Anda di halaman 1dari 15

PROSEDUR PEMERIKSAAN KLINIS PADA KUCING

Kelompok 9
Ryan Jehansa ( O 111 12 109 ),Sri Almarahma ( O111 12 113 ),
Alfionita Arif ( O 111 12 257) Muh.Rifki Rajab ( O111 12 259 )
Asisten : Andhika Yudha Prawira
Program Studi Kedokteran Hewan
Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin
Andi Hasrawati ( O 111 12 008 )
ABSTRAK
Praktikum ini berujuan untuk mengetahui prosedur pemeriksaan klinis pada
kucing, fungsinya sehingga tidak terjadi kesalahan saat melakukan diagnosa.
Objek yang digunakan adalah kucing dan alat-alat yang digunakan antara lain
stetoskop, penlight, dan termometer digital. Dari praktikum ini dapat disimpulkan
bahwa sebelum melakukan pemeriksaan, perlu dicaat sinyalemen dari hewan,
kemudian, dilakukan anamnesa sambil inspeksi oleh operator, baik inspeksi jarak
jauh maupun jarak dekat dengan memperhatikan seluruh bagian tubuh dari hewan
mulai dari ujung rambut hingga ujung ekor, dilakukan palpasi pada daerah telinga,
konjungtiva, hidung, abdomen, limfonodus, dan kulit, dilakukan perkusi pada
daerah sinus, daerah thorax, abdomen, dan patella, dilakukan auskultasi pada
daerah pulmo, jantung, lambung, dan trakea, dilakukan pembauan pada daerah
oris dari kucing, dilakukan pengukuran berupa pengukuran suhu, pulsus,
respirasi, denyut jantung, CRT, dan reflex pupil.
Kata Kunci : pemeriksaan klinis, kucing
Pendahuluan

Melihat,
membau,
dan
mendengar
penting
untuk
pemeriksaan fisik. Dokter hewan
yang baik menghindari membuat
keputusan diagnosa berdasarkan data
turunan dari laboratorium yang
melewatkan
pemeriksaan
fisik
karena korelasi semua data relevan
untuk determinasi diagnosa yang

tepat. Ketika memungkinkan, suhu


dan berat badan hewan seharusnya
dicatat sebelum dokter hewan masuk
ruang pemeriksaan. Hal ini dilakukan
oleh kooperator yang berkesempatan
untuk komunikasi dengan pemilik
hewan atau klien, mengumpulkan
informasi yang berhubungan, catat
perubahan berat, dan identifikasi
pemilik hewan atau klien. Ini adalah
kesempatan
yang
baik
bagi
kooperator untuk mencatat obat yang

baru saja diberikan, penggunaan


agen profilaksis (misal untuk cacing
hati dan kutu), status vaksinasi
hewan, dan status reproduksinya
(misal mandul, normal, atau siklus
birahi terakhir). Pemeriksaan fisik
mulai ketika dokter hewan memasuki
ruang pemeriksaan. Dokter klinik
harus melihat kenampakan umum
tentang hewan. (Ettinger, 2010).
Pemeriksaan Fisik pada Kucing
A. Umum
Setelah dilakukan sinyalemen
atau registrasi dan anamnesa maka
selanjutnya dilakukan pemeriksaan
umum yang meliputi;
Inspeksi
diantaranya melihat, membau, dan
mendengarkan
tanpa alat bantu.
Diusahakan agar hewan tenang dan
tidak curiga kepada pemeriksa.
Inspeksi dari jauh dan dekat terhadap
pasien secara menyeluruh dari segala
arah dan keadaan sekitarnya.
Diperhatikan pula ekspresi muka,
kondisi tubuh, pernafasan, keadaan
abdomen, posisi berdiri, keadaan
lubang alami, aksi dan suara hewan.
(Fowler. 2008).
Pulsus, temperatur dan nafas
Pulsus diperiksa pada bagian
arteri femoralis yaitu sebelah medial
femur (normal: 92-150/menit). Nafas
diperiksa dengan cara menghitung
frekuensi
dan
memperhatikan
kualitasnya dengan cara melihat
kembang-kempisnya daerah thoracoabdominal dan menempelkan telapak
tangan di depan cuping bagian
hidung (normal: 26 - 48/menit).
Temperatur diperiksa pada rectum
dengan menggunakan termometer
(normal: 37,6-39,4). (Fowler. 2008).
Selaput lendir

