Anda di halaman 1dari 2

Transmisi Toxocariasis pada Anjing

Transmisi toxocariasis pada anjing yang disebabkan oleh Toxocara canis


dapat secara horizontal dan vertikal. Transmisi secara horizontal melalui peroral
yaitu telur infektif tertelan anjing ataupun anjing memakan host paratenik yaitu
hewan lain yang membawa larva Toxocara canis seperti tikus (Sardjono 2020).
Pada host paratenik, Toxocara canis hanya dapat berkembang sebagai larva
stadium tiga yang bermigrasi ke banyak organ. Parasit ini akan berkembang
menjadi dewasa ketika berada di tubuh anjing (Santos et al. 2017). Transmisi
secara vertikal dapat melalui plasenta dan air susu. Pada anjing betina bunting,
larva stadium dua dari cacing ini akan menetap di jaringan dan larva stadium
ketiga akan berkembang di plasenta dan bermigrasi ke kelenjar susu sehingga
anak anjing akan tertular cacing ini secara transprasental dan transmammary
(Estuningsih et al. 2005).
Infeksi ini bersifat zoonosis sehingga manusia juga dapat tertular cacing
ini, dalam tubuh manusia cacing ini hanya berkembang sampai bentuk larva.
Larva akan menembus dinding usus dan bermigrasi ke banyak jaringan pada
tubuh manusia. Feses dari anjing yang terinfeksi akan mengandung telur yang
fertil dan kemudian telur tersebut akan menjadi infektif di tanah (Sardjono 2020).
Oleh karena itu, kondisi lingkungan yang tidak bersih akan memungkinkan
manusia tertular T.canis, selain itu memakan daging mentah dari host paratenik
juga dapat menularkan parasit ini ke manusia (Santos et al. 2017).

Patogenesis dan Gejala Klinis

Patogenesis dari infeksi ini berdasarkan pada banyak cacing yang


menginfeksi, tingkat keparahan infeksi, umur anjing serta daya tahan tubuh
anjing. Telur infektif yang tertelan oleh anjing akan masuk ke dalam usus dan
menetas. Larva akan menembus usus dan bermigrasi ke organ tubuh lain salah
satunya faring (Overgaauw 1997). Larva dari faring akan masuk ke dalam
lambung kemudian lanjut ke dalam usus halus. Larva di dalam saluran pencernaan
anjing akan berkembang menjadi cacing dewasa. Adanya migrasi dari larva
maupun cacing yang banyak menyebabkan peradangan pada gastrointestinal. Pada
kasus berat, cacing-cacing tersebut menyebabkan obstruksi dan perforasi usus
halus serta menyerap nutrisi dari anjing sehingga anjing mengalami malnutrisi.
Migrasi dari larva tersebut menimbulkan lesi-lesi pada organ pencernaan dan
dapat menimbulkan distensi pada lambung sehingga abdomen anjing membesar,
kemudian diikuti dengan muntah (Supraptini 2013).
Muntah pada anjing yang menderita toxocariasis sendiri terjadi karena
adanya rangsangan dari sistem pencernaan anjing terhadap pusat muntah yang
terdapat pada medulla oblongata akibat peradangan dan iritasi yang terbentuk
karena migrasi larva Toxocara canis. Pusat muntah kemudian mengirimkan sinyal
ke diafragma, otot perut, dan saraf viseral lambung serta esofagus untuk
menghasilkan muntah biasanya ditandai dengan peningkatan air liur, penurunan
tonus lambung yang menyebabkan mual, kontraksi antiperistaltik usus, kontraksi
kuat otot diafragma, perut dan pernafasan sehingga isi lambung dipaksa naik ke
esofagus dan keluar melalui mulut (Chow et al. 2010). Gejala klinis pada anjing
selain muntah yaitu diare, pembesaran pada bagian abdomen, kurus, penurunan
nafsu makan, lemah, anemia, batuk, dyspnoe, pada kasus obstruksi dan perforasi
usus halus anjing mengalami peritonitis dan diikuti oleh kematian (Savitri et al.
2020).

Daftar Pustaka

Chow CM, Leung AKC, Hon KL. 2010. Acute gastroenteritis : from guidelines to
real life. Clin Exp Gastroenterol. 3(1): 97-112
Estuningsih SE. 2005. Toxocariasis pada hewan dan bahayanya pada manusia.
WARTAZOA. 15(3): 136-142.
Overgaauw PAM. 1997. Aspects of Toxocara epidemiology: toxocariasis in dogs
and cats. Crit Rev Microbiol. 23(3): 233-251.
Santos SV, Santos FHY, Lescano SAZ, Santos DM, Tiago ES, Fonseca GR,
Ribeiro MCSA, Chieffi PP. 2017. Migration pattern of Toxocara canis
larvae in experimentally infected male and female Rattus norvegicus. Rev
Soc Bras Med Trop. 50(5): 698-700
Sardjono TW. 2020. Edisi Revisi Helmintologi Kedokteran dan Veteriner. Malang
(ID): UB Press.
Savitri RC, Oktaviana V, Fikri F. 2020. Infeksi Toxocara canis pada anjing lokal
di Banyuwangi. J Med Vet. 3(1): 127-131.
Supraptini J. 2013. Kasus toxocariasis di Rumah Sakit Hewan Pendidikan
Universitas Airlangga. Vetmedika J Klin Vet. 2(1): 18-24

Anda mungkin juga menyukai