian sitem peripherial blood leukocyte dan
yang telinga yg terinfeksi parah tersebut. pertumbuhan tulang. Infeksi sekunder dari
Antara gejala klinis yang dapat diperhatikan flora microbial dapat menyebabkan
pada kucing terinfeksi adalah tidak mau pneumonia, rhinitis kronis, sinusitis dan
bergerak sama sekali, lebih memilih untuk konjunctivitis. DNA FeHV-1 dapat dideteksi
duduk atau tidur di satu tempat yang sama menggunakan PCR. Teknik yang paling
dengan keadaan kepala yg bergoyang dari akurat untuk deteksi FeHV-1 adalah
kiri ke kanan atau kanan ke kiri. Selain itu Latency Associated Transcription (LAT)
apabila diperhatikan dengan baik, bola mata (Gaskell 2007)
bergerak cepat yang disebut nystagmus.
Tabel 1. Hasil Hematologi dan kimia darah kucing

Jenis Hasil Nilai Normal


Pemeriksaan Hematologi
pada Kucing
Hematologi
Eritrosit (RBC) 5.25 5-10 x 106/μL
Hemoglobin 7.6* 8-15 g/dL
(Hb)
Hematokrit 24* 25-24%
(HCT)
MCV 46.7 39-55 fL Kerusakan dinding pembuluh darah
MCH 14.7 12.5-17.5 Pg dapat mengakibatkan abnormalitas
MCHC 31.6 30-36 g/dL
RDW 14 14-17%
pembekuan darah atau trombositopenia
Trombosit 38* 300-800 x (Masoera et al. 2003). Trombositopenia
(PLT) 103/μL disebabkan karena rusaknya platelet.
MPV 9.3 12-17 fL Kerusakan platelet terjadi karena adanya
PDW 16.2 0-50% vasculitis. Selain itu, penurunan
PCT 0.035 0.1-0.5%
Leukosit (WBC) 14.7 5.5-19.5 x
trombopoiten yang diikuti dengan
103/μL penurunan jumlah trombosit di sumsum
Limfosit 4.9 1.5 -7.0 x tulang juga menyebabkan trombositopenia.
103/μL Tromositopenia juga dapat menyebabkan
Monosit 1 0-1.5 x 103/μL sepsis, infeksi virus atau bakteri sistemik
Granulosit 8.8 2.5-15 x 103/μL
Limfosit (%) 33.4 20-55%
(Radostits et al. 2006).
Monosit(%) 6.7 1-3%
Granulosit (%) 59.9 35-80%

Kimia Darah
Alkalin 39 10-90 U/L
Phosphatase
(ALP)
SGPT/ALT 22 20-100 U/L
SGOT/AST 30 9.2-39.5 U/L
Total Protein 6.3 5.4-8.2 g/dL
Gambar 3 Tanda klinis yang dapat membantu
(TP)
diferensial diagnosa antara infeksi FeHV,
Glukosa 100 70-150
FCV, dan C. felis (Maggs 2005).
Ureum (BUN) 11 10-30 mg/dL
Kreatinin 0.5 0.3-2.1 Diagnosa yang diambil mengikuti
pertimbangan tanda-tanda klinis pada
Penujang diagnosa yang digunakan gambar diatas. Kucing Motty mengalami
yaitu hematologi, kimia darah, dan rappid anoreksia, konjungtivitis, bersin-bersin, dan
test FIP. Hasil hematologi menunjukkan leleran dari hidung, tidak mengalami ulser
Motty menderita anemia normositik- pada mukosa mulut dan tidak terjadi
normokromik. Hasil kimia darah hipersalivasi (ptyalism). Namun tidak
menujukkan nilai diperoleh berada pada ditemukan ocular discharge dan keratitis
rentang normal, sedangkan hasil rappid test secara jelas pada kucing Motty.
FIP menunjukkan hasil negative yang berarti
Motty tidak menderita Feline Infectious
Peritonitis. TERAPI
Anemia normositik normokromik Pada tanggal 1-5 Maret 2020, Motty
merupakan anemia dimana ukuran dan diberi treatment berupa antibiotik dua kali
bentuk sel-sel darah merah normal (MCV sehari, mukolitik satu kali sehari, TF satu
dan MCHC normal). Penyebab anemia ini kali sekali, dan nebulizer jika dibutuhkan
adalah kehilangan darah akut, hemolisis, selama 15 menit. Tanggal 5 Maret sampai
penyakit kronis termasuk infeksi, gangguan sekarang Motty diberi obat racikan yang
endokrin, gangguan ginjal, kegagalan berisi cefadrocil yang berfungsi sebagai
sumsum tulang dan penyakit infiltrative antibiotik; acetylcyctein yang berfungsi
metastatic pada sumsum tulang (Hoffman et sebagai mukolitik; pronicy berfungsi sebagai
al. 2018). antihistamin; dan neurobion yang
mengandung vitamin B1, vitamin B6 dan ME, Abithalib SA. 2018.
vitamin B12 berfungsi untul memperbaiki Hematology: Basic Principal and
fungsi syaraf pusat dan perifer. Obat racikan Practice, 7th Edition.
tersebut diberikan dua kali sehari. London(UK): Elsevier.
Pemberian tolfedin 0.2 cc dilakukan secara Kahn CM. 2005. Merk Veterinary Manual.
subcutan jika Motty mengalami demam Pennsylvania : Merck and Co.
tinggi.
Little S. 2008. Feline Herpes Virus and
Calici Virus. The Winn Feline
Foundation.
Maggs DJ. 2005. Update on pathogenesis,
diagnosis, and treatment of feline
herpesvirus type 1. Clinical
SIMPULAN Techniques in Small Animal
Practice.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, doi:10.1053/j.ctsap.2004.12.013
hematologi, dan kimia darah, kucing Motty Masoera F, Moschini M, Pulimeno AM.
mengalami suspect feline herpesvirus tipe 1 2003. Serum calcium and
(FeHV 1) dan otitis interna. Terapi terus magnesium level in dairy cow at
dilakukan sehingga saat ini kondisi Motty calving. Journal Dairy Science
sudah mulai membaik. 2(1): 172-174.
Nelson RW, Couto CG. 2009. Small Animal
DAFTAR PUSTAKA Internal Medicine 4th Edition.
Missouri: Musby.
Cole LK. 2006. Saunders Manual of Small Radostits O, Gay C, Hinchcliff K, Constable
Animal Practice. 3rd Ed. USA: P. 2006. Veterinary Medicine: A
W.B. Saunders Company Textbook of the Diseases of
Gaskell R, Dawson S, Radford A, Thiry E. Cattle, Horses, Sheep, Pigs and
2007. Feline herpersvirus. Goats. Ed ke 10. St Louis (US):
38:337-354. Elsevier Health Sciences.
Hoffman R, Benz EJ, Silberstein LE, Heslop Tilley LP, Smith FWK. 2000. The 5 minute
HE, Weitz JI, Anastasia J, Salama Veterinary Consult. Maryland:
Lippincolt Williams and Wihias.

Anda mungkin juga menyukai