Conjunctiva diperiksa dengan


cara menekan dan menggeser sedikit
saja
kelopak
mata
bawah.
Penampakan
conjunctiva
pada
kucing tampak pucat. Membran
mukosa yang tampak anemia (warna
pucat) dan lembek merupakan
indikasi anemia. Intensitas warna
conjunctiva dapat menunjukkan
kondisi peradangan akut seperti
enteritis, encephalonitis dan kongesti
pulmo akut. Cyanosis (warna abuabu
kebiruan)
dikarenakan
kekurangan oksigen dalam darah,
kasusnya
berhubungan
dengan
pulmo
atau
sistem
respirasi.
Jaundice (warna kuning) karena
terdapatnya pigmen bilirubin yang
menandakan terdapatnya gangguan
pada hepar. Hiperemi (warna pink
terang) adanya hemoragi petechial
menyebabkan hemoragi purpura
(Fowler. 2008).
B. Sistemik
Sistem Pencernaan
Pakan atau minum diberikan
untuk melihat nafsu makan dan
minum. Kemudian dilihat juga
keadaan abdomen antara sebelah
kanan dan kiri. Mulut, dubur, kulit
sekitar dubur dan kaki belakang juga
diamati, serta cara defekasi dan
fesesnya. (Fowler. 2008).
1. Mulut,
Pharynx,
Oesophagus

dan

Mulut anjing dibuka dengan


menekan bibir kebawah gigi atau ke
dalam mulut, dan dilakukan inspeksi.
Bila perlu, tekan lidah dengan spatel
agar dapat dilakukan inspeksi dengan
leluasa seperti bau, mulut, selaput
lendir mulut, pharynx, lidah, gusi,
dan gigi-geligih serta kemungkinan

adanaya lesi, benda asing, perubahan


warna,
dan
anomali
lainnya.
Oesophagus dipalpasi dari luar
sebelah kiri dan pharynx. (Fowler.
2008).
2. Abdomen
Inspeksi dilakukan pada
abdomen bagian kiri dan kanan
dengan memperhatikan isi abdomen
yang
teraba
serta
dilakukan
auskultasi dari sebelah kanan ke kiri
untuk mengetahui peristaltik usus.
Lakukan pula eksplorasi dengan jari
kelingking, perhatikan kemungkinan
adanya rasa nyeri pada anus atau
rektum, adanya benda asing atau
feses yang keras. (Fowler. 2008).
Sistem Pernafasan
Adanya
aksi-aksi
atau
pengeluaran seperti batuk, bersin
hick-up, frekuensi dan tipe nafasnya
perlu diperhatikan. (Fowler. 2008).

Perkusi digital dilakukan


dengan membaringkan kucing pada
alas yang kompak, dan diperhatikan
suara perkusi yang dihasilkan.
Palpasi pada intercostae lalu
perhatikan adanya rasa nyeri pada
pleura dan edeme subcutis. (Boddie.
1962). (Fowler. 2008).
Sistem Sirkulasi
Diperhatikan adanya kelainan
alat peredaran darah seperti anemia,
sianosis, edema atau ascites, pulsus
venosus, kelainan pada denyut nadi,
dan sikap atau langkah hewan.
Periksa frekuensi, irama dan kualitas
pulsus
atau
nadi,
kerjakan
pemeriksaan secara inspeksi, palpasi,
auskultasi, dan perkusi pada daerah
jantung (sebelah kiri). Perhatikan
pula adanya pulsasi di daerah vena
jugularis dengan memeriksa pada 1/3
bawah leher. (Boddie. 1962).
Sistem Limphatica

Dilakukan palpasi dari luar


dengan memperhatikan reaksi dan
suhunya,
perhatikan
pula
limfoglandula
regional,
suhu,
konsistensi, dan besarnya, lalu
bandingkan antara limfoglandula
kanan dan kiri. (Fowler. 2008).

Dilakukan inspeksi, untuk


mengetahui kemungkinan adanya
kebengkakan pada limfoglandula.
Limfoglandula yang dapat dipalpasi
pada kucing yaitu; lgl. submaxillaris,
lgl. parotidea, lgl. retropharyngealis,
lgl. cervicalis anterior, lgl. cervicalis
medius, lgl. cervicalis caudalis, lgl.
prescapularis, lgl. axillaris (dapat
teraba jika kaki diabduksikan), lgl.
inguinalis, lgl. superficialis (pada
betina disebut lgl. supramammaria),
lgl. poplitea, lgl. mesenterialis.
Palpasi
dilakukan
di
daerah
limfoglandula,
dengan
cara
memperhatikan reaksi, panas, besar
dan konsistensinya serta simetrinya
kanan dan kiri (Boddie. 1962).

3) Rongga dada

Sistem Lokomotor

1) Hidung
Perhatikan keadaan hidung
dan leleran yang keluar, rabalah suhu
lokal dengan menempelkan jari
tangan pada dinding luar hidung.
Serta lakukanlah perkusi pada daerah
sinus frontalis. (Fowler. 2008).
2) Pharynx, Larinx, Trakea

Perhatikanlah posisi, cara


berdiri
dan
berjalan
hewan.
Periksalah
musculi
dengan
membandingkan ekstremitas kanan
dan kiri. Serta melakukan palpasi.
Perhatikan pula suhu, kontur, adanya
rasa
nyeri
dan
pengerasan.
Pemeriksaan tulang seperti musculi
diperhatikan bentuk, panjang dan
keadaan.
Persendian
diperiksa
dengan cara inspeksi cara berjalan
dan keadaan persendian, lakukanlah
palpasi apakah ada penebalan, cairan
(pada kantong synovial ataukah pada
vagina tendinea) (Boddie. 1962).
Organ Uropoetica
Perhatikanlah sikap pada
waktu kencing. Amati air seni
(kemih) yang keluar, warnanya,
baunya dan adanya anomali (darah,
jonjot,
kekeruhan
dan
lain
sebagainya). (Boddie. 1962).
Materi dan Metode
A. Materi
Praktikum ini dilakukan di
Kampus Unhas Baraya. Objek yang
digunakan yaitu kucing sedangkan
alat - alat yang digunakan pada
praktikum yaitu :
- Termometer digital
- Stetoskop
- Penlight
B. Metode
pemeriksaan keadaan umum pada
kucing dengan menggunakan alat
bantu diagnostik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Pada praktikum ini, diperoleh
data pasien (sinyalmen) berupa:

Setelah sinyalmen, dilakukan


anamnesa yang berupa keterangan
dari pemilik hewannya tentang
sejarah penyakit si pasien (hewan)
diperoleh keterangan bahwa pasien
sudah sakit selama 3 hari, pasien
belum pernah mengalami atau
dilakukan pengobatan sebelumnya,
pasien
belum
pernah
sakit
sebelumnya,
pasien
mengalami
bersin-bersin, terdapat leleran di
hidung dan nafsu makan menurun,
belum pernah divaksin, fesesnya
encer
dan
berwarna
coklat
kehitaman, keadaan lingkungannya
kotor, jenis makanan tidak bervariasi,
hanya diberikan makanan kering,
serta pasien sering mengalami
muntah,
muntahannya
berupa
makanan dan bulu.
Selanjutnya
dilakukan
pemeriksaan umum, perhitungan
berat
badan
hewan
dengan
menggunakan timbangan dan berat
badan yang diperoleh pada saat
praktikum yaitu 2 kg.
Pada hewan yang diinspeksi
selama praktikum ditemukan bahwa
pasien tidak aktif (kurang bergerak
dan malas), cara berjalan normal,
warna rambut normal/cerah, terdapat
leleran disekitar hidung, warna
konjunctiva pink pucat, ada bekas
kotoran dibagian dekat mata, bagian
telinga banyak terdapat kotoran,
bagian vulva normal, berwarna pink
pucat, bagian footpad berwarna
normal dan tidak terdapat kotoran,
bagian tubuh lain seperti kulit
normal, tidak terdapat tonjolan
ataupun lesi, daerah sekitar mulut
bersih, tidak mengalami dehidrasi
setelah dilakukan pemeriksaan kulit,
CRT normal, waktu yang dibutuhkan

untuk kembali ke warna semula 3


detik, serta bau mulut normal.
Pemeriksaan pulsus dilakukan
dengan cara meraba hewan kecil
dibagian arteria femoralis di sebelah
medial dari femur dan dilakukan
perhitungan selama satu menit, dan
pada perhitungan frekuensi nafas
dilihat
dari
gerakan
daerah
toracoabdominal dalam keadaan
hewan istirahat, dan mengambil
kapas untuk diletakkan di depan
hidung pasien dan dihitung frekuensi
nafasnya
selama
satu
menit.
Pemeriksaan pulsus dan nafas
diperoleh
pulsus
pasien
80
kali/menit, dan frekuensi nafasnya 28
kali/menit. Untuk mengukur suhu
tubuh digunakan thermometer digital
ataupun thermometer air raksa. Jika
menggunakan thermometer air raksa,
kolom air raksa terlebih dahulu
diturunkan ke titik 0 lalu ujungnya
diberi vaselin sebagai pelicin
kemudian dimasukkan ke dalam anus
si pasien, jika menggunakan
thermometer digital lebih mudah
yaitu dengan hanya memasukkan
ujung thermometer ke dalam anus
pasien dan menekan tombol ON dan
ditunggu hingga adanya bunyi maka
diperolehlah suhu tubuhnya. Suhu
tubuh pasien pada praktikum ini
yaitu 38,4 C.
Pada pemeriksaan selaput
lendir,
diperoleh
konjunctiva
berwarna pink pucat, mata normal
dan selaput lendir hidung didapatkan
leleran, pada mulut dan vulva normal
tidak ada leleran ataupun kelainan.
Pemeriksaan alat pencernaan.
Pada mulut setelah dibuka tidak

tercium bau urea, gusi berwarna pink


pucat, lidah dan gigi bersih, pada
faring, esophagus dan abdomen
hingga ke daerah anus setelah
dilakukan palpasi tidak menunjukkan
batuk atau kontraksi berlebihan dari
kucing yang menunjukkan bahwa si
pasien (kucing) berada dalam
keadaan
sehat.
Hanya
saja
didapatkan ekornya seperti patah.
Pemerikaan alat pernafasan.
Pada kucing, perkusi hidung tidak
perlu dilakukan dikarenakan hidung
kucing cukup lembut dan ditakutkan
cukup berbahaya jika dipaksakan
dilakukan perkusi, jika memang
perlu, perkusi bisa dilakukan dengan
jari. Pada pemeriksaan hidung
ditemukan leleran hidung.
Setelah palpasi dilakukan
auskultasi.
Setelah
dilakukan
auskultasi tidak ditemukan kelainan
pada suara jantung, paru-paru
maupun kelainan di daerah abdomen.
Pemeriksaan sistem getah
bening. Pemeriksaan ini dilakukan
dengan melakukakn palpasi pada
daerah-daerah
dengan
limphoglandula, di mana jika ada
pembengkakan
maka
daerah
sekitarnya dapat kita simpulkan
mengalami suatu peradangan atau
kelainan. Adapun daerah palpasi
limphoglandula pada anjing yaitu lg.
mandibularis, lg. retroparingealis, lg.
prescapularis, lg. axillaris, lg.
inguinalis dan lg. poplitea.
B. Pembahasan
Pemeriksaan klinis pada kucing
meliputi pemeriksaan yang didahului
dengan sinyalmen atau registrasi
yang dilakukan terhadap pasien
maupun terhadap klien (pemilik
hewan). Pada sinyalmen data yang

perlu diketahui tentang pasien berupa


nama, spesies, ras, kelamin, umur,
bulu dan warna, berat badan dan
tanda-tanda lain yang penting. Nama
hewan, umumnya kucing memiliki
nama panggilan yang memudahkan
pemilik hewan mendapati hewannya
melalui isyarat atau notasi suara. Hal
ini juga dapat membantu dokter
hewan dalam menghandling hewan
tersebut agar menuruti perkataan kita
atau setidaknya menuruti perkataan
pemiliknya untuk memudahkan
dalam pemeriksaan. Spesies atau
jenis
hewan
merujuk
pada
ensiklopedia
kucing
yang
dimasukkan kedalam Felix felix atau
Felix catus. Ras atau bangsa hewan
berkaitan erat dengan sifat-sifat yang
diwariskan atau genetis terutama
yang berkaitan dengan penyakit yang
diturunkan. Memudahkan dokter
hewan untuk mendapatkan gambaran
cepat penyakit herediter. Jenis
kelamin dalam sinyalmen memiliki
arti diagnostik jika dikaitkan dengan
penyakit yang dihubungkan dengan
kelamin. Transmissible veneral
sarcoma diderita oleh hewan betina
yang dengan kemungkinan sangat
besar terkait dengan gangguan
metabolisme hormon esterogen.
Feline Immunodeficiency Virus (FIV)
lebih banyak diderita kucing jantan.
Dikarenakan
kucing
dalam
praktikum ini adalah betina, jadi ada
kemungkinan kucing tersebut bisa
terjangkit penyakit Transmissible
veneral sarcoma, namun karena tidak
ada tanda-tanda akan adanya
penyakit tersebut jadi dipastikan
untuk saat ini kucing tidak
mengalami Transmissible veneral
sarcoma . Umur, kepentingan
memperkirakan umur dalam praktik
hewan kecil terlihat dari banyaknya
penyakit-penyakit yang muncul
terkait dengan umur. Pada kucing,

gigi susu muncul pada 3-4 minggu


setelah lahir, pergantian gigi berakhir
sekitar umur 8-9 bulan. Terlihat
semua gigi pada pasien telah habis
berganti artinya memang kucing
tersebut telah memasuki umur 1
tahun. Bulu kucing dalam praktikum
termasuk kucing berbulu pendek
menyebabkan
kerentanan
terhadap infeksi saluran pernapasan.
Warna rambut 3 warna (tricolor)
yang terdiri atas kombinasi bebas
dari warna-warna putih-hitam dan
kuning kecoklatan (red) hampir
selalu dimiliki oleh kucing betina
dari ras apapun. Jika dilihat dari
kucing yang digunakan pada
praktikum ini artinya warna bulu
pada kucing tersebut normal. Berat
badan hewan kurang memiliki arti
diagnostik dalam kesehariannya baik
sebagai identitas dalam rekam medic
maupun pemberian surat keterangan
sehat, kecuali dalam keadaan sangat
ekstrim misalkan keadaan obesitas
dapat dinyatakan dalam snyalmen.
Sebaliknya hewan sangat kurus atau
kakhekxia tidak dimasukkan sebagai
sinyalmen berat badan. Kucing
dalam praktikum ini memiliki berat
badan ideal untuk tubuhnya karena
dia terlihat sangat seimbang dari segi
fisik. Ciri khusus hanya digunakan
sebagai pembeda antara satu spesies
dengan spesies yang lain. Ini sangat
berguna jika dalam klinik terlalu
banyak kucing dengan warna dan
bentuk yang sama. Pada pasien
ditemukan tanda khusus yang berupa
corak hitam pada bagian dagu.
Pemeriksaaan umum terbagi
atas inspeksi, pulsus dan nafas, suhu
tubuh, selaput lendir, pemeriksaan
alat pencernaan, pemeriksaan alat
pernafasan, pemeriksaan sistem
peredaran darah dan pemeriksaan
sistem getah bening. Inspeksi

dilakukan dengan cara melihat,


membau dan mendengarkan tanpa
alat bantu.
Pada hewan yang diinspeksi
selama praktikum ditemukan bahwa
Hewan sehat jalannya teratur, rapi,
bergantian antara keempat kakinya.
Pincang, loyo, atau bahkan tak bisa
berjalan menunjukkan hewan sedang
sakit. Sedangkan pasien pada
praktikum tidak aktif (kurang
bergerak dan malas) walaupun cara
berjalannya normal artinya pasien
berada dalam keadaan sakit, warna
rambut normal/cerah, terdapat leleran
disekitar hidung, leleran yang
ditemukan
agak
kental
yang
mengindikasikan hewan tersebut
terkena flu, warna konjunctiva pink
pucat, ada bekas kotoran dibagian
dekat mata, bola mata bersih, bening
dan cerah. Sedikit kotoran di sudut
mata masih normal. Kelopak mata
bagian dalam (conjunctiva) berwarna
kemerahan (pink) dan tidak ada luka
artinya konjunctiva normal. Kelainan
yang biasa dijumpai pada mata yaitu
adanya kotoran berlebih sehingga
mata tertutup, kelopak mata bengkak,
warna merah, kekuningan (icterus)
atau cenderung putih (pucat), artinya
konjunctiva pasien sedikit kurang
sehat namun matanya normal, bagian
telinga banyak terdapat kotoran
artinya kebersihan telinga kurang
terawat, hal ini bisa menjadi sarang
bagi ektoparasit maupun endoparasit
jika dibiarkan terus-menerus, bagian
vulva normal, berwarna pink pucat,
bagian footpad berwarna normal dan
tidak terdapat kotoran, bagian tubuh
lain seperti kulit normal, tidak

terdapat tonjolan ataupun lesi, daerah


sekitar
mulut
bersih,
tidak
mengalami
dehidrasi
setelah
dilakukan pemeriksaan kulit, CRT
normal, waktu yang dibutuhkan
untuk kembali ke warna semula 3
detik sedangkan kita ketahui bahwa
CRT normal jika waktu kembalinya
1-3 detik, serta bau mulut normal
tidak ditemukan bau ureum ataupun
bau lain yang bisa mengindikasikan
adanya kelainan.
Pemeriksaan pulsus dan nafas
diperoleh
pulsus
pasien
80
kali/menit, dan frekuensi nafasnya 28
kali/menit. Diketahui bahwa pulsus
normal kucing adalah 92-150
kali/menit, artinya pulsus pasien
tidak normal. Sedangkan frekuensi
nafas yang normal pada kucing yaitu
26-48 kali/menit artinya frekuensi
nafas pasien normal. Suhu tubuh
pasien pada praktikum ini yaitu 38,4
C. diketahui suhu tubuh normal
kucing yaitu 37,6 - 39,4 C artinya
pasien memiliki suhu tubuh yang
normal.
Pada pemeriksaan selaput
lendir,
diperoleh
konjunctiva
berwarna pink pucat, mata normal
dan selaput lendir hidung didapatkan
leleran yang mengindikasikan pasien
terkena flu, pada mulut dan vulva
normal tidak ada leleran ataupun
kelainan.
Pemeriksaan alat pencernaan.
Pada mulut setelah dibuka tidak
tercium bau urea atau bau mulutnya
normal, gusi berwarna normal pink
pucat, lidah dan gigi bersih, pada
faring, esophagus dan abdomen
hingga ke daerah anus setelah

dilakukan palpasi tidak menunjukkan


batuk atau kontraksi berlebihan dari
kucing yang menunjukkan bahwa si
pasien (kucing) berada dalam
keadaan
sehat
karena
tidak
mengalami
kesakitan
ataupun
melakukan
perlawanan
saat
dipalpasi. Hanya saja didapatkan
ekornya seperti patah.
Pemerikaan alat pernafasan.
Pada kucing, perkusi hidung tidak
perlu dilakukan dikarenakan hidung
kucing cukup lembut dan ditakutkan
cukup berbahaya jika dipaksakan
dilakukan perkusi, jika memang
perlu, perkusi bisa dilakukan dengan
jari. Pada pemeriksaan hidung
ditemukan leleran hidung dan pada
saat mengetuk dengan jari daerah
sinus frontalis bunyinya normal
(resonan). Jika berisi cairan, otomatis
akan memberikan suara yang
berbeda yaitu suara pekak.
Setelah palpasi, dilakukan
auskultasi.
Setelah
dilakukan
auskultasi tidak ditemukan kelainan
pada suara jantung, paru-paru
maupun kelainan di daerah abdomen.
Suara yang didapatkan pada waktu
auskultasi jantung digambarkan
sebagai suara pertam, suara kedua,
suara ketiga dan suara keempat.
Suara pertama disebabkan oleh
kontraksi kedua ventrikel yang
diikuti oleh penutupan katub
atrioventrikuler dan suara kedua
terdengar ketika terjadi penutupan
katub semilunar segera setelah ejeksi
sempurna. Suara ketiga dan keempat
merupakan temuan patologis yang
disebut dengan suara gallop. Pada
hewan sehat suara jantung yang

terdengar adalah suara pertama dan


suara kedua, suara ketiga dan
keempat tidak terdengar.
Pemeriksaan sistem getah
bening. Pemeriksaan ini dilakukan
dengan melakukakn palpasi pada
daerah-daerah
dengan
limphoglandula, di mana jika ada
pembengkakan
maka
daerah
sekitarnya dapat kita simpulkan
mengalami suatu peradangan atau
kelainan. Adapun daerah palpasi
limphoglandula pada anjing yaitu lg.
mandibularis, lg. retroparingealis, lg.
prescapularis, lg. axillaris, lg.
inguinalis dan lg. poplitea. Raba
bagian kulitnya dan temukan bentuk
benjolan. Dalam keadaan normal
tidak terlalu mencolok kelihatan.
Apabila ada peradangan kemudian
membengkak, tanpa diraba akan
terlihat jelas pembesaran didaerah
dimana kelenjar getah bening berada.
Pada
pasien,
kelenjar
getah
beningnya tidak ada yang mengalami
pembengkakan yang artinya tidak
terjadi
peradangan
didaerah
sekitarnya.

Hasil dan Pembahasan


A. Hasil
Pasien Nama
Spesies
Ras
Gender
Umur
Warna rambut
BB

: Mawar
: F. domesticus
: Domestik
: Betina
: 1 tahun
: Dasar putih dgn
corak
hitam
dan orange
: 3 kg

Ciri khusus
Nama klien
Alamat
No. telpon

: kepalanya full
colour
: Rifki
: jln sahabat 3
: 085299938444

Anamnesa
Feses normal
Nafsu makan berkurang
Makanan yang diberi ikan
dan nasi
Pemeliharaan dua minggu
Kucing dilepaskan dalam
rumah
Di sekitarnya ada tiga
empat
Belum pernah dimandikan
Belum pernah divaksin
Minum berkurang
Lesu
2 hari yang lalu mulai malas
makan

Palpasi abdomen

Palpasi vesika urinari

Palpasi limfonodus

Reflex Patella
Pulsus arteri

Mencium bau mulut


pemeriksaan telinga
Pemeriksaan mulut

reflex pupil
B. Pembahasan

Pada praktikum kali ini,


pertama tama, asisten memberi
kartu kontrol pasien yang termasuk
dalam sinyalemen, seperti nama
pasien, spesies, ras, jenis kelamin,
umur, rambut dan warna, berat
badan, dan tanda khusus.
Langkah kedua, praktikan ada
yang bertindak sebagai klien dan
sebagai operator dimana operator
akan menanyakan riwayat penyakit
dari kucing yang termasuk dalam
anamnesa. Sambil bertanya, operator
akan melakukan inspeksi jarak jauh
berupa memperhatikan keadaan
umum kucing dari ujung kepala
hingga ujung ekor kucing dengan
hasil yang didapatkan yaitu
cara berjalan normal, tidak
pincang
Postur tubuh kurus, pada
normalnya postur tubuh
seharusnya berisi (gemuk)
Cara berdiri normal.
Kurang aktif,kucing yang
normal tidak lesu dan aktif
Pernafasannya,pernafasan
perut, normal karena
pernapasan kucing ada tiga
tipe yaitu pernafasan
dada,pernafasan perut,dan
pernafasan dada perut
Lalu operator melakukan inspeksi
jarak dekat dengan hasil yang
didapatkan yaitu
Mukosa hidung pink pucat
dan kotor, normalnya yaitu
mukosa berwarna pink cerah
dan hidung bersih
Rambut atau bulunya kusam,
normalnya rambut berkilau,
tidak rontok,
Telinga kotor, mukosa pucat,
normalnya telinga kucing

bersih, mukosa tidak pucat,


dan tidak ada eksudat
Mukosa mulut berwarna pink
pucat, dan tidak ada lesi
ataupun kotoran, normalnya
mukosa berwarna pink cerah
Mukosa mata pink pucat,ada
kotoran mata, normalnya
mukosa pink cerah dan mata
bersih
Kaki belakang kotor
Anusnya tidak terlalu kotor
Langkah ketiga, praktikan
melakukan pemeriksaan pulsus dan
nafas dan pengukuran:
Suhu tubuh, T = 38,4C
( normal), suhu normal
kucing 37,6oC 39,4C
Pulsus, P = 124 kali per menit
(dehidrasi). Normalnya 92
150 kali per menit
Frekuensi nafas, RR = 36 kali
per menit (normalnya RR =
1/3 dari pulsus)
Denyut jantung, HR = 128
kali per menit (normalnya
120 130 kali per menit)
CRT (Capillary Refill Test)
yakni = 2 detik (Normal)
Reflex pupil normal
Langkah keempat, praktikan
melakukan
palpasi
superficial
dengan hasil yang didapatkan yaitu
Ada lesi di depan dan di
belakang telinga
Langkah kelima, praktikan
melakukan
palpasi
abdominal
dengan hasil yang di dapatkan
Terdapat abdominal pain
( rasa sakit ) pada lambung,
normalnya saat abdominalnya

di palpasi tidak terjadi


abdominal pain
Hatinya normal
Ginjalnya kenyal,normal tapi
sulit
didapatkan
karena
adanya distensi
Vesikula urinary, saat diraba
terjadi distensi. Normalnya
tidak terjadi distensi
Limfonodus
mandibularis bengkak di
sebelah kiri, pada keadaan
normal atau sehat limfonodus
tidak
mengalami
pembengkakan.
Ln.
submandibularis, ln. axilla,
ln. Inguinalis, dan ln.
poplitea normal.
Turgor kulit normal

Langkah keenam, praktikan


melakukan perkusi dengan hasil yang
didapatkan yaitu:
Bunyi sinus, resonansi
Bunyi lapangan pulmo,
resonansi
Bunyi abdomen, pekak
Gerak reflex normal
Langkah ketujuh, praktikan
melakukan
auskultasi
dengan
mendengar bunyi dari organ, yakni:
Pulmo
Jantung
Gerak peristaltik lambung
Trakea (jika terdengar bunyi
pekak, berarti terdapat
mukus)
Langkah
kedelapan,
praktikan melakukan pembauan
apakah tercium bau ureum atau tidak,
dan hasil yang didapatkan yakni
tidak tercium bau ureum (normal).
Kesimpulan

Langkah pertama sebelum


melakukan pemeriksaan, dilakukan
pemberian kartu kontrol yang berisi
sinyalemen untuk pasien.
Langkah kedua, dilakukan
anamnesa sekaligus inspeksi dari
jarak dekat maupun dari jarak jauh
dengan memperhatikan keseluruhan
dari keadaan fisik pasien.
Langkah ketiga, dilakukan
palpasi
pada
daerah
telinga,
konjungtiva,
hidung,
abdomen,
limfonodus, dan kulit.
Langkah keempat, dilakukan
perkusi pada sinus, daerah thorax,
abdomen, dan patella.
Langkah kelima, dilakukan
auskultasi pada daerah pulmo,
jantung, lambung, dan trakea.
Langkah keenam, dilakukan
pembauan pada daerah oris kucing.
Langkah ketujuh, dilakukan
pengukuran berupa pengukuran suhu,
pulsus, respirasi, denyut jantung,
CRT, dan reflex pupil.
Daftar Pustaka
Boddie., G.F. 1962. Diagnostic
Methods in Veterinary
Medicine. Philadelphia: J.B.
Lippincott Company.
Ettinger, Stephen J, et al. 2010.
Textbook of Veterinary
Internal Medicine, Sixth
Edition. US: Saunders
Elsevier.
Fowler, Murray E. 2008. Restraint
and
Handling of Wild and
Domestic Animals 3rd Ed.
UK:
Wiley-Blackwell
Publishing

Anda mungkin juga menyukai